Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM DESAIN TEKSTIL I

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN DASAR POLOS

Nama : Reffli Ghandara


NPM : 16010068
Grup : 2T3
Dosen : Siti R., A.T., M.T.
Asisten : Desti
Tjiptodi

POLITEKNIK STT TEKSTIL


BANDUNG
2017
I. Judul Praktikum
Dekomposisi Kain Anyaman Polos

II. Maksud dan Tujuan


1. Agar mahasiswa mengetahui cara mengenali ciri dan karakteristik
anyaman polos.
2. Agar praktikan mengetahui bagaimana cara menentukan arah lusi dan
pakan.
3. Agar praktikan mengetahui bagaimana cara menghitung tetal benang
dalam kain.
4. Agar praktikan mengetahui cara menghitung berat kain per m2 dan per
meter linier.
5. Agar praktikan mengetahui cara menghitung mengkeret benang.
6. Agar praktikan memiliki kemampuan menentukan nomor sisir.
7. Agar praktikan memiliki kemampuan menghitung fabric cover factor.
8. Agar praktikan memiliki kemampuan menghitung kebutuhan lusi dan
pakan.
9. Agar praktikan memiliki kemampuan menggambar anyaman kain
contoh.

III. Teori Dasar


A. Pengertian Dekomposisi Kain
Dekomposisi kain tenun dalam pertekstilan adalah suatu cara
menganalisa kain contoh sehingga dari hasil analisa tersebut dapat
diperoleh data data yang dapat dipakai untuk membuat kembali kain
sesuai dengan contoh tersebut.
B. Langkah-langkah Dekomposisi
a. Menentukan arah lusi dan pakan
Dalam menentukan arah lusi, dapat digunakan pedoman sebagai
berikut:
1. Pada kain dengan desain kotak (checks desain), kotak-kotak
searah dengan lusi akan lebih panjang dari kotak yang searah
dengan pakan.
2. Garis sisir yang mungkin terdapat pada kain, selalu sejajar
dengan arah lusi. Yang dimaksud dengan garis sisir adalah:
 Pada kain terdapat kelompok-kelompok benang lusi dimana
tiap kelompok terdiri dari 2 atau lebih benang lusi.
Kelompok-kelompok benang tersebut membentuk garis-
garis sejajar.
 Diantara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya
terdapat celah/jarak, yang merupakan bekas dari bilah-bilah
sisir. Celah atau jarak tersebut disebut garis sisir.
3. Membandingkan tetal lusi dan tetal pakan, umumnya tetal lusi
lebih besar dari tetal pakan.
4. Pada umumnya nomer benang pakan lebih rendah dari nomer
benang lusi (diameter benang pakan > diameter benang lusi).
5. Jika anyaman kain terdapat garis-garis miring yang naik dan
turun, maka deretan garis-garis miring tersebut umumnya
kearah lusi.
6. Jika salah satu arah terdapat benang yang digintir, maka benang
yang digintir adalah benang lusi dan benang yang single adalah
benang pakan.
7. Jika kainnya digaruk maka bulu-bulu dari serat akan terletak
\searah dengan lusi, karena benang yang mendapat garukan
adalah benang pakan.
8. Letak benang lusi lebih teratur dan sejajar daripada benang
pakan.
9. Arah benang pakan selalu bersudut 900 terhadap benang lusi
(benang pakan tegak lurus terhadap benang lusi.
b. Menentukan tetal lusi dan pakan
a) Dengan menggunakan loupe
1. Kain diratakan dengan rileks pada meja pemeriksa.
2. Menghitung julmlah lusi atau pakan setiap inci dengan
menggunakan lope.
3. Pengujian dilakukan paling sedikit 5 tempat secara merata.
4. Jika tetal lusi atau pakan <10 helai/cm maka pengujian
dilakukan setiap 7,5 cm.
5. Jika lebar kain sampel <7,5 cm maka seluruh benang
dihitung.
6. Tetal benang adalah rata-rata dari kelima data di atas.
b) Dengan cara urai atau tiras
1. Kain digunting 1 inch x 1 inch tepat lurus benang.
2. Benang ditiras dan dikelompokkan antara lusi dan pakan,
kemudian dihitung jumlahnya masing-masing.
3. Penirasan dilakukan minimal 5x pengulangan.
4. Tetal benang adalah rata-rata dari kelima data diatas.
c. Menentukan berat kain per meter2
Berat kain permeter2 dapat dihitung dengan perhitungan :
100 × 100
Berat kain = x berat penimbangan kain sample 10cm x
10 ×10

10cm

d. Menentukan mengkeret benang dalam kain


Mengkeret lusi atau pakan adalah perbandingan antara selisih
panjang benang dan panjang kain dengan panjang benang
dinyatakan dalam (%)
Mengkeret benang dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
Pbl/ Pbk−PK
Contraction = X 100%
Pbl/Pbk

Dimana :
Pbl= panjang benang lusi setelah diluruskan
Pbk= panjang benang pakan setelah diluruskan
PK = panjang kain
e. Menentukan nomor benang
Nomor benang lusi/pakan dalam kain dapat dihitung dengan
perhitungan :
panjang 10 helai benang (meter)
Nm = berat 10 helai benang (gram)

f. Menentukan nomor sisir


Nomor sisir dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
Menentukan tetal lusi dalam sisir
100−CP
TLs = x TL helai/inch
100

Menentukan nomor sisir


helai
TLs × 2"
inch
NS = t

Dimana:
TLs = tetal lusi dalam sisir
CP = mengkeret pakan
TL = tetal lusi dalam kain
t = jumlah cucukan dalam sisir
g. Menentukan cover factor
a) Pengertian cover factor
Cover Factor atau Fabric Cover (penutupan kain) didefinisikan
sebagai kemampuan kain dalam menutupi ruang (celah) udara
yang terdpat di antara bennag lusi dan pakan.
b) Menghitung cover factor
Nomor sisir dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
CF = (Cw + Cf – Cw x Cf) x 100%

dimana
Cw = nw x dw dan Cf= nf x df
dimana
1
d=
28√Ne1

keterangan :
nw = tetal lusi (helai/inch)
dw = diameter lusi
nf = tetal pakan (helai/inch)
df = diameter pakan
h. Menentukan kebutuhan lusi dan pakan
Kebutuhan benang lusi dapat dihitung dengan perhitungan :
helai 100 100
tetal lusi ( )×lk (cm)× pk (m)× ×
cm 100−CL 100−WL
Kebutuhan Lusi = Nm lusi

gram
dan kebutuhan benang lusi dapat dihitung dengan perhitungan :
Kebutuhan Pakan =
helai 100 100
tetal lusi ( )× pk (cm)× lk (m)× ×
cm 100−CP 100−WP
gram
Nm pakan

Dimana :
WL = limbah lusi
WP = limbah pakan
C. Anyaman Plain

Ciri ciri dan karakteristik anyaman plain :


1. Anyaman plain adalah anyaman paling sederhana,paling tua dan
paling banyak dipakai.
2. Mempunyai rapot yang poling kecil dari semua jenis anyaman.
3. Bekerjanya benang lusi dan pakan paling sederhana yaitu 1 naik 1
turun.
4. Ulangan rapot kearah horizontal atau kearah pakan diulangi setelah
dua helai pakan. Kearah vertical atrau kearah lusi diulangi setelah
dua helai lusi.
5. Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain.
6. Jika faktor yang lain sama, maka anyaman plain mengakibatkan
kain menjadi : Paling kuat dari pada anyaman lainnya dan letak
benang lebih kokoh tidak mudah berubah tempat.
7. Anyaman plain paling sering dikombinasikan dengan factor-faktor
kontruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
8. Anyaman plain dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis.

IV. Alat dan Bahan

Alat alat yang diperlukan untuk melakukan dekomposisi kain adalah :


1. Loop

Keterangan :
a. Frame, terbuat dari metal.
b. Kaca pembesar.
c. Lubang pemeriksa / pengamatan dengan
ukuran tertentu, misalnya 1 inchi, 1/2 inchi 3/4 dan 1 cm.
d. Engsel.
Kegunaan lope adalah :
 Menghitung tetal lusi atau pakan.
 Menentukan anyaman kain.
 Menentukan benang lusi / pakan apakah tunggal atau gintir.

2. Jarum
Kegunaan jarum adalah:
 Menghitung tetal lusi / pakan pada lubang lope tidak dilengkapi
dengan jarum.
 Mengeluarkan benang lusi / pakan pada pinggir kain dalam
menentukan ukuran kain.
 Digunakan untuk membantu menentukan anyaman kain dengan
jalan menjerangkan tetalnya dengan jarum sehingga jalannya
benang lusi / pakan terlihat menjadi lebih jelas.
3. Mistar,

Kegunaanya adalah untuk mengantar menarik garis diatas kain.

4. Gunting,
untuk memotong kain agar ukurannya sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.
5. Timbangan,untuk mengetahui / menghitung nomor benang, berat kain
dan lain lain.

Ada dua macam timbangan yang diperlukan yaitu :


 Timbangan biasa dengan satuan gram (g) untuk menimbang kain.
 Timbangan microbalance dengan satuan milligram (mg) untuk
menimbang benang.

V. CARA KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan. (Beri tanda panah pada arah
lusi)
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda.
(Hitung rata-rata tetal dalam satuan helai/inchi)
3. Potong kain dengan ukuran (20 cm x 20 cm).
4. Timbang kain yang telah dipotong. (gram)
5. Tiras benang lusi dan benang pakan pada sisi yang berbeda
masing-masing 20 helai.
6. Timbang benang lusi dan benang pakan yang telah ditiras.
7. Hitung panjang lusi dan panjang pakan. (Hitung rata-rata
panjang)
8. Hitung mengkeret lusi dan mengkeret pakan.
 Panjang benang awal = Pk
 Panjang benang setelah diluruskan = Pb
Pb− Pk
 Mengkeret Benang (Ml/p) = x 100%
Pb

9. Hitung nomor benang lusi dan nomor benang pakan.


Jumlah panjang (m)
 Nm = Berat (gram)

 Ne1 = 0,59 x Nm
1000
 Tex = Nm
9000
 Td = Nm

10. Hitung berat kain /m2 dengan cara penimbangan dan perhitungan.
a. Cara penimbangan
Berat kain (BK) = Berat sample ×
100 ×100
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 (20 ×20)𝑐𝑚

b. Cara perhitungan
helai 100
Tetal ( cm ) x 100 cm × 100 − 𝑚 × 100 cm)
𝑙
Nm (m/g) x 100 (cm/m)
Berat kain/m2 (BP) = Berat lusi/m2 + Berat pakan/m2
c. Selisih penimbangan
𝐵𝑃−𝐵𝐾
× 100%
𝐵𝑃

11. Hitung Fabric Cover Factor


CF% = [(Cw + Cf) – (Cw × Cf)] × 100%
12. Gambarkan jenis anyaman pada kain.
VI. Data dan Perhitungan
 Tetal lusi
84hl/”
83 hl/”
86 hl/”
Jumlah seluruh = 253/inchi
253
Jumlah rata-rata = = 84,3h/inchi
3
 Tetal pakan
55 hl/”
54 hl/”
52 l/”
Jumlah seluruh = 161/inchi
161
Jumlah rata-rata = = 53,6/inchi
3
 Berat kain 10×10 cm2 =0,74 gr
 Berat 10 helai lusi = 14,5 mg = 0,0145 gr
 Berat 10 helai pakan = 14,5 mg = 0,0145 gr

 Panjang 10 helai lusi dan pakan (cm)

Lusi Pakan
10,1 10,2
10 10,3
10,1 10,1
10,2 10,3
10,1 10,2
10 10,3
10,2 10,1
10,1 10,2
10,1 10,1
10,1 10,2
∑Lusi = 101 cm ∑Pakan = 102 cm
=1,01 m =1,02 m
101 102
∑Rata-rata = 10 = ∑Rata-rata = 10 =
10,1 𝑐𝑚 10,2 𝑐𝑚

𝑃𝑘−𝑃𝑘
 Mengkeret benang lusi = M = × 100%
𝑃𝑘
10,1−10
=M= × 100%
10,1
= 0,99%

𝑃𝑘−𝑃𝑘
 Mengkeret benang pakan = M = × 100%
𝑃𝑘
10,2−10
=M= × 100%
10,2
= 1,96%

 Nomor benang lusi


𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 1,01
Nm = = 0,0145= 69,65
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

Ne = 0,59×Nm = 0,059×69,65 = 41,09

1000 1000
Tex = 𝑁𝑚
= 69,65 = 14,35
9000 9000
Td = = 69,65 = 129,21
𝑁𝑚

 Nomor benang pakan


𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 1,02
Nm = = 0,0145=70,34
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

Ne = 0,59×Nm = 0,059×70,34 = 41,5

1000 1000
Tex = = 70,34 = 14,21
𝑁𝑚
9000 9000
Td = = 70,34 = 127,94
𝑁𝑚

 Gramasi
0,74 𝑋
1. Secara penimbangan = (10×10) = (100×100)
(100×100) × 0,74
X= (10×10)
= 74 gr

2. Secara perhitungan
100
ℎ𝑙⁄𝑐𝑚 ×𝐿𝐾 × 𝑃𝐾 × × 100%
100−𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡
Lusi = 𝑁𝑚 × 100
100
39,7 ×100 × 100 × × 100%
100−0,99
= 69,65 × 100

= 57,51 gr
100
ℎ𝑙⁄𝑐𝑚 ×𝐿𝐾 × 𝑃𝐾 × × 100%
100−𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡
Pakan = 𝑁𝑚 × 100
100
40,15 ×100 × 100 × × 100%
100−0,99
= 70,34 × 100

= 58,22 gr
 Berat total = berat perhitungan lusi + berat perhitungan pakan
= 57,51+ 58,22 = 115,73 gr
 Selisih penimbangan dan perhitungan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
= × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
115,73 − 74
= × 100%
115,73
= 36,05%
 Gambar anyaman

Keterangan
= lusi

= pakan

VII. Diskusi

Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain turunan


polos, persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan adalah
2,49% sehingga dikatakan kurang efisien karena semakin besar selisih
antara perhitungan dan penimbangan maka semakin besar pula jika
persediaan yang harus di sediakan dan akan terbuang karena tidak terpakai
ketika perhitungan dalam perencanaan pembuatan kain besar sedangkan
penimbangan hasil nyata nya kecil .Selisih berat tersebut dapat berubah
menjadi lebih kecil apabila pengamatan yang dilakukan lebih teliti lagi
dalam mengukur panjang benang, menimbang kain dan benang. Apabila
ingin memperoleh hasil yang baik, maka selisih yang diperoleh tersebut
harus kecil.
Pada praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang
menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, yaitu:
 Pada saat mengukur kain 10x10 cm, terdapat ketidaktelitian sehingga
ketika menghitung panjang lusi atau pakan per helainya berbeda-beda.
Panjang benang lusi atau pakan yang telah ditiras, panjangnya akan
melebihi 10 cm karena pada benang lusi maupun pakan bergelombang.
Bergelombangnya benang disebabkan karena benang lusi dan pakan
saling menyilang.
 Melakukan dekomposisi pada anyaman polos masih mudah karena
anyaman polos berupa pengulangan efek lusi dan efek pakan secara
bergantian dan 1 rapot dapat hanya terdiri dari 2 lusi dan 2 pakan saja.
 Beberapa perhitungan yang praktikan telah lakukan mungkin saja ada
yang tidak akurat dikarenakan adanya ketidaktelitian pada saat
pengukuran benang.
 Pada selisih penimbangan, semakin kecil persentase selisih maka hasil
praktikum semakin akurat. Selisih penimbangan maksimal adalah 5%.
Apabila lebih dari 5 %, perhitungan serta pengukuran yang telah
dilakukan kurang baik

VIII. KESIMPULAN

Setelah melakukan dekomposisi terhadap kain dengan anyaman


turunan polos, dapat disimpulkan:
 Tetal Lusi = 84,3 helai/cm
 Tetal Pakan = 52,6 helai/cm
 Mengkeret Lusi = 0,99 %
 Mengkeret Pakan = 1,96 %
 Nm Lusi = 69,65
 Nm Pakan = 70,34
 Ne1 Lusi = 41,09
 Ne1 Pakan = 41,5
 Tex Lusi = 14,35 tex
 Tex Pakan = 14,21 tex
 Td Lusi = 129,21 denier
 Td Pakan = 127,94 denier
 Berat lusi/m2 = 74 g/m2
 Berat pakan/m2 = 57,51 g/m2
 Selisih Berat Kain = 36,05 %
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Praktikum Desain Tekstil I. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,


Bandung; 2013.

Jumaeri, Bk.Teks dkk. Desain Tekstil. Institut Teknologi Tekstil, Bandung ; l974.

Anda mungkin juga menyukai