Anda di halaman 1dari 43

MODUL PRAKTIKUM

RANGKAIAN LISTRIK I

DISUSUN OLEH:
Aditya P. P. Prasetyo, S. Kom

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR DAN TEKNIK DIGITAL


JURUSAN SISTEM KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITASSRIWIJAYA
PRAKTIKUM I

I. JUDUL PRAKTIKUM
Pengenalan Instrumentasi Laboratorium (Multimeter Digital dan Analog)

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mempelajari fungsi multimeter
2. Memahami kekurangan dan kelebihan multimeter digital dan analog
3. Dapat menggunakan multimeter sebagai pengukuran tegangan
(Voltmeter), sebagai pengukur arus (Amperemeter) dan sebagai pengukur
resistansi (Ohmmeter)

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Praktikum
2. Multimeter Analog
3. Multimeter Digital
4. Resistor
5. Power Supply
6. Jumper

IV. TEORI DASAR


MULTIMETER
BEBERAPA CATATAN TENTANG PENGGUNAAN MULTIMETER
Perhatikan baik‐baik beberapa catatan tentang penggunaan multimeter
berikut ini. Kesalahan penggunaan multimeter dapat menyebabkan fuse pada
multimeter putus. Putusnya fuse dapat mengakibatkan pemotongan nilai sebesar
minimal 10.
• Dalam keadaan tidak dipakai, selector sebaiknya pada kedudukan AC volt
pada harga skala cukup besar (misalnya 250 volt). Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari kesalahan pakai yang membahayakan multimeter.

1
• Sebelum mulai mengukur suatu besaran listrik perhatikanlah lebih dahulu
besaran apakah yang hendak diukur dan kira‐kira berapakah besaranya,
kemudian pilihlah kedudukan selector dan skala manakah yang akan
dipergunakan.Perhatikan pula polaritas (tanda + dan -) bila perlu.
• Jangan menyambungkan multimeter pada rangkaian, baru kemudian memilih
kedudukan selector dan skala yang akan digunakan. Jika arus/tegangan
melebihi batas maksimal pengukuran multimeter, fuse dapat putus.
• Pada waktu mulai melakukan pengukuran arus dan tegangan, bila tidak dapat
dipastikan besarnya arus/ tegangan tersebut, maka mulailah dari batas ukur
yang paling besar. Setelah itu selector dapat dipindahkan ke batas ukur yang
lebih rendah untuk memperoleh ketelitian yang lebih baik.
• Pada pengukuran tegangan dan arus, pembacaan meter akan paling teliti bila
penunjukan jarum terletak di daerah dekat skala penuh, sedangkan pada
pengukuran resistansi bila penunjukan jarum terletak di daerah pertengahan
skala.
• Harus diperhatikan: pengukuran resistansi hanya boleh dilakukan pada
komponen atau rangkaian tidak mengandung sumber tegangan.

V. PROSEDUR PERCOBAAN
MENGUKUR ARUS SEARAH
• Gunakan Multimeter. Buatlah rangkaian seri di bawah ini dengan Vs=6Volt dan R1

= R2 = 120 ohm.

2
• Dengan harga‐harga Vs dan R tersebut, hitunglah I (tidak menggunakan
Amperemeter!) dan cantumkan hasil perhitungan tersebut pada Tabel 2.
• Sekarang ukurlah arus searah I tersebut dengan multimeter analog. (Perhatikan
polaritas meter!). Sesuaikan batas ukur dengan nilai arus terhitung. Ulangilah
pengukuran arus searah I dengan memodifikasi parameter rangkaian menjadi :
 R1 = R2 = 1,5 kΩ

 R1 = R2 = 1,5 MΩ

• Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan amperemeter ke rangkaian),


pastikan batas ukur amperemeter terpilih dengan tepat.
• Lakukan kembali pengukuran arus searah I (dengan tiga harga R yang berbeda)
menggunakan multimeter digital.
• Catatlah semua hasil perhitungan dan pengukuran arus I pada Tabel 2
• Contoh:
Tabel 2

MENGUKUR TEGANGAN SEARAH


Perhatikan rangkaian berikut

3
 Buatlah rangkaian tersebut dengan Vs = 6V dan R1 = R2 = 120Ω.

 Dengan harga‐harga Vs dan R tersebut, hitunglah tegangan Vab (tidak menggunakan

Voltmeter!), cantumkan hasil perhitungan tersebut pada Tabel 3.


 Kemudian ukurlah tegangan Vab dengan multimeter analog. (Perhatikanlah polaritas

meter!) Sesuaikan batas ukur yang dipilih dengan hasil perhitungan V ab. Batas ukur

manakah yang dipilih? Adakah pengaruh resistansi dalam meter terhadap hasil
pengukuran ?
 Ulangilah pengukuran tegangan Vab dengan memodifikasi parameter rangkaian

menjadi :
• R1 = R2 = 1,5 kΩ

• R1 = R2 = 1,5 MΩ

 Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan voltmeter ke rangkaian), pastikan


batas ukur voltmeter terpilih dengan tepat.
 Lakukan kembali pengukuran tegangan searah Vab tersebut (dengan tiga harga R yang

berbeda) menggunakan multimeter digital.


 Catatlah semua hasil perhitungan dan pengukuran tegangan Vab tersebut padaTabel 3

 Contoh:

Tabel 3

VI. PENGOLAHAN DATA


VII. ANALISA
VIII. KESIMPULAN

4
TUGAS
• Parameter‐parameter apakah yang perlu diperhatikan pada spesifkasi multimeter
analog dan digital?
• Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan multimeter?
• Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi pada multimeter? Jelaskan!
• Apakah yang dimaksud dengan sensitivitas? Jelaskan mengenai sensitivitas pada
multimeter!

5
PRAKTIKUM II

I. JUDUL PRAKTIKUM
Pengenalan Instrumentasi Laboratorium (Osiloskop dan Generator Sinyal)

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mempelajari fungsi generator sinyal
2. Dapat mengunakan generator sinyal sebagai sumber berbagai bentuk
gelombang
3. Mempelajari fungsi osiloskop
4. Dapat menggunakan osiloskop sebagai pengukur tegangan dan sebagai
pengukur frekuensi dari berbagai bentuk gelombang

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Praktikum
2. Generator Sinyal
3. Osiloskop
4. Multimeter Analog dan Digital
5. Power Supply
6. Jumper

IV. TEORI DASAR


Osiloskop
Mengukur tegangan searah dan tegangan bolakbalik
• Kesalahan yang mungkin timbul dalam pengukuran tegangan, disebabkan oleh
kalibrasi osiloskop, pengaruh impendansi input, kabel penghubung serta gangguan
parasitik
• Untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh impedansi input, dapat digunakan
probe yang sesuai (dengan memperhitungkan maupun dengan kalibrasi dari
osiloskop)

6
• Besar tegangan sinyal dapat langsung dilihat dari gambar pada layar dengan
mengetahui nilai volt/div yang digunakan
• Osiloskop mempunyai impedansi input yang relative besar, jadi dalam mengukur
rangkaian dengan impedansi rendah, maka impedansi input osiloskop dapat dianggap
oleh circuit (impedansi input osiloskop CRC 5401,1 M ohm parallel dengan 30 pF)

MENGUKUR BEDA FASA


Pengukuran beda fasa antar dua buah sinyal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
• dengan osiloskop “dual trace”
• dengan metoda “lissajous”

DENGAN OSILOSKOP DUAL TRACE


o Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua dihubungkan
pada kanal B dari osiloskop
o Pada layar osiloskop akan terlihat bentuk tegangan kedua sinyal tersebut, dimana
o
beda fasanya dapat langsung dibaca dengan cara φ = Δt/T*360

7
DENGAN METODA LISSAJOUS
o Sinyal pertama dihubungkan pada kanal B, dan sinyal kedua dihubungkan pada
kanal A osiloskop
o Ubah mode osiloskop menjadi mode x‐y
o Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis lurus, atau ellips
dimana dapat langsung ditentukan beda fasa antara kedua sinyal tersebut dengan

MENGUKUR FREKUENSI
Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat dilakukan dengan
beberapa cara, anatara lain:
• Cara langsung
• Dengan osiloskop dual trace
• Metoda Lissajous
• Metoda cincin modulasi

8
CARA LANGSUNG
o Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal B osiloskop
o Frekuensi sinyal langsung dapat ditentukan dari gambar, dimana f = 1/T, untuk T
= periode gelombang

DENGAN OSILOSKOP DUAL TRACE


o Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A. Generator dengan frekuensi
yang diketahui dihubungkan pada kanal B.
o Bandingkan kedua gelombang tersebut dengan menampilkannya secara
bersamaan.
o Frekuensi generator kemudian diubah sampai perioda sinyal yang diukur sama
dengan perioda sinyal generator. Pada keadaan ini, frekuensi generator sama
dengan frekuensi sinyal yang diukur

9
METODA LISSAJOUS
o Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A, sedangkan generator dengan
frekuensi yang diketahui (sebagai sinyal rujukan) dihubungkan pada kanal B.
o Ubah mode osiloskop menjadi mode x‐y
o Frekuensi generator sinyal kemudian diatur, sehingga pada layar didapat suatu
lintasan seperti ini.

o Pada gambar di atas, perbandingan fx:fy adalah 1:2.


o Cara ini hanya mudah dilakukan untuk perbandingan frekuensi yang mudah dan
bulat (1:2, 1:3, 3:4 dan seterusnya)

MENGAMATI KARAKTERISTIK KOMPONEN DUA TERMINAL


• Osiloskop dapat digunakan untuk mengamati karakteristik tegangan terhadap arus
dari suatu komponen dua terminal.
• Suatu sumber tegangan bolak‐balik dihubungkan pada komponen dua terminal ini.
• Tegangan pada komponen dua terminal dihubungkan pada input X osiloskop,
sedangkan tegangan pada resistor R, yang sebanding dengan besarnya arus yang
melalui komponen dua terminal (I = ‐ VR/R), dihubungkan pada input Y osiloskop.

Keterangan: DUT = Device Under Test

10
• Pada layar osiloskop akan didapat grafik, dimana sumbu Y menyatakan besarnya arus
yang melalui komponen dua terminal dan sumbu X menyatakan besarnya tegangan
pada komponen dua terminal. Pada sumbu y, arus bernilai terbalik sehingga untuk
mendapatkan karakteristik tegangan terhadap arus komponen yang baik, jangan lupa
untuk menekan tombol invert.

V. PROSEDUR PERCOBAAN
Pada bagian ini akan digunakan generator sinyal untuk menghasilkan tegangan
bolak‐balik dengan frekuensi yang dapat diubah‐ubah. Catat tipe dan spesifikasi generator
sinyal yang dipergunakan.
Buatlah rangkaian berikut. Pada rangkaian ini digunakan G (Generator Sinyal)
sebagai sumber tegangan bolak‐balik.

 Aturlah frekuensi generator sinyal pada 50 Hz. Ukur dan aturlah amplitude generator
sinyal tersebut sebesar 6 Volt efektif dengan multimeter.
 Hambatan yang dipiilh adalah R1 = R2 = 120 Ohm. Gunakan kedua multimeter
analog dan digital secara parallel untuk mengukur tegangan Vab.

 Ukurlah tegangan Vab pada multimeter analog dan digital, catat pada Tabel 4.

11
 Lakukan kembali pengukuran tegangan Vab dengan mengatur frekuensi generator
pada 500 Hz, 5 KHz, 50 KHz ,500 KHz dan 5 Mhz. Pada bagian pengaturan
frekuensi generator ini, tidak perlu terlalu teliti (toleransi sebesar 5%). Perhatikan
bahwa tegangan generator harus tetap sebesar 6 Volt efektif!
 Apakah terdapat pengaruh frekuensi tegangan yang diukur terhadap kemampuan
multimeter yang digunakan? Tetapkah hasil pengukuran Vab untuk
bermacam‐macam frekuensi tersebut?
 Ulangilah pengukuran tegangan Vab dengan memodifikasi parameter rangkaian

menjadi
• R1 = R2 = 1,5 kΩ

• R1 = R2 = 1,5 MΩ

 Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan voltmeter ke rangkaian), pastikan


batas ukur voltmeter analog terpilih dengan tepat.
 Catatlah semua hasil percobaan di atas pada Tabel 4, analisis tabel tersebut pada
laporan.
 Contoh:
Tabel 4

KALIBRASI
• Hubungkan output kalibrator dengan input X osiloskop

• Ukur tegangan serta periodanya untuk dua harga “Volt/Div” dan “Time/Div”, catat ke
dalam Tabel 5.

12
• Lakukan percobaan ini untuk kanal 1 dan kanal 2.
Contoh:
Tabel 5

 Bandingkan hasil pengukuran dengan harga kalibrator sebenarnya. Tulis analisis pada
laporan

MENGUKUR TEGANGAN
TEGANGAN SEARAH
• Atur tegangan output dari power supply DC sebesar 2 Volt (diukur dengan
multimeter)
• Kemudian ukur besar tegangan ini dengan osiloskop
• Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 6
Contoh:
Tabel 6

TEGANGAN BOLAK‐BALIK
• Atur generator sinyal pada frekuensi 1 KHz gelombang sinus, dengan tegangan
sebesar 2 Volt rms diukur dengan multimeter ?
• Kemudian ukur tegangan ini dengan osiloskop?
• Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 7 ?
Contoh:
Tabel 7

13
VI. PENGOLAHAN DATA
VII. ANALISA
VIII. KESIMPULAN

TUGAS
• Parameter‐parameter apakah yang perlu diperhatikan pada spesifkasi generator sinyal
dan osiloskop?
• Pada pengukuran tegangan bolak‐balik, apa yang disebut dengan tegangan efektif?
Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan osiloskop?
• Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi pada osiloskop? Jelaskan!
• Apakah yang dimaksud dengan sensitivitas pada osiloskop?

14
xPRAKTIKUM III

I. JUDUL PRAKTIKUM
Pembacaan Nilai Resistansi

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mempelajari fungsi resistor
2. Memahami cara membaca resistansi secara manual
3. Dapat menggunakan multimeter sebagai pengukur resistansi (Ohmmeter)

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Praktikum
2. Resistor
3. Multimeter Analog dan Digital
4. Jumper

IV. TEORI DASAR


Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian. Sesuai dengan
namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Nilai
hambatan sebuah resistor biasanya tertera dibadan resistor berdasarkan kode
warna. Berikut ini adalah table kode warna resistor :

15
V. PROSEDUR PERCOBAAN
• Tentukan nilai resistansi resistor berdasarkan pembacaan warna gelang pada
resistor.
• Gunakan Multimeter. Nyalakan multimeter analog pada fungsinya sebagai
ohmmeter. Hubung singkatkan kedua probe multimeter dan aturlah dengan pengatur
harga nol sehingga Ohmmeter menunjuk nol. (Umumnya langkah ini harus dilakukan
setiap kali mengubah batas ukur Ohmmeter)
• Ukurlah resistansi R1, R2, R3, R4 dan R5 pada Multimeter dengan menggunakan
Ohmmeter. Tuliskan warna gelang masing‐masing resistor! Tentukan nilai
toleransinya. (Pilihlah batas ukur yang memberikan pembacaan pada daerah
pertengahan skala bila skala ohmmeter tidak linier). Tuliskanlah hasil pengukuran ini
pada Tabel 11.
• Lakukan kembali pengukuran kelima resistansi tersebut. dengan menggunakan
multimeter digital.
• Bandingkan hasil pengukuran dengan dua macam multimeter tadi.Tuliskan hasil
analisismu pada laporan.
Contoh:
Tabel 11

VI. PENGOLAHAN DATA


VII. ANALISA
VIII. KESIMPULAN

16
PRAKTIKUM IV

I. JUDUL PRAKTIKUM
Tegangan Seri dan Paralel (Simulasi)

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mengetahui perbedaan tegangan seri dan paralel
2. Memahami kegunaan dari tegangan seri dan paralel
3. Dapat menggunakan program simulasi rangkaian elektronika

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Praktikum
2. Komputer
3. Program Simulasi Rangkaian Elektronika (Proteus / EWB)

IV. TEORI DASAR


Untuk keperluan tertentu, beberapa sumber tegangan (misalnya baterai) harus
dirangkai secara seri atau paralel. Setiap sumber tegangan mempunyai nilai Gaya
Gerak Listrik (GGL) yang di nyatakan dengan lambang r. Sumber tegangan listrik
searah yang disebut dengan gaya gerak listrik dapat disusun secara seri atau
paralel.
SUSUNAN SUMBER TEGANGAN SERI
Jika beberapa buah sumber tegangan yang mempunyai GGL yang sama
dengan masing-masing hambatan dalam,maka besarnya kuat arus yang keluar dari
sumber tegangan untuk susunan seri adalah:

𝑛𝐸
I = 𝑅+𝑛𝑟
Keterangan:
I = kuat arus listrik (ampere)
n= jumlah sumber tegangan
E= besar sumber tegangan (volt)
r= hambatan luar (ohm)
R= hambatan dalam (ohm)

17
Gambar Rangkaian Tegangan Seri

Dari gambar di atas dapat ditentukan besarnya GGL total (Etotal) dengan
persamaan:
Etotal=E1 +E2 + E3 +….. + En
Hambatan dalam totalnya :
rs =r1 +r2+r3+…+rn
Bila rangkaian sumber tegangan di hubungkan pada suatu hambatan luar R, maka
kuat arus yang mengalir (I) pada hambatan luar tersebut adalah:
𝐸𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿
I= 𝑅+𝑟𝑠

Sumber tegangan seri di gunakan untuk mendapatkan tegangan gabungan


yang lebih besar.Jadi semakin banyak sumber tegangan yang di susun secara seri
maka semakin besar pula tegangan total yang dihasilkan.

KELEMAHAN SUSUNAN SERI


Bayangkanlah sederetan lampu hias yang disusun secara seri. Jika salah satu
filamen lampu putus, seluruh lampu akan padam. Anda harus memeriksa satu
demi satu lampu tersebut untuk menemukan lampu yang rusak, kemudian
menggantinya dengan lampu baru. Pekerjaan memeriksa seperti ini memerlukan
waktu yang lama. Oleh karena itu,tidaklah menyenangkan merangkai komponen-
komponen listrik secara seri.

MANFAAT SUSUNAN SERI


Dalam banyak rangkaian,sekering sengaja dipasang seri dengan rangkaian
komponen-komponen lain untuk tujuan pengaman. Konduktor pada sekering
didesain untuk melebur dan membuka rangkaian pada arus maksimum tertentu
yang tergantung pada batas arusyang boleh melalui komponen yang dirangkai seri
dengan sekering. Jika tidak digunakan ,arus yang melebihi batas dapat merusak
komponen pada rangkaian,mengakibatkan pemanasan lebih pada kawat atau kabel
penghantar yang menimbulkan kebakaran. Pemutusan daya (circiut breaker)

18
digunakan sebagai pengganti sekering. Ketika kuat arus dalam rangkaian melebihi
nilai tertentu,pemutus daya akan bertindak sebagai sakelar dan memutus
rangkaian secara otomatis.
SUSUNAN SUMBER TEGANGAN PARALEL
Beberapa sumber tegangan yang di rangkai paralel,menghasilkan GGL total
yang lebih kecil di banding jika di rangkai seri.Bila besarnya GGL masing-masing
sumber tegangan sama,maka besar GGL totalnya sama dengan GGL masing-
masing sumber tegangan tersebut
Etotal= E1=E2=E3 ……En=E
Hambatan dalam total:
1 1 1 1 1 1
= 𝑟1 + 𝑟2 + 𝑟3 + ⋯ + 𝑟𝑛 = 𝑟
𝑟𝑝

atau
𝑟
rp = 𝑛
Jika beberapa sumber tegangan yang mempunyai GGL yang sama dengan
masing-masing hambatan dalam dimana seluruhnya dipasang secara paralel. Maka
besarnya kuat arus listrik pada rangkaian tersebut dapat diketahui melalui
persamaan berikut.
𝐸
I = 𝑅+𝑟/𝑛

Keterangan:
I = kuat arus listrik (ampere)
E= besar sumber tegangan (volt)
R= Hambatan luar (ohm)
r= hambatan dalam (ohm)
n= jumlah sumber tegangan

Gambar Rangkaian Tegangan Paralel

19
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bukalah program “PROTEUS / EWB” pada komputer.
2. Buatlah rangkaian “Tegangan Seri” seperti gambar berikut ini

B1
5V

B2
5V

B3
5V

3. Lakukan pengukuran tegangan menggunakan voltmeter dan arus


menggunakan amperemeter, kemudian ubah nilai tegangan setiap baterai
mengikuti tabel berikut ini dan catat hasilnya.

No. Baterai 1 Baterai 2 Baterai 3 Tegangan Arus


1 5 volt 5 volt 5 volt
2 10 volt 10 volt 10 volt
3 15 volt 15 volt 15 volt
4 5 volt 15 volt 10 volt
5 10 volt 10 volt 15 volt
6 15 volt 20 volt 20 volt
7 5 volt 10 volt 15 volt
8 10 volt 13 volt 10 volt
9 15 volt 20 volt 10 volt
10 20 volt 15 volt 5 volt

20
4. Buatlah rangkaian “Tegangan Paralel” seperti gambar berikut ini

B1 B2 B3
5V 5V 5V

5. Lakukan pengukuran tegangan menggunakan voltmeter dan arus


menggunakan amperemeter, kemudian ubah nilai tegangan setiap baterai
mengikuti tabel berikut ini dan catat hasilnya.

No. Baterai 1 Baterai 2 Baterai 3 Tegangan Arus


1 5 volt 5 volt 5 volt
2 10 volt 10 volt 10 volt
3 15 volt 15 volt 15 volt
4 5 volt 15 volt 10 volt
5 10 volt 10 volt 15 volt
6 15 volt 20 volt 20 volt
7 5 volt 10 volt 15 volt
8 10 volt 13 volt 10 volt
9 15 volt 20 volt 10 volt
10 20 volt 15 volt 5 volt

VI. PENGOLAHAN DATA


VII. ANALISA
VIII. KESIMPULAN

21
PRAKTIKUM V

I. JUDUL PRAKTIKUM
Rangkaian Pembagi Tegangan

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mempelajari fungsi rangkaian pembagi tegangan
2. Mengerti cara merangkai rangkaian pembagi tegangan
3. Dapat menggunakan multimeter untuk pengukuran tegangan (Voltmeter)

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Praktikum
2. Resistor
3. Multimeter Digital
4. Power Supply
5. Jumper

IV. TEORI DASAR


Menghubungkan resistor seri seperti ini pada tegangan DC memiliki satu
keuntungan, tegangan yang berbeda muncul di setiap resistor menghasilkan
sebuah rangkaian yang disebut Rangkaian Pembagi Tegangan.. Hukum tegangan
Kirchoff menyatakan bahwa " tegangan dalam rangkaian tertutup sama dengan
jumlah semua tegangan (IR) di seluruh rangkaian". Rangkaian pembagi tegangan
biasanya digunakan untuk membuat suatu tegangan referensi dari sumber
tegangan yang lebih besar, titik tegangan referensi pada sensor, untuk
memberikan bias pada rangkaian penguat atau untuk memberi bias pada
komponen aktif. Rangkaian pembagi tegangan pada dasarnya dapat dibuat dengan
2 buah resistor. Rangkaian dasar Resistor Seri sebagai Pembagi Tegangan dapat
dilihat pada gambar rangkaian berikut ini :

22
Dalam rangkaian dua resistor yang dihubungkan secara seri melalui Vin, yang
merupakan tegangan listrik yang terhubung ke resistor, Rtop, di mana tegangan
keluaran Vout adalah tegangan resistor Rbottom yang diberikan oleh formula. Jika
lebih resistor dihubungkan secara seri pada rangkaian maka tegangan yang
berbeda akan muncul di setiap resistor berkaitan dengan masing-masing hambatan
R (IxR hukum Ohms) menyediakan tegangan berbeda dari satu sumber
pasokan/catudaya. Namun, harus berhati-hati ketika menggunakan jaringan jenis
ini sebagai impedansi karena dapat mempengaruhi tegangan keluaran.
Sebagai contoh;Misalkan Anda hanya memiliki 12V DC supply dan
rangkaian Anda yang memiliki impedansi 50Ω memerlukan pasokan 6V.
Menghubungkan dua nilai yang sama resistor, misalkan masing-masing 50Ω
bersama-sama sebagai sebuah jaringan pembagi potensial di 12V akan
mendapatkan hasil yang diharapkan /baik sampai anda menambahkan beban
rangkaian kedalam jaringan.. Hal ini ditunjukkan seperti rangkaian di bawah ini:

23
Contoh :
Menghitung tegangan di X and Y.
a) Tanpa penambahan RL
b) Dengan RL tersambung

Seperti yang dapat Anda lihat dari atas, Vout tegangan output tanpa resistor
beban terhubung memberikan kita yang diperlukan yakni 6V, tapi tegangan output
yang sama pada saat beban Vout terhubung turun menjadi hanya 4V, (Resistor
dalam Parallel). Maka tegangan keluaran Vout ditentukan oleh rasio Vtop untuk
Vbottom dengan efek mengurangi level tegangan sinyal atau dikenal sebagai
Attenuation sehingga harus berhati-hati bila menggunakan jaringan pembagi
potensial. Semakin tinggi beban impedansi menimbulkan efek pembebanan pada
output.
Sebuah resistor variabel, potensiometer atau sering disebut juga Pot, adalah
contoh yang baik dari multi-resistor pembagi tegangan. Pengaturan dengan
memutar/menggeser tombol pada portensiometer akan menghasilkan Resistansi
yang berbeda pada kaki resistor sehingga akan menghasilkan tegangan keluaran
yang kita harapkan dengan lebih akurat.

24
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Aturlah tegangan pada power supply sebesar 15 volt. Ukur dengan
bantuan multimeter.
2. Buatlah rangkaian mengikuti gambar berikut ini.

R1
10k

B1
15V

R2
10k

3. Ukurlah tegangan pada R1 dan R2, kemudian catat hasilnya. Ubah nilai
resistansi R1 dan R2, serta lakukan kembali pengukuran tegangan
mengikuti tabel berikut ini.
NO. Nilai R1 Nilai R2 Tegangan R1 Tegangan R2
1 10K 10K
2 10K 1K
3 10K 2.2K
4 1 2.2K
5 1 1K
6 1 10K
7 2.2K 10K
8 2.2K 1K
9 2.2K 2.2K
10 2K 1K

4. Bandingkan hasil yang didapatkan pada praktikum dengan hasil dari


perhitungan manual. Tuliskan hasilnya pada pengolahan data.

25
VI. TUGAS
Rangkailah rangkaian pembagi tegangan yang menghasilkan tegangan
sebesar 6 volt dengan tegangan sumber sebesar 15 volt.

VII. PENGOLAHAN DATA


VIII. ANALISA
IX. KESIMPULAN

26
PRAKTIKUM VI

I. JUDUL PRAKTIKUM
Rangkaian Resistansi Seri, Paralel dan kombinasi

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mengerti perbedaan rangkaian resistansi seri dan paralel
2. Mengerti cara merangkai rangkaian resistansi seri dan paralel
3. Dapat menggunakan multimeter untukmengukur tegangan dan arus pada
rangkaian resistansi seri dan paralel

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Praktikum
2. Resistor
3. Multimeter Digital
4. Power Supply
5. Jumper

IV. TEORI DASAR


Dalam rangkaian listrik terdapat banyak sekali konfigurasi rangkaian
komponen-komponen elektronika, bukan sekedar rangkaian sederhana yang hanya
terdiri dari sumber tegangan dan beban, tetapi lebih dari itu. Dua konfigurasi
rangkaian yang paling banyak digunakan dalam rangkaian listrik adalah seri dan
paralel.
Rangkaian seri dan paralel adalah dua jenis rangkaian yang digunakan untuk
menghubungkan 2 atau lebih komponen listrik menjadi satu kesatuan. Rangkaian
Seri disusun secara sejajar. Rangkaian hambatan paralel yaitu rangkaian yang
resistornya disusun dengan adanya percabangan sehingga jika salah satu
rangkaian hambatan terputus maka rangkaian listriknya tidak akan terputus karena
tegangan listrik masih dapat mengalir ke cabang rangkaian yang lainnya. Dalam
rangkaian hambatan paralel ini, tetap saja ada cara untuk memutuskan

27
rangkaiannya yaitu dengan memutus semua percabangan dari hambatan sehingga
tegangan tidak dapat mengalir lagi melewati rangkaian listrik.

Rangkaian Resistansi Seri


Rangkaian seri resistor adalah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih resistor /
hambatan yang disusun secara berurutan, Hambatan yang satu berada di belakang
hambatan yang lain. Pada rangkaian resistor seri, semua resistor dialiri arus listrik
dengan nilai yang sama. Tegangan pada rangkaian resistor seri adalah berbeda
tegangtung nilai resistor yang dipasang

Gambar diatas menunjukkan dua resistor yang dirangkai secara Seri. Hambatan
yang disusun seri dapat dijadikan menjadi 1 Hambatan, yang disebut dengan
hambatan pengganti. Bagaimana cara mentukan hambatan penggantinya?
Perhatikan gambar berikut. :

Dari gambar diatas maka dapat diperoleh nilai Resistor Penggantinya (Rp)
sebagai berikut :

Keterangan :
Rp = hambatan Pengganti (Ohm)
R1 = hambatan ke-1
R2 = hambatan ke-2
R3 = hambatan ke-3
Rn = hambatan ke-n

28
Rangkaian Resistansi Paralel
Pada rangkaian resistor paralel arus yang mengalir pada tiap resistor berbeda
sesuai dengan nilai resistansi yang terpasang. Pada rangkaian resistor paralel
besarnya tegangan pada setiap resistor adalah sama. Rangkaian Paralel resistor
adalah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih hambatan disusun secara
bertingkat, seperti dapat dilihat pada gambar :

Seperti halnya rangkaian seri, rangkaian pararel dapat juga dijadikan menjadi 1
yang disebut hambatan pengganti yang besarnya :

Keterangan :
Rp = hambatan Pengganti (Ohm)
R1 = hambatan ke-1
R2 = hambatan ke-2
R3 = hambatan ke-3
Rn = hambatan ke-n

29
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buatlah rangkaian resistansi seri seperti gambar berikut ini

B1

5V

R1 R2 R3
10k 10k 10k

2. Hitung nilai resistansi total dari rangkaian tersebut, kemudian ukur


tegangan dan arus pada masing-masing resistor menggunakan
multimeter
3. Setelah itu ubah nilai resistansi rangkaian tersebut mengikuti tabel
berikut ini.

NO. R1 R2 R3 R Tot VR1 IR1 VR2 IR2 VR3 IR3


1. 10K 10K 10K
2. 10K 1K 1K
3 10K 2.2K 2.2K
4 1K 1K 1K
5 1K 10K 10K
6 1K 2.2K 2.2K
7 2.2K 2.2K 2.2K
8 2.2K 1K 1K
9 2.2K 10K 10K
10 10K 1K 2.2K

30
4. Buatlah rangkaian resistansi paralel seperti gambar berikut ini

R1
10k

B1
R2
10k
5V

R3
10k

5. Hitung nilai resistansi total dari rangkaian tersebut, kemudian ukur


tegangan dan arus pada masing-masing resistor menggunakan
multimeter
6. Setelah itu ubah nilai resistansi rangkaian tersebut mengikuti tabel
berikut ini.

NO. R1 R2 R3 R Tot VR1 IR1 VR2 IR2 VR3 IR3


1. 10K 10K 10K
2. 10K 1K 1K
3 10K 2.2K 2.2K
4 1K 1K 1K
5 1K 10K 10K
6 1K 2.2K 2.2K
7 2.2K 2.2K 2.2K
8 2.2K 1K 1K
9 2.2K 10K 10K
10 10K 1K 2.2K

31
7. Buatlah rangkaian resistansi kombinasi seperti gambar berikut ini

R2
B1 10k
R1
10k
5V R3
10k

8. Hitung nilai resistansi total dari rangkaian tersebut, kemudian ukur


tegangan dan arus pada masing-masing resistor menggunakan
multimeter
9. Setelah itu ubah nilai resistansi rangkaian tersebut mengikuti tabel
berikut ini.

NO. R1 R2 R3 R Tot VR1 IR1 VR2 IR2 VR3 IR3


1. 10K 10K 10K
2. 10K 1K 1K
3 10K 2.2K 2.2K
4 1K 1K 1K
5 1K 10K 10K
6 1K 2.2K 2.2K
7 2.2K 2.2K 2.2K
8 2.2K 1K 1K
9 2.2K 10K 10K
10 10K 1K 2.2K

VI. PENGOLAHAN DATA


VII. ANALISA
VIII. KESIMPULAN

32
PRAKTIKUM VII

I. JUDUL PRAKTIKUM
Rangkaian Kapasitansi Seri, Paralel dan Kombinasi

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mengerti perbedaan rangkaian kapasitansi seri dan paralel
2. Mengerti cara merangkai rangkaian kapasitansi seri dan paralel
3. Dapat menggunakan multimeter untukmengecek keadaan kapasitor dan
dapat melakukan pengukuran nilai kapasitansi

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Praktikum
2. Kapasitor
3. Multimeter Digital
4. Power Supply
5. Jumper

IV. TEORI DASAR


Kapasitor adalah komponen listrik yang digunakan untuk menyimpan
muatan listrik, dan secara sederhana terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan
oleh bahan penyekat (bahan dielektrik). Atau dengan kata lain, kapasitor terbentuk
dari dua konduktor sembarang yang dipisahkan oleh sebuah isolator (atau ruang
hampa).

Suatu kapasitor memiliki lambang berikut ini: Lambang kapasitor dengan


C = 1 μF. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari dua buah plat metal yang
dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum
dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat
metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada
salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama, muatan-muatan
negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat

33
mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa
menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-
konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduksi pada ujung-
ujung kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat
terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.

Prinsip Kerja Kapasitor


Dalam rangkaian listrik, kapasitor dapat digunakan sebagai : 1. Pencari
gelombang radio (tuning) 2. Salah satu komponen pengapian 3. Penyimpan energi
dalam rangkaian penyala elektronik 4. Filter dalam catu daya Kapasitansi
didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung
muatan elektron. Kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan listrik
dinyatakan oleh besaran kapasitas atau kapasitansi (yang dinotasikan dengan
“C”), dan didefinisikan sebagai perbandingan antara muatan listrik Q yang
tersimpan dalam kapasitor dan beda potensial V antara kedua keping.Dimana: Q =
muatan elektron, satuan C (coulomb) C = nilai kapasitansi, satuan F (farad) V =
besar tegangan, satuan V (volt) Satuan kapasitansi dalam SI adalah farad.

Menguji Kapasitor Dengan Multimeter Analog


Pengujian ini sebenarnya tidak begitu akurat karena untuk keperluan
pengujian sebuah Kapasitor yang lebih tepat adalah dengan Capasitance Meter.
Dengan alat ukur tersebut akan diketahui bagus tidaknya kapasitor sekaligus nilai
kapasitansinya.Meskipun tidak seakurat Capasitance Meter, multimeter analog
dapat digunakan untuk menguji bagus tidaknya sebuah Kapasitor. Berikut adalah
langkah-langkah untuk menguji Kapasitor menggunakan multimeter analog:
1. Siapkan multimeter analog
2. Atur selector pada bagian Ohm Meter dengan skala yang disesuaikan besar
kecilnya kapasitansi yang tertulis pada fisik Kapasitor (X1, X10 untuk
Kapasitor kecil sedangkan untuk Kapasitor yng besar gunakan skala X100
atau X1K)
3. Hubungkan probe (jarum positif dan negatif multimeter) ke masing-masing
kaki Kapasitor. Pemasangan probe dapat bolak-balik.

34
4. Perhatikan pergerakan jarum indikator pada multimeter
5. Jika jarum diam (tidak bergerak), kemungkinan Kapasitor putus,
6. Jika jarum menunjuk angka 0 (Nol), kemungkinan Kapasitor terhubung
singkat (short)
7. Jika jarum bergerak dan menunjuk nilai tertentu tetapi tidak kembali ke
semula, kemungkinan Kapasitor bocor.
8. Jika jarum bergerak dan menunjuk nilai tertentu kemudian jarum tersebut
kembali ke semula, Kapasitor tersebut masih bagus.

Kapasitor Seri dan Paralel


Ketika kapasitor disusun seri, total kapasitansinya berkurang dan nilainya
lebih kecil dari pada kapasitansi dari kapasitor yang paling kecil. Apabila dua atau
lebih kapasitor dihubungkan seri, efek menyeluruhnya adalah menciptakan suatu
kapasitor ekivalen tunggal yang mempunyai jarak antar pelat total dari jarak
masing-masing pelat kapasitor secara individu. Seperti yang sudah dibahas
sebelumya, apabila jarak antar pelat kapasitor itu bertambah, maka kapasitansinya
akan berkurang.

Jadi, kapasitansi totalnya menjadi lebih kecil daripada kapasitansi dari


kapasitor yang paling kecil. Rumus untuk menghitung kapasitansi seri adalah
sama seperti saat kita menghitung resistansi paralel:

35
Ketika kapasitor dihubungkan paralel, total kapasitansinya adalah jumlah
total dari kapasitansi masing-masing kapasitor. Bila dua buah atau lebih
kapasitor dirangkai paralel, efeknya adalah menghasilkan kapasitor tunggal
ekivalen yang memiliki luas penampang pelat total dari luas penampang pelat
masing-masing kapasitor. Sehingga kapasitor ekivalennya memiliki luas
penampang pelat yang lebih besar. Seperti pada pembahasan sebelumnya,
semakin besar pelat kapasitor, maka semakin besar kapasitansinya (apabila faktor
yang lainnya adalah tetap).

Jadi, total kapasitansinya adalah lebih besar dari pada kapasitansi masing-
masing kapasitor. Rumus untuk menghitung kapasitansi total kapasitor yang
diparalel adalah sama dengan menghitung resistansi seri :

Ctotal = C1 + C2 + …………..+Cn

Tak disangkal lagi, fenomena ini berkebalikan dari resistor. Pada resistor,
sambungan seri menghasilkan nilai resistansi total hasil penjumlahan sedangkan
resistansi paralel menghasilkan resistansi yang lebih kecil. Tetapi pada kapasitor,
kebalikannya : sambungan paralel menghasilkan kapasitansi total hasil
penjumlahan dan kapasitansi seri menghasilkan kapasitansi yang lebih kecil.

36
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Lakukan pengecekan pada kapasitor yang akan digunakan.
2. Buatlah rangkaian kapasitansi seri seperti gambar berikut ini. Catat nilai
kapasitansi total yang dihasilkan.
C1 C2 C3

3. Buatlah rangkaian kapasitansi paralel mengkuti gambar berikut ini (nilai


kapasitor sama dengan nilai kapasitor sebelumnya). Catat nilai
kapasitansi total yang dihasilkan.
C1

C2

C3

4. Buatlah rangkaian kapasitansi kombinasi mengkuti gambar berikut ini


(nilai kapasitor sama dengan nilai kapasitor sebelumnya). Catat nilai
kapasitansi total yang dihasilkan
C2

C1

C3

37
5. Ulangi langkah 1 – 3 sebanyak 5 kali dengan menggunakan nilai
kapasitor yang berbeda-beda. Catat hasil yang didapatkan pada tabel
seperti ini.
NO. C1 C2 C3 CS. Total CP. Total CC. Total
1
2
3
4
5

6. Bandingkan hasil praktikum tersebut dengan hasil perhitungan. Tuliskan


hasilnya pada pengolahan data.

VI. PENGOLAHAN DATA


VII. ANALISA
VIII. KESIMPULAN

38
PRAKTIKUM VIII

I. JUDUL PRAKTIKUM
Rangkaian RC

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mempelajari hubungan antara impedansi resistansi dan reaktansi pada
rangkaian seri RC.
2. Mempelajari hubungan tegangan dan arus pada rangkaian seri RC.
3. Melihat pada fasa tegangan dan arus pada rangkaian seri RC

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Praktikum
2. Generator Sinyal
3. Osiloskop
4. Multimeter Digital
5. Resistor
6. Kapasitor
7. Jumper

IV. TEORI DASAR


Dalam rangkaian seri yang berisi R dan XC, arus I yang sama akan mengalir
melalui keduanya. Jatuh tegangan pada R ialah VR = IR, dan jatuh tegangan pada
Xc ialah VC = IXC. Tegangan pada XC terlambat terhadap arus yang melalui XC
sebesar 90o. Tegangan pada R sefase dengan I karena resistansi tidak
menyebabkan pergeseran fase.
VR VR
o I, acuan
-90
I R

XC Vc
VT

VC

39
Untuk mencari tegangan VT, kita tambahkan fasor VR dan VC. Karena
keduanya membentuk segitiga siku-siku, maka berlaku rumus berikut ini :

𝑉𝑇 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2

VR = IR
Ѳ

VC = IXC
VT

Sudut fase Ѳ antaraVT dan VR dinyatakan sesuai dengan persamaan berikut :


𝑉𝐶
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (− )
𝑉𝑅
Segitiga tegangannya bersesuaian dengan segitiga impedansinya karena factor
sekutu I dalam VR dan VC saling meniadakan.
𝑉𝑇2 = 𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
(𝐼𝑍)2 = (𝐼𝑅)2 + (𝐼𝑋𝐶2 )
𝑍 2 = 𝑅 2 + 𝑋𝐶2

𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐶2

𝑋𝐶
𝜃 = arctan (− )
𝑅

R
Ѳ
XC
Z

Arus total dengan menggunakan persamaan berikut :

𝐼𝑇 = √𝐼𝑅2 + 𝐼𝐶2

𝐼𝐶
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛
𝐼𝑅

40
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buatlah rangkaian dengan harga‐harga besaran seperti pada gambar
berikut.

Vi = 2 Volt rms (bentuk gelombang sinus)

R = 10 K ohm; C= 0,1μF; f = 300 Hz

2. Hitunglah VR dan VC dengan harga besaran yang telah diketahui.


3. Ukurlah VR dan VC dengan multimeter. Cek apakah Vi = VR + VC.
4. Amati Vi, VR dan VC dengan osiloskop.
5. Carilah beda fasa antara Vi dan VR, juga antara VC dan VR dengan
bantuan osiloskop.

RANGKAIAN DIFERENSIATOR
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar berikut.

2. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat sebesar 4 Volt peak
to peak pada frekuensi 500 Hz dengan bantuan osiloskop
3. Hitunglah konstanta waktu RC dengan harga‐harga C dan R yang
tersedia (lihat tabel 4)
4. Gambarlah bentuk gelombang output (ideal) dengan input bentuk
gelombang segi empat
5. Ukurlah bentuk gelombang output yang terjadi dengan osiloskop
6. Catatlah hasil perhitungan dan pengukuran serta gambarlah hasil
pengamatan saudara pada tabel.

41
RANGKAIAN INTEGRATOR
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar berikut.
2. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat sebesar 4 Volt peak
to pada frekuensi 500Hz dengan bantuan osiloskop
3. Hitunglah konstanta waktu RC dengan harga‐harga C dan R yang
tersedia (lihat table‐5)
4. Gambarlah bentuk gelombang output (ideal) dengan input bentuk
gelombang segi empat
5. Ukurlah bentuk gelombang output yang terjadi dengan osiloskop
6. Catatlah hasil perhitungan dan pengukuran serta gambarlah hasil
pengamatan saudara pada tabel.

VI. PENGOLAHAN DATA


VII. ANALISA
VIII. KESIMPULAN

42

Anda mungkin juga menyukai