PENDAHULUAN
Siklus hidup Plasmodium dapat berlangsung pada dua keadaan, yaitu siklus hidup
aseksual ( skizogoni ) yang terjadi di dalam sel darah merah vertebrata dan siklus hidup
seksual ( sporogoni yang berlangsung di dalam tubuh invertebrate ). Hasil siklus aseksual
adalah merozoit, sedangkan hasil siklus hidup sporogoni adalah sporozoit . Proses
pembentukan gametosit yang disebut gametogoni dimulai di dalam sel darah merah
vertebrata dan berakhir di dalam tubuh nyamuk dengan terbentuknya bentuk yang infektif
untuk vertebrata, yaitu bentuk sporozoit.
Spesies parasit malaria yang dapat menginfeksi manusia adalah sebagai berikut :
a. Plasmodium vivax, dapat menyebabkan malaria tertian benigna, disebut juga malaria
vivax atau ‘ tertian ague “, ini memiliki kecenderungan menginfeksi sel darah merah yang
muda ( retikulosit ). Serangan demam yang berulang setiap 48 jam.
b. Plasmodium ovale, dapat menyebabkan malaria tertian benigna atau lebih cepat
disebut malaria ovale. Predileksinya terhadap sel-sel darah merah mirip dengan vivax yang
menginfeksi sel darah merah muda ( Harijanto, P. N, 2009 ).
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui berbagai informasi mengenai karakteristik dari Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale, Plasmodium Vivax, dan Plasmodium falciparum, termasuk siklus
hidup dan dampak negatifnya.
2. Mengetahui karakteristik dari jenis nyamuk sebagai vektor dari masing-masing
Plasmodium Sp.
3. Mengetahui informasi tentang penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale, Plasmodium Vivax, dan Plasmodium falciparum baik penyebab,
gejala-gejala yang ditimbulkan, cara pencegahan maupun cara pengobatannya.
Kingdom : Protista
Phylum : Apicomplexa
Class : Aconoidasida
Order : Haemosporida
Family : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Species : Plasmodium malariae
Secara keseluruhan Plasmodium terdiri dari 12 sub genera. Dari 12 sub genera
tersebut, hanya 3 sub gewnera yang menyebabkan parasit pada manusia yaitu sub genera
Plasmodium, sub genera Laverinia, dan sub genera Vinckeria. Lima sub genera menjadi
parasit pada reptilia dan sub genera lainnya hidup pada burung (Aves). Plasmodium
malariae biasa ditemaukan di Indonesia Bagian Timur.
Bila erytrocyt yang mengandung gemetocyt dihisap oleh nyamuk yang bukan vektor
(tidak cocok), maka darah akan didigesti dan parasit akan mati. Tetapi bila dihisap oleh
nyamuk vektor (cocok) maka gametocyt berkembang menjadi gamet. Secara alami hanya
nyamuk betina yang menghisap darah. Hospes yang cocok pada parasit plasmodium adalah
nyamuk Anopheles spp. Setelah keluar dari erytrocyt, macrogametocyt masak dan menjadi
macrogamet. Dilain pihak microgamet berubah bentuk menjadi “exflagelasi”. Begitu
2.1.7.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan disini adalah perubahan morfologi yang meliputi, perubahan bentuk,
ukuran, warna, serta sifat dari bagian-bagian sel. Perubahan ini mengakibatkan suatu
stadium parasit pada berbagai spesies menjadi bervariasi. Setiap proses membutuhkan waktu
sehingga morfologi stadium parasit yang ada pada sediaan darah dipengaruhi oleh waktu
pengambilan darah dilakukan. Hal ini berkaitan dengan jam siklus perkembangan stadium
parasit, akibatnya tidak ada gambar morfologi parasit yang sama pada lapang pandang atau
stadium darah yang berbeda.
2.1.7.3 Pergerakan
Plasmodium malariae bergerak dengan cara menyebarkan sitoplasmanya yang
berbentuk kaki palsu (pseudopodia) bentuk penyebaran ini dikenal sehingga bentuk
sitoplasma amuboit (tanpa bentuk).
2.1.7.4 Perkembangbiakan
Perkembangbiakan artinya berubah dari 1 sel atau sepasang sel menjadi beberapa sel
baru pada 2 macam perkembangbiakan plasmodium Yaitu :
Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexa
Kelas : Aconoidasida
Ordo : Haemosporida
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Species : Plasmodium vivax
umumnya menyerang manusia. Plasmodium vivax dibawah oleh nyamuk Anopheles betina.
Plasmodium vivax hanya menyerang erytrocyt muda (reticulocyt), dan tidak dapat
menyerang/tidak mampu menyerang erytrocyt yang masak. Segera setelah invasi kedalam
erytrocyt langsung membentuk cincin., cytoplasma menjadi aktif seperti amoeba
membentuk pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”. Infeksi terhadap
erytrocyt lebih dari satu trophozoit dapat terjadi tetapi jarang. Pada saat trophozoit
berkembang erytrocyt membesar, pigmennya berkurang dan berkembang menjadi peculiar
stipling disebut “Schuffners dot”. Dot (titik) tersebut akan terlihat bila diwarnai dan akan
terlihat parasit di dalamnya. Cincin menempati 1/3-1/2 dari erytrocyt dan trophozoit
menempati 2/3 dari sel darah merah tersebut selama 24 jam. Granula hemozoin mulai
terakumulasi sesuai dengan pembelahan nucleus dan terulang lagi sampai 4 kali, terdapat 16
nuclei pada schizont yang masak. Bila terjadi imunitas atau diobati chemotherapi hanya
terjadi sedikit nyclei yang dapat diproduksi. Proses schizogony dimulai dan granula pigmen
- Eritrosit yang terinfeksi oleh parasit ini mengalami pembesaran dan pucat karena
kekurangan hemoglobin.
- Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.
- Tropozoit tua tampak sebagai cincin amuboid akibat penebalan sitoplasma yang
tidak merata.
- Dalam waktu 36 jam parasit akan mengisi lebih dari setengah sel eritrosit yang
membesar.
- Proses selanjutnya inti sel parasit akan mengalami pembelahan dan menjadi
bentuk schizont yang berisi merozoit berjumlah antara 16 – 18 buah.
- Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit. Mikrogametosit berinti besar dalam
pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda sedangkan sitoplasma berwarna
biru. Makrogametosit berinti padat berwarna merah letaknya biasanya di
pinggir.
- Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada eritrosit yang
terinfeksi parasit ini.
Jika plasmodium vivax berada di dalam tubuh manusia mereka berkembang biak
dengan cara aseksual yaitu fase gametofit dan vegetatif, sedangkan jika mereka berada pada
nyamuk maka mereka berkembang biak dengan cara seksual yaitu fase sporofit dan
generatif.
Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan malaria yaitu : jenis
plasmodium yang menginfeksi, keadaan klinis pasien (usia dan kehamilan), dan jenis obat
yang cocok untuk plasmodium penginfeksi. Jenis obat tergantung dari tempat hidupnya
plasmodium tersebut. Hal tersebut disebabkan adanya plasmodium yang sudah resisten
terhadap beberapa obat pada daerah tertentu. Malaria ringan dapat diberikan obat ringan,
sedangkan malaria berat yang mempunyai gejala klinis pendarahan harus diobservasi
dirumah sakit dengan pengobatan intra vena.
Plasmodium vivax dapat mereproduksi baik secara aseksual dan seksual ,tergantung pada
tahap siklus hidupnya.
a) Secara Aseksual :
3. Schizonts (juga disebut meronts): Sebagai besar sebagai sel darah merah yang
normal, sehingga sel terparasit menjadi buncit dan lebih besar dari biasanya.
Ada merozoit sekitar enam belas.
b) Secara Seksual :
Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal: sakit kepala, sakit punggung,
mual dan malaise umum. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama ,tetapi kemudian
menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu meninggi
dan kemudian turun menjadi normal. Malaria vivax penting bukan karena angka
kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang disebabkan oleh relapsnya.
Limpa pada serangan pertama mulai membesar, dengan konsistensi lembek dan
mulai teraba pada minggu kedua. Pada malaria menahun menjadi sangat besar ,keras dan
kenyal. Pada permulaan serangan pertama , jumlah parasit Plasmodium vivax kecil dalam
peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung, jumlahnya bertambah
besar. Kira–kira satu minggu setelah serangan pertama , stadium gametosit tampak dalam
darah.
Spesies ini terdapat di daerah subtropik, dapat juga ditemukan di daerah dingin
(Rusia), di daerah tropic Afrika, terutama di Afrika Barat. Di Indonesia spesies tersebut
tersebar di seluruh kepulauan dan pada umumnya di daerah endemic mempunyai frekuensi
tertinggi diantara spesies yang lain.
Tes serologi untuk malaria bisa dilakukan dengan IHA ( Indirect Hemaglutination
Test ) dan ELISA ( Enzym Linked Immuno Sobent Assay ).
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya
dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian. P.falciparum menyebabkan penyakit
malaria falsifarum. Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles
betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya. Parasit ini ditemukan
didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia parasit ini terbesar di
seluruh kepulauan.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak
ada fase ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang
berukuran ± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing
stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6
diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir
(marginal) dan bentuk accole sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan
dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan
kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi
oleh species plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan
pada Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis species.
Adanya skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam sediaan darah tepi
berarti keadaan infeksi yang berat sehingga merupakan indikasi untuk tindakan pengobatan
cepat.
Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan mudah oleh
adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal. Pada species parasit lain pada manusia
terdapat 20 atau lebih butir pigmen pada stadium skizon yang lebih tua. Bentuk cincin da
tofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan bertahan dikapiler alat-alat dalam,
seperti otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang; di tempat – tempat ini parasit
berkembang lebih lanjut.
Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam dan
jaringan sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian besar
kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal
dan menyumbat kapiler.
Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama stadium
perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan skizon mempunyai titik
kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar pada dua per tiga bagian eritrosit. Pembentukan
gametosit berlamgsung dalam alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang stadium mudah dapat
ditentukan dalam darah tepi. Gametosis muda mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian
menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit
atau pisang sebagai gametosis matang. Gametosis untuk pertama k ali tampak dalam darah
tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni biasanya kira-kira 10 hari setelah parasit
pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau makrogametosis biasanya lebih
langsing dan lebih panjang dari gametosit jantang atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya
lebih biru dengan pulasan Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna
merah tua dan butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk lebih
lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya
berwarna merah mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pign\men disekitan plasma sekitar
inti.
c) (Stadium Gametosit)
Masa tunas intrinsic malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari. Penyakitnya
mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan dingin, mual, muntah atau
diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit;
diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamosis tentang kepergian penderita ke daerah
endemic malaria sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan
ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini penderita tampak
gelisah, pikau mental (mentral cunfuncion). Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan
perodiditas yang jelas.
Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini penyakit
penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi. Bila
pengobatan tidak sempurna, gejala malaria pernisiosa dapat timbul secara mendadak. Istilah
ini diberikan untuk penyulit berat yang timbul secara tidak terduga pada setiap saat, bila
lebih dari 5 % eritrosit di-infeksi.
2.3.5 Diagnosis
Kingdom : Protista
Subkingdom : Protozoa
Phylum : Apicomplexa
Class : Sporozoasida
Order : Eucoccidiorida
Family : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Species : plasmodium ovale
P. ovale terutama terdapat di daerah tropic Afrika bagian Barat, di daerah Pasifik
Barat dan di beberapa bagian lain di dunia. Di Indonesia parasit ini terdapat di Pulau Owi
sebelah Biak di Irian Jaya dan di Pulau Timor.
Di seluruh dunia, malaria biasanya terbatas pada daerah tropis dan subtropis dan
ketinggian di bawah 1.500 m . P. ovale relatif tidak biasa di luar Afrika tingkat infeksi .
WHO memperkirakan bahwa setiap tahun 300-500 juta kasus malaria terjadi dan lebih dari
1 juta orang meninggal karena malaria . P. ovale , di mana ia ditemukan , terdiri dari < 1 %
dari isolat .
1. Tropozoit
3. Tropozit Tua
2.4.2 Morfologi
Gejala klinis malaria ovale mirip dengan malaria vivaks. Serangannya sama hebat
tetapi penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnyalebih jarang. Parasit sering tetap
berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih virulen.
Parasit ini baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi campur P. ovale sering
terdapat pada orang yang tinggal di daerah tropic Afrika dengan endemi malaria.
2.4.5 Diagnosis
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi
akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk
aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles
betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara
atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang mengeluarkan
bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa,
demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme Di dunia ini
hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor
malaria alami.
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini
diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (Malaria proxym) secara
berurutan:
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh
tetap tinggi, dapat sampai 40ºC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok. Periode
ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat. (Harijanto P.N, 2006). deposit pigmen tersebut. Terjadinya demam
pada penyakit malaria adalah berhubungan erat dengan kerusakan dari generasi merozoit
dan rupturnya sel darah merah yang berisi merozoit tersebut. Terjadinya demam juga
dirangsang oleh produk exkresi dari parasit yang dikeluarkan pada waktu erytrocyt lysis.
a) Suhu
Udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus Sprogami atau masa
inkubasi Ektrinsik. Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat masuknya gametosit
ke dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogami dalam nyamuk yaitu
terbentuknya sporozoid yang kemudian masuk kedalam kelenjar liur. Makin tinggi
suhu maka makin pendek masa inkubasi Ekstrinsik. Pengaruh suhu berbeda dari
setiap species pada suhu 26,7ºC masa inkubasi Ekstrinsik untuk setiap Plasmodium
malariae adalah 14 hari. Masa inkubasi Intrinsik adalah waktu mulai masuknya
Sprozoid darah sampai timbulnya gejala klinis/demam atau sampai pecahnya sizon
darah dalam tubuh penderita. Masa inkubasi Intrinsik Plasmodium malariae : 18 –
40 hari (28).
b) Kelembaban udara
Kelembaban udara yang rendah, mempengaruhi umur nyamuk, tingkat
kelembaban 63 % misalnya merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan
adanya penularan.
c) Hujan
Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk
menjadi dewasa. Hujan diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan
berkembangnya Anopheles spp. Bila curah hujan yang normal pada sewaktu-waktu
maka permukaan air akan meningkat sehingga tidak menguntungkan bagi malaria.
d) Angin
Jarak terbang nyamuk dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin artinya jarak
jangkau nyamuk dapat diperpanjang atau di perpendek tergantung kepada arah
angin.
e) Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.
An.sundaicus. Lebih menyukai tempat yang teduh dan An.barbirostris dapat hidup
di tempat yang teduh maupun tempat yang terang. An.macculatus lebih suka hidup
di tempat yang terlindung (sinar matahari tidak langsung).
f) Arus air
Masing-masing nyamuk menyukai tempat perindukan yang aliran airnya
berbeda. An.barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau
sedikit mengalir. An.minimus menyukai tempat perindukan yang airnya cukup deras
dan An. Letifer di tempat air yang tergenang.
Beberapa species nyamuk dapat juga memanfaatkan oksigen yang terlarut (Dissolved
oxygen) melalui pernafasan kulit. Dari lingkungan kimia yang baru diketahui pengaruhnya
adalah kadar garam dari tempat perindukan, seperti An.sundaicus tumbuh optimal pada air
payau yang kadar garamnya berkisar 12-18% dan tidak dapat berkembang biak pada garam
lebih dari 40%. Untuk mengatur derajat keasaman air yang disenangi pada tempat
perkembangbiakan nyamuk perlu dilakukan pengukuran pH air, karena An.Letifer dapat
hidup ditempat yang asam atau pH rendah.
a) Lingkungan Biologi
Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau (Mangroves), ganggang dan
berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk,
karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau menghalangi dari
serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air merupakan indicator bagi
a) Rational
Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang terjadi
penularan (ada vektor) dan tingkat penularannya memenuhi kriteria yang ditetapkan,
antara lain : Wilayah pembebasan : desa dan ditemukan penderita indegenius dan
wilayah pemberantasan PR > 3%.
b) Effective
Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian vektor atau kombinasi
dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut dianggap paling berhasil
mencegah atau menurunkan penularan, hal ini perlu didukung oleh data epidemiologi
dan Laporan masyarakat.
c) Sustainable
Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus dilaksanakan secara
berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan hasil yang sudah
di capai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya lebih murah,
antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita.
d) Acceptable
Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung oleh masyarakat
setempat (Depkes RI, 2005)
2.10.2 Larviciding
Kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi, kegiatan ini di lakukan
dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan yang potensial (Breeding Pleaces).
Yang dimaksud dengan tempat perindukan adalah genangan air disekitar pantai yang
permanen, genangan air dimuara sungai yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air
yang lambat.
2.10.5 Kelambunisasi
Pengendalian nyamuk Anopheles sp secara kimiawi yang digunakan di Indonesia.
Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih dahulu dicelup dengan insektisida
permanent 100EC yang berisi bahan aktif permethrin.
Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul maupun
lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan
kepada penderita. Diantaranya adalah pemberian obat untuk menurunkan demam seperti
paracetamol, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya membantu
kesembuhan.
PENUTUP
2.11 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komlikasi
ataupun mengalami komlikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi
parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.
Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari-hari
pertama panas irregular, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat tersebut perasaan
dingin atau menggigil jarang terjadi. pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan
periodic setiap 48 jam dengan gejala klasik Trias Malaria. Serangan paroksismal biasanya
terjadi pada waktu sore hari. Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari.
Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa
masih mebesar dan panas masih berlangsung, pada akhir minggu ke-5 panas mulai turun
secara krisis. Pada malaria vivax manifestasi klinik dapat berlangsung secara berat tetapi
kurang membahayakan. Limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett).
Malaria serebral jarang terjadi. Edema tungkai disebabkan karena hipoalbuminemia.
Mortalitas malaria vivax rendah tetapi morbiditas tinggi karena seringnya terjadi relapse.
Pada penderita yang seimune perlangsungan malaria vivax tidak spessifik dan ringan saja;
parasitemia hanya rendah; serangan demam hanya pendek dan penyembuhan lebih cepat.
Reistensi terhadap kloroquin pada malaria vivax juga dilaporkan di Irian Jaya dan didaerah
3.2 Saran
Plasmodium Sp, nyamuk Anopheles Sp, dan penyakit malaria merupakan tiga hal
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, mengingat ketiganya memiliki hubungan yang
sangat erat. Oleh karena itu, sudah hendaknya kita mempelajari ketiga hal tersebut guna
menemukan cara terbaik dan efektif untuk mengurangi, bahkan menghilangkan dampak
negatif yang ditimbulkannya.