Disusun oleh :
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman karyawan pabrik kaleng Kabupaten Sidoarjo terhadap limbah
dan pengelolaan limbah?
2. Bagaimana strategi reduce limbah pada pengelolaan limbah industri berkelanjutan pabrik
kaleng Kabupaten Sidoarjo?
3. Bagaimana strategi reuse limbah pada pengelolaan limbah industri berkelanjutan pabrik
kaleng Kabupaten Sidoarjo?
4. Apakah strategi pembangunan berkelanjutan pada pengelolaan limbah industri
berkelanjutan pabrik kaleng Kabupaten Sidoarjo?
Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana pemahaman karyawan pabrik kaleng Kabupaten
Sidoarjo terhadap limbah dan pengelolaan limbah
2. Untuk mengetahui strategi reduce limbah pada pengelolaan limbah industri
berkelanjutan pabrik kaleng Kabupaten Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui strategi reuse limbah pada pengelolaan limbah industri
berkelanjutan pabrik kaleng Kabupaten Sidoarjo
4. Untuk mengetahui strategi pembangunan berkelanjutan pada pengelolaan limbah
industri berkelanjutan pabrik kaleng Kabupaten Sidoarjo.
Kajian Pustaka
Strategi dan Pengelolaan Limbah
Strategi adalah tindakan atau cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan
memanfaatkan sumberdaya organisasi baik peluang maupun tantangan yang dihadapi oleh
sebuah organisasi (Lestari, 2017). Pengelolaan limbah adalah pengumpulan, pemeliharaan,
perawatan dan pembuangan limbah sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan
kehidupan manusia dan hewan, ekologi dan lingkungan pada umumnya (Adewole, 2009).
Limbah adalah Setiap zat yang merupakan bahan bekas atau zat cair atau zat surplus lain
yang tidak diinginkan yang timbul dari penerapan proses apapun. Limbah merupakan hasil
atau produk dari kegiatan manusia yang secara fisik memiliki material yang sama yang
ditemukan dalam produk yang masih baru dan belum digunakan oleh manusia. Namun
material ini mengalami pengurangan nilai akibat kegiatan yang dilakukan oleh manusia
tersebut (McDougall, et al. 2001).
Menurut Miller & Spoolman (2010) salah satu kategori utama limbah adalah limbah
padat yang merupakan bahan yang tidak diinginkan atau dibuang yang kita hasilkan, bukan
cairan atau gas. limbah padat dapat dibagi menjadi dua jenis. Salah satu jenisnya yaitu limbah
padat industri yang dihasilkan oleh tambang, pertanian, dan industri yang memasok barang
dan jasa kepada orang. Jenis limbah kedua yaitu limbah kota sering disebut garbage atau
trash, yang terdiri dari limbah padat gabungan yang dihasilkan oleh rumah dan tempat kerja.
Contohnya termasuk kertas dan kardus, limbah makanan, kaleng, botol, limbah halaman,
perabotan, plastik, logam, kaca, kayu, dan sampah elektronik.
Kategori limbah utama lainnya adalah limbah berbahaya atau beracun merupakan
limbah yang mengancam kesehatan manusia atau lingkungan karena berbahaya secara
kimiawi reaktif, korosif, atau mudah terbakar. Contohnya termasuk pelarut industri, limbah
medis rumah sakit, baterai mobil (mengandung timbal dan asam), produk pestisida rumah
tangga, baterai sel kering (mengandung merkuri dan cadmium), dan abu dari insinerator dan
pembangkit listrik pembakaran batubara (Miller & Spoolman, 2010). Terdapat tiga cara
mengelola limbah berkelanjutan menurut Miller & Spoolman (2010) antara lain reduce
dengan cara mengurangi konsumsi dan hidupkan gaya hidup yang lebih sederhana, reuse
dengan cara lebih mengandalkan barang yang dapat digunakan berulang kali dan membeli
barang-barang yang diperlukan secara langsung atau meminjam atau menyewanya, recycle
memisahkan dan mendaur ulang kertas, gelas, kaleng, plastik, logam, dan barang-barang
lainnya, dan membeli produk yang terbuat dari bahan daur ulang.
Energi Surya
Matahari menghangatkan planet ini dan memberi energi yang digunakan tanaman
untuk menghasilkan makanan bagi diri mereka sendiri dan untuk kita dan kebanyakan hewan
lainnya. Tanpa matahari, tidak akan ada tanaman, tidak ada binatang, dan tidak ada makanan.
Matahari juga menggerakkan bentuk tidak langsung energi matahari seperti angin dan air
yang mengalir, yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik. Bergantung lebih pada energi
terbarukan dari matahari, termasuk bentuk tidak langsung energi matahari seperti angin dan
air yang mengalir, untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan pemanasan dan listrik kita
(Miller, 2010).
Energi matahari sangat penting untuk kehidupan karena dua alasan utama. Pertama,
matahari memberikan kehangatan. Sebagian besar organisme bertahan hidup dalam kisaran
suhu yang relatif sempit. Faktanya, masing-masing spesies memiliki kisaran suhu sendiri di
mana ia dapat berfungsi secara normal. Pada suhu tinggi (diatas 40° C), sebagian besar
biomolekul mulai memecah atau menjadi terdistorsi dan tidak berfungsi. Pada suhu rendah
(mendekati 0° C), beberapa reaksi kimia dari metabolisme terjadi terlalu lambat untuk
memungkinkan organisme tumbuh dan berkembang biak. Planet lain di tata surya kita terlalu
panas atau terlalu dingin untuk mendukung kehidupan seperti yang kita ketahui. Air dan
atmosfer bumi membantu memoderasi, mempertahankan, dan mendistribusikan panas
matahari. Kedua, hampir semua organisme di permukaan bumi bergantung pada radiasi
matahari untuk energi yang menopang kehidupan, yang ditangkap oleh tanaman hijau, alga,
dan beberapa bakteri dalam proses yang disebut fotosintesis. Fotosintesis mengubah energi
radiasi menjadi energi kimia yang berguna dan berkualitas tinggi dalam ikatan yang
menyatukan molekul organik (Chunningham & Chunningham.
Menurut Handayani & Ariyanti (2012) aplikasi yang paling umum untuk energi panas
matahari yang digunakan dalam industri adalah SWH, pengering surya, pemanasan ruangan,
sistem pendingin dan desalinasi air. Sistem surya banyak digunakan untuk mesin panas di
banyak aplikasi industri. Menggunakan energi matahari untuk menghasilkan energi panas
untuk proses industri tidak hanya mengurangi ketergantungan pada sumber bahan bakar fosil
tetapi juga meminimalkan emisi rumah kaca seperti CO2, SO2, dan NO2.
1. Pemanas air surya (Solar Water Heating)
SWH biasanya terdiri dari kolektor surya dan ruang penyimpanan. SWH
bekerja atas dasar ketimpangan kepadatan air panas dan dingin atau thermo siphon.
Karena strukturnya yang sederhana dan kompak, penyimpanan kolektor /
penyimpanan SWH yang lebih umum di negara. Kolektor surya batch lebih cocok
digunakan pada sore dan malam hari.
Teknologi SWH banyak digunakan dalam proses pembersihan di industri
makanan. Air yang telah digunakan tidak diperbolehkan beredar lebih lama di dalam
sistem karena kemungkinan kontaminasi. Gambar 4 adalah diagram blok sistem SWH
yang umum digunakan dalam aplikasi industri.
2. Sistem pengeringan dan dehidrasi surya
Saat ini, listrik selalu digunakan untuk memanaskan udara dan sebagai sumber
energi tambahan. Sistem pengeringan konvensional menggunakan bahan bakar fosil
sebagai sumber pembakaran, sementara pengering surya menggunakan iradiasi
matahari untuk pengeringan di industri, seperti bata, tanaman, buah-buahan, kopi,
kayu, tekstil, kulit, lumpur hijau dan lumpur limbah.
Ada dua kelompok utama pengering, pengering suhu tinggi dan rendah.
Hampir semua pengering suhu tinggi menggunakan bahan bakar fosil atau listrik
untuk proses pemanasan. Sedangkan pengering suhu rendah bisa menggunakan bahan
bakar fosil atau energi matahari. Suhu rendah yang dihasilkan oleh energi matahari
sangat ideal untuk digunakan dalam proses pemanasan awal
Berdasarkan perbedaan metode aliran udara, pengering matahari dibagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu sirkulasi alami (pasif) dan aliran konveksi (aktif)
pengering. Umumnya, pengering matahari pasif menggunakan energi matahari
berlimpah di ingkungan, sementara sistem pengeringan matahari aktif menggunakan
energi matahari dalam kombinasi dengan listrik atau bahan bakar fosil untuk
menghasilkan listrik untuk menyediakan sirkulasi udara.
3. Panas matahari dalam industri makanan
Industri makanan memiliki kondisi menguntungkan untuk penggunaan panas
matahari dari perawatan dan penyimpanan produk makanan yang sangat tahan lama.
Industri pengawetan makanan juga menggunakan panas matahari dalam cairan panas,
sterilisasi (sayuran, daging dan ikan), pembersihan, sebelum memasak, penyegelan,
pendinginan. Industri susu juga dapat sepenuhnya menggunakan energi matahari
untuk berbagai proses operasi mereka. Mereka biasanya beroperasi selama seminggu
penuh tanpa hari libur. Dengan demikian sistem tata surya dapat dianggap sangat
efektif dalam jenis industri ini. Industri susu terutama menggunakan energi panas
untuk pasteurisasi (60– 85° C), proses sterilisasi (130– 150 ° C) dan bahkan untuk
mengeringkan susu untuk menghasilkan bubuk.
Keanekaragaman Hayati
Siklus Nutrisi
Proses alami mendaur ulang nutrisi, atau bahan kimia yang dibutuhkan tanaman dan
hewan untuk tetap hidup dan bereproduksi. Karena bumi tidak mendapatkan kiriman baru
dari bahan kimia ini, mereka harus terus-menerus diayunkan dari organisme ke lingkungan
dan tempat tinggal mereka yang tidak hidup. Jangan mengganggu siklus kimiawi bumi
dengan membebani mereka dengan bahan kimia berbahaya atau dengan melepaskan bahan
kimia alami lebih cepat daripada siklus yang bisa menggantikannya. Hal ini membutuhkan
lebih mengandalkan pencegahan polusi dan mengurangi penggunaan sumber daya yang
percuma (Miller & Spoolman, 2010).
Metode
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan Deskriptif. Penelitian
deskriptif yang dimaksud yaitu pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data atau
keterangan secara faktual.
Waktu Penelitian
Daftar Rujukan
Adewole, A. T. 2009. Waste management towards sustainable development in Nigeria: A
case study of Lagos state. International NGO journal. Vol. 4(4), pp. 173- 179.
Babalola, A. (2010). The Practice and Challenges of Solid Waste Management in Damaturu,
Yobe State, Nigeria. Journal of Environmental Protection, 1(4), 384-388.
Chang, Ni-Bin dan Ana Pires. 2015. Sustainable Solid Waste Management. Amerika : IEEE
Press Editorial
Chen, X., Pang, J., Zhang, Z., & Li, H. 2014. Sustainability Assessment of Solid Waste
Management in China: A Decoupling and Decomposition Analysis. Journal of
Sustainability. 6, 9268-9281.
Cunningham, W. P., dan Cunningham, M. A. 2013. Principles of Environmental Science:
Inquiry & Applications, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
Department Environmental Affairs. (2011). National Waste Management Strategy. Cape
Town, SA: Department of Environmental Affairs.
Shafiul, A., & Mansoor, A. (2003). Partnerships for solid waste management in developing
countries. London, UK: Loughborough University.
Spaargaren, G., Desa, A., Ba, N., Yusooff, F., Marmolejo, L.F., Diaz, L.F., & Kodera, Y.
(2012). Waste management: An Integrated vision. Research Engineering and
Technology, 15(3), 17-22.
Olowu, D. 2012. Menace Of E-Wastes In Developing Countries: An Agenda For Legal And
Policy Responses. Journal of Law Environment and Development. Vol. 8 : 1
Festus, M.O., & Ogoegbunam, B. (2012). Imperatives of environmental education and
awareness creation to solid waste management in Nigeria. Academic Research
International, 3(2), 253-259.
Haris, J. M. 2000. Basic Principles of Sustainable Development. G-DAE Working Paper:
“Basic Principles of Sustainable Development”. No. 00-04.
Hariz, S., & Bahmed, L. (2013). Management of Environmental Quality: Management of
environmental Quality. An International Journal, 1(4), 12-36.
Ifegbesan, A. 2010. Exploring secondary school students’ understanding and practices of
waste management in Ogun State, Nigeria. Journal of Environment & Science
Education. Volume 5 Issue 2.
Lestari, M. H. 2017. Strategi Penanganan Limbah Industri Batik di Kota Pekalongan.
Journal of public policy and management review. Vo. 6 No. 3.
McDougall F., White P., Franke M. & Hindle P. (2001) Integrated Solid Waste Management:
A Life-Cycle Inventory, Blackwell Science, 2nd Edition
Miller, G. T., dan Spoolman, S. E. 2009. Living in the Environment: Concepts, Connections,
and Solutions. Sixteenth Edition. Canada: Brooks/Cole.
Miller, G. T., dan Spoolman, S. E. 2010 . Environmental Science. Thirtheenth Edition.
Canada : Brooks/Cole.
Morelli, J. 2011. Environmental Sustainability: A Definition for Environmental Professionals.
Journal of Environmental Sustainability.vol 1.
Muniafu, M., & Otiato, E. (2010). Solid Waste Management in Nairobi, Kenya. A case for
emerging economies. The Journal of Language, Technology & Entrepreneurship in
Africa, 342-350.
Nouri, D., Sabour, M. R., & Ghanbarzadehlak, M. 2018. Industrial solid waste management
through the application of multi-criteria decision-making analysis: a case study of
Shamsabad industrial complexes. Journal of Mater Cycles Waste Management.
20:43–58.
Raharjo, P. N. 2008. Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah Pengelolaan
Industri Limbah Cair Rumah Tangga. Journal Akuntansi dan Inovasi. Vol. 4 no. 2
Rahman, F. A. 2014. Reduce, Reuse, Recycle: Alternatives for Waste Management. NM
State University. Guide G-314
Stasiskiene, Z., Gaiziuniene, J., & Zidoniene, S. (2011). Assessing the sustainability of the
Lithuanian hazardous waste management system. Journal of Industrial Ecology,
15(2), 268-283.
Timlett, R., & Williams, I. (2009). The impact of transient populations on recycling behavior
in a densely populated urban environment. Resources, Conservation and Recycling,
53(9), 498-506.
Wilson, S. (2010). Indicators of waste management efficiency related to different territorial
Conditions. Waste management, 32, 785-792.
Young, C.Y., Ni, S.P., & Fan, K.S. (2010). Working towards a zero waste environment in
Taiwan. Waste Management & Research. The Journal of the International Solid
Wastes and Public Cleansing Association, ISWA, 28(3), 236-244.
Zhu, D, Asnani, P.U., & Zurbrugg, M. (2007) Christian. Improving Municipal Solid Waste
Management in India: A Sourcebook for Policymakers and Practitioners. Herndon,
VA: World Bank Publications.
FAKTOR STRATEGIS YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
BERKELANJUTAN DI PABRIK KALENG KOTA SIDOARJO
Anda diminta untuk memberikan jawaban atas Pertanyaan dibawah ini dengan jujur. Beri
tanda centang (√) pada pilihan yang menurut Anda benar.
Nama :
BAGIAN A: Informasi Umum
2. Apa status perkawinan Anda?
Menikah ( ) Belum menikah ( )
3. Tunjukkan kategori usia Anda
18-28 ( ) 29- 38 ( ) 39- 48 ( )
49- 58 ( ) diatas 59 ( )
4. Pendidikan tertinggi
Sekolah dasar ( ) Sekolah Menengah ( )
Perguruan tinggi ( )
5. Sudah berapa lama Anda bekerja di PT. ?
kurang dari 1 tahun ( ) 2- 4 tahun ( )
5- 9 tahun ( ) diatas 10 tahun ( )
6. Pada departemen mana Anda bekerja? Silahkan centang dengan tepat.
Operasi ( ) Administrasi ( ) produksi ( )
BAGIAN B: Arti dan Ruang Lingkup Pengelolaan Limbah Industri dalam Industri
7. Tunjukkan tingkat kesepakatan Anda pada pernyataan berikut tentang arti pengelolaan
limbah di industri. Gunakan skala 1-5 dimana 1 = tidak setuju (TS), 2 = sangat tidak
setuju (STS), 3 = netral (N) 4 = setuju (S), 5 = Sangat setuju (SS).
pernyataan TS STS N S SS
Limbah sebagai jenis zat tertentu
yang mengandung bahan bekas
atau limbah atau zat asing lainnya
yang berasal dari penerapan
proses apa pun
Limbah adalah susbtansi yang
idealnya harus dibuang
limbah padat didefinisikan
sebagai limbah dari kantor, toko
ritel yang ada di dalam kota,
gudang yang berbeda dan bahkan
hotel
Limbah industri adalah limbah
yang berasal dari bahan
pengemas, sisa makanan, limbah
dari plastik, tekstil logam dan
bahkan limbah abu bahan bakar
limbah jalanan adalah limbah
yang dihasilkan dari proses
pembersihan di jalanan termasuk
pembersihan saluran, pasir,
limbah dan bahkan hewan mati
yang sebenarnya
Limbah konstruksi adalah limbah
yang termasuk limbah dari proses
konstruksi misalnya pipa, batu
bata, dan batu
sampah kota adalah limbah padat
yang mencakup semua limbah
domestik dan lokal dan limbah
non-berbahaya, misalnya limbah
yang berasal dari komersial dan
lembaga, jalan dan limbah
konstruksi termasuk sisa
makanan, plastik, logam dan
bahkan kaca.
8. Tunjukkan tingkat kesepakatan Anda pada pernyataan berikut tentang arti pengelolaan
limbah di industri. Gunakan skala 1-5 dimana 1 = tidak setuju (TS), 2 = sangat tidak
setuju (STS), 3 = netral (N) 4 = setuju (S), 5 = Sangat setuju (SS).
pernyataan TS STS N S SS
Beban dan biaya
pengelolaan aliran limbah
harus ditempatkan pada
'produsen' limbah
Sistem pengelolaan limbah
padat kota telah berubah
dari efisien ke status saat
ini yang menunjukkan
banyak ketidakefisienan
Penyimpanan,
pengumpulan, transportasi
dan pengolahan akhir /
pembuangan limbah telah
menjadi masalah besar di
pusat perkotaan
Kecenderungan global
peningkatan penggunaan
barang-barang listrik dan
elektronik telah
menyebabkan peningkatan
E-waste menjadi ancaman
signifikan bagi lingkungan
dan kesehatan manusia.
Pengelolaan limbah di
pusat-pusat perkotaan kami
telah mengalami perubahan
komersial dan hukum yang
sangat besar selama dua
dekade terakhir
Negara ini memiliki
serangan kebijakan dan
legislatif yang
berkelanjutan dan multi-
faceted pada TPA, dan
pengelolaan limbah baik di
tingkat domestik maupun
internasional.
Perubahan legislatif telah
memberlakukan, dan terus
memaksakan, tantangan
struktural pada pengelolaan
limbah di negara ini
Daerah perkotaan kami
kekurangan ruang untuk
tempat pembuangan akhir
yang baru karena adanya
perluasan daerah perkotaan
yang tidak terkendali. yang
menjunjung tinggi
mentalitas "Tidak di
halaman saya"
Sanitary landfill di pusat
kota kami dirancang untuk
"berkonsentrasi dan
mengandung" limbah padat
kami di lokasi tertentu dan
biaya lingkungan minimal
Sanitary tempat
pembuangan akhir di pusat
kota kami dirancang untuk
"berkonsentrasi dan
mengandung" limbah padat
kami di lokasi tertentu dan
biaya lingkungan minimal
Setiap hari, lapisan limbah
dipadatkan oleh mesin berat
dan terkubur di bawah
lapisan tanah atau puing
konstruksi bersih dan untuk
menjaga hama, membatasi
limbah, mengurangi bau,
dan mengalihkan air lindi
(air yang telah merembes
melalui zat padat dan
melonggarkan beberapa
konstituen) yang
membentuk air hujan
masuk ke tempat
pembuangan sampah.
Masyarakat mengurangi
limbah dengan
mencegahnya menjadi
sampah di tempat pertama
melalui pembuatan dan
pembelian bahan yang
dapat digunakan kembali
Pengolahan limbah
berbahaya sedang
berkembang di negara ini
karena sejumlah besar
limbah tersebut diimpor
untuk didaur ulang dan
perawatan
BAGIAN C: Kontribusi Pengurangan Sampah untuk Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di
Industri
9. Tunjukkan tingkat kesepakatan Anda pada pernyataan berikut tentang arti pengelolaan
limbah di industri. Gunakan skala 1-5 dimana 1 = tidak setuju (TS), 2 = sangat tidak
setuju (STS), 3 = netral (N) 4 = setuju (S), 5 = Sangat setuju (SS).
pernyataan TS STS N S ST
Metode pengelolaan limbah yang
berkelanjutan melibatkan mencari peluang
untuk mengurangi pemborosan bahkan
selama siklus hidup produk
Implementasi metrik evaluasi leanness
yang disederhanakan dapat digunakan
untuk mengurangi pemborosan dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam organisasi
Ketersediaan tempat pembuangan sampah
yang memadai di daerah perkotaan dapat
meningkatkan pengembangan masyarakat
dan kohesi pengelolaan limbah
Organisasi harus melibatkan masyarakat di
sekitar mereka dalam program
pengelolaan limbah untuk
mempromosikan publisitas tentang
pengelolaan limbah
Instrumen perilaku harus diterapkan dalam
menerapkan strategi pengelolaan limbah
melalui inisiatif yang menginformasikan
dan mendidik
Kesadaran dan partisipasi limbah dapat
ditingkatkan dengan membuat program
pengenalan, dan kesadaran dari pintu ke
pintu
Menetapkan pola perilaku tertentu dalam
populasi sementara dapat digunakan
sebagai strategi sistem pengelolaan limbah
berkelanjutan
Memiliki sistem pengelolaan limbah yang
tepat yang termasuk dalam kebijakan dan
prosedur perusahaan memfasilitasi sistem
pengelolaan limbah yang berkelanjutan
Memiliki kebijakan pajak yang
memastikan individu dikenakan pajak
berdasarkan jumlah limbah yang mereka
hasilkan dapat membantu memfasilitasi
sistem pengelolaan limbah yang
berkelanjutan
Memiliki rumah tangga yang baik (praktik
operasi yang baik) yang berfokus pada
pengurangan limbah dari sumber dapat
memfasilitasi penciptaan sistem
pengelolaan limbah yang berkelanjutan
1. Tunjukkan tingkat kesepakatan Anda pada pernyataan berikut tentang arti pengelolaan
limbah di industri. Gunakan skala 1-5 dimana 1 = tidak setuju (TS) 2 = sangat tidak
setuju (STS), 3 = netral (N) 4 = setuju (S), 5 = Sangat setuju (SS).
Pernyataan TS STS N S SS
Masyarakat yang mencakup gerobak
dorong, pedagang sumber daya,
pengumpul limbah padat swasta,
masyarakat, dan asosiasi lingkungan
dan perkebunan, terlibat dalam
mengelola limbah padat
Masyarakat memainkan peran
pemisahan sampah, pengomposan,
distribusi kontainer limbah padat
dan penggunaan kembali limbah
yang dikumpulkan dan dipisahkan
Sumber daya yang tidak memadai,
keengganan, sikap yang buruk dan
kesenjangan pengetahuan
pengelolaan sampah adalah beberapa
tantangan yang dihadapi dalam
penciptaan manajemen limbah padat
yang berkelanjutan.
Daur ulang sebagian besar
bergantung pada kebijakan yang
diberlakukan oleh perusahaan untuk
didaur ulang dan juga ketersediaan
pembeli
Manfaat ekonomi dari daur ulang
melalui pengurangan biaya pupuk
karena sampah organik dapat dengan
mudah diubah menjadi pupuk
Manfaat ekonomi dari daur ulang
melalui kerja orang untuk
menangani limbah perkotaan
Negara ini tidak memiliki satu
pilihan pun yang secara efektif dan
efisien menangani peningkatan
limbah elektronik
Produsen peralatan elektronik di
pusat kota tidak diberikan insentif
untuk mendaur ulang atau membeli
kembali limbah elektronik
PT. tidak memiliki sistem
pengelolaan limbah yang mengarah
pada dampak jangka pendek dan
jangka panjang pada karyawan di
perusahaan dan daerah pada
umumnya