Hipokalemia
Hiperkalemia
1
Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30
menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10
menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
2. Natrium : 0,6xBBx(140-Na plasma)= ... mEq/L
Konsentrasi intrasel ± 10 mEq/ L
Konsentrasi ekstrasel (plasma) = 135 – 140 mEq/ L
1 mEq Na+ = 23 mg
1g garam NaCl = 18 mEq Na+
Retensi Na terdapat pada:
Glomerulonefritis dengan GFR menurun
Tekanan onkotik plasma ↓ (sindroma nefrotik)
Volume arteri ↓ (gagal jantung kongestif)
Pemberian kortikosteroid dg efek retensi Na
Kehilangan Na+ terjadi pada:
DM glukosa ↑ dlm tubulus menghambat reabsorbsi air + Na
natriuresis
Penyakit Addison
Diare
2
Infus albumin jika < 2 gr/dL
Koreksi dengan Human Albumin 20% Behring 100 ml → 20 gr, 6 butir telur
TUGAS KOREKSI
2. Tn.Muhajirin (BB:50kg)
Albumin : 0,8xBBx(3,5-Albumin plasma) = 0,8 x 50kg x (3,5-1,7) = 72 gr
3
N5D10 100 31 - - 31 - 400 615
D5 : NS=3:1
Fungsi NGT
Indikasi :
4
Untuk trauma abdomen
Perdarahan pada saluran pencernaan atas
Pasien dengan keadaan koma
Untuk diagnosa atau analisa isi lambung
Tujuan :
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal dirongga peritoneum. Asites dapat
disebabkan oleh banyak penyakit. Ada dua faktor kunci yang terlibat dalam patogenesis
pembentukan asites,yaitu: retensi natrium dan air, dan portal (sinusoidal) hipertensi.
6
distaladalah karena peningkatan konsentrasi aldosteron di sirkulasi. Namun, beberapa
pasien dengan asites memiliki konsentrasi aldosteron plasma normal, yang mengarah
ke saran bahwa reabsorpsi natrium di tubulus distal mungkin berhubungan dengan
sensitivitas ginjal yang meningkat tehadap aldosteron atau mekanisme lain yang tidak
diketahui. Pada sirosis terkompensasi, retensi natrium dapat terjadi pada tidak adanya
vasodilatasi dan hipovolemia efektif. Hipertensi portal sinusoidal dapat mengurangi
aliran darah ginjal bahkan tanpa adanya perubahan hemodinamik dalam sirkulasi
sistemik, menunjukkan adanya hepatorenal reflex. Demikian pula, selain vasodilatasi
sistemik, keparahan penyakit hati dan tekanan portal juga berkontribusi terhadap
abnormalitas penanganan natrium dalam sirosis.
Daerah yang paling umum untuk pungsi asites adalah daerah yang paling umum untuk pungsi
asites adalah sekitar 15 cm lateral umbilikus, dengan perawatan yang diambil untuk
menghindari pembesaran hati atau limpa, dan biasanya dilakukan di kiri atau kanan quadrant
perut bawah. Arteri epigastrium inferior dan superior berjalan dilateral umbilikus terhadap
titik tengah inguinalis dan harus dihindari. Untuk tujuan diagnostik, 10-20 ml cairan asites
harus ditarik (Idealnya menggunakan jarum suntik dengan jarum biru atau hijau) untuk
inokulasi asites menjadi dua botol kultur darah dan Tabung EDTA, dan tes.
Komplikasi pungsi asites terjadi pada sampai 1% dari pasien (hematoma abdomen) tapi
jarang serius ataumengancam nyawa. Komplikasi lebih serius seperti haemoperitoneum atau
perforasi usus jarang terjadi (<1/1000 prosedur). Paracentesis tidak kontraindikasi pada
pasien dengan profil koagulasi yang abnormal. Sebagian besar pasien dengan asites karena
sirosis memiliki perpanjangan waktu protrombin dan beberapa tingkat trombositopenia. Tidak
ada data yang mendukung penggunaan fresh frozen plasma sebelum paracentesis meskipun
jika trombositopenia hebat (< 40.000) paling dokter akan memberikan trombosit untuk
mengurangi risiko perdarahan.
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu
7
sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal
pada penyakit ginjal kronik.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan
mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut :
8
Anemia terjadi pada 80-90 % pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada penyakit ginjal
kronik terutama disebabkan oleh defisiensi ertiropoietin. Hal-hal lain yang ikut berperan
dalam terjadinya anemia adalah, defisiensi besi, kehilangan darah (misal, perdarahan saluran
cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi
asam folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik, proses inflamasi akut maupun
kronik.
Eritropoietin
Darbopoietin alfa
Zat Besi
1. Monitor kadar zat besi dari saturasi transferin (TSat) dan serum ferritin
2. Jika pasien kekurangan zat besi (TSat <20% ; serum feritin <100 mcg/L), beri zat
besi 50 – 100 mg IV 2X/minggu selama 5 minggu, jika indeks zat besi masih
rendah, ulangi
3. Jika indeks zat besi normal,Hb masih tidak mencukupi, berikan zat besi seperti yang
di uraikan diatas, monitor Hb, TSat, dan ferritin
4. Tahan terapi zat besi saat TSat >50% dan/atau ferritin >800mcg/L
Penurunan kliren insulin, seperti pada gagal ginjal. Ginjal memegang peranan penting dalam
homeoglukosa: metabolisme 30-40% insulin, menyediakan hingga 45% glukosa endogen
melalui glukoneogenesis selama puasa yang berkepanjangan. Pada gagal ginjal, terjadi
gangguan metabolisme insulin dan pemebentukan glukosa. Insulin dikatabolisme terutama
oleh insulin di hati, ginjal dan placenta. Jika terjadi gagal ginjal, katabolisme insulin akan
terganggu dan insulin lebih lama beredar dalam sirkulasi. Hal ini akan meningkatkan resiko
hipoglikemia. Strategi penggunaan insulin, mengingat efek samping penggunaan insulin
berupa hipoglikemia sering terjadi dan dapat berisfat fatal pada pasien deiabetes, strategi
pengginaan insulin sangatlah penting untuk mengatisipasi hal tersebut.
Petekie adalah bintik merah keunguan kecil dan bulat sempurna yang tidak menonjol
akibat perdarahan intradermal atau submukosa. Petekie merupakan lesi perdarahan
keunguan, mendatar 1 sampai 4 mm, bulat, tidak memucat jika ditekan, tidak
berdarah, dan dapat bergabung menjadi lesi yang lebih besar yang
dinamakan purpura. Dapat ditemukan pada membran mukosa dan kulit, khususnya di
daerah yang bebas atau daerah tertekan. Petekie umumnya menggambarkan gangguan
perdarahan atau fragilitas kapiler.
10
Purpura adalah bercak besar (∅ > 5 mm) diskolorasi keunguan di bawah kulit yang
berkaitan dengan perdarahan. Lesi ini disebabkan karena trombositopenia, trauma,
atau respons alergi.
11