Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
TUMOR MEDIASTINUM
DISUSUN OLEH :
ZUVITA TAHTA
P27220015 178
D I-V KEPERAWATAN
POLTEKKES SURAKARTA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MEDIASTINUM
Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma, lateral:
pleura mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena rongga
mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ
penting di sekitarnya dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum
tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai
keluhan dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.
1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal
ke-5 dan bagian bawah sternum.
2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma
didepan jantung.
3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma
dibelakang jantung.
4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke
diafragma di antara mediastinum anterior dan posterior. (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2003)
B. Definisi
Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan
mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru
kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea,
kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor
mediastinum adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang
spesifik yang dapat mencegah tumor mediastinum ini. (dr. Agus Rahmadi, 2010)
C. Etiologi
1. Penyebab kimiawi
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih
cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.
4. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh
jamur pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
5. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan
ditemukannya hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan.
Namun ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut pada manusia.
6. Faktor hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian
peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa
dilihat pada organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut.
1. Timoma
Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor
yang banyak terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan
umur 50 tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak
terdapat preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Gambaran
histologiknya dapat sangat bervariasi dan dapat terjadi komponen limfositik atau
tidak. Malignitas ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam organ-organ
sekelilingnya dan tidak dalam bentuk histologiknya. Pada 50% kasus terdapat
keluhan lokal. Thymoma juga dapat berhubungan dengan myasthenia gravis,
pure red cell aplasia dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma
mempunyai perjalanan klinis benigna. Penentuan ada atau tidak adanya
penembusan kapsul mempunyai kepentingan prognostic. Metastase jarak jauh
jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi bedah. (Aru W. Sudoyo, 2006)
2. Limfoma
Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering
pada mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe
sel darah putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe
limfoma. Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker
Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit
Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma
dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.
3. Tumor Tiroid
Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.
4. Kista pericardium
Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu
dapat menempel pada perikard dan kadang-kadang berada dalam hubungan
terbuka dengan perikard itu. Yang terbanyak terdapat di ventral, di sudut
diafragma jantung. Kista ini juga dikenal sebagai kista coelom. Kista
pleuroperikardial adalah kelainan congenital, tetapi baru muncul manifestasi pada
usia dewasa. Sampai desenium ke 5 atau 6, ukuran tumor biasanya secara lambat
bertambah, tetapi jarang sampai lebih dari 10 cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini
sering terlihat sebagai rongga-rongga dengan dinding yang tipis dengan
perubahan bentuk pada pernapasan dalam. Kista-kista coelom di sebelah kanan
harus differensiasi dengan lemak parakardial dan dengan hernia diafragmatika
melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini sering terdapt, meskipun tentang hal
ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak menimbulkan keluhan, infeksi sangat
jarang dan malignitasnya tidak diketahui. Karena itu ekstirpasi hanya diperlukan
pada keraguan yang serius mengenai diagnosisnya atau pada ukuran kista yang
sangat besar.
5. Tumor neurogenik
Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat,
manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin,
terletak jaug di mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf
intercostals, ganglia simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri
kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi relative frekuen
pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006)
6. Kista Bronkhogenik
Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri
dari jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi
epitel rambut getar atau planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista
bronkus terletak menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan
selalu dekat dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga
menimbulkan keluhan karena kompresi trakea, bronki utama atau esophagus.
Kecuali itu terdapat bahaya infeksi dan perforasi sehingga kalau ditemukan
diperlukan pengangkatan dengan pembedahan. Gejala dari kista ini adalah batuk,
sesak napas s/d sianosis.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
1. Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu
(menelungkup)
2. Sekret berlebihan
3. Batuk dengan atau tanpa dahak
4. Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien
5. Pernafasan tidak simetris
6. Unilateral Flail Chest
7. Effusi pleura
8. Egophonia pada daerah sternum
9. Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru
10. Wheezing unilateral/bilateral
11. Ronchii
G. Penatalaksanaa
1. Pembedahan
Pengkajian
1. Identitas
1. Nama pasien
2. Umur : Karsinoma cenderung ditemukan pada usia dewasa
3. Jenis kelamin : Laki-laki lebih beresiko daripada wanita
4. Suku /Bangsa
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Alamat
8. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah sesak nafas dan nyeri dada yang
berulang tidak khas, mungkin disertai batuk darah. Pada beberapa kasus sering dilaporkan
keluhan infeksi lebih menjadi sebab klien melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam
rentang waktu yang relatif lama dan berulang, adanya riwayat tumor pada organ lain,
baik pada diri sendiri maupun dari keluarga. Penyakit paru, jantung serta kelainan
organ vital bawaan dapat memperberat gejala klinis penderita.
Data Subyektif: -
Data Obyektif: konsistensi feses normal/diare, berat badan turun, penurunan intake
makanan
Data Obyektif: kulit pucat, sianosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak
keringat, suhu kulit meningkat /normal, tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan, flail chest
5. Pengkajian Psikososial
7. Pengkajian Spiritual
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Hb: menurun/normal
2. Analisa Gas Darah: asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar
karbon darah meningkat/normal
3. Elektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Rontgenografi
b. USG
c. USG Germ Cell Mediastinum
d. Tomografi Komputerisasi
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
f. Biopsy
Analisa Data
DO : batuk (baik
produktif maupun non Vena leher mengembang
produktif), sesak nafas,
takipnea, retraksi,
demam, ronki, sianosis.
Saluran nafas
tersumbat
Gangguan menelan
Dilakukan radioterapi
Badan lemah
Intervensi
a. Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder
terhadap penekanan jaringan paru oleh sel tumor.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status
nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
No Intervensi Rasional
1 Kaji sejauh mana ketidakadekuatan Menganalisa penyebab melaksanakan
nutrisi klien intervensi.
2 Timbang berat badan sesuai Mengawasi keefektifan secara diet
indikasi
3 Memeberikan asupan nutrisi sesuai Kebutuhan pasien akan nutrisi terpenuhi
kebutuhan
4 Anjurkan makan sedikit tapi sering Tidak memberi rasa bosan dan
pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan
5 Anjurkan kebersihan oral sebelum Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan makan.
6 Kolaborasi ahli gizi pemberian Makanan yang bervariasi dapat
makanan yang bervariasi. meningkatkan nafsu makan klien.
7 Kolaborasi dengan dokter dalam Menstimulasi nafsu makan dan
pemberian suplemen dan obat- mempertahankan intake nutrisi yang
obatan peningkat nafsu makan. adekuat.
No Intervensi Rasional
1 Rencanakan periode istirahat yang Mengurangi aktivitas yang tidak
cukup. diperlukan, dan energi terkumpul
dapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secar optimal.
2 Berikan latihan aktivitas secara Tahapan-tahapan yang diberikan
bertahap membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga
namun tujuan yang tepat, mobilisasi
dini.
3 Bantu pasien dalam memenuhi Mengurangi pemakaian energi sampai
kebutuhan sesuai kebutuhan kekuatan pasien pulih kembali
4 Setelah latihan dan aktivitas kaji Menjaga kemungkinan adanya
respons pasien respons abnormal dari tubuh sebagai
akibat dari latihan
Implementasi
Pada tahap ini ntuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan
keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil
yang mungkin diperlukan.