PENDAHULUAN
b) Pemeriksaan Lokalis
Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan sebagai berikut:
Inspeksi (Look)
Palpasi (Feel)
Kekuatan otot (Power)
Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (Move)
Auskultasi
Uji-uji fisik khusus
1. Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan
periksa. Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah
terlihat kesakitan. Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan
cara tidur.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada :
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.
b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan
lemak, fasia, kelenjar limfe.
c. Tulang dan Sendi
d. Sinus dan jaringan parut
Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau
dalam sendi.
Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau
supurasi.
Gambar 2.5. Inspeksi pada sendi bahu (A) Anterior, (B) Posterior, dan (C)
Lateral.6
Gambar 2.6. Dislokasi Sendi Bahu tampak pada Inspeksi. 6
Gambar 2.7. Inspeksi Deformitas pada Sendi Bahu biasa pada pemain tennis
dengan (A) Hyperthrophy Otot Tungkai Atas, (B) Pelebaran jarak antara skapula
dan prosesus vertebra pada saat istirahat (C) Depresi sendi bahu. 6
Gambar 2.8. Inspeksi Sendi Bahu Tampak Posterior (A) Bahu pada saat Istirahat
(B) Tampak seperti sayap pada skapula saat tangan didorong ke depan, (C)
Tampak sayap pada saat ekstremitas diadduksi. 6
2. Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan
arteri dapat diraba atau tidak.
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya
spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan membran
jaringan sinovia, adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di dalam/ di
luar sendi atau adanya pembengkakan.
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri
setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain).
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari
tulang atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara
tulang yang satu dengan lainnya.
e. Pengukuran panjang anggota gerak Pengukuran juga berguna untuk
mengetahui adanya atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkan
dengan anggota gerak yang sehat.
f. Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini dilakukan apabila
sendi tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.
3. Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif merupakan
pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan
ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat
dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi
diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)
Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pemeriksaan
ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan
untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada
sendi, yaitu : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna,
pronasi, supinasi, fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
Pemeriksaan Sendi Bahu6
Sendi bahu merupakan suatu sendi yang secara mekanik sangat kompleks dan
terdiri atas tiga komponen persendian yaitu sendi glenohumeral, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular. Sendi glenohumeral memungkinkan
untuk gerakan abduksi, fleksi dan rotasi di bawah kontrol otot skapulohumeral.
Kedua sendi lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90° berupa rotasi
skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. Nyeri
pada bahu dan lengan harus dibedakan dengan seksama apakah kelainan ini
berasal dari bahu sendiri atau nyeri yang berasal dari vertebra servikalis atau
toraks.
Pemriksaan dapat terdiri dari :
1. Pergerakan Aktif
Pemriksaan pergerakan aktif pertama kali dilakukan untuk menilai
persendian dan gerakan bahu. Pemeriksaan aktif untuk membedakan
pergerakan yang berasal dari scapula atau glenohumeral. Pemeriksaan
pergerakan skapula terkadang menajdi kompensasi untuk kelemahan
pergerakan pada sendi glenohumeral. Berikut adalah daftar pergerakan
aktif yang dapat dilakukan.
- Elevasi melalui abduksi terlebih dahulu (1700-1800)
- Elevasi melalui fleksi ke depan (1600-1800)
- Elevasi melalui skapula (1700-1800)
- Lateral (Eksternal Rotasi) (800-900)
- Medial (Internal Rotasi) (600-1000)
- Adduksi (50-750)
- Adduksi Horizontal
- Sirkumduksi
- Protraksi Skapula
- Retraksi Skapula
- Kombinasi Gerakan dan Gerakan Berulan
- Pemriksaan Aktif pada sendi Bahu. 6
Gambar 2.9. Pemeriksaan Fisik Pada Bahu
2. Pemeriksaan Pasif
Pemeriksaan ini dilakukan ketika ada ROM menurun, dan pemeriksan
merasakan apakah ada restriksi gerakan. Berikut adalah gerakan pasif yang
dapat dikerjakan :
- Elevasi melalui fleksi ke depan oleh lengan atas (tissue sretch)
- Elevasi dengan abduksi lengan atas ( bone-to-bone atau tissue sretch)
- Elevasi dengan abduksi glenohumeral joint (bone-to-bone atau tissue
sretch)
- Rotasi lateral lengan atas
- Rotasi Medial lengan atas
- Ekstensi lengan atas
- Adduksi lengan atas
- Adduksi Horizontal (tissue stretch atau aproksimasi)
- Quadrant test
Pada bursitis subcoracoid terdapat keterbatasan pada gerak rotasi lateral. Pada
bursitis subacromion terdapat keterbatasan pada gerak abduksi. Jika dijumpai
keterbatasn gerak rotasi lateral, pemeriksa harus melakukan supinasi pada lengan
bawah dengan memflexikan lengan 90 derajat . pasien yang mengalami dislokasi
sendi glenohumeral posterior akan mengalami keterbtasan gerak rotasi lateral dan
supinasi saat fleksi.
2.4.Pemeriksaan Penunjang7
X-Rays
Setidaknya ada dua proyeksi yang harus dilakukan pada pemeriksaan
Xray: X-ray anteroposterior dan xray proyeksi aksila dengan tangan
dalam posisi abduksi untuk menunjukkan hubungan antara kepala
humerus ke glenoidal. Lihat apakah adakah kemungkinan subluksasi atau
dislokasi, penyempitan celah sendi, erosi dan kalsifikasi tulang di jaringan
lunak. Sendi akromiklavikular paling baik dilihat pada proyeksi
anteroposterior dengan tabung dimiringkan ketas 200. Celah subakromial
dilihat dengan memiringkan tabung kebawah sebanyak 300.
Artrografi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mendeteksi robekan pada manset rotator
dan lesi Bankart yang lebih besar. Pemeriksaan ini sekarang sudah
dikombinasikan dengan CT atau MRI
Ultrasound
Ultrasound menunjukkan hasil yang sederhana dan reliabel untuk
mengidentifikasi robekan manset rotator, tendinitis kalsifikasi dan
masalah biseps. Pemeriksaan ini juga berguna untuk mengidentifikasi area
hipervaskularisasi dan membantu untuk menyuntik dengan bantuan
ultrasound dan barbotage (tindakan memasukkan jarum suntik pada
deposit kalsifikasi dan mengaspirasi atau memecah material).
Magneting Resonance Imaging (MRI)
Informasi yang disediakan MRI tergantung pada kualitas alat dan urutan
pencitraan yang dipilih. Pada pasien dengan curiga kelainan manset
rotator, MRI memberikan informasi lokasi dan ukuran robekan, seperti
pada anatomi arkus korakoakromial dan sendi akromioklavikular. Pada
pasien dengan tanda dan gejala mengarah ketidakstabilan, pemeriksaan ini
dapat menunjukkan anomali yang berhubungan dengan kapsul, labrum,
glenoid dan kepala humerus. MRI juga berguna untuk mendeteksi
ostenekrosis kepala humerus dan untuk mendiagnosis dan menstaging
tumor.
Magnetic Resonance Arthrography
Pemeriksaan MR arthrography dilaporkan mempunyai sensitivitas 91%
dan spesifisitas 93% untuk mendeteksi kelainan kondisi labral. Untuk
mendeteksi robekan di bawah permukaan manset rotator, MRA lebih
sensitif dan spesifik daripada MRI sendiri.
Artroskopi
Artroskofi berguna untuk mendiagnosis (dan mengobati) lesi intra-
artikular, pelepasan labrum atau kapsul dan robekan pada manset rotator.
Artroskopi dikatakan pemeriksaan yang paling baik dalam mendiagnosis
robekan superior labrum, anterior dan posterior (SLAP).