Anda di halaman 1dari 20

ETIKA PROFESI GURU

(STUDI KOMPARASI ANTARA UU RI NOMOR 14 TAHUN 2005


DAN KITAB ADABU AL’ALIM WA AL MUTA’ALLIM)

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
NURUL FAJRIYAH
NIM: 1493064008

PROGRAM STUDI GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI)
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2017
ETIKA PROFESI GURU
(STUDI KOMPARASI ANTARA UU RI NOMOR 14 TAHUN 2005
DAN KITAB ADABU AL’ALIM WA AL MUTA’ALLIM)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
NURUL FAJRIYAH
NIM: 1493064008

PROGRAM STUDI GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI)
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2017
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa proposal skripsi:


Nama : Nurul Fajriyah
NIM/NIMKO : 1493064008
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah
Judul : ETIKA PROFESI GURU (STUDI KOMPARASI ANTARA UU RI
NOMOR 14 TAHUN 2005 DAN KITAB ADABU AL’ALIM WA AL
MUTA’ALLIM)

telah diperiksa, disetujui, dan layak untuk diseminarkan pasa sidang seminar proposal skripsi.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar digunakan sebagaimana mestinya.

Jombang, 21 Desember 2017


Pembimbing,

(Jasminto, M. Pd.I)
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Commented [AJ1]: Dalam latar belakang sampaikan dasar


ayat/hadith terkait urgensi ilmu/pendidikan dsb, sesuaikan dengan
tema bahasan
Globalisasi berpengaruh besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, bahkan setiap aspek kehidupan manusia. Untuk menghadapi berbagai perubahan maka

diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, antara lain melalui peningkatan

kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai dengan cara

meningkatkan keterampilan berkomunikasi serta penguasaan kompetensi yang harus

dimiliki oleh tenaga pendidik.

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia.

Karena itulah pendidikan adalah salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negara-

negara yang maju seperti Amerika, Jepang , Korea Selatan maupun Singapura telah

menjadikan pendidikan sebagai faktor strategis dalam menciptakan kemajuan bangsanya.

Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan

produktif. Hal tersebut mendorong suatu negara yang maju dan pesat dalam perkembangan

ilmu dan teknologi. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

manusia yang terlibat dalam proses pendidikan tersebut.

Berbicara tentang pendidikan tentu tidak bisa dipisahkan dari sosok keberadaan guru

atau pendidik. Guru juga bisa disebut dengan pendidik karena guru mempunyai arti orang

yang memiliki tugas mendidik. Guru merupakan unsur manusiawi yang menempati posisi

paling penting dalam pendidikan. Tanpa peran guru, pendidikan tidak akan berjalan sama

sekali karena proses transfer sebuah ilmu dilakukan oleh dua pihak yaitu guru dan murid.

Selain itu dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 dijelaskan bahwa
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
1

Tugas seorang pendidik dalam dunia pendidikan Islam pada khususnya tidak hanya

terbatas pada transformasi ilmu pengetahuan yang menjurus pada kemampuan intelektual

semata “transfer of knowledge”, tetapi juga internalisasi nilai-nilai spiritual religius dan

moral etika. 2 Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas peserta didik

sedemikian rupa sehingga dalam sikap dan perilaku mereka harus didasarkan dalam nilai-

nilai Islam. Ini berarti dalam pendidikan Islam diperlukan moral yang positif yang

bersumber pada agama Islam disamping terikat pula dengan aturan-aturan yang lain.3

KH. Muhammad Hasyim Asy’ari merupakan salah satu dari sekian ulama yang ikut

memberikan sumbangan pemikiran yang mengarahkan pendidik dan peserta didik dalam

melaksanakan aktifitas belajarnya agar dapat mencapai tujuan pendidikan Islam. Pemikiran

beliau berkaitan dengan etika dalam pendidikan Islam bisa dipahami melalui karyanya yaitu

kitab Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim.

Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat

diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola

perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan

adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai

dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-

1
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hlm.32.
2
Suwito Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan (Bandung: Ar- Ruzz Media,2009), hlm.138.
3
Silaban, Pendidikan Indonesia (Jakarta: Dasa Media, 1973), hlm. 179.
pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling

menghargai, tolong menolong dan sebagainya.

Sedangkan profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka,

bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti

biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.(Sikun Pribadi,

1976)

Pada waktu-waktu yang lalu kita sering mendengar ada beberapa etika buruk seorang

guru diberitakan di berbagai media. Dalam hal ini ada berbagai macam kasus seperti

kekerasan, hujatan, perlakuan seksual dan yang lainnya. Hal ini sangat berbanding terbalik

jika disandingan dengan peraturan yang tertuang di dalam UU nomor 14 tahun 2003 dan

kitab karangan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari yaitu Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim.

Dari penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk menjadikan UU nomor 14

tahun 2003 dan kitab Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim

Asy’ari sebagai objek kajian dalam penulisan ini. Karena dalam UU nomor 14 tahun 203

dan kitab Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari sama-

sama berbicara tentang etika seorang guru. Penulis memilih UU nomor 14 tahun 2003

karena undang-undang tersebut memuat segala yang berkaitan dengan guru dan dosen

sebagai tenaga pendidik yang ditandatangani langsung oleh Presiden Republik Indonesia.

Dan penulis memilih karangan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari karena beliau adalah

seorang pendidik, ulama besar yang masyhur dan disegani. Beliau juga melahirkan banyak

ulama-ulama besar di tanah Jawa yang tidak diragukan lagi kapasitas keilmuannya.

Pemikiran-pemikiran beliau banyak dijumpai dalam berbagai bidang keilmuan. Salah

satunya dalam bidang pendidikan, KH. Muhammad Hasyim Asy’ari menulis bagaimana
etika seorang guru dan murid dalam karangan beliau yang berjudul Adabu al ‘Alim Wa al

Muta’allim.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana etika profesi guru dalam UU RI nomor 14 tahun 2005?

2. Bagaimana etika profesi guru dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim?

3. Bagaimana relevansi etika profesi guru dalam UU RI nomor 14 tahun 2005 dengan

kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui etika profesi guru dalam UU RI nomor 14 tahun 2005.

2. Untuk mengetahui etika profesi guru dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim.

3. Untuk mengetahui relevansi etika profesi guru dalam UU RI nomor 14 tahun 2005

dengan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya, dan bagi

pembaca pada umumnya. Adapun manfaat yang diharapkan penulis adalah:

1. Manfaat Umum

Secara umum, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan lebih luas tentang etika

profesi guru kepada pembaca. Selain itu juga diharapkan dapat berkontribusi dalam

keilmuan, khususnya dalam bidang pendidikan di Indonesia.

2. Manfaat Khusus

a. Teoritis

Manfaat teoritis adalah untuk memperkaya dan mengembangkan wawasan ilmu

pengetahuan. Dengan ini penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membahas tentang etika profesi guru. Penelitian ini juga

diharapkan menambah khazanah ilmu pengetahuan sekaligus bahan literatur

pendidikan di Indonesia.

b. Praktis

Untuk memperluas pengetahuan masyarakat terhadap etika profesi guru yang ada

di dalam UU RI nomor 14 tahun 2005 dan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim.

Karena banyak masyarakat yang belum mengetahui relevansi yang terkandung di

dalamnya terkait etika profesi guru.

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul, diperlunakan adanya

definisi istilah dalam skripsi yang berjudul “ETIKA PROFESI GURU (STUDI

KOMPARASI ANTARA UU RI NOMOR 14 TAHUN 2005 DAN KITAB ADABU

AL’ALIM WA AL MUTA’ALLIM)”, maka sangat perlu untuk dijelaskan beberapa kata

penting dalam judul skripsi ini sebagai berikut:

Etika : Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik

dan buruk, menerangkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh manusia, menyatakan

tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan

untuk melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat.4

Profesi : Kata profesi berasal dari kata profesion dari bahasa

Latin yang berarti mampu atau ahli dalam suatu

bentuk pekerjaan.5

4
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm.428.
5
Ibid, 27
Guru : Guru merupakan jabatan profesional dengan tugas

utama mengajar, mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, dan menilai peserta didik

pada jalur formal pendidikan formal.6

UU RI nomor 14 tahun 2005 : Undang-undang Republik Indonesia nomor 14

tahun 2005 adalah sebuah peraturan perundang-

undangan yang mengatur segala sesuatu tentang

guru dan dosen.

Adabu Al ‘Alim wa Al Muta’alim : Merupakan salah satu karya terpopuler tang

dimiliki Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

dalam bidang pendidikan. Secara umum kitab ini

menjelaskan tentang adab atau etika dalam menuntut

dan menyampaikan ilmu.

F. Sistematika Pembahasan Commented [AJ2]: Sistematika sampai bab ahir itu lebih baik

Hasil penelitian ini ditulisa dalam tiga bab dan masing-masing bab dibahas ke dalam

beberapa sub bab, susunan sistematika adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini mengawali seluruh rangkaian pembahasan yang dimaksudkan untuk

menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian ini

dilakukan. Yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA


6
Amirulloh Syarbini, Guru Hebat Indonesia, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2015), hlm. 32.
Kajian pustaka di sini adalah peneliti mencoba melakukan suatu studi teoritis

tentang etika profesi guru. Pada bab ini membahas antara lain pengertian etika

profesi dan profesionalisme guru serta perbandingan yang menyertakan review

penelitian terdahulu dan kerangka berpikir.

BAB III: METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menerangkan tentang metode penelitian diantaranya adalah

pendekatan dan jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data

dan teknik analisis data.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritik Commented [AJ3]: Landasan teori terdiri dari:


A. Etika / moral
B. Etika profesi
1. Pengertian Etika Profesi C.Etika profesi guru
D.Etika guru dalam Islam

Secara bahasa, etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak,

kesusilaan, atau adat. Dalam Encyclopedia Britanica dijelaskan bahwa etika berasal dari

bahasa Yunani “ethos” yang berarti karakter dan studi yang sistematis tentang pengertian

dan hakikat nilai baik dan buruk, benar dan salah, seharusnya dan tidak sepantasnya,

serta prinsip umum yang membenarkan kita melakukan atau menggunakan sesuatu.

Dalam bahasa belanda “eticha” berarti ilmu moral atau etika, “ethisch” berarti sesuatu

yang berhubungan dengan moral, sedangkan “étiquette” adalah tata tertib dalam

pergaulan.7

Menurut Hamzah Ya’qub, etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan

mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat

diketahui oleh akal pikiran.8

Profesi berasal dari bahasa Latin “proffesio” yang mempunyai dua pengertian,

yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Dalam arti sempit, profesi berarti kegiatan yang

dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus diruntut daripadanya pelaksanaan

norma-norma sosial dengan baik. Arti lebih luas dari profesi adalah kegiatan apa saja

dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.9

7
Depag, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik, (jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, 2009),
hlm. 6.
8
Amirullah Syarbini, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 34.
9
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016), hlm. 45.
Sehubungan dengan kata “profesi” ada beberapa istilah yang berkaitan dengan itu,

yaitu profesionalisme. Profesionalisme mengacu kepada komitmen para anggota suatu

profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus

mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang

sesuai dengan profesinya.

Dari beberapa pengertian dai atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa etika profesi

adalah suatu tata tertib pergaulan dalam suatu pekerjaan atau keahlian yang menyangkut

penilaian baik dan benar ditinjau dari sisi moralitas. Dalam segala profesi pasti ada etika,

tak terkecuali dengan profesi seorang guru.

2. Profesionalisme Guru

Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang bertugas
10
memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah seorang yang

memberikan ilmu. Orang yang disebut guru adalah orang yang mempunyai kemampuan

merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa

dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir

dari proses pendidikan.11

Guru profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta

memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Pengertian terdidik dan terlatih bukan

hanya memperoleh pendidikan formal, melainkan pula harus menguasai berbagai strategi

dan teknik pembelajaran, menguasai landasan-landasan kependidikan, dan menguasai

bidang studi yang akan diajarkan.12 Commented [AJ4]: Penulisan footnote usahakan maksimal 2
kali saja, ketiganya bisa nyari refrens yang lain

10
Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media: 2016), hlm. 23.
11
Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional, hlm. 24.
12
Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional, hlm. 70.
Guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi dipersyaratkan

sebagai seorang guru. Kompetensi tersebut ditunjukkan dalam bentuk unjuk kerja yang

dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya mencapai suatu tujuan . kompetensi tersebut

disebut juga kompetensi keguruan.13

Menurut Surya (2005), guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan

pengabdian tugas-tugas dan ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam

metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan

seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan

melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat,

bangsa, negara, dan agamanya.

Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral

dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,

mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan

dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami

dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki

kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui

penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui

penampilan guru sebagai makhluk beragaman yang perilakunya senantiasa tidak

menyimpang dari norma-norma agama dan moral.

Etika profesi seorang guru akan sangat terlihat implementasinya dalam kehidupan

sehari-hari seorang guru tersebut. Baik dan buruk seorang guru akan langsung mendapat

sorotan dari murid dan masyarakat. Etika seseorang yang berprofesi sebagai guru tidak
13
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 53.
hanya dilihat saat ia mengajar di kelas atau sekolah, guru akan terus dituntut supaya

berkelakuan baik terutama ditinjau dari akhlaknya. Karena guru adalah seorang publik

figure yang akan dicontoh oleh muridnya. Tentu ini bukan hal yang mudah mengingat

guru adalah manusia biasa yang sangat wajar jika ia berbuat kesalahan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu


No Identitas Karya Ilmiah Persamaan Perbedaan Kesimpulan

1. Edi Hariyanto. Membahas etika Tidak


Skripsi: Etika Guru guru dalam dikomparasikan
dalam Proses Belajar perspektif kitab dengan UU
Mengajar Agama Adabu al ‘Alim nomor 14 tahun
Islam Menurut KH. wa al Muta’alim 2005 Commented [AJ5]: Kesimulannya blm di isi:
Isi dengan kebaharuan penelitian kita bisal dalam penelitian ini
Hasyim Asy’ari dalam bahasannya menekankan pada etika profesi guru perspektif adabul
Kitab Adabul ‘Alim alim…misal begitu
Wal Muta’allim. 2011
2. Ani Ladi Arias Sama-sama Penelitian
Solehah. Skripsi: mengkaji kitab terdahulu
Analisis Nilai-nilai Adabu al ‘Alim mengkaji
Pendidikan Karakter wa al Muta’alim analisis nilai-
Dalam Kitab Adabul karya nilai pendidikan
‘Alim Walmuta’alim Hadratussyaikh karakter.
karya KH. KH. Hasyim Sedangkan
Muhammad Hasyim Asy’ari penelitian ini
Asy’ari. 2017 mengkaji etika
profesi guru
C. Kerangka Berpikir

1. Guru harus sehat secara jasmani dan rohani


2. Memiliki sertifikat pendidik
UU RI No. 14 Th. 3. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik
2005 4. Wajib memiliki beberapa kompetensi
5. Berakhlak mulia
6. Menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat

ETIKA
PROFESI
GURU

1. Guru harus menjalankan tugas utamanya yaitu mendidik


2. Dilarang memiliki sifat sombong dan harus menghiasi
ADAB AL dirinya dengan sifat tawadhu
‘ALIM WA 3. Memiliki sifat terpuji dan menjauhi sifat tercela
AL 4. Guru harus memiliki etos kerja yang tinggi
MUTA’ALIM 5. Mampu membentuk dan mengarahkan pendidik
memiliki karakter serta kepribadian serta perilaku mulia
6. Tidak berorientasi kepada keduniawian

HASIL

1. Dalam kitab Adabu al 'Alim wa al Muta’alim guru tidak boleh menuntut


sesuatu yang bersifat keduniaan sedangkan di dalam undang-undang
2. Baik dalam undang-undang maupun kitab, sama-sama mewajibkan guru
supaya memiliki macam-macam kompetensi
3. Pada intinya seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan sebuah metode guna

menyelesaikan masalah yang timbul. Dalam upaya pengumpulan data yang dibutuhkan

dalam penyususnan skripsi ini digunakan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan di dalam skripsi ini merupakan penelitian pustaka (library

research) yang bersifat deskriptif analitis. Karena sumber-sumber data yang digunakan

oleh peneliti adalah data literatur. Tujuan dari desain penelitian ini adalah untuk melatih

penulis untuk membaca secara ktiris segala literatur yang ada. Penulis menganalisis isi

UU RI nomor 14 tahun 2005 dan pemikiran tokoh, dalam hal ini adalah Hadratussyaikh

KH. M. Hasyim Asy’ari tentang etika profesi guru, didukung dengan pendapat dan

pemikiran tokoh lain, kemudian diambil kesimpulan.

B. Data dan Sumber Data

Pola penelitian dari skripsi ini mengacu pada kajian kepustakaan (library

research). Data yang diserap melalui referensi kitab kuning, buku-buku dan karya ilmiah

lain nya yang ada kaitannya dengan penelitian ini, adapun sumber data tersebut memiliki

dua sifat:

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai

sumber informasi yang dicari.14 Adapun sumber primer dalam penelitian tersebut yaitu:

a. Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005

b. Adab al ‘Alim wa al Muta’alim, karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

c. Terjemah Adabu al ‘Alim wa al Muta’alim, katya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim

Asy’ari

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh

oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.15 Pada umumnya, data sekunder ini

sebagai penunjang data primer. Dalam hal ini seluruh karya, artikel yang berkaitan

dengan pokok penelitian serta interpretasi pihak lain terhadap isi UU RI nomor 14 tahun

2005 dan konsep pemikiran dan pendidikan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Unruk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan

menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode

penelitian studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa

tulisan-tulisan dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di

perpustakaan,16 misalnya berupa buku-buku, naskah, catatan kisah sejarah, dan sumber

lain yang berhubungan dengan etika profesi guru.

14
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 91.
15
Ibid,91.
16
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT Alfabeta,
2008), hlm.329.
D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (conten analysis) dalam Commented [AJ6]: Ditambahi refrensi ya biar lebih kuat

bentuk deskriptif yaitu berupa catatan informasi faktual yang menggambarkan segala

sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap

berbagai dimensi yang terkait dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis

menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang

relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga menghasilkan

suatu kesimpulan.17 Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data yang berhasil

dihimpun. Karena penelitian dalam skripsi ini bersifat kualitatif literer murni, maka

analisi yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Dimana data yang telah

dikumpulkan kemudian dianalisis secara non statistik.

17
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (cet. 3;
Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 155-159
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.


Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana, 2008.
Depag. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik. Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf
Al-Qur’an, 2009.
Fauzan, Suwito. Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung: Ar- Ruzz Media,2009.
Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Silaban, Pendidikan Indonesia. Jakarta: Dasa Media, 1973.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabeta, 2008.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016.
Syarbini, Amirullah. Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016

Syarbini, Amirulloh. Guru Hebat Indonesia. Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2015.


Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.

Anda mungkin juga menyukai