Mengapa Allah mengutus Yesus pada waktu itu? Mengapa tidak lebih awal?
Mengapa bukan di kemudian hari?
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari
seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” (Galatia 4:4).
Ayat di atas menyatakan bahwa Allah Bapa mengutus AnakNya “setelah genap
waktunya.”
Ada banyak hal yang terjadi pada abad pertama, yang secara logika manusia,
membuat saat itu sebagai saat yang dianggap ideal untuk kedatangan Kristus.
Hal tersebut meliputi:
1. Di antara orang-orang Yahudi saat itu, ada antisipasi yang tinggi bahwa
Mesias akan datang. Penjajahan Roma atas Israel membuat orang-orang
Yahudi begitu mengharapkan kedatangan Mesias.
2. Roma telah menyatukan sebagian besar dunia di bawah pemerintahannya,
memberi kesan bersatu kepada berbagai wilayah. Lagipula, karena secara
umum kekaisaran itu cukup aman, maka orang-orang Kristen-mula-mula
dapat mengadakan perjalanan untuk mengabarkan Injil, di mana hal ini
tidak mungkin terjadi pada waktu yang berbeda.
3. Kalau Roma menaklukkan secara militer, maka Yunani menaklukkan
secara budaya. Bentuk bahasa Yunani yang “umum” (berbeda dari bahasa
Yunani klasik) merupakan bahasa perdagangan pada saat itu dan
digunakan di seluruh kekaisaran sehingga memungkinkan untuk
penginjilan kepada beraneka macam orang melalui bahasa yang umum itu.
4. Fakta bahwa banyak ilah berhala tidak mampu memberi mereka
kemenangan atas kekuasaan Roma menyebabkan banyak orang
membuang penyembahan berhala mereka. Pada saat yang sama, di kota-
kota yang lebih “berbudaya” filosofi Yunani dan ilmu pengetahuan pada
zaman itu, telah menyebabkan kekosongan rohani, sama halnya seperti
ketika atheisme dari pemerintahan Komunis menyebabkan kekosongan
rohani di masa kini.
5. Agama-agama mistis pada waktu itu menekankan allah-penyelamat dan
menuntut persembahan darah dari penyembahnya, sehinga menyebabkan
Injil Kristus yang hanya melibatkan satu korban persembahan utama dan
satu-satunya dipercaya oleh mereka. Orang-orang Yunani juga percaya
pada kekekalan jiwa (tetapi tidak percaya pada kekekalan tubuh).
6. Tentara Roma merekrut anggota pasukan dari provinsi-provinsi,
memperkenalkan orang-orang ini pada budaya Roma dan pada berbagai
ide (seperti misalnya Injil) yang belum sampai ke provinsi-provinsi yang
terpencil. Injil pada mulanya diperkenalkan ke Inggris oleh para tentara
Kristen yang berdinas di sana.
Dari konteks Galatia 3 dan 4, nyata bahwa Allah berusaha meletakkan landasan
bagi kedatangan Mesias melalui hukum Taurat orang Yahudi.
Daniel 9:24 Tujuh puluh kali tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas
kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa,
untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal,
untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang maha
kudus. 25 Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat firman itu keluar, yakni
bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai pada
kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, ada tujuh kali tujuh masa; dan
enam puluh dua kali tujuh masa lamanya kota itu akan dibangun kembali dengan
tanah lapang dan paritnya, tetapi di tengah-tengah kesulitan. 26 Sesudah keenam
puluh dua kali tujuh masa itu akan disingkirkan seorang yang telah diurapi,
padahal tidak ada salahnya apa-apa. Maka datanglah rakyat seorang raja
memusnahkan kota dan tempat kudus itu, tetapi raja itu akan menemui ajalnya
dalam air bah; dan sampai pada akhir zaman akan ada peperangan dan
pemusnahan, seperti yang telah ditetapkan. 27 Raja itu akan membuat perjanjian
itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada
pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban
santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai
pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu.
Kristus datang pada saat itu sebagai penggenapan dari nubuat khusus. Daniel
9:24-27 berbicara mengenai tujuh puluh “minggu” atau tujuh puluh “tujuh.” Dari
konteksnya, “minggu” dan “tujuh” itu merujuk pada kelompok tujuh tahun, bukan
tujuh hari. Ketika orang menganalisa sejarah dan menderetkan detil-detil dari
enam puluh sembilan minggu yang pertama (minggu ke tujuhpuluh akan terjadi
di kemudian hari). Perhitungan tujuh puluh minggu dimulai dengan “saat Firman
itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali” (ayat
25). Perintah ini diberikan oleh Artahsasta pada tahun 445 S.M. (lihat Nehemia
2:5). Setelah 7 “tujuh” ditambah 62 “tujuh” atau 69 x 7 tahun, dikatakan di Daniel
9:26 bahwa “...akan disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada
salahnya apa-apa. Maka datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan
tempat kudus itu, ..” dan akhirnya adalah “air bah” ; yang merujuk pada
kerusakan dahsyat.
Di sini kita mendapatkan rujukan yang amat jelas kepada kematian sang
Juruselamat di atas salib.
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk
karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib!" Galatia 3:13 (Image credit: www.alittleperspective.com)
Seabad yang lalu dalam bukunya, The Coming Prince, Sir Robert Anderson
memberikan kalkulasi detail mengenai enam puluh sembilan minggu tersebut,
dengan menggunakan “tahun-tahun nubuatan,” dengan memperhitungkan tahun
kabisat, kesalahan-kesalahan pada penanggalan, perubahan dari Tahun Sebelum
Masehi ke Tahun Masehi, dan sebagainya. Ia menyimpulkan bahwa enam puluh
sembilan minggu berakhir tepat pada hari di mana Yesus masuk ke Yerusalem
dengan megah, lima hari sebelum kematianNya (Yohanes 12:12-19).
Ada banyak nama yang diberikan kepada Yesus menggunakan kata "Ia akan
disebut" baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Ini adalah
cara yang umum untuk menyatakan bahwa orang akan merujuk kepada Yesus
dalam berbagai cara. Nabi Yesaya menubuatkan tentang Mesias, " dan namanya
disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja
Damai." (Yesaya 9: 6). Tak satu pun dari gelar-gelar tersebut menjadi nama Yesus ,
gelar-gelar tersebut adalah pejelasan yang digunakan orang untuk merujuk
kepada Yesus selama-lamanya.
Lukas mengatakan bahwa Yesus "akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya
takhta Daud, bapa leluhur-Nya," (Lukas 1:32) dan "akan disebut kudus, Anak
Allah" (Lukas 1:35), namun tidak satupun dari sebutan-sebutan ini dipakai menjadi
namaNya.
Di dua tempat yang berbeda, ketika mengacu pada Mesias yang akan datang,
nabi Yeremia berkata, "Dan ini adalah nama-Nya dengan yang Dia akan disebut,
YHWH, KEBENARAN KAMI"
Sekarang kita tahu bahwa Allah Bapa, bernama Yahweh. Yesus tidak pernah
benar-benar disebut Yahweh sebagai nama-Nya, tapi Peran-Nya adalah
membawa kebenaran Yahweh bagi mereka yang percaya kepada-Nya, Dia yang
tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam
Dia kita dibenarkan oleh Allah." 2 Korintus 5:21). Oleh karena itu, ini juga adalah
salah satu dari banyak gelar atau "nama" yang menjadi milik-Nya.
Dengan cara yang sama, pernyataan bahwa Yesus akan disebut "Imanuel"
berarti bahwa Yesus adalah Allah dan bahwa Dia diam di antara kita dalam
inkarnasi-Nya dan bahwa Dia selalu bersama kita. Yesus adalah Allah yang
menjadi manusia. Yesus adalah Tuhan yang diam di antara kita (Yohanes 1: 1 Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah, Yohanes 1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan
kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran).
Jadi namaNya adalah Yesus, tapi nama Yesus memiliki makna Imanuel yang
berarti "Allah menyertai/beserta kita." Imanuel adalah salah satu dari banyak
gelar bagi Yesus yang menjelaskan tentang siapa Yesus.
Pesan Injil mengucapkan 'Selamat Hari Natal', kiranya
damai sejahtera, kasih setia dan sukacita yang dari
Allah menyertai kita sekalian.
Ada banyak nubuat dalam Perjanjian Lama tentang Yesus Kristus. Beberapa
penafsir menyatakan ada ratusan nubuat Mesianik.
Nubuat Mesianik
Berikut ini adalah yang dianggap paling jelas dan paling penting.
Kemungkinan nubuat paling jelas tentang Yesus adalah seluruh pasal 53 dari kitab
Yesaya.
3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa
menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya
terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh
karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu
di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
"Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku
kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan
mukaku ketika aku dinodai dan diludahi."
Zakharia 12:10 menubuatkan "penikaman" atas sang Mesias, yang terjadi setelah
Yesus mati di kayu salib.
"Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud
dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang
telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal,
dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung."
Banyak contoh lagi yang dapat diberikan, tetapi bagian-bagian penting telah
mencukupi untuk menunjukan bahwa Perjanjian Lama dapat dipastikan
menubuatkan kedatangan Yesus sebagai Mesias.
Yesaya 7:14 : Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu
pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
Matius 1:23 : Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel --yang berarti:
Allah menyertai kita.
Lukas 1:26-35 :
26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah
kota di Galilea bernama Nazaret, 27 kepada seorang perawan yang bertunangan
dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. 28
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang
dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." 29 Maria terkejut mendengar perkataan itu,
lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. 30 Kata malaikat itu
kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di
hadapan Allah. 31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. 32 Ia akan
menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah
akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, 33 dan Ia
akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan
Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." 34 Kata Maria kepada malaikat itu:
"Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" 35 Jawab
malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang
Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu
akan disebut kudus, Anak Allah.
1. Sebagai jawaban atas pertanyaan Maria, (Kata Maria kepada malaikat itu:
"Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Lukas
1:34) malaikat Gabriel berkata: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. (Lukas 1:35).
2. Malaikat mendorong Yusuf untuk menikahi Maria dengan kata-kata ini:
“Sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Matius
1:20). Matius menjelaskan bahwa anak perawan itu “mengandung dari Roh
Kudus” (Matius 1:18). Kitab Galatia 4:4 juga secara jelas sekali mengajarkan
kelahiran dari seorang perawan, “Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari
seorang perempuan.”
Dari ayat-ayat itu, jelas kelahiran Yesus adalah hasil pekerjaan Roh Kudus dalam
tubuh Maria. Hal yang imaterial/bukan materi (Roh Kudus) dan hal yang materi
(kandungan Maria) sama-sama mengambil bagian. Tentunya Maria tidak dapat
menghamili dirinya sendiri, dan dalam konteks ini, dia hanyalah ”wadah.”
Inilah Inkarnasi, Allah menjadi manusia. Hanya Allah yang dapat melakukan
mukjizat inkarnasi ini.
Menyangkali adanya keterikatan fisik antara Maria dan Yesus sebagai ibu dan
anak, sama saja dengan menyangkali bahwa Yesus itu bukan betul-betul
manusia.
Yesus tidak dilahirkan dalam dosa, yang berarti Dia tidak memiliki dosa asal
Ibrani 7:26-27 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang
saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih
tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain,
yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan
sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu
kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai
korban.
Dari penjelasan Paulus, dosa asal tampak diwariskan dari satu generasi ke
generasi lainnya melalui ayah.
Roma 5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu
orang (Adam), dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar
kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa;
Roma 5:17-19 Sebab, jika oleh dosa satu orang (Adam), maut telah berkuasa oleh
satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan
kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena
satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran
(oleh Adam) semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu
perbuatan kebenaran (Kristus) semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.
Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang (Adam) semua orang telah
menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang (Yesus Kristus)
semua orang menjadi orang benar.
Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa ada 3 macam damai yang menjadi tujuan
Kristus datang ke dalam dunia:
1. Damai antara manusia berdosa dengan Allah (Efesus 5:11-18 2Korintus 5:18-19).
Ini hanya bisa tercapai melalui iman kepada Yesus (Roma 5:1 - “Sebab itu, kita
yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah
oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”).
Yesus datang pada Natal yang pertama dengan tujuan utama untuk
mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Untuk itu Ia mati disalib menebus
dosa manusia. Sekarang, kalau saudara mau berdamai dengan Allah, saudara
hanya perlu percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara!
Maukah saudara?
Ketiga damai di atas dipengaruhi oleh dosa! Kalau kita berbuat dosa, apalagi
dengan sengaja, maka:
Kesimpulan / penutup:
Bagi saudara-saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus,
berilah diri saudara diperdamaikan dengan Allah melalui iman kepada Kristus!
Mungkin saudara tidak merasa perlu berdamai dengan Allah, karena saudara
tidak pernah merasa bermusuhan dengan Allah. Tetapi ingat bahwa:
Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, semua kita lahir dalam keadaan berdosa
(dosa asal), dan ini menyebabkan sejak kita lahir, kita sudah ada di bawah
murka Allah (Efesus 2:1-3).
Setiap dosa yang kita lakukan, besar atau kecil, sengaja atau tidak, melalui
kata-kata, hati pikiran atau tingkah laku kita, menyakiti Allah yang maha
suci.
Karena itulah maka semua manusia membutuhkan perdamaian dengan Allah
melalui Yesus Kristus ini! Maukah saudara datang kepada Yesus?
Bagi saudara-saudara yang sudah percaya, rayakanlah Natal tahun ini dengan
suatu tekad untuk membuang semua dosa, supaya damai dengan Allah, damai
dalam hati, dan damai dengan sesama bisa makin ditingkatkan, dan dengan
demikian tujuan Yesus berNatal terwujud dalam hidup saudara. Maukah saudara?
GALATIA 4:4-5
“(4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah
mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang
perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia
diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada
hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”.
Calvin: “Let no man presume to be dissatisfied with the secret purpose of God, and
raise a dispute why Christ did not appear sooner” [= Jangan ada orang yang berani
untuk tidak puas dengan rencana rahasia dari Allah, dan memperdebatkan
mengapa Kristus tidak muncul lebih cepat] - hal 118.
William Hendriksen (hal 158) dan banyak penafsir lain berusaha memberikan
alasan mengapa Kristus datang pada saat itu, atau mengapa saat itu merupakan
saat yang terbaik.
Alasan-alasan yang dikemukakan adalah:
Pada saat itu ada penyebaran bahasa Yunani di seluruh dunia yang beradab.
b) Ini menunjukkan kekekalan dan keilahian dari Anak, dan juga menunjukkan
bahwa Anak dan Bapa adalah 2 pribadi yang berbeda (distinct).
Calvin: “The Son, who was sent, must have existed before he was sent; and this
proves his eternal Godhead” [= Anak, yang diutus, harus sudah ada sebelum Ia
diutus; dan ini membuktikan kekekalan keilahianNya] - hal 118.
Pulpit Commentary: “‘God sent forth his Son.’ These words imply the pre-existence as
well as the Divine nature of Christ. The Son existed as a Divine Person with God
before he came to be made of a woman. He was the eternal Son of God, as God the
Father is the eternal Father. They are two distinct Persons, else the one could not
send the other” [= ‘Allah mengutus AnakNya’. Kata-kata ini secara tidak langsung
menunjukkan keberadaan sebelumnya maupun hakekat ilahi dari Kristus. Anak
ada sebagai Pribadi Ilahi bersama Allah sebelum Ia datang untuk dijadikan dari
seorang perempuan. Ia adalah Anak yang kekal dari Allah, seperti Allah Bapa
adalah Bapa yang kekal. Mereka adalah 2 Pribadi yang berbeda, kalau tidak
maka yang satu tidak bisa mengutus yang lain] - hal 211.
C. H. Spurgeon: “He existed before he was born into this world; for God ‘sent’ his Son.
He was already in being or he could not have been ‘sent.’ And while he is one with
the Father, yet he must be distinct from the Father, and have a personality separate
from that of the Father, otherwise it could not be said that God sent his Son” [= Ia
ada sebelum Ia dilahirkan ke dalam dunia ini; karena Allah ‘mengutus’ AnakNya.
Ia sudah ada, karena kalau tidak maka Ia tidak bisa diutus. Dan sekalipun Ia
adalah satu dengan Bapa, tetapi Ia harus berbeda dari Bapa, dan mempunyai
kepribadian yang terpisah dari kepribadian Bapa, karena kalau tidak maka tidak
bisa dikatakan bahwa Allah mengutus AnakNya] - ‘Spurgeon’s Expository
Encyclopedia’, vol I, hal 99.
Catatan: dalam 2 kutipan terakhir, kata ‘berbeda’ diterjemahkan dari kata
bahasa Inggris ‘distinct’, bukan ‘different’!
C. H. Spurgeon: “Observe, concerning the first advent, that the Lord was moving in it
towards man. ... We moved not towards the Lord, but the Lord towards us. I do not
find that the world in repentance sought after its Maker. No; but the offended God
himself in infinite compassion broke the silence and came forth to bless his enemies.
See how spontaneous is the grace of God. All good things begin with him” [=
Perhatikan, mengenai kedatangan pertama, bahwa Tuhan bergerak di dalamnya
ke arah manusia. ... Kita tidak bergerak ke arah Tuhan, tetapi Tuhan ke arah kita.
Saya tidak mendapatkan bahwa dunia mencari Penciptanya dalam pertobatan.
Tidak; tetapi Allah yang disakiti, Ia sendiri, dalam belas kasihan yang tak terbatas,
memecahkan kesunyian dan datang untuk memberkati musuh-musuhNya.
Lihatlah betapa spontannya kasih karunia Allah. Semua hal-hal yang baik mulai
dengan Dia] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 98.
Bandingkan dengan Lukas 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang.’”.
2) ‘Lahir dari seorang perempuan’ (ayat 4).
KJV: ‘made of a woman’ [= dibuat / dijadikan dari seorang perempuan].
RSV: ‘born of woman’ [= dilahirkan dari perempuan].
NIV/NASB: ‘born of a woman’ [= dilahirkan dari seorang perempuan].
William Hendriksen: “the fact that he was now sent forth must mean that he now
assumed the human nature (John 1:14), which was wondrously prepared in the womb
of Mary by the Holy Spirit (Luke 1:35). Thus he now became, and would forever
remain, the possessor of two natures, the divine and the human, united indissolubly
in the one divine person” [= fakta bahwa Ia sekarang diutus harus berarti bahwa
sekarang Ia mengambil hakekat manusia (Yohanes 1:14), yang dipersiapkan secara
ajaib / menakjubkan dalam kandungan Maria oleh Roh Kudus (Lukas 1:35). Karena
itu sekarang Ia menjadi, dan akan tetap seperti itu selama-lamanya, pemilik dari
dua hakekat, ilahi dan manusiawi, bersatu secara tak terpisahkan dalam satu
pribadi ilahi] - hal 158.
Roma 5:18 - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh
penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang
beroleh pembenaran untuk hidup”.
1Korintus 15:21 - “Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia,
demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia”.
Ibrani 2 : - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging,
maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam
keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang
berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan
mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya
kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia
kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka
dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia
menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah
untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
C. H. Spurgeon: “The Son of God has come under the law. He was the Law-maker
and the Law-giver, and he is both the Judge of the law and the Executioner of the
law, and yet he himself came under the law” [= Anak Allah telah datang di bawah
hukum Taurat. Ia adalah Pembuat hukum Taurat dan Pemberi hukum Taurat, dan
Ia adalah Hakim dari hukum Taurat maupun Algojo dari hukum Taurat, tetapi Ia
sendiri datang di bawah hukum Taurat] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol
I, hal 100.
KJV: ‘To redeem them that were under the law, that we might receive the adoption
of sons’ [= Untuk menebus mereka yang ada di bawah hukum Taurat, supaya kita
bisa menerima pengadopsian sebagai anak].
a) Pembebasan dari hukum Taurat dan penerimaan sebagai anak tidak terjadi
secara otomatis, tetapi melalui iman kepada Kristus.
Galatia 3:26 - “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam
Yesus Kristus”.
Ingat bahwa kita tidak diterima sebagai anak karena kita dibaptis, pergi ke
gereja, membuang dosa, melakukan perbuatan baik, dan sebagainya. Kita
diterima sebagai anak karena kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat kita. Sudahkah saudara percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat?
b) Pembebasan dari hukum Taurat tidak berarti bahwa kita tidak perlu lagi
mentaati hukum Taurat. Kita tetap harus mentaati hukum Taurat, tetapi bukan
sebagai suatu jalan keselamatan.
Alan Cole (Tyndale): “We are redeemed from the law itself, seen as a system of
attempted self-justification” [= Kita ditebus dari hukum Taurat itu sendiri, yang
dilihat sebagai suatu sistim yang mengusahakan pembenaran diri sendiri] - hal 116.
Calvin: “Christ the Son of God, who might have claimed to be exempt from every
kind of subjection, became subject to the law. Why? He did so in our room, that he
might obtain freedom for us” [= Kristus Anak Allah, yang bisa / boleh mengclaim /
menuntut untuk bebas dari setiap jenis ketundukan, menjadi tunduk kepada
hukum Taurat. Mengapa? Ia melakukan itu di tempat kita, supaya Ia
mendapatkan kebebasan bagi kita] - hal 118-119.
Calvin: “the exemption from the law which Christ has procured for us does not imply
that we no longer owe any obedience to the doctrine of the law, and may do
whatever we please; for the law is the everlasting rule of a good and holy life” [=
pembebasan dari hukum Taurat yang didapatkan oleh Kristus bagi kita tidak
berarti bahwa kita tidak lagi berhutang ketaatan kepada ajaran dari hukum
Taurat, dan boleh melakukan apapun yang kita senangi; karena hukum Taurat
merupakan peraturan kekal untuk suatu kehidupan yang baik dan kudus] - hal
119.
C. H. Spurgeon: “Christ came, we are told next, to redeem those who were under the
law; that is to say, the birth of Jesus, and his coming under the law, and his fulfilling
the law, have set all believers free from it as a yoke of bondage. None of us wish to
be free from the law as a rule of life; we delight in the commands of God, which are
holy, and just, and good. We wish that we could keep every precept of the law,
without a single omission or transgressions. Our dearest desire is for perfect holiness;
but we do not look in that direction for our justification before God” [= Kita diberi
tahu selanjutnya bahwa Kristus datang untuk menebus mereka yang berada di
bawah hukum Taurat; artinya, kelahiran Yesus, dan kedatanganNya di bawah
hukum Taurat, dan penggenapanNya terhadap hukum Taurat, telah
membebaskan semua orang percaya dari hukum Taurat sebagai kuk perhambaan.
Tidak ada dari kita yang ingin untuk bebas dari hukum Taurat sebagai peraturan
kehidupan; kita menyenangi perintah-perintah Allah, yang adalah kudus, dan
benar / adil, dan baik. Kita ingin untuk bisa mentaati setiap ajaran / perintah dari
hukum Taurat, tanpa satupun penghapusan atau pelanggaran. Kita sangat
menginginkan kekudusan yang sempurna; tetapi kita tidak melihat ke arah itu
untuk pembenaran kita di hadapan Allah] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’,
vol I, hal 102.
Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tangan-Ku. Yohanes 10:28.
C. H. Spurgeon: “I know how a base heart can make mischief out of this; but I
cannot help it; the truth is the truth. Will a child rebel because he will always
be a child? Far from it; it is this which makes him feel love in return. The true
child of God is kept from sin by other and better forces than a slavish fear of
being turned out of doors by his Father. If you are under the covenant of
works, then, mind you, if you do not fulfil all righteousness you will perish: if
you are under that covenant, unless you are perfect you are lost; one sin will
destroy you, one sinful thought will ruin you. If you have not been perfect in
your obedience, you must take your wages and be gone. If God deals with
you according to your works, there will be nothing for you but, ‘Cast out this
bondwoman and her son.’ But if you are God’s child, that is a different
matter; you will still be his child even when he corrects you for your
disobedience” [= Saya tahu bahwa suatu hati yang hina bisa membuat
kejahatan dari hal ini; tetapi aku tidak bisa berbuat lain; kebenaran adalah
kebenaran. Apakah seorang anak memberontak karena ia tahu bahwa ia
akan selalu merupakan seorang anak? Jauh dari itu; justru hal itulah yang
membuatnya merasa dikasihi. Seorang anak yang sejati dari Allah dijaga /
dicegah dari dosa oleh kekuatan-kekuatan lain dan lebih baik dari pada
rasa takut seorang budak tentang pengusiran oleh Bapanya. Jika engkau
ada di bawah perjanjian perbuatan baik, maka ingatlah bahwa jika
engkau tidak menggenapi seluruh kebenaran, engkau akan binasa: jika
engkau ada di bawah perjanjian itu, kecuali engkau sempurna, engkau
akan terhilang; satu dosa akan membinasakan engkau, satu pikiran
berdosa akan menghancurkan engkau. Jika engkau tidak sempurna dalam
ketaatanmu, engkau harus mengambil upahmu dan pergi. Jika Allah
memperlakukanmu sesuai dengan perbuatan baikmu, maka tidak akan
ada apapun untukmu kecuali kata-kata ‘Usirlah hamba perempuan itu
beserta anaknya’. Tetapi jika engkau adalah anak Allah, maka itu
merupakan persoalan yang lain; engkau akan tetap merupakan anakNya
bahkan pada saat Ia mengkoreksimu untuk ketidak-taatanmu] -
‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 103-104.
Catatan: kutipan diambil dari kata-kata Sara dalam Kejadian 21:10, yang
disetujui oleh Allah (Kejadian 21:12).
C. H. Spurgeon: “Love is a master force, and he that feels its power will hate
all evil. The more salvation is seen to be all of grace, the deeper and more
mighty is our love, and the more does it work towards that which is pure and
holy” [= Kasih adalah kekuatan utama, dan ia yang merasakan kuasanya
akan membenci semua kejahatan. Makin keselamatan terlihat seluruhnya
dari kasih karunia, makin hal itu bekerja ke arah apa yang murni dan
kudus] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 104.
C. H. Spurgeon: “Do not say, ‘The Lord will cast me away unless I do this and
that.’ Such talk is of the bondswoman and her son; but it is very unseemly in
the mouth of a true-born heir of heaven. Get it out of your mouth. If you are
a son you disgrace your Father when you think that he will repudiate his own;
you forget your spiritual heirship and liberty when you dread a change in
Jehovah’s love. It is all very well for a mere babe to talk in that ignorant
fashion, and I don’t wonder that many professors know no better, for many
ministers are only half-evangelical; but you that have become men in Christ,
and know that he has redeemed you from the law, ought not to go back to
such bondage” [= Jangan berkata: ‘Tuhan akan membuang aku kecuali aku
melakukan ini dan itu’. Kata-kata seperti itu adalah kata-kata dari hamba
perempuan dan anaknya; tetapi sangat tidak cocok dalam mulut dari
pewaris surga yang betul-betul dilahirkan (kembali). Buanglah kata-kata
itu dari mulutmu. Jika engkau adalah anak, engkau memalukan Bapamu
pada saat engkau berpikir bahwa Ia akan menolak untuk mengakui
milikNya; engkau melupakan ke-pewaris-an dan kebebasan rohanimu
pada waktu engkau takut terhadap suatu perubahan dalam kasih Yehovah.
Boleh saja seorang bayi berbicara dengan cara yang bodoh itu, dan aku
tidak heran bahwa banyak profesor yang tidak lebih tahu, karena banyak
pendeta hanya setengah injili; tetapi engkau yang telah menjadi orang-
orang dalam Kristus, dan tahu bahwa Ia telah menebusmu dari hukum
Taurat, tidak seharusnya kembali pada perhambaan seperti itu] -
‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 104.
C. H. Spurgeon: “My God is my Father, ... I am not afraid of him, but I delight
in him, for nothing can separate me from him” [= Allahku adalah Bapaku, ...
Aku tidak takut kepadaNya, tetapi senang kepadaNya, karena tidak ada
yang bisa memisahkan aku dari Dia] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’,
vol I, hal 104.
Penutup.
Keselamatan memang tidak bisa hilang. Tetapi sudahkan saudara diselamatkan?
Kalau belum, datanglah kepada Kristus dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan
Juruselamat saudara!
Penjelasan Perbedaan Garis Silsilah Yesus dalam Injil Matius dan Injil
Lukas
Silsilah Yesus dijelaskan dalam dua bagian di Alkitab, Matius pasal 1 dan Lukas
pasal 3 ayat 23-38. Matius menelusuri silsilah dari Yesus sampai Abraham. Lukas
menelusuri silsilah dari Yesus sampai kepada Adam.
Kelihatannya ada alasan kuat untuk menganggap bahwa Matius dan Lukas
menelusuri silsilah-silsilah yang berbeda. Misalnya, Matius mencantumkan Yakub
sebagai sebagai ayah Yusuf (Matius 1:16), sementara Lukas mengatakan bahwa
ayah Yusuf adalah Eli (Lukas 3:23).
Matius menelusuri garis keturunan melalui Salomo, anak Daud (Matius 1:6),
sementara Lukas menelusuri garis keturunan melalui Natan, anak Daud (Lukas
3:31). Di antara Daud dan Yesus, nama yang sama dalam silsilah yang ditulis Matius
dan Lukas tersebut adalah Sealtiel dan Zerubabel (Matius 1:12; Lukas 3:27).
Meskipun bisa saja seperti penjelasan diatas, namun pandangan ini tidak
dimungkinkan. Karena jika harus menjelaskan adanya 'pernikahan kelewian',
maka setiap generasi dari Daud sampai kepada Yesus tentunya akan memiliki
“pernikahan kelewian” yang harus dijelaskan untuk dapat menjelaskan perbedaan
di setiap generasi. Maka pendapat / teori ini sangatlah tidak memungkinkan.
2
Penjelasan kedua, kebanyakan sarjana Alkitab menganggap Lukas mencatat
silsilah Maria, sementara Matius mencatat silsilah Yusuf. Matius mengikuti garis
keturunan Yusuf (ayah Yesus secara hukum), melalui Salomo, anak Daud,
sementara Lukas mengikuti garis keturunan Maria (keluarga Yesus secara darah),
melalui Natan, anak Daud.
Karena dalam bahasa Yunani tidak ada kata untuk “menantu laki-laki,” dan
maka Yusuf dapat dianggap sebagai anak Eli melalui pernikahan dengan putri Eli,
Maria.