Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“INTERAKSI SOSIAL”

EGGING ENRICO ACLESIAS

SMPN 4 KENDARI
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi
dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu, antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Guru mengajar merupakan contoh interaksi
sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu kontak
sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder.
Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial
secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk
contoh Interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B
meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor
meniru orang lain. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa
terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau bisa juga
dipengaruhi karena iklan. Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor
adanya individu yang mengindentikkan (menjadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh
menyamakan kebiasaan pemain sepak bola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang
didasari oleh faktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain. Empati adalah interaksi sosial
yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari
simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan
adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial.
Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif. Asosiatif meliputi akomodasi, difusi,
asimilasi, akulturasi, kooperasi atau kerjasama (Intinya interaksi sosial yang baik-baik,
kerjasama, rukun, harmonis, serasa, dan lain-lain). Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi,
dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak baik, penuh persaingan, perang dingin,
bertengkar, dan lain-lain).
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka
waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku
dalam kehidupan masyarakat.Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial,
karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling
mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan.teraksi sosial merupakan suatu fondasi dari
hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan
diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi
sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada
dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing,maka
proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam
kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan
yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat
berinteraksi ataupun bertukar pikiran.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?


2. Apa faktor-faktor yang mendasari terjadinya proses interaksi?
3. Apa syarat-syarat interaksi sosial?
4. Apa saja bentuk-bentuk interaksi sosial?
5. Bagaimana cirri-ciri interaksi sosial ?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini secara langsung menjwab daripada rumusan masalah
dalam materi makalah “Interaksi Sosial” adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan interaksi sosial.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari terjadinya proses interaksi.
3. Untuk mengetahai syarat-syarat interaksi sosial.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis interaksi sosial
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis.


Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan
individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan
sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
menggunakannya Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia.
Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan
sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan
terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika
menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process.

Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak
sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan
sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan
reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal
yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial.
Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik,
adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin,
usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan
berbusana, dan wacana. Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui
dimensi ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas.
Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak
pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan
aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang
dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang
dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum
memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
2.2. Faktor-faktor Proses Interaksi

Kelangsungan interaksi sosial, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata


merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedakan beberapa faktor
yang mendasarinys, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu (vide Bonner, Social
Psychology, no. 3):

a. Faktor Imitasi

Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial sebenarnya berdasarkan


faktor imitasi. Walaupun pendapat ini ternyata berat sebelah, peranan imitasi dalam
interaksi sosial itu tidak kecil. Misalnya bagaimana seorang anak belajar berbicara. Mula-
mula ia mengimitasi dirinya sendiri kemudian ia mengimitasi kata-kata orang lain. Ia
mengartikan kata-kata juga karena mendengarnya dan mengimitasi penggunaannya dari
orang lain. Lebih jauh, tidak hanya berbicara yang merupakan alat komunikasi yang
terpenting, tetapi juga cara-cara lainnya untuk menyatakan dirinya dipelajarinya melalui
proses imitasi. Misalnya, tingkah laku tertentu, cara memberikan hormat, cara
menyatakan terima kasih, cara-cara memberikan isyarat tanpa bicara, dan lain-lain.
Selain itu, pada lapangan pendidikan dan perkembangan kepribadian individu, imitasi
mempunyai peranannya, sebab mengikuti suatu contoh yang baik itu dapat merangsang
perkembangan watak seseorang. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk
melaksanakan perbuatan yang baik. Peranan imitasi dalam interaksi sosialjuga
mempunyai segi-segi yang neatif. Yaitu, apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah
salah atau secara moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi
orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang
meliputi jumlah serba besar.
b. Faktor sugesti
Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama.
Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar
dirinya; sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari
dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat
dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih
dahulu.
c. Faktor Identidikasi
Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud. Istilah identifikasi
timbul dalam uraian Freud mengenai cara-cara seorang anak belajar norma-norma sosial
dari orang tuanya. Dalam garis besarnya, anak itu belajar menyadari bahwa dalam
kehidupan terdapat norma-norma dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi dan ia
pun mempelajarinya yaitu dengan dua cara utama.
Pertama ia mempelajarinya karena didikan orangtuanya yang menghargai tingkah
laku wajar yang memenuhi cita-cita tertentu dan menghukum tingkah laku yang
melanggar norma-normanya. Lambat laun anak itu memperoleh pengetahuan mengenai
apa yang disebut perbuatan yang baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak baik
melalui didikan dari orangtuanya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan
seorang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak dan tidak hanya
merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang secara lahiriah saja, tetapi
justru secara batin. Artinya, anak itu secara tidak sadar mengambil alih sikap-sikap
orangtua yang diidentifikasinya yang dapat ia pahami norma-norma dan pedoman-
pedoman tingkah lakunya sejauh kemampuan yang ada pada anak itu. Sebenarnya,
manusia ketika ia masih kekurangan akan norma-norma, sikapsikap, cita-cita, atau
pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam-macam situasi dalam kehidupannya,
akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan
kehidupan tempat ia masih kekurangan pegangan. Demikianlah, manusia itu terus-
menerus melengkapi sistem norma dan cita-citanya itu, terutama dalam suatu masyarakat
yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi kehidupannya serba ragam.

2.3. Syarat- syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat
(Soerjono Sukanto) yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya komunikasi.

a. Kontak Sosial

Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-sama dan
tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak adalah bersama-sama
menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai
gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat
mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara
berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa
ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf,
radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain (yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang
ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi
reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan
perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal ini
kemudain merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap
tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah
tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan
kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan
dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan
pertikaian yangterjadi karena salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah.

2.4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Hubungan yang terjadi antar warga masyarakat berlangsung sepanjang waktu.


Rentang waktu yang panjang serta banyaknya warga yang terlibat dalam hubungan
antarwarga melahirkan berbagai bentuk interaksi sosial. Dimana pun dan kapan pun
kehidupan sosial selalu diwarnai oleh dua kecenderungan yang saling bertolak belakang. Di
satu sisi manusia berinteraksi untuk saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup
rukun, dan bergotong royong. Di sisi lain, manusia berinteraksi dalam bentuk pertikaian,
peperangan, tidak adanya rasa saling memiliki, dan lain-lain. Dengan demikian interaksi
sosial mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan
(proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses disosiatif).
1) Proses Asosiasi
Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama.
Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain sebagai berikut.
a. Kerjasama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya
organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
b. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi adalah suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok
manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri
untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai
berikut :
 Tolerant participation (toleransi) adalah suatu watak seseorang atau kelompok
untuk sedapat mungkin menghindari perselisihan. Individu semacam itu disebut
tolerant.
 Compromise (kompromi) adalah suatu bentuk akomodasi dimana masing-masing
pihak mengerti pihak lain sehingga pihak-pihak yang bersangkutan mengurangi
tuntutannya agar tercapai penyelesaiannya terhadap perselisihan. Kompromi dapat
pula disebut perundingan.
 Coercion (koersi) adalah bentuk akomodasi yang proses pelaksanaannya
menggunakan paksaan. Pemaksaan terjadi bila satu pihak menduduki posisi kuat,
sedangkan pihak lain dalam posisi lemah.
 Arbitration adalah proses akomodasi yang proses pelaksanaannya menggunakan
pihak ketiga dengan kedudukan yang lebih tinggi dari kedua belah pihak yang
bertentangan. Penentuan pihak ketiga harus disepakati oleh dua pihak yang
berkonflik. Keputusan pihak ketiga ini bersifat mengikat.
 Mediation (mediasi) adalah menggunakan pihak ketiga yang netral untuk
menyelesaikan kedua belah pihak yang bertikai. Berbeda dengan arbitration,
keputusan pihak ketiga ini bersifat tidak mengikat.
 Concilation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan yang berselisih
agar tercapai persetujuan bersama. Biasanya dilakukan melalui perundingan
 Ajudication adalah penyelesaian perkara melalui pengadilan. Pada umumnya cara
ini ditempuh sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian konflik.
 Stalemate adalah suatu akomodasi semacam balance of power (politik
keseimbangan) sehingga kedua belah pihak yang berselisih sampai pada titik
kekuatan yang seimbang. Posisi itu sama dengan zero option (titik nol) yang
sama-sama mengurangi kekuatan serendah mungkin. Dua belah pihak yang
bertentangan tidak dapat lagi maju atau mundur.
 Segregasi adalah upaya saling memisahkan diri atau saling menghindar di antara
pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan.
 Gencatan senjata adalah penangguhan permusuhan atau peperangan dalam jangka
waktu tertentu. Masa penangguhan digunakan untuk mencari upaya penyelesaian
konflik di antara pihak-pihak yang bertikai.
c. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia dan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan
sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Biasanya unsur-
unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan
dam peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat seperti
komputer, handphone, mobil, dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan asing yang sulit
diterima adalah unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur kebudayaan
yang menyangkut ideologi, keyakinan, atau nilai tertentu yang menyangkut prinsip
hidup seperti paham komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain.
d. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi adalah usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara beberapa orang
atau kelompok serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya
tujuan bersama. Contoh asimilasi antar dua kelompok masyarakat adalah upaya untuk
membaurkan etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi.
2) Proses Interaksi Sosial Disosiatif
Proses Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang
menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara
lain sebagai berikut .
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba atau
bersaing antarindividu atau antarkelompok tanpa menggunakan ancaman atau
kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih
kuat. Contoh persaingan adalah saat siswa bersaing untuk mendapatkan peringkat
pertama atau pada saat berlangsungnya suatu pertandingan.
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
konflik. Bentuk kontravensi ada 5 yaitu :
 Kontravensi yang bersifat umum. Seperti penolakan, keengganan, gangguan
terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain, dan perbuatan kekerasan.
 Kontravensi yang bersifat sederhana. Seperti memaki-maki, menyangkal pihak
lain, mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran.
 Kontravensi yang bersifat intensif. Seperti penghasutan, penyebaran desas-desus,
dan mengecewakan pihak lain.
 Kontravensi yang bersifat rahasia. Seperti mengumumkan rahasia pihak lain dan
berkhianat.
 Kontravensi yang bersifat taktis. Seperti intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak
lawan, dan mengganggu atau membingungkan pihak lawan.
c. Konflik
Konflik adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia
berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik adalah :
 Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
 Berprasangka buruk kepada pihak lain
 Individu kurang bisa mengendalikan emosi
 Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok
 Persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi

2.5. Jenis-jenis Interaksi Sosial


Ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu:
1. Interaksi antara Individu dan Individu. Pada saat dua individu bertemu, interaksi sosial
sudah mulai terjadi. Walaupun kedua individu itu tidak melakukan kegiatan apa-apa,
namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan
adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masing-masing. Hal ini
sangat dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu, seperti bau minyak wangi atau bau
keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang berjalan dan hal lain yang bisa
mengundang reaksi orang lain.
2. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok. Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok
sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang
bersangkutan. Contohnya, permusuhan antara Indonesia dengan Belanda pada zaman
perang fisik.
3. Interaksi antara Individu dan Kelompok. Bentuk interaksi di sini berbeda beda sesuai
dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan antara
kepentingan perorangan dan kepentingan kelompok.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dapat disimpulkan


sebagai berikut.
1. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-
masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Terdapat stimulus
dan tanggapan manusia.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial antara lain, sugesti, imitasi,
identifikasi, simpati, empati, motivasi.
3. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan komunikasi.
4. Bentuk-bentuk interaksi sosial, antara lain proses asosiasi dan proses disosiasi.
5. Interaksi sosial sebagai wujud status dan peranan sosial

3.2. Saran

Marilah kita sebagai anak muda bangsa Indonesia untuk terus saling melakukan
banyak interaksi sosial tanpa melihat dengan pandangan suku, ras, agama ataupun dari segi
sudut pandang manapun.

Anda mungkin juga menyukai