Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN INDIVIDU

STASE INSTALASI FARMASI RAWAT INAP


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Pemantauan Terapi Obat Pasien Bedah


Diagnosis: Fraktur Metatarsal Pedis

Pembimbing
Isti Mutmainah, S.Far.,Apt

Disusun Oleh

Triliantari Siregar Universitas Ahmad Dahlan

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan


Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin. Salah satu pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh apoteker adalah

Pemantauan Terapi Obat (PTO).

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup


kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Kegiatan dalam PTO
meliputi:

a. Pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, 
 respons terapi,

Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD); 


b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; 
 dan 


c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat. 
 Tahapan PTO: 


a. Pengumpulan data pasien; 


b. Identifikasi masalah terkait Obat; 


c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; 


d. Pemantauan; dan 


e. Tindak lanjut. 


. Faktor yang harus diperhatikan:

a. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis 
 terhadap bukti terkini

dan terpercaya (Evidence Best 
 Medicine); 



b. Kerahasiaan informasi; dan 


c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat). 
 Petunjuk teknis

mengenai pemantauan terapi Obat akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal. ( Permenkes 72, 2016)
BAB II
TUJUAN SPESIFIK PKPA

Tujuan dari kegiatan penugasan PKPA PK II pada bagian Pemantauan


Terapi Obat (PTO) Introduction ( Pengenalan ) adalah agar mahasiswa profesi
apoteker dapat mencapai dua area kompetensi yaitu mampu melakukan kegiatan
pemantauan terapi obat dan mampu melakukan kegiatan farmasi klinis. Adapun
tujuan spesifik diuraikan sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa mampu mengkaji pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian
obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).
2. Agar mahasiswa mampu mengisi lembar kerja pemantauan terapi obat.
3. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi terapi pada pasien sesuai dengan
perkembangan kondisi pasien berdasarkan data klinis.
4. Agar mahasiswa mampu memonitoring parameter keberhasilan terapi obat
pasien.
5. Agar mahasiswa mampu menganalisis Drug Related Problem (DRP).
6. Agar mahasiswa mampu memberikan rekomendasi terhadap timbulnya DRP
yang terjadi.

BAB III
KEGIATAN DAN PENUGASAN

Kegiatan PKPA untuk PTO Introduction dilakukan mulai tanggal 19


Februari 2018. Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) Introduction dilakukan
pada bagian anak, obsgyn dan bedah. Kasus diambil dari hasil rekam medik
pasien dan dipilih kasus yang ringan. Untuk kasus anak dan obsgyn dilihat dari
data rekam medik di bangsal Firdaus, sementara untuk bedah diambil dari data
rekam medik di bangsal Naim, Al-Kautsar dan Ar-Royyan. PTO dilakukan pada
pasien dengan Kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Pasien anak, ibu hamil atau melahirkan dan pasien yang mengalami operasi
2. Pasien kelas 2 atau 3.
3. Pasien yang memiliki kasus ringan
Kriteria eksklusi pasienn adalah pasien yang hanya memiliki Length of
Stay kurang dari 3 hari.
Pasien yang masuk dalam kriteria inklusi selalu dipantau setiap hari
perkembangannya hingga pasien keluar dari rumah sakit. Pemantauan dilakukan
melalui rekam medik dan menanyakan langsung kepada pasien. Data yang
diambil dari rekam medik berupa data SOAP, data penggunaan obat oleh pasien,
data tanda vital dan data lab. Data ditulis di lembar form pemantauan terapi
pasien.
Adapun alur kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Melakukan penelurusuran di komputer mengenai data pasien rawat inap


yang sesuai dengan kriteri inklusi dan eksklusi

Melihat rekam medik pasien yang sesuai kriteria ke bangsal perawatan

Melakukan analisa terhadap permasalahan yang berkaitan dengan obat

Menulis di lembar kerja Pemantauan Terapi Obat

Melakukan visite ke pasien apabila ada informasi yang diperlukan untuk


analisis kasus

Melaporkan ke pereseptor apabila ada DRP yang ditemukan


BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fraktur
1. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah gangguan atau terputusnya kontinuitas
dari struktur tulang. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah
tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas
melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi. ( Black, 2005)
2. Etiologi
Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor.
1. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang, hal
tersebut akan menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang
terjadi biasanya bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan
2. Trauma tak langsung
Trauma tak langsung apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak
langsung, misalnya jatuh dengan tanganekstensi dapat menyebabkan
fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh.
3. Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang
lebih besar dari pada daya tahan tulang.
4. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
5. Usia penderita.
6. Kelenturan tulang dan jenis tulang.
( De jong, 2010)
3. Diagnosis
Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, pemeriksaan
sinar-x pasien.
4. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi odem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka
maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya
sampai sembuh.
B. Keterangan Obat
No Nama Obat Keterangan
1 Inj Tramadol 2 Indikasi Nyeri akut dan kronik yang berat dan post op
ampul Dosis Maksimal 8 ampull/hari
Kontra Insufisiensi pernafasan dan ginjal berat
Indikasi
Perhatian Gangguan fungsi ginjal dan hati, epilepsi dan
kejang
Efek Pusing, gangguan pencernaan
Samping
2 Ceftriaxone 1 gr Indikasi Infeksi berat & keadaan resisten thd Gr + &
IV/12 jam Gr -, infeksi saluran nafas, ISK, GO,
septikima, infeksi tulang & sendi, infeksi
intra abdominal, infeksi kulit, profilaksis
peri-op.
Dosis D: pemberian secara injeksi intramuskular
dalam bolus intra vena atau infuse 1 gr/hr
dlm dosis tunggal. Dosis lebih dari 1 gr harus
diberikkan lebih pada dua tempat atau lebih.
Kontra Hipersensitivitas terhadap sefalosporin.
Indikasi
Perhatian Sensitif terhadap penisillin, hamil & laktasi.
Efek Mual, muntah, diare, sakit kepala, reaksi
Samping kulit, trombisitosis, anemia hemolitik,
peningkatan sementara SGOT/SGPT &
BUN. Jarang terjadi inflamasi pada tempat
injeksi.
3 Ketorolac 1 Indikasi Terapi jangka pendek nyeri post op akut,
ampul sedang hingga berat.
Dosis Oral: 3-4x sehari 1 tablet
Inj: pengobtan jangka pendek untuk nyeri,
awal 30-60 mg secara IM, lalu dapat
diberikan dosis 15-30 mg tiap 6 jam bila
perlu. Maksimal 120 mg/hari. Nyeri berat
pasca operasi 90 mg lama terapi maksimal 5
hari.
Kontra Tukak peptic, pendarahan, perforasi GI,
Indikasi disfungsi ginjal, penggunaan bersama AINS
dan probenesid, laktasi, gangguan
hemostatik.
Perhatian Pasien yang dapat terapi antikoagulan,
hemophilia, gangguan hematologi, penyakit
jantung, gagal ginjal akut, hipertensi,
disfungsi hati, anak < 6 tahun.
Efek Tukak GI, pendarahan & perforasi GI,
Samping pendarahan pasca op, gagal ginjal akut,
anafilaksis, gagal hati.
4 Ondansetron 1 Indikasi Postoperative nausea and vomiting (PONV)
Ampul
Dosis Oral: 16 mg diberikan 6 jam sebelum induksi
anestesi.
Intravena: 4 mg diberikan dosis tunggal
segera sebelum induksi anestesi.
Kontra Hipersensitivitas ondansetron,dan antagonis
Indikasi 5HT3 lain, atau komponen lain dalam
sediaan.
Perhatian Reaksi alergi, kehamilan dan laktasi,
gangguan hatisedang dan beratmaksimal 8
mg/hari.
Efek Sakit kepala, malaise, konstipasi, ansietas,
Samping diare, takikardi.
5 Ketesse Indikasi Nyeri musculoskeletal akut, dismenore, sakit
1 ampul gigi, nyeri pasca operasi
(Dexketoprofen) Dosis Oral : 12,5 mg tiap 4-6jam atau 25 mg tiap 8
injeksi jam. Nyeri pasaca op : 25 mg tiap 8
50mg/2mL jam.maksimal 75 mg.

Injeksi : 50 mg/mL tiap 8-12 jam. Dosis


IV/IM maksimal 150 mg
Kontra Riwayat asma, bronkospasme, rhinitis akut
Indikasi atau polip nasal, tukak lambung, dyspepsia,
hamil, laktasi.
Perhatian Alergi obat, esophagitis, gastritis, ulkus
peptic, kelainan darah, SLE, fungsi hati dan
ginjal abnormal terapi diuretic, anak, lansia
Efek Meningkatkan kejadian thrombosis KV,
Samping infrak miokard dan stroke, hipertensi,
gangguan lambung.
6 PCT 500 mg Indikasi Nyeri, demam, sakit gigi dan migren
dalam infus Dosis Maximum 3,25 g / hari
Kontra Gangguan hati
Indikasi
Perhatian Gangguan hati, dan alergi parasetamol
Efek Reaksi hematologi.
Samping
(DIH)
BAB V
LAPORAN HASIL ANALISIS

I. Identitas pasien
Nama pasien Mr. SB L/P Ruang/no. bed Al-Kautsar 254/BED 1
No RM 15-29-99 Tanggal masuk 18-2-2018
Umur 22 Tahun Tanggal keluar 21-2-2018
Status pasien Jasa Raharja & BPJS Dokter dr. Melky.Sp.OT

II. Kondisi pasien


Keluhan utama: Riwayat penyakit keluarga:
Nyeri dikaki kanan setelah kecelakaan lalu lintas -
Diagnose: Riwayat pengobatan pasien (termasuk patient’s own drug):
Fraktur Metatarsal Pedis Ceftriaxone 2 gr
Riwayat penyakit: Riwayat alergi obat/makanan:
- -

III. Data vital sign


Tanggal
Jenis pemeriksaan
18/2/2018 19/2/2018 20/2/2018 21/2/2018
Tekanan darah 125/64 mmHg 123/60 mmHg 126/70 mmHg 123/63 mmHg
Nadi/HR 80x/menit 83x/menit 72x/menit 82x/menit
Respiration rate 20x/menit 23x/menit 20x/menit 20x/menit
Suhu (T°C) 37 36 37 36,6

IV. Data hasil laboratorium


Tanggal
Parameter Nilai rujukan
18/2/2018 19/2/2018 20/2/2018 21/2/2018
Hematocrit 36-52% 50 - - -
Trombosit 150-450 rb/uL 287 - - -
Hb 12-17 g/dl 16,7 - - -
Leukosit 4-10 rb/uL 14400 - - -
Gol. Darah O - - -
A Akut - - -
PPT 12,4 - - -
APTT 28,4 - - -
HBS AG negatif - - -

V. Monitoring terapi obat


Nama Obat Dosis/Aturan Pakai Parameter Monitoring Pemberian Obat Dan Respon Terapi
Respon Obat 18/2/2018 19/2/2018 20/2/2018 21/2/2018
P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Inj Ketorolac 1 Ampul Nyeri post op akut √ √
menurun Pemberian di 1 Ampul k/p 08:00 16.00
IGD
Inj Ceftriaxone 1 g IV/12jam Bakteri- (Antibiotik √ √ √ 
profilaksis peri-op) 12:00 24:00 08:00 20.00
Tramadol 2 Ampul IV Nyeri menurun
Pemberian di
IGD
Inj Ondansetron 4 g/8jam Mual muntah -
Saat mau op
PCT infus 1 ampul Suhu tubuh normal √ √
13.00 24.00
Ketese 1 Ampul Nyeri post op akut
menurun Extra drip RL

Obat pulang: 1. Cefixime 100 mg 2x1 tab oral (10 tablet)


2. Meloxicam 15 mg 2x1 tab oral (10 tablet)
VI. Keluhan Pasien
Tanggal
18/2/2018 19/2/2018 20/2/2018 21/2/2018
Keluhan Nyeri Vas 5 Nyeri VAS 2 Nyeri Vas 5 ( Nyeri Vas 5 ( Pulang
post operasi ) post operasi )
BAB VI
ANALISIS LAPORAN

a. Standar Terapi
- Standar terapi untuk penanganan nyeri untuk VAS 5 adalah:

- standar terapi untuk pembedahan

(NCBI)
b. Drug Related Problem

DRP Tindak
Problem Penilaian Rekomendasi
Ya Tidak Lanjut
Indikasi (standar terapi & symptom)
Tidak √ Tidak sesuai Evaluasi Ganti dengan
sesuai dengan penggunaan cefazolin
pedoman guadline antibiotik sesuai
terapi profilaksis bedah guadline baik
terkini
dosis dan juga
(pedoman waktu
terapi) & pemberian
Waktu sebelum
pemberian sayatan
tidak sesuai pertama

c. Evaluasi
Pasien datang kerumah sakit setelah mengalami kecelakaan dan megalami nyeri
dengan skala 5. Di IGD diberikan antinyeri ketorolac dan tramadol. Pemberian terapi
tersebut sudah tepat karena nyeri dengan skala 5 sudah tergolong nyeri moderate pain
dimana terapi untuk moderate pain adalah obat adjuvan dan opioid. Pasien menerima
injeksi ketorolak dan tramadol untuk menghilangkan rasa nyeri setelah mengalami
kecelakaan. Setelah dimonitoring, skala nyeri pasien sudah berkurang menjadi 1 – 2.
Dengan demikian, pemberian injeksi ketorolak dan tramadol adalah terapi yang tepat
untuk nyeri pasca kecelakaan.
Setelah pasien dipindah ke ranap, pasien diberi obat yang sama dengan terapi
yang didapat dari UGD sebelumnya, namun ada tambahan injeksi antibiotik ceftriaxone.
Pasien mendapatkan obat injeksi ceftriaxone karena pasien kemungkinan mengalami
infeksi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang
menunjukkan nilai leukosit 14,4 rb/uL, berdasarkan literatur nilai normalnya adalah 4-
10 rb/uL6. Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/mendistribusikan
antibodi. Implikasi klinik dari kenaikan nilai leukosit adalah pertanda adanya infeksi.
Prognosis patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan bedah.
Dalam tindakan bedah biasanya dilakukan tindakan profilaksis bedah. Tindakan
profilaksis bedah adalah tindakan yang rutin dilakukan dengan maksud mencegah
terjadinya infeksi pascaoperasi. Pemberian profilaksis antibiotik sebelum tindakan
bedah telah terbukti mengurangi angka kejadian infeksi pascaoperasi. Pemilihan jenis
antibiotik profilaksis berpengaruh terhadap keberhasilan pencegahan infeksi pasca
bedah1. Pada kasus ini pasien mendapatkan antibiotik injeksi ceftriaxone untuk terapi
antibiotik profilaksis bedah pada kaki kanannya. Pada tahun 2004 memang ada studi
literatur Meta-analisis menunjukkan bahwa ceftriaxone secara statistik lebih unggul
daripada antibiotik lain dalam mencegah infeksi pascaoperasi lokal. Namun pada tahun

2013 guadline terapi antibiotik profilaksis bedah direkomendasikan penggunaan


antibiotik cefazolin atau cefepime atau vancomicin. (Esposito,2004)

Dan untuk keefektifitasan terapi profilaksis dalam hal dosis dan waktu pemberian yang
tepat adalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Dari hasil penelusuran literatur terkait bahwa pemilihan antibiotik profilaksis untuk
tindakan bedah dikatakan tidak sesuai dengan guadline terbaru, dari guadline yang ada dijelaskan
bahwa cefazolin terbukti lebih efektif untuk antibiotik profilaksis tindakan bedah ortopedi.
Jadi kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat pada pasien maka dapat disimpulkan bahwa
pemilihan terapi obat belum sesuai dengan acuan.
2. Terapi profilaksis antibiotik ceftriaxone untuk keperluan bedah pada secara umum bisa
digunakan, akan tetapi secara khusus untuk kasus bedah pada ortopedi menggunakan first
line : cefazolin dan second line : vancomycin.
3. Pada pemantauan terapi obat ditemukan DRP waktu pemberian ceftriaxone sebagai terapi
antibiotik profilaksis bedah yang kurang efektif jika diberikan lewat dari 30-60 menit
sebelum sayatan pertama.

BAB VII
REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis kasus diatas maka direkomendasikan untuk dilakukan evaluasi
dalam pemilihan antibiotik profilaksis bedah dengan maksud mencegah terjadinya infeksi
pascaoperasi. Mengingat dengan pemberian profilaksis antibiotik sebelum tindakan bedah telah
terbukti mengurangi angka kejadian infeksi pascaoperasi. Sehingga pemilihan jenis antibiotik
profilaksis baik dari segi jenis, dosis dan waktu pemberian berpengaruh terhadap keberhasilan
pencegahan infeksi pasca bedah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta

Black M. Joyce&Jane H. Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing: Clinical Management For
Positive Outcome. 7th edition. St Louis: Elseiver Inc

Bratzler DW, Dellinger EP, Olsen KM, Perl TM, Auwaerter PG, Bolon MK. Clinical practice
guidelines for antimicrobial prophylaxis in surgery. Am J Health-Syst Pharm. 2013;
70:195-283

De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa: TIM Penerbit Ilmu Kedokteran, editor :
Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta

Esposito S, Noviello S, Vanasia A, Venturino P. Ceftriaxone versus Other Antibiotics for


Surgical Prophylaxis: A Meta-Analysis. Clin Drug Investig. 2004;24(1):29-39

Lacy. Charles F., Lora L. Amstrong, Morton P. Goldman, Leonard L. Lance. 2010. Drug
Information Handbook, 18th Edition. USA

Anda mungkin juga menyukai