Anda di halaman 1dari 1

Anatomi Virus Hiv – Struktur Bagian Dalam Virus Hiv Aids - Struktur Anatomi Virus Hiv Aids

Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi oleh selubung lipid yang
berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein
nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse transcriptase
dan integrase. Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target
antibodi dalam tes screening HIV.

Inti virus dikelilingi oleh matriks protein dinamakan p17, yang merupakan lapisan dibawah selubung
lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam
proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen gag, pol, dan env
yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi berupa protein prekursor yang besar dan harus
dipotong oleh protease menjadi protein mature.

Perjalanan penyakit HIV merupakan perjalanan interaksi HIV dengan sistem imun tubuh. Terdapat
tiga fase yang menunjukkan terjadinya interaksi virus dan hospes yaitu fase permulaan/akut, fase
pertengahan/kronik dan fase terakhir/krisis. Fase akut menandakan respon imun tubuh yang masih
imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, fase tersebut ditandai oleh penyakit yang
sembuh dengan sendirinya yaitu 3 sampai 6 minggu setelah terinfeksi HIV.

Gejalanya berupa radang tenggorokan, nyeri otot (mialgia), demam, ruam kulit, dan terkadang
radang selaput otak (meningitis asepsis). Produksi virus yang tinggi menyebabkan viremia
(beredarnya virus dalam darah) dan penyebaran virus ke dalam jaringan limfoid, serta penurunan
jumlah sel T CD4+.

Beberapa lama kemudian, respon imun spesifik terhadap HIV muncul sehingga terjadi serokonversi.
Respon imun spesifik terhadap HIV diperantarai oleh sel T CD8+ (sel T pembunuh, T sitotoksik cell)
yang menyebabkan penurunan jumlah virus dan peningkatan jumlah CD4+ kembali. Walaupun
demikian, penurunan virus dalam plasma tidak disertai dengan berakhirnya replikasi virus. Replikasi
virus terus berlangsung di dalam makrofag jaringan dan CD4+.

Fase kronik ditandai dengan adanya replikasi virus terus menerus dalam sel T CD4+ yang berlangsung
bertahun-tahun. Pada fase kronik tidak didapatkan kelainan sistem imun. Setelah bertahun-tahun,
sistem imun tubuh mulai melemah, sementara replikasi virus sudah mencapai puncaknya sehingga
perjalanan penyakit masuk ke fase krisis. Tanpa pengobatan, pasien HIV akan mengalami sindrom
AIDS setelah fase kronik dalam jangka waktu 7 sampai 10 tahun.

Fase krisis ditandai dengan hilangnya kemampuan sistem imun, meningkatnya jumlah virus dalam
darah (viral load) dan gejala klinis yang berarti. Pasien mengalami demam lebih dari 1 bulan, lemah,
penurunan berat badan dan diare kronis. Hitung sel T CD4+ berkurang sampai dibawah 500/µL.

TOP

0 comments:

Anda mungkin juga menyukai