Anda di halaman 1dari 14

ISOLASI DAN KARAKTERISASI PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

( Xanthomonas oryzae pv. oryzae L.) PADA TANAMAN PADI


DI WILAYAH SULAWESI SELATAN

ANDI HERWATI
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian YAPIM Maros

ABSTRACT
Padi (Oryza sativa. L) merupakan tanaman pangan pokok hampir seluruh rakyat Indonesia. Dan
merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia, khususnya di Indonesia.
Sulawesi Selatan sudah dikenal sebagai salah satu daerah produsen utama padi di Indonesia dan
sebagai salah satu lumbung padi nasional, setiap tahunnya menyumbangkan lebih dari 40% atau
2,0 juta ton pertahunnya terhadap cadangan beras nasional. Penyakit yang sering menyerang
tanaman padi diantaranya adalah hawar daun bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
oryzae pv. oryzae (Xoo). Penyakit ini termasuk salah satu penyakit utama padi. Penurunan hasil
yang diakibatkan oleh Xoo mencapai 50% bila terinfeksi berat pada stadia pertumbuhan anakan,
dan kehilangan hasil akan berkisar antara 10-20% bila tanaman terinfeksi pada stadia anakan
maksimum. Untuk mengatasi masalah penyakit hawar daun bakteri dilakukan upaya
pengendalian yang tepat, sehingga diperlukan identifikasi pada tanaman yang terinfeksi bakteri
hawar daun. untuk mendapatkan gambaran tentang bakteri patogen seperti morfologi sel dan
koloni maupun karakter fisiologi dan biokimia. Identifikasi masih diperlukan untuk mendapatkan
informasi yang cepat tentang penyakit tersebut sehingga metode pengendalian yang memadai
dapat direkomendasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi
penyebab penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv. Oryzae L.) pada tanaman padi
di wilayah Sulawesi Selatan. Isolasi bakteri dilakukan dengan metode pengenceran lalu
ditumbuhkan pada nutient agar (NA). Identifikasi Xoo dilakukan berdasarkan pada gejala yang
ditimbulkan, patogenitas, karakter morfologi dan fisiologi. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa hasil isolasi dan karakterisasi dari tiga belas isolat bakteri yang berasal dari beberapa
daerah di wilyah Sulawesi Selatan di dapat sepuluh isolat bakteri positif Xanthomonas oryzae
(Xoo) yaitu MR01, MR02, PK01, BR01, SP02, SP03, GW01, GW02, BT01 dan BT03.
Kesepuluh isolat bakteri setelah diuji pada tanaman tembakau memperlihatkan gejala
hipersensitif yang menandakan bahwa kesepuluh isolat tersebut merupakan patogen.

Kata Kunci : Xanthomonas oryzae pv. Oryzae L, Hawar Daun Bakteri, Isolasi Xoo

PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa. L) merupakan tanaman pangan pokok hampir seluruh rakyat
Indonesia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan
gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk
dunia, khususnya di Indonesia. Konsumsi beras masyarakat kita pada tahun 2010, 2015, dan
2020 diproyeksikan berturut-turut sebesar 32,13 juta ton, 34,12 juta ton, dan 35,97 juta ton.
Jumlah penduduk Indonesia pada ketiga periode itu diperkirakan berturut-turut 235 juta, 249
juta, dan 263 juta jiwa (Puslitbang Tanaman Pangan, 2012).
Sulawesi Selatan sudah dikenal sebagai salah satu daerah produsen utama padi di
Indonesia dan sebagai salah satu lumbung padi nasional, setiap tahunnya menyumbangkan lebih
dari 40% atau 2,0 juta ton pertahunnya terhadap cadangan beras nasional. Beras yang dihasilkan,
dari jenis padi sawah sebesar 99,65% dari seluruh produksi atau sebesar 3.218.651 ton
sedangkan sisanya dihasilkan padi ladang (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura,
2012).
Penyakit yang sering menyerang tanaman padi diantaranya adalah hawar daun bakteri
(HDB) atau BLB (bacterial leaf blight) yang lebih populer dengan nama penyakit “kresek” yang
disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Penyakit ini termasuk salah satu
penyakit utama padi. Secara ekonomis penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang
cukup tinggi, terutama pada musim hujan, mencapai 20,6 - 35,6%, sedangkan pada musim
kemarau dapat mencapai 7,5 - 23,8% (BBPOPT, 2007).
Penurunan hasil yang diakibatkan oleh Xoo mencapai 50% bila terinfeksi berat pada
stadia pertumbuhan anakan, dan kehilangan hasil akan berkisar antara 10-20% bila tanaman
terinfeksi pada stadia anakan maksimum. Hawar daun bakteri (HDB) menjadi semakin penting
karena saat ini IR64 yang diadopsi petani di sentra produksi padi di Jawa, tidak tahan dengan
penyakit HDB (Kadir dkk., 1999). Penyakit terjadi pada musim hujan atau musim kemarau yang
basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N tinggi (> 250 kg
urea/ha), (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2013). Bakteri Xoo mampu
membentuk strain baru dengan cepat di lapang, sejalan dengan perkembangan penggunaan
varietas padi (Kadir, 2009).
Patogen penyebab penyakit hawar daun bakteri (Xoo) mempunyai beberapa strain (Ou,
1985). Sejalan dengan adanya pergeseran strain Xoo dari waktu ke waktu di persawahan,
menyebabkan penggunaan varietas tahan yang dianggap mampu mengatasi penyakit hawar daun
bakteri hanya bersifat sementara dan terbatas dibeberapa daerah saja, karena strain yang tidak
dominan suatu ketika akan menjadi dominan apabila mendapat inang atau lingkungan yang
cocok. Berdasarkan sistem Kozaka yang telah dikembangkan saat ini di Indonesia telah dijumpai
11 kelompok strain Xoo dengan tingkat virulensi yang berbeda (Hifni & Mihardja, 1994). Pada
tahun 1970-an strain kelompok III merupakan strain yang luas sebarannya, sehingga dalam
penyeleksian varietas selalu menggunakan strain III. Strain kelompok IV merupakan strain yang
tingkat virulensinya paling tinggi dan belum ada varietas yang tahan terhadap strain ini. Untuk
memperoleh varietas tahan perlu dilakukan penyaringan varietas padi dan penyaringan ini dapat
dilakukan apabila telah diketahui strain-strain Xoo yang mendominasi suatu daerah (Khaeruni,
2001).
Untuk mengatasi masalah penyakit hawar daun bakteri dilakukan upaya pengendalian
yang tepat, sehingga diperlukan identifikasi pada tanaman yang terinfeksi bakteri hawar daun
untuk mendapatkan gambaran tentang bakteri pathogen seperti morfologi sel dan koloni maupun
karakter fisiologi dan biokimia (Schaad et al, 2001). Identifikasi masih diperlukan untuk
mendapatkan informasi yang cepat tentang penyakit tersebut sehingga metode pengendalian
yang memadai dapat di rekomendasikan (Lelliott dan Stead, 1987). Berdasarkan hal tersebut,
maka sebagai langkah awal perlu dilakukan isolasi dan karakterisasi bakteri penyebab penyakit
hawar daun bakteri di wilayah Sulawesi Selatan.
Rumusan Masalah
1. Hawar daun bakteri termasuk salah satu penyakit utama padi. Secara ekonomis penyakit
ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi, terutama pada musim hujan,
mencapai 20,6-35,6%, dan musim kemarau dapat mencapai 7,5-23,8%.
2. Sulit mengembangkan teknologi untuk mengendalikan Xoo kecuali menggunakan
varietas tahan. Saat ini penggunaan varietas tahan masih menjadi antisipasi terbaik dalam
penanggulangan Xoo. Penggunaan varietas tahan dinilai masih cukup efektif, efisien,
aman, dan murah, serta tidak mencemari lingkungan.
3. Hingga kini belum diketahui penyebaran strain Xoo dan belum ada pemetaan ketahanan
padi terhadap Xoo.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengisolasi penyebab penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv. Oryzae L.)
pada tanaman padi di Sulawesi Selatan.
2. Mengkarakterisasi penyebab penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv.
Oryzae L.) pada tanaman padi di Sulawesi Selatan
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penyakit hawar daun
bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae L. (Xoo) sehingga metode
pengendalian yang memadai dapat di rekomendasikan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama satu tahun, dari bulan Januari - Desember 2016 di
Sulawesi Selatan.
Survei Pengamatan gejala dan Pengambilan Sampel Tanaman Sakit
Survei pengamatan gejala dan penentuan lokasi dilakukan di pertanaman padi di
beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memotong
daun padi antara tanaman yang sakit dengan yang sehat dan dimasukkan dalam kantong plastik
dan disimpan dalam termos es dan segera dibawa ke Laboratorium.
Isolasi dan Identifikasi Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri
Isolasi dilakukan dengan cara mengambil daun dari tanaman sakit yang diduga terinfeksi
bakteri hawar daun dengan cara memotong bagian daun yang menunjukkan gejala hawar pada
batas bagian tanaman yang sakit dan yang sehat. Kemudian potongan-potongan tersebut dicuci
dengan air steril. Bakteri diisolasi dengan cara menggerus antara bagian tanaman yang sehat dan
yang bergejala hawar daun bakteri pada mortar hingga halus, kemudian ditambah dengan 1 ml
air steril (aquades), sehingga diharapkan bakteri yang berada dalam jaringan tanaman dapat
terlepas. Dari ekstrak ini 1 ml suspensi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi
dengan air steril sebanyak 9 ml untuk diencerkan, kemudian divortex agar suspensi homogen.
Dengan cara yang sama pengenceran terus dilakukan secara berturut-turut hingga 4 kali
(pengenceran 10 -4 ).
Menumbuhkan Bakteri pada Medium NA
Dari masing-masing tabung tingkat pengenceran diambil 0,1 ml suspensi bakteri
dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium NA (Nutrient Agar) dengan
komposisi beef extract (Difco) 3 g, pepton 5 g, agar 15 g, aquades 1000 ml. Suspensi bakteri
tersebut disebar merata pada seluruh permukaan medium dengan menggunakan spatula. Kultur
bakteri diinkubasi selama 2-3 hari kemudian dari koloni yang muncul diamati dan dilakukan
seleksi. Koloni bakteri yang diduga patogen disubkultur ulang pada medium NA yang baru
dengan cara menggores dengan jarum ose. Untuk memperoleh biakan murni diinkubasi selama
2-3 hari diperoleh koloni tunggal lalu disubkultur lagi pada medium NA sebagai perbanyakan.
Karakteristik Fisiologi dan Biokimia
1. Reaksi Gram
Koloni bakteri yang murni diuji reaksi gramnya, apakah termasuk bakteri gram positif
atau gram negatif. Koloni bakteri diambil dari biakan murni pada medium NA dengan
menggunakan jarum ose kemudian diletakkan diatas gelas preparat yang telah ditetesi larutan
KOH 3 %. Secara teratur koloni bakteri dan larutan tersebut diaduk dengan jarum ose hingga
benar-benar tercampur sambil diangkat-angkat setinggi 0,5 – 1 cm. Koloni yang nampak
berlendir dan melekat menunjukkan adanya reaksi positif yang menunjukkan bakteri tersebut
tergolong Gram Negatif (G-), dan sebaliknya yang tidak berlendir dan terlepas adalah reaksi
negatif yang merupakan bakteri Gram Positif (G+) (Lelliot dan Stead, 1987).
1. Uji Oksidase-Fermentasi (OF) (Hugh dan Leifson, 1953)
Media yang digunakan adalah media Hugh Leifson. Media dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 9 ml kemudian di autoklav. Setelah dingin ditambahkan glukosa 10 % yang
telah disterilkan. Bakteri diinokulasikan ke dalam media kemudian ditutup dengan agar cair 3 %
yang steril untuk uji fermentatif, sedangkan untuk uji oksidatif tidak ditutup dengan agar cair.
Jika terjadi perubahan warna menjadi kuning dan keruh pada uji oksidatif dan uji fermentatif
maka reaksinya positif. Pada pengujian ini digunakan kontrol berupa media uji tanpa bakteri.
3. Pigmen flouresen dan difusi non fluoresen pada agar KingsB
Media yang digunakan adalah media Kings B. Bakteri digoreskan pada media agar KB
dan diinkubasi pada 250 C. Setelah 48 jam diamati pada ruang gelap dengan menggunakan lampu
UV dengan panjang gelombang 366 nm. Apabila terjadi flouresensi berarti reaksi positif yaitu
dapat mengkatalisis pigmen flouresen.
4. Koloni Kuning pada Media YDC
Bakteri digoreskan pada media agar YDC dan inkubasikan pada suhu 30°C. Setelah 48
jam dilakukan pengamatan. Apabila terbentuk koloni berwarna kuning merupakan bakteri dari
genus Xanthomonas.
1. Produksi Urease
Media yang digunakan adalah media yeast salts (YS). Media dimasukkan dalam tabung
reaksi sebanyak 5 ml dan ditambahkan urea 10% yang steril sampai konsentrasi akhir 2 % dan
Inokulasikan dengan bakteri yang akan diuji dan inkubasi dalam inkubator shaker pada suhu
28°C. Siapkan tabung kontrol berisi media tanpa urea. Peningkatan pH ditunjukan dengan
peningkatan kepekatan warna merah magenta (pH 9.0) yang membuktikan terdapat aktifitas
urease yaitu terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keungu-unguan maka
terindikasi terbentukinya urea yang berarti reaksi positif.
6. Tumbuh pada Suhu 330 C dan Media YDC
Koloni bakteri digores pada media YDC, lalu diinkubasi pada suhu 330C selama 24-72
jam. Pengamatan dilakukan setelah 3 hari, jika bakteri dapat tumbuh, berarti mampu hidup pada
suhu 33 0C.
7. Uji Hipersensitif pada Tanaman Tembakau.
Uji hipersensitif ditujukan untuk mengetahui apakah isolat bakteri yang diperoleh bersifat
patogenik atau apatogen (Klement dan Goodman,1967). Suspensi bakteri dengan kerapatan ± 108
cfu/ml diinfiltrasikan ke dalam jaringan daun tembakau secara perlahan-lahan sehingga suspensi
menempel menyebar di dalam jaringan hingga batas urat-urat daun. Gejala water soaked
symptom (seperti terendam air) akan terlihat setelah diinkubasi selama 24 jam dinyatakan positif.
Percobaan diulang dua kali. Sebagai kontrol digunakan air suling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Survei Pengamatan gejala dan Pengambilan Sampel Tanaman Sakit
Sampel daun tanaman bergejala hawar daun bakteri diperoleh dari beberapa varietas padi
yang berasal dari tujuh lokasi pertanaman di Sulawesi Selatan yaitu daerah Kabupaten Maros,
Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kabupaten Wajo, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Gowa
dan Kabupaten Bantaeng.
Isolasi dan Identifikasi Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri
Hasil isolasi bakteri yang berasal dari 7 daerah pertanaman padi di Sulawesi Selatan yang
diduga penyebab penyakit hawar daun bakteri tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar isolat bakteri, nama varietas dan lokasi pertanaman padi
No Nama Isolat Nama Varietas Padi Lokasi Pengambilan
1 MR01 Ciherang Maros
2 MR02 Mekongga Maros
3 PK01 Mekongga Pangkep
4 WJ01 Ciherang Wajo
5 BR01 Ciliwung Barru
6 SP01 Mekongga Soppeng
7 SP02 Cigeulis Soppeng
8 SP03 Ciherang Soppeng
9 GW01 Cisantana Gowa
10 GW02 Mekongga Gowa
11 BT01 IR64 Bantaeng
12 BT02 Bromo Bantaeng
13 BT03 Cisantana Bantaeng

Pada Tabel 2 terlihat bahwa terdapat 13 isolat bakteri yang telah diisolasi dari 7 varietas
padi dan 7 lokasi pertanaman di Sulawesi Selatan, diantaranya 2 isolat dari Maros yaitu Ciherang
(MR01) dan Mekongga (MR02), 1 isolat dari Pangkep yaitu Mekongga (PK01), 1 isolat dari
Barru yaiu Ciliwung (BR01), 1 isolat dari Wajo yaitu Ciherang (WJ01), 3 isolat dari Soppeng
yaitu Mekongga (SP01), Cigeulis (SP02) dan Ciherang (SP03), 2 isolat dari Gowa yaitu
Cisantana GW01) dan Mekongga (GW02) dan 3 isolat dari Bantaeng yaitu IR64 (BT01), Bromo
(BT02) dan Cisantana (BT03).
Sifat Morfologi dan fisiologi
Hasil isolasi bakteri Xoo dari tiga belas sampel daun padi bergejala setelah diuji sifat
morfologi dan fisiologi diperoleh sepuluh isolat bakteri positif Xoo yang terdiri atas dua isolat
dari Kabupaten Maros (MR01 dan MR02), satu isolat dari Kabupaten Pengkep (PK01), satu
isolat dari Kabupaten Barru (BR01), dua isolat dari Kabupaten Soppeng (SP02 dan SP03), dua
isolat dari Kabupaten Gowa (GW01 dan GW02), dua isolat dari Kabupaten Bantaeng (BT01 dan
BT03),. Patogen hawar daun bakteri kemudian diuji lanjut dengan menguji sifat morfologi dan
fisiologi yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakterisasi tiga belas isolat bakteri sebagai patogen hawar daun bakteri (Xoo) dan perbandingan hasil uji karakterisasi
morfologi dan fisiologi isolat Xoo dengan hasil peneliti lain

Pengujian Bakteri yang diuji Xoo

M M P W B S S S G G B B B Moffe Lellio Schaad et Liu at


R R K J R P P P W W T T T t t Goto al al
199
01 02 01 01 01 01 02 03 01 02 01 02 03 1983 1987 2 2001 2006

Gram Negtif + + + - + - + + + + + + + + + + + +

Pertumbuhan + + + - + + + + + + + - + - + + + +
Anaerob
Negatif

King's B - - - - - - - - - - - - -

Koloni Kuning + + + - + - + + + + + - + + + + + +
Pada Media
YDC

Tumbuh Pada + + + + + + + + + + + + +
Suhu 33 C

Produksi Urease - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa patogen hawar daun bakteri adalah Xoo. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian Djatmiko dan Fatichin (2009), berdasarkan pengujian biokimia patogen
hawar daun bakteri yaitu pertumbuhan pada medium Na, reaksi Gram dan uji OF. Genus bakteri
kelompok Xanthomonas yang ditumbuhkan pada medium NA menunjukkan sifat Gram negatif
(Moffet dan Croft, 1983), Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae memperlihatkan reaksi positif
yaitu berlendir dan melekat sehingga bakteri ini termasuk Gram Negatif (G-), mempunyai
flagellum polar tunggal, dan bersifat patogen pada tanaman (Schaad et al., 2001).
Hasil pengujian reaksi gram pada beberapa isolat bakteri yang diduga Xoo (Xanthomonas
oryzae pv. Oryzae L.) menunjukkan bahwa bakteri kelompok Xanthomonas menghasilkan
polisakarida luar sel sebagai sumber “Xanthan gum” pada medium yang mengandung glukosa
(Schaad et al., 2001).
Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae L. berbentuk batang pendek berukuran (1-2) x
(0,8-1) m , di ujungnya mempunyai satu flagela polar yang berukuran 6-8 m dan berfungsi
sebagai alat bergerak. Bakteri ini bersifat aerob, gram negatif dan di atas media NA bakteri ini
membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan
dan mempunyai permukaan yang licin (Semangun, 2000).
Bakteri ini terutama terdapat dalam berkas-berkas pembuluh. Kalau daun yang sakit
dipotong dan diletakkan di dalam ruangan yang lembab, dari berkas pembuluhnya akan mengalir
lendir kekuningan yang mengandung jutaan bakteri (ooze), (Prakoso 2011).
Agarwal dan Sinclair (1987) dan Hidayat et al. (2000) melaporkan kelompok bakteri
patogen Xoo dapat dibedakan dengan adanya xantomonadin dapat dihasilkan bila bakteri
tersebut di tumbuhkan pada media YDC dan dapt tumbuh pada suhu 330 C.
Uji oksidsi-fermentatif dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri Xoo dapat tumbuh
pada keadaan aerob, Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapat bahwa patogen tersebut tidak
dapat tumbuh bila tidak terrdapat oksigen ini ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi
warna kuning keruh pada tabung yang tidak diberi parafin, yang menandakan bahwa bakteri
tersebut bersifat aerob. Kekeruhan tersebut mengindikasikan terjadinya pertumbuhan /
perbanyakan mikroorganisme dalam medium.
Uji Oksidasi-Fermentatif yang menggunakan Medium Basal OF. berdasarkan formula
Hugh dan Leifson yang telah mendeskripsikan secara signifikan taksonomi bakteri gram negatif
yang memetabolisme karbohidrat berdasarkan oksidasi atau fermentasi. Ketika organisme
diinokulasi ke dalam 2 tabung reaksi Medium OF Basal yang mengandung karbohidrat, salah
satu tabung ditutup dengan agar yang berfungsi untuk menghambat oksigen sehingga oksigen
tidak akan masuk dan reaksi yang signifikan akan dapat diamati. Organisme fermentatif akan
menghasilkan reaksi asam pada tabung yang ditutup maupun tidak. Sedangkan organisme
oksidatif hanya akan memproduksi reaksi asam pada tabung yang tidak ditutup dan tidak ada
atau hanya sedikit pembentukan asam pada tabung yang ditutup. Asam yang dihasilkan dari
fermentasi akan menurunkan pH medium sehingga indikator menjadi berwarna kuning
(Koneman 2006 : 313).
Bakteri ini tidak menghasilkan pigmen flouresen berarti reaksi negatif dan tidak
menghasilkan urease karena pada media yeast salts tidak terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi merah keungu-unguan.

1 2

A B C D
Gambar 1. Karakterisasi sepuluh isolat bakteri Xoo : A. uji reaksi gram (berlendir), B.uji
pertumbuhan anaerob (tidak berubah warna jika ditutup agar), C. koloni kuning
pada media YDC, D. tumbuh pada suhu 33 0C

Reaksi Hipersensitif pada Tanaman Tembakau ( Klement dan Goodman, 1967)

Reaksi hipersensitif merupakan kematian sel yang cepat dan terlokalisasi. Reaksi ini

muncul pada tanaman yang terinfeksi saat pengenalan patogen dan bersamaan dengan itu,

merupakan usaha untuk menghambat pertumbuhan patogen. (Wahyudi, dkk. 2011). Keruntuhan

total jaringan setelah 24 h diikuti oleh nekrosis dicatat sebagai reaksi positif ( Klement dan

Goodman , 1967). Hasil uji hipersensitif dapat ditunjukkan pada Tabel 4 yaitu sebanyak 11 isolat

yang diinokulasi kedalam tanaman tembakau mampu menginduksi reaksi hipersensitif. Reaksi

ini paling jelas teramati 48 jam setelah penyuntikan.


Tabel 4. Hasil uji hipersensitif sepuluh isolat bakteri Xanthomonas oryzae (Xoo) pada tanaman
tembakau

No Nama Isolat Respon Hipersensitif


1 MR01 +
2 MR02 +
3 PK01 +
4 BR01 +
5 SP02 +
6 SP03 +
7 GW01 +
8 GW02 +
9 BT01 +
10 BT03 +
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 10 isolat dapat menghasilkan reaksi hypersensitif

ketika diinokulasikan ke dalam jaringan daun tembakau. Hal tersebut berarti bahwa reaksi

dinyatakan positif karena terbentuk gejala nekrotik pada jaringan daun. Daun tembakau menjadi

kecoklatan pada area masuknya bakteri yaitu dengan munculnya bercak kekuningan hingga

coklat pada permukaan daun (Gambar 2).

A B
Gambar 2. Reaksi hipersensitif isolat bakteri Xoo pada tanaman tembakau : A. Reaksi negatif
(control), B. Reaksi positif.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa hasil isolasi dan
karakterisasi dari tiga belas isolat bakteri yang berasal dari beberapa daerah di wilyah Sulawesi
Selatan di dapat sepuluh isolat bakteri positif Xanthomonas oryzae (Xoo) yaitu MR01, MR02,
PK01, BR01, SP02, SP03, GW01, GW02, BT01 dan BT03.
Kesepuluh isolat bakteri setelah diuji pada tanaman tembakau memperlihatkan gejala
hipersensitif yang menandakan bahwa kesepuluh isolat tersebut merupakan patogen.

DAFTAR PUSTAKA

Amrulloh I. 2008. Uji Potensi Ekstrak Daun Sirih (Piper betle) sebagai Antimikroba Terhadap
Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan Jamur Fusarium oxysporum. Universitas
Islam Negeri Malang, Malang.

Andayani S.2009. Penyakit hawar daun bakteri.Diunduh dari


http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/penyakit-padi-karena
bakteri/2004. penyakit-hawar-daun-bakteri-blb-.(diakses 1 maret
2012).

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, 2007. Efektivitas Bakteri Antagonis
Corynebacterium terhadap HDB/KRESEK. BBOPT.
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2012. Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur
Harapan Padi Sawah Introduksi IRRI dan Galur Dihaploid HasilSilang Ganda Tahan
Terhadap Hawar Daun Bakteri dan / atau Wereng Cokela. Maros.

Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2013. Serangan Organisme Pengganggu
Tanaman Padi Selama MT ASEP 2013 di Wilayah Banyumas, Banyumas 2013.
Banjarnahor, M.R., 2010. Pengendalian Hayati. www.raflesmartohap.blogspot.com. Akses 19
Mei 2011.
Balai Penyuluhan Pertanian Paiton, 2011. Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)
pada Tanaman Padi dengan menggunakan Coryne bacterium. Probolinggo

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2013. HDB (Penyakit Kresek).
http://dinpertan.grobogan.go.id/laboratorium/215-kresek-html. Diakses pada tanggal 07
September 2013.

Djatmiko HA & Fatichin. 2009. Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit
hawar daun bakteri. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 9: 168 – 173.
Hifni, H.R. dan S. Mihardja. 1994. Studi pergeseran populasi strain bakteri Xanthomonas
campestris pv. oryzae penyebab penyakit hawar daun bakteri (Interim. Rep.).

Hifni, H.R. dan M.K. Kardin, 1998. Pengelompokan Isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae.
Hugh, R. & E. Leifson, 1953. The taxonomic significance of fermentative verses oxidative
metabolism of carbohydrates by various Gram negative bacteria. J Bacteriol 66:24- 26.
Kadir, T. S.., 2009. Menangkal HDB dengan Menggilir Varietas. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 31(5):1-3.
Khaeruni R. A, 2001. Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi : Masalah dan Upaya
Pemecahannya. Makala Falsafah Sains(PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3,
InstitutPertanian Bogor.

Lelliot, R. A. & D.E. Stead. (1987). Methods for The Diagnosisof Bacterial Disease of Plants.
London :BlackwellScientific Publication.

Machmud, M. 1991. Penyakit Bakteri Padi dan Pengendaliannya. Hal. 845-853. Dalam E.
Soenarjo. D. S. Damardjati. M. Syam. (Eds). Padi Buku 3. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Makarim, A.K. dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Iptek Tanaman
Pangan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 295-330.

Moffet MJ & Croft BJ. 1983. Xanthomonas. Pp. 189-228 In : Fahy PC & Persley GJ, eds. Plant
Bacterial Diseases. Academic Press, London.
Ogawa, 1993. Methods and Strategy for Monitoring Rice Distribusition and Identification of
Resistence Genes to BLB (Xanthomonas campestris pv. Oryzae) in Rice. JARQ 27:71-
80.

Ou, S.H. 1985. Rice Disease. Commonwealth. Inst. Kiew, Surrey, England. 368 p.
Primadani Setyo Prakoso, 21 maret 2011.penyakit hawar daun pada padi.
http://prakosoisme.blogspot.com/2011/03/penyakit-hawar-daun-pada-padi
serta.html#!/2011/03/penyakit-hawar-daun-pada-padi-serta.htm
Puslitbang Tanaman Pangan, 2012. Peningkatan Produksi Padi Menuju
2020.http://pangan.litbang.deptan.go.id/index.php?bawaan=download/download_de
tail&&id=35. Diakses tanggal 8 Februari 2012.

Reitsma, J. and P.S.J. Schure. 1950. Kresek a bacterial disease of rice. Contr. Gen. Agric. Res.
Sta. 117:1-17.

Schaad NW, Jones JB & Lacy GH. 2001. Xanthomonas. Pp. 175 – 200 in: Schaad NW, Jones JB
& Chun W, eds. Laboratory Guide For Identification of Plant Pathogenic Bacteria.
APS Press, St. Paul. Minnesota.

Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada
University -Press, Yogyakarta, hal 11-30.
Triny SK, I Hanarida, DW Utami, S Koerniati, AD Ambarwati, A Apriana, S Sisharmini. 2009.
Evaluasi ketahanan populasi haploid ganda silangan IR64 dan Oryza rufipogon terhadap
Hawar Daun Bakteri pada stadia bibit. J. Plasma Nutfah 15(1) 13-19.

Van, Steenis C.G.G.J.. 2005. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita.Sudarnadi H. 1996. Tumbuhan
Monokotil. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wahyudi TA, Meliah S, Nawangsih AA. 2011. Xanthomonas oryzae pv. Oryzae bakteri
penyebab penyakit hawar daun pada padi: Isolasi, Karatrestik, dan Telaah Mutagenesis
Dengan Tranposon. Makara Sains, 15(1): 89-96

Anda mungkin juga menyukai