Anda di halaman 1dari 14

BAB 3.

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan Isolasi


3.1.1 Isolasi Jamur Endofit Tanah
1. Alat:
a. Cawan Petri : Sebagai tempat media (isolasi), alkohol, khloroks
dan aquades
b. Stick L : Untuk meratakan isolat
c. Tabung reaksi : Sebagai tempat aquades
d. Micropipet : Untuk mengambil isolat dalam ukuran mikro
e. Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis
f. Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)
g. Wrapping : Untuk meng-cover hasil isolasi di cawan petri
h. Timbangan : Untuk menimbang tanah
i. Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi
j. Label : Untuk menamai specimen
k. LAFC : Sebagai tempat isolasi
l. Alat tulis : Untuk mencatat hasil dan memberi label
2. Bahan:
a. Alkohol : Untuk sterilisasi
b. Aquadest : Untuk sterilisasi
c. Kloroks : Untuk meluruhkan mikroorganisme
d. Media PDA : Untuk tempat media menanam isolat
e. Spesimen : Sebagai bahan yang akan diamati
3.1.2 Uji Antagonis Jamur pada Media Buatan
1. Alat
a. Cawan Petri : Sebagai tempat media baru
b. Jarum Oshe : Untuk mengambil spesimen
c. Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis
d. Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)
e. Wrapping : Untuk meng-cover hasil isolasi di cawan petri
f. Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi
g. Label : Untuk menamai specimen
h. LAFC : Sebagai tempat purufukasi
i. Alat tulis : Untuk mencatat hasil dan memberi label
2. Bahan
a. Media PDA : Untuk tempat media menanam isolat
b. Spesimen : Sebagai bahan yang akan diamati

3.1.3 Identifikasi Makroskopis dan Mikroskopis


1. Alat
a. Cawan Petri : Sebagai tempat media baru
b. Jarum Oshe : Untuk mengambil specimen
c. Preparat : Sebagai tempat sampel yang akan diamati
d. Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis
e. Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)
f. Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi
g. Label : Untuk menamai spesimen
h. LAFC : Sebagai tempat purifikasi
i. Mikroskop : Untuk mengamati spesimen
j. Alat tulis : Untuk mencatat hasil dan memberi label
2. Bahan
a. Media PDA : Untuk tempat media menanam isolat
b. Spesimen : Sebagai bahan yang akan diamati
3.2 Cara Kerja (Diagram Alir + Analisa)
3.2.1 Isolasi Jamur Endofit dan Jamur Tanah

Menyiapkan alat dan bahan



Mensterilkan alat yang akan digunakan dengan LAFC

Mengondisikan ruangan tetap aseptis

Menimbang tanah sebanyak 5 gram

Masukkan pada Beaker glass yang berisi aquades

Menghomogenkan dan ambil sampel dengan mikropipet sebanyak 1 ml

Memasukkan pada tabung reaksi yang berisi aquades 9 ml dan
homogenkan (ulangi 4 kali)

Meemindahkan sampel dengan mikropipet ke cawan petri

Meratakan dengan stick L


Dokumentasi dan dilakukan pengamatan
3.2.2 Uji Antagonis Jamur pada Media Buatan
Menyiapkan alat dan bahan

Mensterilkan alat yang akan digunakan dengan LAFC


Mengondisikan agar ruangan tetap aseptis

Memindahkan sampel jamur antagonis dan patogen (diberi jarak 3cm)
dengan jarum ose ke media baru dengan posisi dekat dengan api spiritus

Tutup cawan petri dengan plastik wrap

Memberi label keterangan dan dokumentasikan

3.2.3 Identifikasi Makroskopis dan Mikroskopis


Menyiapkan alat dan bahan

Mensterilkan alat yang akan digunakan dengan LAFC


Memindahkan sampel dari cawan petri ke kaca preparat menggunakan
jarum ose dengan posisi dekat api spiritus

Menutup preparat dan squash

Memberi label keterangan pada preparat

Mengamati dengan mikroskop

Dokumentasikan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi Jamur Bermanfaat

4.1.1 Hasil Isolasi Jamur Endofit

No Sampel Dokumentasi Hasil Isolasi Kenampakan


Tanaman Makroskopis

1 Sampel 1 A
(tanaman tomat) Warna: Putih
dengan tengah
hitam
Tepi: Bercabang
Bentuk: Bundar dg
tepian menyebar

B
Warna: Putih
dengan tengah
hitam
Tepi: Bercabang
Bentuk: Bundar dg
tepian menyebar

C
Warna: Putih
dengan tengah
hitam
Tepi: Bercabang
Bentuk: Bundar dg
tepian menyebar

D
Warna: Putih
dengan tengah
hitam
Tepi: Bercabang
Bentuk: Bundar dg
tepian menyebar

E
Warna: Putih
dengan tengah
hitam
Tepi: Bercabang
Bentuk: Bundar dg
tepian menyebar
F
Warna: Putih
dengan tengah
hitam
Tepi: Bercabang
Bentuk: Bundar dg
tepian menyebar

2 Sampel 2 A
(tanaman Warna: Putih
kedelai) dengan tengah
hitam
Tepi: Bercabang
Bentuk: Bundar dg
tepian menyebar

B
Warna: hitam
dengan putih di
samping
Tepi: bercabang
Bentuk: Bundar dg
tepian menyebar

C
Warna: putih
keabuan
Tepi: tidak
beraturan
Bentuk: tidak
beraturan dan
menyebar

D
Warna: putih susu
Tepi: bercabang
Bentuk: bundar dg
tepian bercabang

E
Warna: putih dan
kuning di tepian
dan sedikit kuning
di tengah
Tepi:bercabang
Bentuk: bundar dg
tepian bercabang

F
Warna: bening
sedikit putih
Tepi: bercabang
Bentuk: bundar dg
tepian bercabang

4.1.2 Hasil Isolasi Jamur Rhizosfer

No Sampel Tanah Dokumentasi Hasil Isolasi Kenampakan


Makroskopis

1 Sampel 1 (tanah (tidak tumbuh)


pisang)

2 Sampel 2 (tanah Warna: hitam


cabai) keabuan

Tepi: Berombak

Bentuk: Bentuk L

4.1.3 Pembahasan

Eksplorasi jamur yang dilakukan dan diamati pada praktikum ini


menggunakan dua jenis jamur yaitu jamur endofit dari tanaman tomat dan
kedelai serta jamur dari rizosfer tanah tanaman pisang organik dan cabai
organik. Berdasarkan hasil pengamatan pada endofit tomat memiliki warna
putih polos pada semua bagian baik daun maupun batang tanamannya
dengan tepian bercabang dengan bentuk bundar dengan tepi menyebar. Hal
tersebut karena faktor kendala dokumentasi yang kurang baik sehingga
sedikit sulit untuk diidentifikasi secara makroskopis.
Pada hasil pengamatan endofit kedelai juga diketahui warna yang agak
bervariasi dari daun dan batang baik pada fase tua, sedang maupun muda.
Pada pengamatan jamur rizosfer tanah tanaman pisang organik bahwa
inokulan yang ditanam di media PDA tidak tumbuh, hal ini dimungkinkan
terjadi karena berbagai faktor baik alami seperti memang tidak terdapat
jamur di tanah tersebut maupun human error yang terjadi saat pelaksanaan
praktikum. Kemudian pada hasil pengamatan jamur rizosfer tanaman cabai
organik memiliki warna hitam dengan tepian berombak dan berbentuk L.
Menurut Suciatmih (2011) spesies/ marga jamur endofit yang diisolasi dari
aneka organ tanaman yang berbeda dari tanaman yang sama; dan tanaman
yang sama dari tempat pengambilan sampel yang berbeda, menunjukkan
perbedaan. Habitat yang berkaitan dengan tumbuhan merupakan
lingkungan yang dinamis, menyebabkan banyak faktor dapat mempengaruhi
komposisi jamur endofit.

4.2 Identifikasi Jamur Bermanfaat

4.2.1 Hasil Identifikasi Jamur

No Sampel Hasil Identifikasi

Makroskopis Mikroskopis

(dokumentasi+ (dokumentasi+literatur)
literatur)

1 Sampel 1 (tanaman
tomat)

(dokumentasi)

(dokumentasi)

(Dewi, 2015)

(Dewi, 2015)
2 Sampel 2 (tanaman
kedelai)

(dokumentasi) (dokumentasi)

(Dewi, 2015) (Dewi, 2015)

3 Sampel 3 (tanah - -
pisang)

4 Sampel 4 (tanah
cabai)

(Dewi, 2015) (Dewi, 2015)

5 Patogen Fusarium
sp.

(Dokumentasi) (Dokumentasi)
(Dewi, 2015) (Dewi, 2015)

4.2.2 Pembahasan

Pada hasil identifikasi seluruh jamur yang diamati diketahui bahwa pada
jamur endofit tomat memiliki kecenderungan sebagai jamur Penicillium sp. Dari
warna yang dapat dilihat secara makroskopis bahwa memiliki warna putih
kekuningan agak pucat. Sesuai dengan pernyataan Dewi (2015) bahwa Terdapat 2
spesies yang memiliki karakteristik yang sama, dengan ciri-ciri koloni berwarna
putih, putih kekuningan atau kuning pucat, miselium berseptat, konidiofor
bercabang, konidia berbentuk elips dan semibulat dan berdinding halus
karakteristik ini adalah Penicillium sp.
Lalu pada identifikasi selanjutnya memiliki kecenderungan jamur yang sama
dari hasil pengamatan endofit kedelai dan tanah pada cabai yakni Apergillus sp.
Karena memiliki ciri khas yang sama yakni berwarna hitam dan menyebar ke
seluruh bagian medium, menurut Dewi (2015) dalam penelitiannya bahwa
berdasarakan hasil pengamatan diketahui ciri-ciri hifa berwarna coklat tua hingga
coklat kehitaman, miselium berseptat, konidia berwarna coklat atau hitam,
berbentuk bulat, memiliki duri-duri yang tidak beraturan dan konidiofor berdinding
halus, berwarna hialin, karakteristik ini adalah Aspergillus niger.
Terakhir adalah Fusarium oxysporum yang memiliki ciri berwarna putih dan
berbentuk bulat, menurut Dewi (2015) bahwa Fusarium oxysporum memiliki ciri
karakteristik miselium berseptat, berwarna putih atau salem, konidiofor bercabang
dan tidak beraturan, konidia berbentuk panjang dan runcing.
4.3 Uji Antagonis

4.3.1 Hasil Uji Antagonis

No Sampel Tanah Dokumentasi Hasil Besar Presentase


Antagonis Penghambatan

1 Endofit tanaman PP= (3-1)/3 x 100%


tomat 66,7%

2 Endofit tanaman -
kedelai

3 Tanah rizosfer -
tanaman cabai
orgnaik

4.3.2 Pembahasan

Diketahui bahwasanya dari 4 spesimen yang diamati hanya terdapat 3 yang


tumbuh di media, sedangkan pada pengukuran uji antagonis hanya 1 yang dapat
diukur yaitu pada jamur endofit tanaman tomat.
Uji antagonis diukur menggunakan rumus presentase penghambatan
sehingga diketahui besar hambatan dari jamur antagonis endofit tanaman tomat
yang diduga Penicillium sp. sebesar 66,7% yang berarti ruang tumbuh patogen F.
oxysporum dapat terhambat oleh pertumbuhan jamur endofit tanaman tomat
sehingga menyebabkan kompetisi, hal ini berdasarkan pendapat Djafaruddin
(2004) menyatakan bahwa berkurang atau bertambahnya diameter koloni jamur
disebabkan adanya mekanisme kompetisi antara jamur patogen dan antagonis
akibat persaingan dan perebutan ruang tumbuh. Kompetisi ruang tumbuh terjadi
untuk memanfaatkan media tumbuh sebagai sumber makanan karena jamur
antagonis dan patogen sama-sama membutuhkan nutrisi untuk tumbuh.
Adapun faktor daya hambat yang dapat terjadi pada uji antagonis menurut
pernyataan Widi (2015) bahwa kecepatan pertumbuhan jamur antagonis
merupakan indikator mekanisme kompetisi ruang dan nutrisi dengan patogen.
Semakin cepat pertumbuhan jamur antagonis maka semakin efektif menekan
pertumbuhan patogen. Hal ini didukung juga oleh pernyataan Djafaruddin (2000)
kecepatan pertumbuhan koloni jamur merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan potensinya sebagai agens hayati terhadap patogen.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kasimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan bahwasanya uji antagonis yang
harapannya dapat dibandingkan dengan 4 sampel tidak terlaksana dikarenakan
faktor-faktor tertentu dimulai dari tidak tumbuhnya jamur di media PDA pada jamur
rizosfer tanah pisang organik hingga jamur yang tidak dapat diukur presentase
penghambatan dikarenakan persebaran jamur yang tidak merata dan cenderung
bebas yakni pada jamur endofit kedelai dan rizosfer cabai organik. Pada akhirnya
hanya pada endofit tanaman tomat diuji atagonis dengan F. oxysporum dengan
hasil hambatan sebesar 66,7%.

5.2 Saran
Lebih ditingkatkan kualitas dan kuantitas dari manajemen waktu praktikum,
serta alat yang mendukung jalannya praktikum agar lebih efisien dan maksimal.
Daftar Pustaka
Amaria, Widi. dkk. 2015. Evaluasi Jamur Antagonis Dalam Menghambat Pertumbuhan
Rigidoporus Microporus Penyebab Penyakit Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet.
Sukabumi: Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar

Dewi, Laila A. dkk. 2015. Identifikasi Cendawan Mikroskopis yang Berasosiasi dengan
Penyakit Busuk Pangkal Batang Tanaman Lada (Piper nigrum L.) di Desa Batuah
Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara. Samarinda: Unlam

Djafaruddin. 2004. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara

Suciatmih, dkk. 2011. Isolasi, Identifikasi, Dan Skrining Jamur Endofit Penghasil Agen
Biokontrol Dari Tanaman Di Lahan Pertanian Dan Hutan Penunjang Gunung Salak.
Cibinong: Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi – LIPI

Anda mungkin juga menyukai