Askep Pneumonia
Askep Pneumonia
KLIEN PNEUMONIA
Posted on December 9, 2012 by rikayuhelmi116
Standard
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 ( KMB 1 ) ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah
Keperawatan Medical Bedah 1 (KMB 1) ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Febbryanti, S.Kep
yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis
makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Padang, 25 November
2012
Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG
1. I. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar
1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotic,
pneumonia tetap merupakan penyebab keatian keenam di Amerika Serikat.
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan
pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai
penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam.
Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit
dan pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40
kali/menit.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek,
selalu memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara
nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi.
Kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang
berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di
puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis
pertama antibiotik yang sesuai.
Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka masih
belum berkembang dengan baik. Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah akibat
penyakit kronik tertentu.
Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan penderita penyakit pernapasan kronik atau infeksi
virus juga mudah terserang penyakit ini. Hamper 60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU
dapat menderita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut
1. II. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan
keperawatan secara komprehensif terhadap klien pneumonia
1. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. I. DEFENISI
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli
dengan cairan. Penyebabnya karena agen infeksi, irirtan kimia dan terapi radiasi. bakterinya
bernama pneumococcal pneumonia.( Doenges, Marilynn E., 1999)
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate, 1993).
Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut pneumonia.
(Sylvia)
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di
dalam alveoli. Hal ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi
yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrakialis adalah beberapa keadaan yang
mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran
menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora
endogen yangmenjadi patogen ketika memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,Perawatan
Anak Sakit, 1997)
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak
dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga
akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut
jaringan paru oleh mikroorganisme (Elizabeth J. Corwin)
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh
cairan. (wikipedia.com)
1. II. ETIOLOGI
Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
v menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri
dan menyebabkan kerusakan.
v Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang
belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang
segala jenis usia.
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning,
demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri dada seperti
pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan selama
bernafas dalam atau batuk.
Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan,
kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak jarang bentuk
penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.
Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan
diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan
berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari pneumonia
mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada banyak kasus,
mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu makan
Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan kesuperior
di dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring.Dari sini lapisan mukus akan
tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan mukus,
sedangkan panas yang disuplaike udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya
akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupasehingga bila
udara mencapai faring hampir bekas debu, bersuhumendekati suhu tubuh, dan
kelembabannya mencapai 100%.
Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut denganesofagus. Faring terbagi atas 3
bagian : nasofaring di belakang hidung,orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di
belakang laring.Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di bawa selaputlendir
terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening.Kumpulan folikel getah bening ini
disebut adenoid. Adenoid akanmembesar bila terjadi infeksi pada faring
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakankelanjutan dari trakea yang
arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkuskiri lebih panjang dan lebih sempit dan
merupakan kelanjutan dari trakeadengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus
kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil
sampaiakhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yangtidak
mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengahkurang lebih 1 mm.
Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulangrawan sehingga bentuknya dapat berubah.
Setelah bronkiolus terminalisterdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu
tempat pertukaran gas.
1) bronkiolus respiratorius
2) duktusalveolaris
3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru- paru. terdapat sekitar 23 kali
percabangan mulai dari trakea sampai sakusalveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu
lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan
udara.Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total
seluas sebuah lapangan tenis.
1. V. PATOFISIOLOGI
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme
dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab
pada sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri.
Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.
1) Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk kedalam
paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. setelah masuk
virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian
virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah
putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk
ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen
ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak
organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat
membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri
sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus syccytial
respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang
menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem
imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
2) Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup,tetapi
mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian
lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan
sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri
mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga
penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari
pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang
berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem
imun.
Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan
bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi
alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang
terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti
septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti
otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura)
menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni
yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna
bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan
Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang
yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik
yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari
banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah
bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram
positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram
negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri
gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk bkan demam, menggigil, dan mual
umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan
dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit
yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan
pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju
area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang
dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah
Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu
atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah
“atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda
dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada
hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering
disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala
usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah
Staphylococcus aureus.
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram
negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk
Haemophilus influenzae,Klebsiella pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas
aeruginosa,dan Moraxella catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan
mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang
3) Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada individu
dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah
kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan
pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering
disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci
dan Coccidioides immitis.
4) Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas
memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan
menuju paru-paru,biasanya melalui darah.
Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun
yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil
berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat
menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari
pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling umum yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. a adalah
Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis.
1. VI. WOC
VIRUS BAKTERI NIKROPLASMA JAMUR
Paru paru
infeksi hipertermi
produksi secret
kelelahan
batuk
transportasi 02 menurun
(penekanan diafragma)
tekanan
abdomen
1. VII. KLASIFIKASI
1. Aspirasi pneumonia
Terjadi apabila tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru- paru.pada bayi baru lahir,
biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila tidak segera dilakukan
pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.
1. VIII. KOMPLIKASI
1. Gangguan pertukaran gas
2. Obstruksi jalan napas
3. Gagal pernapasan pleura effusion (bactery pneumonia)
1. X. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan yang intensive bila terdapat virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus di rawat
3. Berikan oksigen, fisioterapi dada dan cairan intravena
4. Antibiotic sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
BAB III
1. I. PENGKAJIAN
2. Biodata
1. Identitas Klien, meliputi :
1. Nama/Nama panggilan
2. Tempat tgl lahir/usia
3. Jenis kelamin
4. A g a m a
5. Pendidikan
6. Alamat
7. Tgl/jam masuk
8. Tgl pengkajian
9. Diagnosa medic
10. Rencana terapi
1. Keluhan utama
sesak naps
1. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang, tanyakan :
Frekuensi ISPA
Riwauat Alergi
Kebiasaan merokok
Pengguaan obat-obatan
Imunisasi
Riwayat penyakit keturunan
1. Riwayat Lingkungan
1. Pengkajian Fisik
1. Ispeksi:
1. Palpasi
Gerakan pernapasan
Raba apakah dinding dada panas
Kaji vocal premitus
Penurunan ekspansi dada
1. Auskultasi
1. Perkusi
1. Faktor Psikososial/Perkembangan
1. Usia, tingkat perkembangan.
2. Toleransi/kemampuan memahami tindakan.
3. Koping
4. Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.
5. Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
1. Sirkulasi
1. Makanan/cairan
1. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
1. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
1. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
1. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
1. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kroni
III. INTERVENSI
Kriteria hasil :
Batuk teratasi
Nafas normal
Bunyi nafas bersih
Tidak terjadi Sianosis
Intervensi:
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan
jalan nafas paten.
Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
Dispnea, sianosis
Takikardia
Gelisah/perubahan mental
Hipoksia
Kriteria hasil :
Intervensi
Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru
dan status kesehatan umum.
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer
(kuku) atau sianosis sentral.
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode
yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.
Kriteria hasil :
Intervensi:
Dispnea
Takikardia
Sianosis
Kriteria hasil :
Nafas normal
Sianosis tidak terjadi
Irama jantung normal
Intervensi
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
Nyeri dada
Sakit kepala
Gelisah
Kriteria hasil :
3) Tampak tenang
Intervensi:
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an
lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali.
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat
misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi :
Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.
Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
Catat laporan mual/muntah
Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan
cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
D. EVALUASI
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba
Medika. Jakarta.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Advertisements
A. PENDAHULUAN
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain
sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu
penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali
diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki
penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi
Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia
penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak
dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap
tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan
agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan
penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program
P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia
). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya
penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini
antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan
otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam
program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya
tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada
dan negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus
pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005,
Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi
angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,
dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen
memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau
mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah
streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas
sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan
keperawatan pada klien dengan Pneumonia”
1. Defenisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga
interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis /
bronchopneumonia.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang
terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh
dunia. Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang
dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut
saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.
2. Etioligi
Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah
bakteri positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia
steptrokokus. Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus
grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas
aeroginosa. Pneumonia lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia
mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh
suatu organisme yang berdasarkan beberapa aspeknya berada diantara bakteri dan
virus.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis
pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri.
Gejala-gejala mencakup:
1) Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2) Batuk yang sering produktif dan purulen
3) Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah
muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk
pseudomonas aeruginosa)
4) Krekel (bunyi paru tambahan).
5) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6) Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan
sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan
pertukaran gas-gas.
7) Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi.
9) Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada
kapiler atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
4. Patofisiologi
Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai macam
penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia, pneumonitis
hypersensitive dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi
akibat aspirasi, yang paling jelas adalah pada klien
yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran
pernafasan atas yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi akan mengakibatkan
pneumonia.
Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru
melalui beberapa jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme
dilepaskan kedalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring
dapat menjadi patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi
dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau
bertahan dalam pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens
mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan,
pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang
bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya
mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa
mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapiler.
Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales terminalisterisi oleh
debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika
pneumonia disebabkan oleh staphilococcuc atau bakteri gram-negatif dapat terjadi
juga nekrosis parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons
inflamasi, dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya
mengarah pada perubahan-perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral
disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan dan self-limited tetapi dapat membuat
tahap untuk infeksin sekunder bakteri dengan memberikan suatu lingkungan ideal
untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel bersilia, yang
normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan nafas bagian bawah.
.
5. Penyimpangan KDM
B. PEMERIKSAAN RONTGEN
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan
secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat
didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga
menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat
juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru, perikarditis dll.
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit, biasanya
> 10.000/µl kadang mencapai 30.000 jika disebabkan virus atau mikoplasma jumlah
leucosit dapat normal, atau menurun dan pada hitung jenis leucosit terdapat
pergeseran kekiri juga terjadi peningkatan LED. Kultur darah dapat positif pada 20 –
25 pada penderita yang tidak diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum darah,
akan tetapi kteatinin masih dalah batas normal. Analisis gas darah menunjukan
hypoksemia dan hypercardia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
D. KOMPLIKASI
Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan
emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut
berupa efusi para pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S.
Pneumoniae 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae
sebesar 20%. Cairannya transudat dan sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi
akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa menungitis. Dapa juga terjadi dehidrasi
dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan ureum dan enzim hati,
Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis yang dapat terjadi bila
pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob s. Aureus dan
kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa
anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic
fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.
E. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita,
bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan
yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang
dirawat. Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5% pada
penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi
20%. Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA ) angka kematian
pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas
II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V
29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita
pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas. Di RS Persahabatan
pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999 adalah
21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 -35%.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2013) antara lain:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan
nafas.
NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas
Kriteria Hasil : klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam batas
normal,
tidak ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Pastikan kebutuhan oral suctioning
2) Auskultasi nafas sebelum dan sesudah suctioning
3) Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4) Lakukakn fisioterapi dada jika perlu
5) Monitor status O2 pasien
2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal
NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV
Kriteria Hasil : mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah,
tidak ada pursed lips, klien tidak merasa tercekik, irama,
frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Posisikan semi fowler
2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3) Pasang mayo jika perlu
4) Berikan bronkodilator
5) Auskultasi suara nafas
6) Monitor pola nafas
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme
pengaturan NOC : fluid balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan
cairan Kriteria Hasil : mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dan
BB, BJ
urine normal, HT normal, TTV normal, Tidak ada tanda
dehidrasi
(turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa
haus
berlebihan)
NIC :
1) Pertahankan intake dan output yang akurat
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor Vital sign
4) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
5) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
6) Kolaborasikan pemberian cairan IV
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan
kebutuhan.
NIC : ADL, pemulihan tenaga
Kriteria Hasil : mampu melakukan aktivitas secara mandiri, berpartisipasi
dalam
aktivitas fisik tanpa disretai peningkatan TTV
NIC :
1) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam menyiapkan
program terapi yang tepat
2) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3) Kaji adanya faktor penyebab kelelahan
4) Monitor respons kardiovaskuler terhadap aktivitas
5) Monitor lama istirhatanya pasien
6) Monitor nutrisi dan sumber tenaga adekuat
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. E No Register : 08.110.900
Umur : 1 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : jl.Cimanuk
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2012
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2012
Catatan kedatangan : Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
a. Keluhan utama/alasan masuk RS
An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25
Mei 2012, jam 10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh
batuk pilek seminggu sebelum masuk RS.
Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas
sejak 6 hari sebelum masuk RS.
Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-
lahan, sesak napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas
cenderung bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan
upaya untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk
( OBH ).
Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk
dengan dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa
lengket di tenggorokkan. Orang tua anak mengatakan kesulitan
bernapas.Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah
dan ujung - ujung jarinya terasa dingin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu,
dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya seperti
penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-lain.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Rencana Rasional
keperawatan
Bersihan jalan Setelah Mandiri :
nafas tak efektif dilakukan 1. Kaji frekuensi/kedalaman
1. Takipnue pernafasan dangkal dan
berhubungan intervensi pernapasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris sering
dengan keperawatan terjadi karena ketidak
inflamasi selama 3 x nyamanan. Simetris yang sering
trachea 24 jam, terjadi karena ketidaknyamanan
bronchial, diharapkan gerakan dinding dada dan/ atau
peningkatan jalan nafas cairan paru.
produksi kembali 2. Auskultasi area paru, catat
2. Penurunan aliran udara terjadi
sputum efektif area penurunan/tak ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi napas cairan. Bunyi napas bronkial
adventisius, mis, krekels, (normal pada bronkus) dapat
mengi stridor. juga terjadi pada area
konsilidasi. Krekel, ronki, dan
mengi terdengar pada inspirasi
dan/atau ekpirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan,
sekret kental, dan spesme jalan
napas/obstruksi.
3. Merangsang batuk atau
pembersihan nafas secara
3. Bantu pasien latih napas mekanik pada pasien yang tidak
sering Tunjukan/bantu pasien mampu melakukan karena
mempelajari melakukan batuk tak efektif atau penurunan
batuk, mis., menekan dada tingkat kesadaran.
dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi. 4. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
4. Penghisapan sesuai mengeluarkan sekret
indikasi. 5. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
5. Berikan cairan paling mengeluarkan sekret.
sedikit 2500 ml/hari (Kecuali
kontra indikasi). Tawarkan air
hangat, daripada air dingin.
Kolaborasi : 6. Alat untuk menurunkan
6. Berikan obat sesuai spasme bronkus dengan
indikasi: mukolitik, mobilisasi sekret, analgetik
ekspektoran, bronkodolator, diberikan untuk memperbaiki
analgesik. batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
7. Cairan diperlukan untuk
mengganti kehilangan dan
memobilisasi sekret.
7. Berikan cairan tambahan
misalnya : Intravena,oksigen
humidifikasi, dan ruang
8. Mengevaluasikan kemajuan
humidifikasi. dan efek proses penyakit dan
8. Awasi sinar X dada, memudahkan pemilihan terapi
GDA, nadi oksimetri. yang diperlukan.
9. Kadang-kadang diperlukan
untuk membuang perlengketan
mukosa. Mengeluarkan sekresi
9. Bantu bronkostropi / purulen, mencegah atelektasis.
toresentesis bila
diindikasikan.
Nyeri Nyeri Mandiri :
berhubungan berhubungan1. Tentukan karakteristik
1. Nyeri dada biasanya ada
dengan dengan nyeri, misalnya : tajam, dalam beberapa derajat pada
inflamasi inflamasi konstan, selidiki perubahan peneumonia,juga dapat timbul
parenkim paru, parenkim karakter / lokasi nyeri dan komplikasi pneumonia seperti
reaksi seluler paru, reaksi ditusuk. perikarditis dan indokarditis.
terhadap seluler 2. perubahan frekuensi jantung
sirkulasi toksin terhadap 2. Pantau tanda vital. atau TD menunjukkan bahwa
dan batuk sirkulasi pasien mengalami nyeri,
menetap. toksin dan khususnya bila alasan lain
batuk untuk perubahan tanda vital
menetap. telah terlihat.
3. tindakan non analgesik
diberikan dengan sentuhan
3. Berikan tindakan nyaman lembut dapat menghilangkan
misalnya, pijatan punggung, ketidak nyamanan dan
perubahan posisi, musik memperbesar efek terapi
tenang, relaksasi atau latihan analgesik.
napas. 4. Pernapasan mulut dan terapi
oksigen dapat mengiritasi dan
4. Tawarkan pembersihan mengeringkan membran
mulut dengan sering. mukosa, potensial ketidak
nyamanan umum.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
6. EVALWASI
1 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah dapat
mengeluarkan dahak
Klien mengatakan sesaknya sudah
berkurang
O:
Klien dapat mengeluarkan dahaknya
Krekels dan stredor (+)
Dispnea berkurang
TTV:
- TD : 125/80 mmHg
- N : 100x/i
- RR : 27x /i
Klien masih mendapat oksigen
P : Intervensi dilanjutkan :
Kaji frekuensi kedalaman nafas
Pantau terus TTV
Auskultasi area paru
Ingatkan kembali pasien untuk latihan
nafas dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
Lanjutkan pemberian oksigen sesuai
indikasi
Awasi GDA
2 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien mengatakan badannya masih lemah
O:
Klien tampak agak nyaman
Gelisah berkurang
Dispneu berkurang
TTV:
- TD : 125/80 mmHg
- o N : 100 x/i
- RR : 27x /i
Mukosa bibir masih kering dan pucat
Dispnea (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada kedua paru
- Akral hangat sianosis
- Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
- Klien masih pucat dan sianosis
O:
Klien dapat mengeluarkan dahaknya
Krekels dan stredor (-)
Dispnea tidak ada
TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80x/i
- RR : 25x /i
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau terus TTV
Auskultasi area paru
Ingatkan kembali pasien untuk latihan
nafas dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
Awasi GDA
2 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak nyeri lagi
Klien mengatakan badannya sudah merasa
segar
O:
Klien merasa nyaman
TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/i
- RR : 25x /i
Mukosa bibir masih kering dan pucat
Dispnea (-)
Perfusi paru redup
Akral hangat
Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
Klien masih pucat dan sianosis
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau terus TTV
Ingatkan kembali pasien untuk latihan
nafas dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
3 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan saat batuk sputum
keluar.
Klien mengatakan masih blum nafsu makan
dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi
setiap kali makan (pagi, siang dan malam)
O:
Klien tampak mengeluarkan sputum saat
batuk dan sudah berkurang
Klien tampak mengabiskan makanan
dalam ½ porsi setiap kali makan
Kulit klien masih tampak kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
- TD : 120/80 mmhgs
- N : 80 x/i
- RR : 25x /i
Akral hangat
A : Masalah teratasi sebagian : Mengidentifikasi
pengeluaran sputum, observasi distensi
abdomen, dan status gizi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
Indentifikasi mual
Menjadwalkan pengobatan
Memberikan makanan dengan porsi kecil
tapi sering
Evaluasi terus status nutrisi
1 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah tidak batuk
Klien mengatakan sudah tidak sesak
O:
Klien mengatakan tidak ada sputum
Krekels dan stredor (-)
TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80x/i
- RR : 24x /i
A : Masalah teratasi : klien tidak batuk. Tidak
lagi
sesak, tidak ada lagi sputum, auskultasi area
paru normal, intake cairan tercukupi
P : Intervensi dihentikan
2 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak nyeri lagi
Klien mengatakan badannya sudah segar
O:
Klien merasa nyaman
TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- o N : 80 x/i
- RR : 24x /i
Mukosa bibir normal dan tidak pucat lagi
Dispnea (-)
Perfusi paru Normal
Akral hangat
Kapilari refile kembali dalam 2 detik
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
3 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak batuk lagi
Klien mengatakan sudah nafsu makan dan
mampu menghabiskan 1 porsi penuh setiap
kali makan (pagi, siang dan malam)
O:
Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak ada
sputum
Klien tampak mengabiskan makanan dalam 1
porsi penuh setiap kali makan
Kulit klien sudah normal
Hb : 14 gr / dl
Protein total : 7,5 gr / dl
Albumin 3,4gr / dl
BB : 62 kg
TTV:
- TD : 120/80 mmhg
- N : 80 x/i
- RR : 24x /i
Akral hangat
A : Masalah teratasi.
http://montanitalyano.blogspot.com/2013/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html
http://retnopuspasari.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
pneumonia.html
http://chandwicaksono.blogspot.com/2013/09/askep-pneumonia.html
http://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/makalah-askep-pneumonia-
lengkap.html
http://eprints.ums.ac.id/25860/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
DEFINISI
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur.
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
alveoli dengan cairan. ( Doenges : 164 )
Menurut Engram (1998) pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru. Hal
ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu
tahanan saluran trakeobrokialis sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi
patogen ketika memasuki saluran jalan nafas.
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri;
merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan
kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007).
Sedangkan menurut Betz dan Sowden (2002) pneumonia adalah inflamasi atau infeksi
pada parenkim paru yang disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut virus, bakteri,
mikoplasma dan aspirasi substansi asing.
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh
bakteria, virus atau fungal (kulat). Ia juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia
dan 'community-acquired pneumonia (Mansjoer, 2000 : 254).
EPIDEMIOLOGI
Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di negara
berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh pneumokokus dan Hib. Di seluruh dunia
setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia. Di Indonesia
menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per
1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari
100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit.
Menunjuk angka-angka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The
Forgotten Pandemic atau "wabah raya yang terlupakan" karena begitu banyak korban yang
meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah
pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita
pneumonia dikenal juga sebagai "pembunuh balita nomor satu". Senada dengan Said, Betz
dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens dari pneumonia antara lain :
Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bacterial.
Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama kehidupan. Pada 30 %
anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3 bulan dan pada 70 % anak dengan
pneumonia yang berusia kurang dari 1 tahun.
Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia.
4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5 tahun, mereka
berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di diagnosis pada pasien antara umur 16
dan 19 tahun.
Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada bayi dan anak-anak kecil.
Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus pneumonia virus.
Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada bayi dan anak kecil.
Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang dirawat di rumah sakit.
ETIOLOGI
Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi iritan kimia dan terapi radiasi. Penyebab
pneumonia antara lain :
a. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa) yakni Streptococcus
pneumoniae, Staphylococcus aureus, Legionella, dan Hemophilus influenzae.
b. Virus : virus influenza, chicken-pox (cacar air).
c. Organisme mirip bakteri : Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan dewasa
muda).
d. Jamur tertentu
Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut) atau cedera
(terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap
kemampuan batuk dan lendir yang tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah
Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering yaitu
bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus. Pneumonia pada anak-anak paling sering
disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia
sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae .
PATOFISIOLOGI
Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara. Aspirasi
organisme dari nasofaring ( penyebab pneumonia bacterial yang paling sering ) atau
penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk melalui saluran
pernafasan, masuk bronkiolus dan alveoli lalu menimbulkanreaksi peradangan hebat dan
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein
dalam alveoli dan jaringan intrastitial.
Bakteri pneumokokus dapat meluas melalui porus Kohn dari alveoli ke alveoli di
seluruh segmen / lobus. Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan
beberapa leukosit dari kapiler paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema
yang berisi eritrosit dan fibrin. Serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi
melebar. Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal, dan berwarna merah. Pada tingkat
lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit, dan relative sedikit eritrosit.
Bakteri pnuemokokus di fagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag
masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit bersama bakteri pnuemokukos didalamnya.
Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu – abu dan tampak berwarna abu – abu kekuning –
kuningan. Secara perlahan – lahan sel darah merah yang mati dan eksudat – fibrin dibuang
dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan
kemampuannya dalam melakukan pertukaran gas.
Tidak terjadinya pneumonia pada orang normal yang sehat adalah akibat adanya
mekanisme pertahanan yang terdiri ats refleks glottis dan batuk, lapisan mucus dan gerakan
silia yang mengeluarkan organisme yang melekat pada lapisan mucus tersebut, dan sekresi
humoral setempat. Sel – sel yang melapisi trakeobronkhial menghasilkan zat kimia yang
mempunyai sifat anti mikroba yang tidak spesifik meliputi :
1. Lisozim, suatu enzim yang menghancurkan bakteri terutama jika ada komplemen.
2. Laktoferin, suatu ikatan besi dengan glikoprotein yang mempunyai sifat bakteriostatik.
3. Interferon, suatu protein dengan berat molekul rendah dengan aktivitas antivirus.
KLASIFIKASI
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu
diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
"community-acquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospital-acquired"
(diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih
serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh
penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya terjadinya
infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah lebih besar.
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:
Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru.
Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
disebut juga pneumonia loburalis.
Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar (interstisium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus, atipikal
(mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin
terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada anak
dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk
persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam
ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi.
Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels
terdengar auskultasi.
Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim gugur
dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat penduduk.
Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak yang
lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit
tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian
bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di
berbagai area paru.
Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia streptokokus,
manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme individual menghasilkan
gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus,
toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal,
batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen,
menggigil.
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia
dapat diklasifikasikan:
Usia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya tarikan
dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan – 1 tahun
frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan demam,
tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
Usia 0 – 2 bulan
a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu
frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas
cepat.
Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA antara lain
:
a. Pneumonia sangat berat
Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum.
b. Pneumonia berat
Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat minum.
c. Pneumonia sedang
Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan cepat.
Klasifikasi pneumonia atas dasar anatomis dan etiologis, antara lain :
1. Pembagian anatomis
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia).
c. Pneumonia interstitialis (brochitis)
2. Pembagian etiologis:
a. Bakteria : diplococcus pneumoniae, pneumococcus, streptococcus nerus, dll.
b. Virus : respiratory syncytial virus, virus influensa, adenovirus, dll
c. Mycoplasma pneumonia
d. Jamur : aspergillus species, candida albicans, dll
e. Aspirasi : karosen, makanan, cairan amnion, benda asing.
f. Pneumonia hipostatik.
g. Sindrom loeffler
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara lain
:
a. Kajian foto thorak– diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru).
b. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan
oksigenasi.
c. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan
proses inflamasi.
d. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.
e. Tes kulit untuk tuberkulin– mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak berespons
terhadap pengobatan.
f. Jumlah leukosit– leukositosis pada pneumonia bacterial
g. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan.
h. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
i. Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti virus dan
bakteri.
j. Kultur cairan pleura– spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan agens penyebab
seperti bakteri dan virus.
k. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari pohon
trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji diagnostik, secara terapeutik digunakan
untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.
l. Biopsi paru– selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan kajian diagnostik.
Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi :
a. Pemeriksaan laboratorium :
3. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
4. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di atas 2,5 g/dl
dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
5. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat menyokong
diagnosa.
6. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
b. Pemeriksaan mikrobiologik
1. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah, aspirasi
trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
2. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.
3. Pemeriksaan imunologis
Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat. Mendeteksi baik antigen maupun antigen
spesifik terhadap kuman penyebab.
4. Spesimen: darah atau urin.
5. Teknik lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex agglutination, atau latex
coagulation.
c. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap mikroorganisme
penyebab pneumonia.
1. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan sampai
bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi
pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang
ditemukan.
2. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia difus atau
infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang terdapat adenopati
hilus.
3. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan penyakit.
Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan mengenai keseluruhan
lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya penekanan (65%), < 20%
mengenai kedua paru.
PENATALKASANAAN MEDIK dan PENCEGAHAN
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-
oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat
bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan
dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu .
Engram (1998) menyatakan bahwa penatalaksanaan medis umum terdiri dari :
a. Farmakoterapi : antibiotik (diberikan secara intravena), ekspektoran, antipiretik dan analgetik.
b. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol.
c. Fisioterapi dada dengan drainage postural.
Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Perhatikan hidrasi.
b. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan.
c. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH juga akan
berlebihan.
d. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan.
e. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan keadaan klinis
pengukuran pulse oksimetri.
Pengobatan antibiotik:
a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m
600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 – 10 hari untuk kasus
yang tidak terjadi komplikasi.
b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap ampisillin.
c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal sefatoksim.
d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa umumnya resisten
terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu
sefalosporin.
e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia karena M.
Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi
antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan
compliance dan efficacy.
f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in vitro dan
mempenetrasi jaringan lebih baik.
PENCEGAH
Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan
terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia
(www.sehatgroup.we.id). Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia
pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi yakni :
a. Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus pneumoniae)
b. Vaksin flu
c. Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae type b).
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis dalam pemberantasan pneumonia
pada anak; terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan upaya pencegahan non-imunisasi.
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah
dilaksanakan pemerintah selama ini dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat
pneumonia. Hal ini dapat dimengerti karena campak, pertusis dan juga difteri bisa juga
menyebabkan pneumonia atau merupakan penyakit penyerta pada pneumonia balita. Di
samping itu, sekarang telah tersedia vaksin Hib dan vaksin pneumokokus konjugat untuk
pencegahan terhadap infeksi bakteri penyebab pneumonia dan penyakit berat lain seperti
meningitis. Namun vaksin ini belum masuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
Pemerintah.
Yang tidak kalah penting sebenarnya adalah upaya pencegahan non-imunisasi yang
meliputi pemberian ASI eksklusif, pemberian nutrisi yang baik, penghindaran pajanan asap
rokok, asap dapur dIl; perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat; yang kesemuanya itu
dapat menghindarkan terhadap risiko terinfeksi penyakit menular termasuk penghindaran
terhadap pneumonia (Said 2007).
KOMPLIKASI
Menurut Engram (1998) dan Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi
menyertai pneumonia adalah abses paru, efusi pleural, empiema, gagal nafas, perikarditis,
meningitis, pneumonia interstitial menahun, atelektasis segmental atau lobar kronik,
atelektasis persiten, rusaknya jalan nafas, kalsifikasi paru, fibrosis paru, bronkitis obliteratif
dan bronkiolitis. Pada pasien usia lanjut usia risiko terjadinya komplikasi tinggi sebab struktur
sistem pulmonal telah berubah karena proses penuaan (komplain jaringan paru menurun,
kemampuan batuk efektif menurun dan kemampuan ekspansi paru menurun sebagai akibat
dari kalsifikasi kartilago vertebra.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, C. L., & Sowden, L. A 2002, Buku saku keperawatan pediatri.RGC: Jakarta.
Doenges, Marilynn, E., 2002, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Engram, B 1998, Rencana asuhan keperawatan medikal bedah, Volume 1, EGC, Jakarta.
Iqbal, 2007, Sistem Pernafasan dan Penyakitnya, Artikel diakses dari www.sehatgroup.com
Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI, Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta
: Salemba Medika
Said, M 2007. Pneumonia penyebab utama mortalitas anak balita di indonesia, Retrieved
December 7, from http://www.idai.or.id.htm.
Diposting oleh githawika di 06.06
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
1 komentar:
1.