Pembimbing
Isti Mutmainah, S.Far.,Apt
Disusun Oleh
d. Pemantauan; dan
e. Tindak lanjut.
c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat). Petunjuk teknis
mengenai pemantauan terapi Obat akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal. ( Permenkes 72, 2016)
BAB II
TUJUAN SPESIFIK PKPA
BAB III
KEGIATAN DAN PENUGASAN
I. Identitas pasien
Nama pasien Mr. SB L/P Ruang/no. bed Al-Kautsar 254/BED 1
No RM 15-29-99 Tanggal masuk 18-2-2018
Umur 22 Tahun Tanggal keluar 21-2-2018
Status pasien Jasa Raharja & BPJS Dokter dr. Melky.Sp.OT
a. Standar Terapi
- Standar terapi untuk penanganan nyeri untuk VAS 5 adalah:
(NCBI)
b. Drug Related Problem
DRP Tindak
Problem Penilaian Rekomendasi
Ya Tidak Lanjut
Indikasi (standar terapi & symptom)
Tidak √ Tidak sesuai Evaluasi Ganti dengan
sesuai dengan penggunaan cefazolin
pedoman guadline antibiotik sesuai
terapi profilaksis bedah guadline baik
terkini
dosis dan juga
(pedoman waktu
terapi) & pemberian
Waktu sebelum
pemberian sayatan
tidak sesuai pertama
c. Evaluasi
Pasien datang kerumah sakit setelah mengalami kecelakaan dan megalami nyeri
dengan skala 5. Di IGD diberikan antinyeri ketorolac dan tramadol. Pemberian terapi
tersebut sudah tepat karena nyeri dengan skala 5 sudah tergolong nyeri moderate pain
dimana terapi untuk moderate pain adalah obat adjuvan dan opioid. Pasien menerima
injeksi ketorolak dan tramadol untuk menghilangkan rasa nyeri setelah mengalami
kecelakaan. Setelah dimonitoring, skala nyeri pasien sudah berkurang menjadi 1 – 2.
Dengan demikian, pemberian injeksi ketorolak dan tramadol adalah terapi yang tepat
untuk nyeri pasca kecelakaan.
Setelah pasien dipindah ke ranap, pasien diberi obat yang sama dengan terapi
yang didapat dari UGD sebelumnya, namun ada tambahan injeksi antibiotik ceftriaxone.
Pasien mendapatkan obat injeksi ceftriaxone karena pasien kemungkinan mengalami
infeksi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang
menunjukkan nilai leukosit 14,4 rb/uL, berdasarkan literatur nilai normalnya adalah 4-
10 rb/uL6. Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/mendistribusikan
antibodi. Implikasi klinik dari kenaikan nilai leukosit adalah pertanda adanya infeksi.
Prognosis patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan bedah.
Dalam tindakan bedah biasanya dilakukan tindakan profilaksis bedah. Tindakan
profilaksis bedah adalah tindakan yang rutin dilakukan dengan maksud mencegah
terjadinya infeksi pascaoperasi. Pemberian profilaksis antibiotik sebelum tindakan
bedah telah terbukti mengurangi angka kejadian infeksi pascaoperasi. Pemilihan jenis
antibiotik profilaksis berpengaruh terhadap keberhasilan pencegahan infeksi pasca
bedah1. Pada kasus ini pasien mendapatkan antibiotik injeksi ceftriaxone untuk terapi
antibiotik profilaksis bedah pada kaki kanannya. Pada tahun 2004 memang ada studi
literatur Meta-analisis menunjukkan bahwa ceftriaxone secara statistik lebih unggul
daripada antibiotik lain dalam mencegah infeksi pascaoperasi lokal. Namun pada tahun
Dan untuk keefektifitasan terapi profilaksis dalam hal dosis dan waktu pemberian yang
tepat adalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Dari hasil penelusuran literatur terkait bahwa pemilihan antibiotik profilaksis untuk
tindakan bedah dikatakan tidak sesuai dengan guadline terbaru, dari guadline yang ada dijelaskan
bahwa cefazolin terbukti lebih efektif untuk antibiotik profilaksis tindakan bedah ortopedi.
Jadi kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat pada pasien maka dapat disimpulkan bahwa
pemilihan terapi obat belum sesuai dengan acuan.
2. Terapi profilaksis antibiotik ceftriaxone untuk keperluan bedah pada secara umum bisa
digunakan, akan tetapi secara khusus untuk kasus bedah pada ortopedi menggunakan first
line : cefazolin dan second line : vancomycin.
3. Pada pemantauan terapi obat ditemukan DRP waktu pemberian ceftriaxone sebagai terapi
antibiotik profilaksis bedah yang kurang efektif jika diberikan lewat dari 30-60 menit
sebelum sayatan pertama.
BAB VII
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis kasus diatas maka direkomendasikan untuk dilakukan evaluasi
dalam pemilihan antibiotik profilaksis bedah dengan maksud mencegah terjadinya infeksi
pascaoperasi. Mengingat dengan pemberian profilaksis antibiotik sebelum tindakan bedah telah
terbukti mengurangi angka kejadian infeksi pascaoperasi. Sehingga pemilihan jenis antibiotik
profilaksis baik dari segi jenis, dosis dan waktu pemberian berpengaruh terhadap keberhasilan
pencegahan infeksi pasca bedah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Black M. Joyce&Jane H. Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing: Clinical Management For
Positive Outcome. 7th edition. St Louis: Elseiver Inc
Bratzler DW, Dellinger EP, Olsen KM, Perl TM, Auwaerter PG, Bolon MK. Clinical practice
guidelines for antimicrobial prophylaxis in surgery. Am J Health-Syst Pharm. 2013;
70:195-283
De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa: TIM Penerbit Ilmu Kedokteran, editor :
Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta
Lacy. Charles F., Lora L. Amstrong, Morton P. Goldman, Leonard L. Lance. 2010. Drug
Information Handbook, 18th Edition. USA