RANGKAIAN LISTRIK I
DISUSUN OLEH:
Aditya P. P. Prasetyo, S. Kom
I. JUDUL PRAKTIKUM
Pengenalan Instrumentasi Laboratorium (Multimeter Digital dan Analog)
1
• Sebelum mulai mengukur suatu besaran listrik perhatikanlah lebih dahulu
besaran apakah yang hendak diukur dan kira‐kira berapakah besaranya,
kemudian pilihlah kedudukan selector dan skala manakah yang akan
dipergunakan.Perhatikan pula polaritas (tanda + dan -) bila perlu.
• Jangan menyambungkan multimeter pada rangkaian, baru kemudian memilih
kedudukan selector dan skala yang akan digunakan. Jika arus/tegangan
melebihi batas maksimal pengukuran multimeter, fuse dapat putus.
• Pada waktu mulai melakukan pengukuran arus dan tegangan, bila tidak dapat
dipastikan besarnya arus/ tegangan tersebut, maka mulailah dari batas ukur
yang paling besar. Setelah itu selector dapat dipindahkan ke batas ukur yang
lebih rendah untuk memperoleh ketelitian yang lebih baik.
• Pada pengukuran tegangan dan arus, pembacaan meter akan paling teliti bila
penunjukan jarum terletak di daerah dekat skala penuh, sedangkan pada
pengukuran resistansi bila penunjukan jarum terletak di daerah pertengahan
skala.
• Harus diperhatikan: pengukuran resistansi hanya boleh dilakukan pada
komponen atau rangkaian tidak mengandung sumber tegangan.
•
V. PROSEDUR PERCOBAAN
MENGUKUR ARUS SEARAH
• Gunakan Multimeter. Buatlah rangkaian seri di bawah ini dengan Vs=6Volt dan R1
= R2 = 120 ohm.
2
• Dengan harga‐harga Vs dan R tersebut, hitunglah I (tidak menggunakan
Amperemeter!) dan cantumkan hasil perhitungan tersebut pada Tabel 2.
• Sekarang ukurlah arus searah I tersebut dengan multimeter analog. (Perhatikan
polaritas meter!). Sesuaikan batas ukur dengan nilai arus terhitung. Ulangilah
pengukuran arus searah I dengan memodifikasi parameter rangkaian menjadi :
R1 = R2 = 1,5 kΩ
R1 = R2 = 1,5 MΩ
3
Buatlah rangkaian tersebut dengan Vs = 6V dan R1 = R2 = 120Ω.
meter!) Sesuaikan batas ukur yang dipilih dengan hasil perhitungan V ab. Batas ukur
manakah yang dipilih? Adakah pengaruh resistansi dalam meter terhadap hasil
pengukuran ?
Ulangilah pengukuran tegangan Vab dengan memodifikasi parameter rangkaian
menjadi :
• R1 = R2 = 1,5 kΩ
• R1 = R2 = 1,5 MΩ
Contoh:
Tabel 3
4
TUGAS
• Parameter‐parameter apakah yang perlu diperhatikan pada spesifkasi multimeter
analog dan digital?
• Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan multimeter?
• Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi pada multimeter? Jelaskan!
• Apakah yang dimaksud dengan sensitivitas? Jelaskan mengenai sensitivitas pada
multimeter!
5
PRAKTIKUM II
I. JUDUL PRAKTIKUM
Pengenalan Instrumentasi Laboratorium (Osiloskop dan Generator Sinyal)
6
• Besar tegangan sinyal dapat langsung dilihat dari gambar pada layar dengan
mengetahui nilai volt/div yang digunakan
• Osiloskop mempunyai impedansi input yang relative besar, jadi dalam mengukur
rangkaian dengan impedansi rendah, maka impedansi input osiloskop dapat dianggap
oleh circuit (impedansi input osiloskop CRC 5401,1 M ohm parallel dengan 30 pF)
7
DENGAN METODA LISSAJOUS
o Sinyal pertama dihubungkan pada kanal B, dan sinyal kedua dihubungkan pada
kanal A osiloskop
o Ubah mode osiloskop menjadi mode x‐y
o Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis lurus, atau ellips
dimana dapat langsung ditentukan beda fasa antara kedua sinyal tersebut dengan
MENGUKUR FREKUENSI
Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat dilakukan dengan
beberapa cara, anatara lain:
• Cara langsung
• Dengan osiloskop dual trace
• Metoda Lissajous
• Metoda cincin modulasi
8
CARA LANGSUNG
o Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal B osiloskop
o Frekuensi sinyal langsung dapat ditentukan dari gambar, dimana f = 1/T, untuk T
= periode gelombang
9
METODA LISSAJOUS
o Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A, sedangkan generator dengan
frekuensi yang diketahui (sebagai sinyal rujukan) dihubungkan pada kanal B.
o Ubah mode osiloskop menjadi mode x‐y
o Frekuensi generator sinyal kemudian diatur, sehingga pada layar didapat suatu
lintasan seperti ini.
10
• Pada layar osiloskop akan didapat grafik, dimana sumbu Y menyatakan besarnya arus
yang melalui komponen dua terminal dan sumbu X menyatakan besarnya tegangan
pada komponen dua terminal. Pada sumbu y, arus bernilai terbalik sehingga untuk
mendapatkan karakteristik tegangan terhadap arus komponen yang baik, jangan lupa
untuk menekan tombol invert.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Pada bagian ini akan digunakan generator sinyal untuk menghasilkan tegangan
bolak‐balik dengan frekuensi yang dapat diubah‐ubah. Catat tipe dan spesifikasi generator
sinyal yang dipergunakan.
Buatlah rangkaian berikut. Pada rangkaian ini digunakan G (Generator Sinyal)
sebagai sumber tegangan bolak‐balik.
Aturlah frekuensi generator sinyal pada 50 Hz. Ukur dan aturlah amplitude generator
sinyal tersebut sebesar 6 Volt efektif dengan multimeter.
Hambatan yang dipiilh adalah R1 = R2 = 120 Ohm. Gunakan kedua multimeter
analog dan digital secara parallel untuk mengukur tegangan Vab.
Ukurlah tegangan Vab pada multimeter analog dan digital, catat pada Tabel 4.
11
Lakukan kembali pengukuran tegangan Vab dengan mengatur frekuensi generator
pada 500 Hz, 5 KHz, 50 KHz ,500 KHz dan 5 Mhz. Pada bagian pengaturan
frekuensi generator ini, tidak perlu terlalu teliti (toleransi sebesar 5%). Perhatikan
bahwa tegangan generator harus tetap sebesar 6 Volt efektif!
Apakah terdapat pengaruh frekuensi tegangan yang diukur terhadap kemampuan
multimeter yang digunakan? Tetapkah hasil pengukuran Vab untuk
bermacam‐macam frekuensi tersebut?
Ulangilah pengukuran tegangan Vab dengan memodifikasi parameter rangkaian
menjadi
• R1 = R2 = 1,5 kΩ
• R1 = R2 = 1,5 MΩ
KALIBRASI
• Hubungkan output kalibrator dengan input X osiloskop
• Ukur tegangan serta periodanya untuk dua harga “Volt/Div” dan “Time/Div”, catat ke
dalam Tabel 5.
12
• Lakukan percobaan ini untuk kanal 1 dan kanal 2.
Contoh:
Tabel 5
Bandingkan hasil pengukuran dengan harga kalibrator sebenarnya. Tulis analisis pada
laporan
MENGUKUR TEGANGAN
TEGANGAN SEARAH
• Atur tegangan output dari power supply DC sebesar 2 Volt (diukur dengan
multimeter)
• Kemudian ukur besar tegangan ini dengan osiloskop
• Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 6
Contoh:
Tabel 6
TEGANGAN BOLAK‐BALIK
• Atur generator sinyal pada frekuensi 1 KHz gelombang sinus, dengan tegangan
sebesar 2 Volt rms diukur dengan multimeter ?
• Kemudian ukur tegangan ini dengan osiloskop?
• Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 7 ?
Contoh:
Tabel 7
13
VI. PENGOLAHAN DATA
VII. ANALISA
VIII. KESIMPULAN
TUGAS
• Parameter‐parameter apakah yang perlu diperhatikan pada spesifkasi generator sinyal
dan osiloskop?
• Pada pengukuran tegangan bolak‐balik, apa yang disebut dengan tegangan efektif?
Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan osiloskop?
• Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi pada osiloskop? Jelaskan!
• Apakah yang dimaksud dengan sensitivitas pada osiloskop?
14
xPRAKTIKUM III
I. JUDUL PRAKTIKUM
Pembacaan Nilai Resistansi
15
V. PROSEDUR PERCOBAAN
• Tentukan nilai resistansi resistor berdasarkan pembacaan warna gelang pada
resistor.
• Gunakan Multimeter. Nyalakan multimeter analog pada fungsinya sebagai
ohmmeter. Hubung singkatkan kedua probe multimeter dan aturlah dengan pengatur
harga nol sehingga Ohmmeter menunjuk nol. (Umumnya langkah ini harus dilakukan
setiap kali mengubah batas ukur Ohmmeter)
• Ukurlah resistansi R1, R2, R3, R4 dan R5 pada Multimeter dengan menggunakan
Ohmmeter. Tuliskan warna gelang masing‐masing resistor! Tentukan nilai
toleransinya. (Pilihlah batas ukur yang memberikan pembacaan pada daerah
pertengahan skala bila skala ohmmeter tidak linier). Tuliskanlah hasil pengukuran ini
pada Tabel 11.
• Lakukan kembali pengukuran kelima resistansi tersebut. dengan menggunakan
multimeter digital.
• Bandingkan hasil pengukuran dengan dua macam multimeter tadi.Tuliskan hasil
analisismu pada laporan.
Contoh:
Tabel 11
16
PRAKTIKUM IV
I. JUDUL PRAKTIKUM
Tegangan Seri dan Paralel (Simulasi)
𝑛𝐸
I = 𝑅+𝑛𝑟
Keterangan:
I = kuat arus listrik (ampere)
n= jumlah sumber tegangan
E= besar sumber tegangan (volt)
r= hambatan luar (ohm)
R= hambatan dalam (ohm)
17
Gambar Rangkaian Tegangan Seri
Dari gambar di atas dapat ditentukan besarnya GGL total (Etotal) dengan
persamaan:
Etotal=E1 +E2 + E3 +….. + En
Hambatan dalam totalnya :
rs =r1 +r2+r3+…+rn
Bila rangkaian sumber tegangan di hubungkan pada suatu hambatan luar R, maka
kuat arus yang mengalir (I) pada hambatan luar tersebut adalah:
𝐸𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿
I= 𝑅+𝑟𝑠
18
digunakan sebagai pengganti sekering. Ketika kuat arus dalam rangkaian melebihi
nilai tertentu,pemutus daya akan bertindak sebagai sakelar dan memutus
rangkaian secara otomatis.
SUSUNAN SUMBER TEGANGAN PARALEL
Beberapa sumber tegangan yang di rangkai paralel,menghasilkan GGL total
yang lebih kecil di banding jika di rangkai seri.Bila besarnya GGL masing-masing
sumber tegangan sama,maka besar GGL totalnya sama dengan GGL masing-
masing sumber tegangan tersebut
Etotal= E1=E2=E3 ……En=E
Hambatan dalam total:
1 1 1 1 1 1
= 𝑟1 + 𝑟2 + 𝑟3 + ⋯ + 𝑟𝑛 = 𝑟
𝑟𝑝
atau
𝑟
rp = 𝑛
Jika beberapa sumber tegangan yang mempunyai GGL yang sama dengan
masing-masing hambatan dalam dimana seluruhnya dipasang secara paralel. Maka
besarnya kuat arus listrik pada rangkaian tersebut dapat diketahui melalui
persamaan berikut.
𝐸
I = 𝑅+𝑟/𝑛
Keterangan:
I = kuat arus listrik (ampere)
E= besar sumber tegangan (volt)
R= Hambatan luar (ohm)
r= hambatan dalam (ohm)
n= jumlah sumber tegangan
19
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bukalah program “PROTEUS / EWB” pada komputer.
2. Buatlah rangkaian “Tegangan Seri” seperti gambar berikut ini
B1
5V
B2
5V
B3
5V
20
4. Buatlah rangkaian “Tegangan Paralel” seperti gambar berikut ini
B1 B2 B3
5V 5V 5V
21
PRAKTIKUM V
I. JUDUL PRAKTIKUM
Rangkaian Pembagi Tegangan
22
Dalam rangkaian dua resistor yang dihubungkan secara seri melalui Vin, yang
merupakan tegangan listrik yang terhubung ke resistor, Rtop, di mana tegangan
keluaran Vout adalah tegangan resistor Rbottom yang diberikan oleh formula. Jika
lebih resistor dihubungkan secara seri pada rangkaian maka tegangan yang
berbeda akan muncul di setiap resistor berkaitan dengan masing-masing hambatan
R (IxR hukum Ohms) menyediakan tegangan berbeda dari satu sumber
pasokan/catudaya. Namun, harus berhati-hati ketika menggunakan jaringan jenis
ini sebagai impedansi karena dapat mempengaruhi tegangan keluaran.
Sebagai contoh;Misalkan Anda hanya memiliki 12V DC supply dan
rangkaian Anda yang memiliki impedansi 50Ω memerlukan pasokan 6V.
Menghubungkan dua nilai yang sama resistor, misalkan masing-masing 50Ω
bersama-sama sebagai sebuah jaringan pembagi potensial di 12V akan
mendapatkan hasil yang diharapkan /baik sampai anda menambahkan beban
rangkaian kedalam jaringan.. Hal ini ditunjukkan seperti rangkaian di bawah ini:
23
Contoh :
Menghitung tegangan di X and Y.
a) Tanpa penambahan RL
b) Dengan RL tersambung
Seperti yang dapat Anda lihat dari atas, Vout tegangan output tanpa resistor
beban terhubung memberikan kita yang diperlukan yakni 6V, tapi tegangan output
yang sama pada saat beban Vout terhubung turun menjadi hanya 4V, (Resistor
dalam Parallel). Maka tegangan keluaran Vout ditentukan oleh rasio Vtop untuk
Vbottom dengan efek mengurangi level tegangan sinyal atau dikenal sebagai
Attenuation sehingga harus berhati-hati bila menggunakan jaringan pembagi
potensial. Semakin tinggi beban impedansi menimbulkan efek pembebanan pada
output.
Sebuah resistor variabel, potensiometer atau sering disebut juga Pot, adalah
contoh yang baik dari multi-resistor pembagi tegangan. Pengaturan dengan
memutar/menggeser tombol pada portensiometer akan menghasilkan Resistansi
yang berbeda pada kaki resistor sehingga akan menghasilkan tegangan keluaran
yang kita harapkan dengan lebih akurat.
24
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Aturlah tegangan pada power supply sebesar 15 volt. Ukur dengan
bantuan multimeter.
2. Buatlah rangkaian mengikuti gambar berikut ini.
R1
10k
B1
15V
R2
10k
3. Ukurlah tegangan pada R1 dan R2, kemudian catat hasilnya. Ubah nilai
resistansi R1 dan R2, serta lakukan kembali pengukuran tegangan
mengikuti tabel berikut ini.
NO. Nilai R1 Nilai R2 Tegangan R1 Tegangan R2
1 10K 10K
2 10K 1K
3 10K 2.2K
4 1 2.2K
5 1 1K
6 1 10K
7 2.2K 10K
8 2.2K 1K
9 2.2K 2.2K
10 2K 1K
25
VI. TUGAS
Rangkailah rangkaian pembagi tegangan yang menghasilkan tegangan
sebesar 6 volt dengan tegangan sumber sebesar 15 volt.
26
PRAKTIKUM VI
I. JUDUL PRAKTIKUM
Rangkaian Resistansi Seri, Paralel dan kombinasi
27
rangkaiannya yaitu dengan memutus semua percabangan dari hambatan sehingga
tegangan tidak dapat mengalir lagi melewati rangkaian listrik.
Gambar diatas menunjukkan dua resistor yang dirangkai secara Seri. Hambatan
yang disusun seri dapat dijadikan menjadi 1 Hambatan, yang disebut dengan
hambatan pengganti. Bagaimana cara mentukan hambatan penggantinya?
Perhatikan gambar berikut. :
Dari gambar diatas maka dapat diperoleh nilai Resistor Penggantinya (Rp)
sebagai berikut :
Keterangan :
Rp = hambatan Pengganti (Ohm)
R1 = hambatan ke-1
R2 = hambatan ke-2
R3 = hambatan ke-3
Rn = hambatan ke-n
28
Rangkaian Resistansi Paralel
Pada rangkaian resistor paralel arus yang mengalir pada tiap resistor berbeda
sesuai dengan nilai resistansi yang terpasang. Pada rangkaian resistor paralel
besarnya tegangan pada setiap resistor adalah sama. Rangkaian Paralel resistor
adalah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih hambatan disusun secara
bertingkat, seperti dapat dilihat pada gambar :
Seperti halnya rangkaian seri, rangkaian pararel dapat juga dijadikan menjadi 1
yang disebut hambatan pengganti yang besarnya :
Keterangan :
Rp = hambatan Pengganti (Ohm)
R1 = hambatan ke-1
R2 = hambatan ke-2
R3 = hambatan ke-3
Rn = hambatan ke-n
29
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buatlah rangkaian resistansi seri seperti gambar berikut ini
B1
5V
R1 R2 R3
10k 10k 10k
30
4. Buatlah rangkaian resistansi paralel seperti gambar berikut ini
R1
10k
B1
R2
10k
5V
R3
10k
31
7. Buatlah rangkaian resistansi kombinasi seperti gambar berikut ini
R2
B1 10k
R1
10k
5V R3
10k
32
PRAKTIKUM VII
I. JUDUL PRAKTIKUM
Rangkaian Kapasitansi Seri, Paralel dan Kombinasi
33
mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa
menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-
konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduksi pada ujung-
ujung kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat
terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.
34
4. Perhatikan pergerakan jarum indikator pada multimeter
5. Jika jarum diam (tidak bergerak), kemungkinan Kapasitor putus,
6. Jika jarum menunjuk angka 0 (Nol), kemungkinan Kapasitor terhubung
singkat (short)
7. Jika jarum bergerak dan menunjuk nilai tertentu tetapi tidak kembali ke
semula, kemungkinan Kapasitor bocor.
8. Jika jarum bergerak dan menunjuk nilai tertentu kemudian jarum tersebut
kembali ke semula, Kapasitor tersebut masih bagus.
35
Ketika kapasitor dihubungkan paralel, total kapasitansinya adalah jumlah
total dari kapasitansi masing-masing kapasitor. Bila dua buah atau lebih
kapasitor dirangkai paralel, efeknya adalah menghasilkan kapasitor tunggal
ekivalen yang memiliki luas penampang pelat total dari luas penampang pelat
masing-masing kapasitor. Sehingga kapasitor ekivalennya memiliki luas
penampang pelat yang lebih besar. Seperti pada pembahasan sebelumnya,
semakin besar pelat kapasitor, maka semakin besar kapasitansinya (apabila faktor
yang lainnya adalah tetap).
Jadi, total kapasitansinya adalah lebih besar dari pada kapasitansi masing-
masing kapasitor. Rumus untuk menghitung kapasitansi total kapasitor yang
diparalel adalah sama dengan menghitung resistansi seri :
Ctotal = C1 + C2 + …………..+Cn
Tak disangkal lagi, fenomena ini berkebalikan dari resistor. Pada resistor,
sambungan seri menghasilkan nilai resistansi total hasil penjumlahan sedangkan
resistansi paralel menghasilkan resistansi yang lebih kecil. Tetapi pada kapasitor,
kebalikannya : sambungan paralel menghasilkan kapasitansi total hasil
penjumlahan dan kapasitansi seri menghasilkan kapasitansi yang lebih kecil.
36
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Lakukan pengecekan pada kapasitor yang akan digunakan.
2. Buatlah rangkaian kapasitansi seri seperti gambar berikut ini. Catat nilai
kapasitansi total yang dihasilkan.
C1 C2 C3
C2
C3
C1
C3
37
5. Ulangi langkah 1 – 3 sebanyak 5 kali dengan menggunakan nilai
kapasitor yang berbeda-beda. Catat hasil yang didapatkan pada tabel
seperti ini.
NO. C1 C2 C3 CS. Total CP. Total CC. Total
1
2
3
4
5
38
PRAKTIKUM VIII
I. JUDUL PRAKTIKUM
Rangkaian RC
XC Vc
VT
VC
39
Untuk mencari tegangan VT, kita tambahkan fasor VR dan VC. Karena
keduanya membentuk segitiga siku-siku, maka berlaku rumus berikut ini :
𝑉𝑇 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
VR = IR
Ѳ
VC = IXC
VT
𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐶2
𝑋𝐶
𝜃 = arctan (− )
𝑅
R
Ѳ
XC
Z
𝐼𝑇 = √𝐼𝑅2 + 𝐼𝐶2
𝐼𝐶
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛
𝐼𝑅
40
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buatlah rangkaian dengan harga‐harga besaran seperti pada gambar
berikut.
RANGKAIAN DIFERENSIATOR
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar berikut.
2. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat sebesar 4 Volt peak
to peak pada frekuensi 500 Hz dengan bantuan osiloskop
3. Hitunglah konstanta waktu RC dengan harga‐harga C dan R yang
tersedia (lihat tabel 4)
4. Gambarlah bentuk gelombang output (ideal) dengan input bentuk
gelombang segi empat
5. Ukurlah bentuk gelombang output yang terjadi dengan osiloskop
6. Catatlah hasil perhitungan dan pengukuran serta gambarlah hasil
pengamatan saudara pada tabel.
41
RANGKAIAN INTEGRATOR
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar berikut.
2. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat sebesar 4 Volt peak
to pada frekuensi 500Hz dengan bantuan osiloskop
3. Hitunglah konstanta waktu RC dengan harga‐harga C dan R yang
tersedia (lihat table‐5)
4. Gambarlah bentuk gelombang output (ideal) dengan input bentuk
gelombang segi empat
5. Ukurlah bentuk gelombang output yang terjadi dengan osiloskop
6. Catatlah hasil perhitungan dan pengukuran serta gambarlah hasil
pengamatan saudara pada tabel.
42