TINJAUAN PUSTAKA
hukum, segi ekonomi, segi sosiologi, segi keuangan, dan segi pembangunan, segi
hukumnya, maka perlu diketahui bagaimana pajak ditinjau dari segi hukumnya.
Dari segi hukum dalam penelitian ini menitikberatkan pada hukum perdata
khususnya perikatan (cerbintenis) hak dan kewajiban Wajib Pajak, subjek Pajak
pajak, timbulnya utang pajak, hapusnya utang pajak, penatihan pajak dengan
penagihan.
hukum yang mengatur hubungan antara orang-orang pribadi. Disisi lain hukum
pajak banyak sekali berkaitan dengan hukum perdata. Hal ini dapatlah dimengerti
1
Rochmat Sumitro, SH. Asas dan Dasar Perpajakan 1, PT. Refika Aditama, Bandung 1998, Hal.50.
pemindahan hak karena waris, dan lain sebagainya. Walaupun demikian
beberapa hali berpendapat bahwa hal yang menyebabkan hukum pajak berkaitan
dengan hukum perdata bukan karenamencari dasar dari hukum perdata, tetapi
karena suatu ajaran (antara lain Prof. Mr. Pal Scholten, guru besar pada
hukum perdata harus dipandang sebagai hukum umum yang meliputi segala-
dianut oleh hukum perdata dipakai oleh hukum pajak dapat saja artinya menjadi
1. Ajaran Material
2. \Ajaran Formal
dalam bahasa Jerman yang berarti segala sesuatu yang ada dalam masyarakat
dapat dijadikan sasaran atau objek pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun
2
Santoso Brotodihardjo R.S.H. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. PT. ERESCO, 1987 Hal.11.
peristiwa. 3 Menurut teori ini apabila Tatbestand itu sudah dipenuhi maka
dengan sendirinya timbul utang pajak, walaupun belum ada surat ketetapan
berikut :
a. Keadaan : kekayaan pada suatu saat tertentu, memiliki tanah dan atau
Pertambahan Nilai atas barang dan jasa, melakukan jual beli tanah dan
Penghasilan. Terhadap para ahli waris karena adanya pengalihan hak dari
harta waris yang berupa tanah atau bangunan dikenakan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan atau Bangunan. Pada dasarnya yang menyangkut
3
Prof.Dr.H.Rochmat Soemitro, SH. Asas dan Dasar Perpajakan 1, PT. Refika Aditama, Bandung
1998. Hal.101.
2. AJARAN FORMAL megnatakan bahwa utang pajak baru timbul pada saat
dikeluarkan surat ketetapan. Jadi selama belum ada Surat Tagihan Pajak
(STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP) belum ada utang pajak wakupun
Bumi dan Bangunan, wajib pajak diberitahu jumlah pajaknya melalui Surat
kalangan para sarjana ahli dibidang perpajakan. Diantara para sarjana tersebut,
“Pajak adalah iuran pada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
dengan tugas pemerintah
4
Bohari,H., iPengantar Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Hal.23.
predetermined criteria and without receipt of a specific benefit of equal value,
in order to accomplish some of a nations economic and social objectives”
UUPA diberlakukan, setiap perjanjian pemindahan hak atas harta tetap yang ada
Balik Nama Staatblad 1924 Nomor 291. Objek Bea Balik Nama (BBN) menurut
akta berdasarkan Ordonisasi Balik Nama Staatblad 1834 Nomor 27. Berlakunya
UUPA membawa konsekuensi bahwa pungutan BBN atas harta tetap berupa
tanah tidak dapat dilaksanakan, karena pungutan tersebut melekat pada hukum
sepanjang yang mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya telah dicabut oleh UUPA. Dengan demikian sejak berlakunya UUPA,
BBN atas tanah tidak dipungut lagi. Sedangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria sebagai dasar hukum dalam
Indonesia.
sebagai pengganti Bea Balik Nama atas harta tetap berupa hak atas tanah.
Undang-Undang tersebut disahkan pada tanggal 29 Mei 1997 yang mulai berlaku
mulai tanggal 1 Januari 1998, dan mencabut Ordonasi Bea Balik Nama Staatblad
tanah dan bangunan sebagai contoh organisasi Real Estate Indonesia, maka
1997. Perpu tersebut kemudian disetujui oleh DPR dan ditetapkan menjadi
efektif pada tanggal 1 Juli 1998. Prinsip-prinsip yang dianut dalam Undang-
b. Besarnya tariff ditetapkan sebesar 5% dari NIlai Perolehan Objek Pajak Kena
Pajak
c. Agar pelaksanaan Undang-Undang ini dapat berlaku secara efektif, maka baik
5
Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Pajak Bumi dan
Bangunan, Himpunan Peraturan BPHTB dan Peraturan Terkait, tanpa penerbit, tanpa tahun,
Hal.23.
ketentuan atau tidak melaksanaka kewajibannya sebagaimana ditentukan oleh
e. Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan diluar ketentuan
transaksi atas tanah dan atau bangunan yang terjadi di masyarakat, maka terhadap
tujuan6 :
kewajibannya.
6
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000.
Sehingga akhirnya diuubah denganUndang-Undang Nomor 20 Tahun
meliputi7 :
hak atas tanah dan atau bangunan dalam bentuk dan terminology yang baru
melaksanakan kewajibannya
Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, tambahan Lembaran Negara Nomor 3839)
7
Ibid
a. Pajak Langsung : yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh :
b. Pajak Tidak Langsung : yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
2. Menurut sifatnya :
Pajak Penghasilan.
keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
a. Pajak Pusat : yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
b. Pajak Daerah : yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
atas :
i. Pajak Daerah Tingkat I (Provinsi). Contohnya Pajak Kendaraan
pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan
semuanya dikelola oleh Pusat. Selain itu jumlah penerimaan tercantum dalam
ukuran untuk menentukan adil tidaknya suatu pemungutan pajak. Dari beberapa
pendapat para sarjana mengenai asas-asas, maka yang dikemukakan disini adalah
4 (empat) asas pemungutan pajak yang dikenal dengan “four cannon taxation”
atau sering disebut dengan “The four maxim”
yaitu :
wajib pajak. Setiap warga Negara atau wajib pajak setiap seharusnya
mereka masing-masing
terutana, siapa wajib pajak, apa objek pajak serta tata cara pembayarannya
dan lain-lain yang menyangkut hukum perpajakan harus jelas sehingga tidak
dilaksanakan pada saat wajib pajak dalam keadaan senang dan dengantata
pajaknya pada saat sedang ada uang. Wajib pajak dapat membayar dimana
saja dan dengan media apa saja seperti melalui Bank tempat pembayaran atau
ATM.
memenuhi rasa keadilan, perlu diukur sejauh mana asas-asas atau syarat-syarat
pemungutan pajak diintrodusir dalam undang-undang yang bersangkutan.8 Agar
suatu undang-undang pajak dipandang adil, maka syarat yang harus dipenuhi
1. Syarat Yuridis
Karena hukum pajak adalah bagian dari hukum pajak nasional, maka sudah
yuridis yang telah digariskan oleh Undang-Undang Dasar dan falsafah hukum
peengeluaran Negara) tanpa ada jasa timbale balik (tegen prestasi) yang
perpajakan tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, hal
8
Bohari Hal. 45.
undang-undang yang dikeluarkan kemudian menghapuskan undang-undang
Dalam kaitannya dengan wajib pajak, maka hak-hak dan kewajiban wajib
2. Syarat Ekonomis
3. Syarat Finansial
Pajak mempunyai 2 (dua) fungsi yaitu mengatur dan budgeter. Dalam hal ini,
pelayanan.
4. Syarat Sosiologis
Diketahui bahwa pajak merupakan gejala masyarakat artinya bahwa adanya
ada. Pada dasarnya subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang
akan dikenakan pajak. Subjek pajak menjadi wajib pajak aoabila telah
hukum. Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban, sedangkan subjek
pajak tidak selalu sebagai pendukung hak dan kewajiban, contohny warisan yang
belum terbagi menjadi subjek pajak tetapi bukan merupakan subjek hukum.
paja. Objek pajak banyak sekali macamnya baik yang timbul karena keadaan,
1. Subjek Pajak
ayat (1) undang-undang BPHTB bahwa yang menjadi subjek pajak adalah
9
Rpchmat Soemitro, H. Asas dan Dasar Perpajakan I, Penerbit Refika Utama, 1998, Hal.85.
orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (2) dijelaskan bahwa subjek pajak dimaksud
kewajiban membayar pajak. Orang priibadi atau badan yang memperoleh hak
karena membeli hak atas tanah dan atau bangunan, maka orang atau badan
tersebut menjadi wajib pajak. Demikian pula halnya pada perolehan hak
karena biha dan hibah wasiat maka yang menjadi wajib adalah penerima hak.
Lain halnya apabila perolehan hak itu karena tukar menukar, maka kedua
belah pihak menjadi wajib pajak. Dalam hal perolehan hak atas tanah karena
pewarisan maka yang menjadi wajib pajak adalah para ahli waris secara
sebagai berikut :
Warisan berupa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang
sebagai hak bersama mereka berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris
dimaksud dengan orang pribadi atau badan. Walaupun demikian, dalam Pasal
dan tata cara perpajakan. Oleh karena itu pengertian orang pribadi atau badan
dapat diketahui dalam Pasal 1 Undang-Undang KUP, ayat (1) Wajib Pajak
(2) badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merpuakan kesatuan
bai yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
milik Negara atau daerah dengan anama dan dalam bentuk apapun, firma,
2. Objek Pajak
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa objek pajak adalah segala
sesuatu yang dapat dikenakan pajak baik akrena keadaan, perbuatan, maupun
harus sangat hati-hati agar tidak menimbulkan salah persepsi yang dapat
10
Rochmat Soemitro, S.H. Asas dan Dasar Perpajaka n 1, PT. Rafika Aditama, Bandung, 1998.
Hal.101.
diketahui dengan jelas dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang BPHTB bahwa
yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
1) Jual beli;
2) Tukar menukar;
3) Hibah;
4) Hibah wasiat;
5) Waris;
13) Hadiah
hukum lainnya adalah pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dan orang
pribadi atau badan kepada Perseroan Terbatas dan badan hukum lainnya sebagai
penyertaan modal pada Perseroan Terbatas atau badan hukukm lainnya tersebut.
sebagian hak bersama atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau
kekuatan hukum yang tetap, terjadi peralihan hak dari orang pribadi atau badan
hukum sebagai salah satu pihak kepada pihak yang ditentukan dalam putusan
hakim tersebut.
lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan
Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih badan usaha
dengan cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan usaha
badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan
mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang
Hadiah adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah
dan atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan hukum kepada
penerima hadiah.
pelepasan hak adalah pemberian hak baru kepada orang pribadi atau badan
hukum dari Negara atas tanah yang berasal dari pelepasan hak.
pemberian hak baru atas tanah kepada orang pribadi atau badan hukum dari
yang berlaku.
itu sendiri dirasa kurang tepat karena perkataan waris berasal dari kata bahasa
arab yaitu “Warits”, secara gramatikal berarti “yang tinggal atau yang kekal”,
pusataka dari harta yang ditinggalkan oleh si mati, dan popular diistilahkan
dengan “ahli waris”. Sedangkan orang yang meninggal dunia dinamakan
Dalam pasal 833 KUH Perdata yang menerima harta warisan disebut ahli waris.
Hak atas tanah dan atau bangunan yang diperoleh dalam kaitannya
dengan objek BPHTB adalah hak atasa tanah termasuk hak pengelolaan beserta
perundang-undangan lainnya.
5 Yahun 1960, adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang
Pasal 6;
11
Suhrawadi K.Lubis,S.H. dan Komis Simanjuntak, S.H. Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis).
Sinar Grafika, 2001.
12
Prof. R. subekti, S.H. Ringkasan tentang Hukum Keluarga dan Hukum Waris, Penerbit Intermasa,
2002, Halaman 22.
tersebut dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan, atau
peternakan;
hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik
5. Hak milik atas satuan rumah susun, sesuai dengan pasal 8 Undang-
Ayat (2): hak milik atas satuan rumah susun adalah hak milik
13
Prof. Dr. A. P. Parlindungan, SH. Komentar Atas Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman &
Undang-Undang Rumah Susun. C.V. Mandar Maju, Bandung, 2001, hal 106-107
Ayat (3): hak milik satuan rumah susun sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) meliputi juga hak atas bagian bersama, dan
pengelolaan ini merupakan suatu hak atas tanah yang sama sekali
14
Prof. Dr. A. P. Parlindungan, SH. Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA, CV Mandar Maju,
Bandung, 1989, hal 23
tidak ada dalam UUPA, karena itu khusus hak ini demikian pula
Hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil, dan hak-hak lainnya yang
maupun objektif selalu ada objek yang dikecualikan dari pengenaan pajak.
bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan
para penerima zakat yang berhak. Hak atas tanah dan atau bangunan yang
Nomor 20 tahun 2000 yaitu hak atas tanah dan atau bangunan yang diperoleh
balik;
15
Ibid, hal 1
c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan usaha
d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
Pengecualian pengenaan BPHTB atas perolehan hak atas tanah dan atau
tersebut dikecualikan pengenaan pajaknya atas perolehan hak atas tanah dan
Pemerintah dapat memperoleh hak atas tanah baik melalui pemberian hak
baru sebagai kelenjutan pelepasan hak. Perolehan hak melalui pemberian hak
baru sebagai kelanjutan pelepasan hak diawali denga proses pemberian ganti
rugi kepada pemilik tanah, dan pemilik lama melepasakan haknya setelah
tanah yang tanahnya dikuasai langsung oleh Naegara, perolehan ini juga
diberikan berupa hak atas tanah dan atau bangunan, apabila akan didaftarkan
dilakukan didepan pejabat pembuat akta tanah. Pasal 37 ayat (1) Peraturan
Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui
jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan, dan
perbuatan pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui
lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat
oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan Perundang-Undangan
yang berlaku.
16
Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, Direktorat Pajak Bumi dan
Bangunan, Himpunan Peraturan BPHTB dan Peraturan Terkait, tanpa penerbit, tanpa tahun, hal 459
Sedangkan pemberian hak baru diberikan oleh pejabat Badan Pertahanan
Nasional atas permohonan wajib pajak. Peralihan hak atas tanah yang dibuat
berikut :
baru;
tama harus dicari adalah objek yang menimbulkan utang pajak, kemudian
hubungan hukum tertentu dengan obyek itulah yang ditunjuk sebagai wajib
peristiwa hukum berupa pemindahan hak atau pemberian hak baru atas tanah
dan bangunan. Secara teoritis apabila pajak tersebut bersifat obyektif,
bahwa salah satu syarat pajak harus memenuhi syarat sosiologis, maka
Konversi hak adalah perubahan hak dari hak lama menjadi hak baru
bukan merupakan perolehan hak atas tanah karena orang/badan hukum yang
memiliki hak atas tanah tersebut, sebelum dilakukan konversi hak adalah
berubah adalah jenis hak tanahnya. Dengan demikian karena tidak terjadinya
Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan hukum lain yang tidak ada
a. Pembaharuan hak dan perubahan hak yang tidak ada perubahan nama
pemegang haknya;
BPHTB.
dan Telekomunikasi;
serupa yang terletak dalam distrik pertanian yang sama dan harus
perekonomian.
E. TARIF PAJAK
jumlah pajak terulang, yang pada gilirannya ikut pula menentukan rasa keadilan
dalam pemungutan pajaknya. Oleh karena itu penentuan tarif pejak merupakan
slah satu cara untuk mencapai keadilan.17 Selain itu tarif berhubungan erat dengan
fungsi pajak dalam masyarakat, yaitu fungsi budgeter dan fungsi regulerend
sangat penting terutama fungsi budgeter, dimana pajak merupakan alat utama
untuk memasukkan uang ke kas negara yang sangat diperlukan untuk membiayai
dengan berbagai alasan dan maksud yang ingin dicapai pemerintah seperti untuk
17
Early Suandi, Hukum Pajak, Penerbit Slemba Empat, 2000 Hal. 51
menarik investor, menghambat penggunaan alkohol, rokok, atau melindungi
produksi dalam negeri dan lain-lain. Pada dasarnya untuk mengetahui berapa
besarnya pajak terutang terdapat dua unsur penting yaitu : jumlah dasar
pengenaan pajak dan tarif. Jumlah dasar pengenaan pajak dan cara
masing-masing undang-undangnya.
Terdapat beberapa macam tarif pajak yang diberlakukan sesuai dengan jenis pajak
apa yang diterapkan. Adapun macam tarif pajak ada 5 (lima) macam yaitu :
Yang dimaksud denga tarif proporsional atau sebanding adalah tarif yang
terhadap besarnya jumlah yang dikenakan pajak. Oleh karena itu jamlah pajak
yang harus dibayar selalu akan berubah sesuai dengan jumlah yang
pajak, semakin besar pula jumlah utang pajak yang dikenakan. Kenaikan ini
diperoleh karena dengan persentase yang sama. Maka tarif semacam ini
dinamakan tarif sebanding atau proporsional. Contoh : Tarif Pajak Bumi dan
2. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pajak yang jumlah nominalnya tetap walaupun dasar
Contoh : Bea materai untuk cek dan bilyet giro, berapapun jumlah nominalnya
Contoh :
3. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pajak yang prosentasenya semakin besar jika dasar
sesuai denga perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya. Tarif
a. Tarif progresif-proporsional
b. Tarif Progresif-progresif
c. Tarif Progresif-degresif
Tarif Progresif-Proporsional
peningkatan dari tarifnya sama besar. Jumlah pajak yang terutang akan
pajaknya.
Peningkatan
Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Jumlah Pajak
Tarif
Rp.10.000.000,- 10% - Rp.1.500.000,-
Rp.20.000.000,- 15% 5% Rp.3.000.000,-
Rp.30.000.000,- 20% 5% Rp.6.000.000,-
Rp.40.000.000,- 25% 5% Rp.10.000.000,-
Contoh : Tarif Progresif-Proporsional Berlapis
Peningkatan
Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Jumlah Pajak
Tarif
Rp.1.000.000,-
Rp.10.000.000,- 10% -
(Rp.10.000.000,-x 10%)
Rp.2.000.000,-
Rp.20.000.000,- 15% 5% (Rp.10.000.000,-x 10%+
Rp.10.000.000,-x 15%)
Rp.4.500.000,-
(Rp.10.000.000,-x 10% +
Rp.30.000.000,- 20% 5%
Rp.10.000.000,-x 15% +
Rp.10.000.000,-x 20%)
Rp.7.000.000,-
(Rp.10.000.000,-x 10% +
Rp.40.000.000,- 25% 5% Rp.10.000.000,-x 15% +
Rp.10.000.000,-x 20% +
Rp.10.000.000,-x 25%)
Tarif Progresif-Progresif
besar semakin besar. Jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan
peningkatan tarifnya semakin kecil. Jumlah pajak yang terutang akan berulah
Contoh :
Peningkatan
Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Jumlah Pajak
Tarif
Rp.10.000.000,- 10% - Rp.1.000.000,-
Rp.20.000.000,- 25% 15% Rp.5.000.000,-
Rp.30.000.000,- 35% 10% Rp.10.500.000,-
Rp.40.000.000,- 40% 5% Rp.16.000.000,-
4. Tarif Degresif
Tarif Degresif adalah tarif pajakn yang prosentasenya semakin kecil jika dasar
Contoh :
Peningkatan
Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Jumlah Pajak
Tarif
Rp.10.000.000,- 25% - Rp.2.500.000,-
Rp.20.000.000,- 20% 5% Rp.4.000.000,-
Rp.30.000.000,- 15% 5% Rp.4.500.000,-
Rp.40.000.000,- 10% 5% Rp.4.000.000,-
5. Tarif Betham
Tarif Betham yaitu tarif pajak yang memodifikasi tarif proporsional dengan
memberikan jumlah tertentu sebagai batas tidak kena pajak yang tidak
dikenakan pajak, pajak hanya dikenakan atas jumlah yang melebihi batas
Dasar Tarif
Batas Tidak Tarif
Objek Pajak Pengenaan Pajak Jumlah Pajak
Kena Pajak Effektif
Pajak
Rp.5.000.000,- Rp.5.000.000,- 0 10% 0 0%
Rp.20.000.000,- Rp.5.000.000,- Rp.15.000.000,- 10% Rp.1.500.000,- 7,5%
Rp.30.000.000,- Rp.5.000.000,- Rp.25.000.000,- 10% Rp.2.500.000,- 8,33%
Rp.40.000.000,- Rp.5.000.000,- Rp.5.000.000,- 10% Rp.3.400.000,- 8,75%
Sistem ini di Indonesia diadaptasi untuk menentukan jumlah Pajak Bumi dan
Bangunan serta Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan. Untuk lebih
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang adalah tarif. Selain tarif
ditentukan juga oleh objek pajak sebagai dasar pengenaan dan batas tidak kena
pajak. Dalam hal menghitung besarnya BPHTB berkaitan erat dengan PBB,
khususnya dalam hal besarnya nilai objek pajak sebagai dasar pengenaan. Dasar
pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP). Kalau tidak ada
NPOP maka dipakai Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Oleh karena itu perlu di
besaran objek pajaknya sebagai dasar pengenaan pajak berdasarkan kepada nilai
dari objek pajak itu sendiri yang disebut Ad Valorem. And an Valorem tax is
based on the principle the the amount of tax paid should depend on the value of
property owned.
Tarif X Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) X (Nilai Jual Objek Pajak – Nilai Jual
Tarif X (Nilai Perolehan Objek Pajak – Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena
macam BPOP yaitu : Harga Transaksi, Harga Lelang dan Nilai Pasar. Harga
telah disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Harga Lelang adalah harga
18
General Editor: Joseph K.Eckert, Ph.D, Senior technical editors: Robert J.Gloudemans, Richard
R.Almy “The International Association of Assessing Officers : Property Appraisal and Assessment
Administrasion”. Page 3
transaksi yang tercantum dalam Risalah lelang. Sedangkan Nilai Pasar adalah
adalah harga rata-rata dari transaksi jual-beli secara wajar yang terjadi di sekitar
letak tanah dan atau bangunan. Dari ketiga jenis NPOP itu, mak Nilai Pasar yang
sulit untuk diketahui dan tidak ada kepastian hukumnya. Demikian sulitnya maka
untuk menetukan nilai pasar diperlukan tata cara dan orang yang profesional,
seperti yang diuraikan dalam Standar Penilaian Indonesia (SPI 2002 bahwa :
“Konsep nilai pasa mencerminkan persepsi dan tindakan kolektif pasar serta
merupakan dasar dalam penilaian sebagai besar sumber daya dalam ekonomi
umumnya yang berdasarkan pasar. Meskipun definisi yang tepat mungkin
bervariasi, konsep ini umumnya telah dimengerti dan diterapkan. Difinisi nilai
pasar adalah perkiraan jumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat
diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu properti, antara
pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berminat menjual, dalam
suatu transaksi bebas ikatan, yang penawarannya dilakukan secara layak, dan
keduan pihak masing-masing mengetahui kegunaan properti tersebut,
bertindak hati-hati dan tanpa paksaan”19
assessment harus ada kepastian dari nilai dimaksud, sedangkan Nilai Pasar tidak
ada. Oleh karenanya dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang BPHTB mengatur
dimana apabila NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP (PBB),
maka yang dipakai adalah NJOP (PBB). Dari uraian di atas jelas sekali
19
Komite Penyusun SPI (KPSI 2001) Gabungan Perusahaan Penilai Indonesia dan Masyarakat Profesi
Penilai Indonesia, Standar Penilaian Indonesia 2002, Mengacu pada Standar Penilaian Internasional
yang dikerluarkan oleh The International Valuation Standards Committee (IVSC).
NPOPTKP besarnya diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang BPHTB,
kecuali dalam hal perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang diterima
orang probadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pembeli
banyak Rp.300.000.000,-
tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah (untuk saat ini adalah PP Nomor 113
3. Withholding system
terutang oleh wajib pajak bersifat pasif, sedangkan fiskus bersifat aktif. Utang
pajak baru timbul setelah ada ketetapan pajak dari fiskus. Sebagai contoh :
seorang wajib pajak baru akan membayar pajak PBB setelah menerima Surat
Pemberitahuan pajak Terutang (SPPT). Sistem ini sesuai dengan ajaran formil
dimana utang pajak baru timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang sendiri. Wajib pajak
pengawas untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak. Sistem ini sesuai dengan
ajaran material dimana utang pajak baru timbul setelah adanya suatu peristiwa,
yang dalam hal Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adanya perlihan
hak atas tanah dan atau bangunan. Self assessment system mengandung hal yang
undang seperti memasukan SPT pada waktunya, membayar pajak pada waktunya
Dari sisi Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, maka untuk
BPHTB menganut self assessment system dimana hal ini dapat diketahui dari
(1) Saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
untuk :
20
Rochmat Soemitro, SH,Prof.Dr.H. Asas dan Dasar Perpajakan 2. PT.Radika Aditama, Bandung
1998.Halaman 14
d. Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mandaftarkan peralihan
j. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak
pemberian hak;
akta;
akta;
akta;
o. Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta.
(2) Pajak terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak
(1) Wajib Pajak membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan
(2) Pajak yang terutang dibayar ke kas negara melaui Kantor Pos dan atau
Bank Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau
tempat pembayaran lan yang ditunjuk oleh Menteri dengan Surat Setoran
Ayat (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,
Ayat (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Bea
bunga 2% (dua persen sebulan untuk Jangka waktu paling lama 24 (dua
Menurut Pasal 12 :
Ayat (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,
apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap
Ayat (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Bea
BPHTB menganut self assestment system, dimana saat terutang pajak pada
ayat (1) : Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
hadiah;
Kabupaten/Kota.
Maksud diaturnya saat pajak terutang yaitu untuk memberikan kepastian hukum
baik wajib pajak maupun fiscus. Manfaat diaturnya saat terutang pajak, yaitu :
1. Untuk menentukan saat pembayaran pajak yang harus dilakukan, karena
pajak yang terutang harus dilunasi pada saat ditandatanganinya akta, atau
risalah lelang, atau keputusan hakim, atau keputusan pemberian hak atas
pajak baik berupa SKBKB maupun SKBKBT, sedangkan bagi wajib pajak
maupun SKBKBT.
perolehan hak atas tanah, sedangkan tanah merupakan benda tak bergerak,
propinsi (khusus DKI Jakarta) yang meliputi letak tanah atau bangunan tersebut.
menerbitkan akta peralihan hak atas tanah dan Pejabat Kantor Pertanahan
pajak;
BPHTB khususnya yang berkaitan dengan saat dan tempat terutang, baik melalui
Pejabat Pembuat Akta Tanah, putusan hakim, maupun pejabat lelang. Oleh karena
itu perlu diketahui tata cara pendaftaran tanah yang dilaksanakan di Indonesia.
Seperti diketahui bahwa sistem pendaftaran tanah ada dua macam yaitu sistem
pendaftaran hak tiap pemberian atau menciptakan hak baru serta pemindahan dan
pembebanannya dengan hak lain kemudian, harus dibuktikan dengan suatu akta.
Dalam akta tersebut dengan sendirinya dimuat data yuridis tanah yang
bersangkutan perbuatan hukumnya, haknya, penerima haknya, serta hak apa yang
dibebankan.
Dalam sistem pendaftaran akta yang didaftarkan adalah akta oleh
pendaftaran hak setiap penciptaan hak baru dan perbuatan-perbuatan hukum yang
satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-
bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta
saat terutang BPHTB adalah pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-
pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek
pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
desa/kelurahan.
Pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan
Kepala BPN.
untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.
tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran,
daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan
sebgai akibat beralihnya, dibebaninya atau berubahnya nama pemegang hak yang
telah didaftar, hapusnya atau diperpanjangnya jangka waktu yang hak yang sudah
sudah didaftar.
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan pasal 111 Peraturan Menteri Negara
pewarisan sama dengan tata cara pendaftaran lainnya yaitu bidang tanah hak
sebagai berikut :
1. Permohonan pendaftaran peralihan hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun diajukan oleh ahli waris atau kuasanya dengan
melampirkan :
a. Sertipikat hak atas tanah atau sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun atas nama pewaris, atau apabila mengenai tanah yang belum
ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan
meninggal dunia;
bersangkutan;
permohonan.
3. Akta mengenai pembagian waris dapat dibuat dalam bentuk akta dibawah
tanggan oleh semua ahli waris dengan disaksikan oleh 2 orang saksi atau
4. Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan belum ada pembagian
5. Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan pada waktu pendaftaran
keterangan bahwa hak atas tanah tau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
Demikian halnya dengan hukum waris yang merupakan bagian dari hukum
perdata. Namun demikian pada dasarnya hukum waris yang masih berlaku di
Indonesia ada 3 (tiga) macam yaitu Hukum Waris yang diatur dengan
Dalam uraian lebih lanjut akan dijelaskan secara umum hal-hal yang
Diketahui dengan pasti bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari berbagi suku
sistem keturunan atau pertalian daerah yang pada umumnya mewarnai wilayah
Indonesia yang sangat besar pengaruhnya terhadap hukum adat waris yaitu :21
garis ke atas melalui garis ibu, ibu dari ibu, terus ke atsa, sehingga
Hukum adat ini menarik garis keturunan melalui Bapak dan Ibu, terus ke
moyangnya.
garis ke atas melalui garis Bapak, bapak dari Bapak, terus ke atas,
21
I.G.N. Sugangga S.H. Prof. Kuliah Satu Semester HUKUM ADAT KHUSUS Hukum Adat Waris
pada Masyarakat Hukum Adat yang Bersistem Patrinial di Indonesia. Semarang 1988.
barang yang tindak berwujud dari suatu generasi kepada turunannya.
2. Di dalam suatu harta peninggalan, para ahli waris tidak mendapat bagian-
atas harta peninggalan orang tua mereka. Perbedaan agama dan siapa yang
5. Seorang anak yang lahir di luar perkawinan, menurut hukum adat waris
(di Jawa) menjadi ahli waris di dalam harta peninggalan ibunya serta di
dalam harta peninggalan family dari pihak ibu. Seorang anak demikian,
dengan ibu, maka tidak ada perbedaan antara anak yang sah dan anak di
luar perkawinan.
tinggal berkumpul.
Mengenai harta peninggalan (harta warisan) dalam hukum adat khususnya tanah
ada yang dapat diwariskan ada pula yang tidak dapat diwariskan. Sebagai contoh
di Bali ada tanah setelah si pemegang meninggal kembali lagi sebagai tanah desa.
Harta warisan dalam hukum adat waris pada masyarakat yang bersistem patrinial
2. Harta jiwa dana : yaitu harta pemberian dari orang tua. Jiwa dana ini tetap
berupa pemberian atau warisan dari orang tuanya. Tatadan ini tetap menjadi
22
I.G.N. Sugangga S.H. Prof. Kuliah Satu Semester HUKUM ADAT KHUSUS Hukum Adat Waris
pada Masyarakat Hukum Adat yang Bersistem Patrinial di Indonesia. Semarang 1988.
4. Druwe gabro (Jawa : gono-gini) : yaitu harta yang diperoleh oleh suami atau
Dalam hal cerai hidup, imbangan besarnya bagian druwe bagi masing-masing
Hibah wasiat dikenal dalam hukum adat yaitu suatu perbuatan hukum yang
bertujuan, agar supaya bagian tertentu dari kekayaan pewaris kepada ahli waris
bagian tersebut dapat digunakan oleh yang berhak. Adanya hibah wasiat,
warisan dengan cara yang layak menurut anggapan pewaris. Maksud lain, ialah
barang yang dipegang dengan hak gadai, barang yang disewa, dan sebagainya.
Sistem ini diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu dalam
Buku II tentang Benda. Dalam kaitannya dengan tesis ini perlu dikemukakan hal-
hal yang penting tentang kewarisan hukum perdata barat sebagai berikut :
kekosongan. Asas ini dinamakan “saisin” dan ditegaskan dalam Pasal 833
KUH Perdata (BW) yang berbunyi :” Sekalian ahli waris dengan sendirinya
demi hukum memperoleh hak milik atas semua barang, semua hak dan semua
3. Setiap waris berhak atas menuntut dari orang yang tanpa menguasai barang
diberikan oleh pasal 834 KUH Perdata dan dikenal dengan nama “hereditatis
petition”.
4. Seorang waris (pasal 836 KUH Perdata) harus (dengan mengingat ketentuan
pasal 2 KUH Perdata) sudah ada pada saat si pewaris meninggal. Adapun
pasal 2 KUH Perdata itu mengatakan bahwa : “anak yang ada dalam
pernah ada”.
5. Seorang ahli waris dapat menolak warisan yang terbuka baginya. Apabila
harta peninggalan.23
Perdata yang menyatakan bahwa yang berhak untuk menjadi ahli waris
ialah para keluarga sedarah, baik sah maupun luar kawin dan si suami atau
istri hidup terlama. Apabila suami istri telah bercerai maka mereka bukan
merupakan ahli waris satu dengan lainnya, tetapi suami istri yang pisah
meja dan tempat tidur masih tetap menjadi ahli waris apabila salah satu
terutama tidak ada, maka segala harta peninggalan pewaris menjadi milik
pasal 2 KUH Perdata, untuk dapata menikmati sesuatu dari suatu surat
23
Effendi Perangin, SH. Hukum Waris, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2001 halaman 169.
7. Sifat dari kewarisan hukum perdata :
b. Bilateral artinya bahwa para ahli waris menerima harta warisan baik dari
lebih dekat kepada pewaris menutup hak ahli waris lainnya yang
8. Orang-orang yang tidak patut menjadi ahli waris berdasarkan pasal 838 KUH
hukuman penjara lima tahun lamanya atau dengan hukuman yang lebih
berat;
si yang meninggal.
Sedangkan harta peninggalan sebagai harga warisan salah satunya berupa
tanah yang dimiliki secara bersama oleh suami istri merupakan pemilikan
bersama yang terikat (gebonden mede eigendom). Maka apabila terjadi putus
persatuan harta kekayaan (pasal 126 BW) yang diakibatkan kematian (suami atau
istri), jumlah harta peninggalan (pasal 128 ayat 1 BW) hanya setengah (1/2).
(BW).
berdasarkan pada Al Qur’an. Hadits atau Sunnah Nabi Muhammad SAW serta
dan sifat yang khas dibandingkan dengan hukum kewarisan lainnya. Hal ini
a. Ijbari
peralihan tersebut.
b. Bilateral
c. Individual
d. Keadilan Berimbang
Hal ini berbeda dengan hukum waris menurut KUH Perdata (BW)
testamen.
1) Pembunuhan
pewaris.
b. Kelompok Keutamaan/Hijab
yang lainnya, misalnya anak lebih utama dari cucu, ayah, lebih
1. Harta Bawaan
2. Setengah (1/2) dari harta bersama (jika tidak ada perjanjian perkawinan).
Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena
1. Perolehan hak ahli waris adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh
ahli waris dari pewaris yang berlaku setelah pewaris meninggal dunia.
2. Perolehan hak waris karena hibah wasiat adalah perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan oleh orang pribadi atau badan dari pemberi hibah wasiat, yang