I.Pengantar
Pasal 19
Pasal 19
Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat dengan tidak mendapatkan gangguan;
1. Setiap orang berhak untuk menyatakan pendapat atau mengungkapkan
diri, dalam hal ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan
memberi informasi/keterangan dan segala macam gagasan tanpa
memperhatikan pembatas-pembatasan, baik secara lisan maupun tulisan
atau tercetak, dalam bentuk seni, atau sarana lain menurut pilihannya
sendiri;
2. .Pelaksanaan hak-hak yang diberikan dengan ayat 2 pasal ini membawa
berbagai kewajiban dan tanggungjawabnya sendiri. Maka dari itu dapat
dikenakan pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi hal demikian hanya
boleh ditetapkan dengan undang-undang dan sepanjang keperluan
untuk:
a. Menghormati hak-hak dan nama baik orang lain;
b. Menjaga keamanan nasional atau ketertiban umum atau
kesehatan atau kesusilaan umum.
Pasal 10 Konvensi Eropa tentang Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1950 yang
menyatakan:
Pasal10
(1). Setiap orang berhak atas kebebasan untuk mengutarakan pendapat. Hak ini
harus mencakup kebebasan berpendapat dan kebebasan untuk menerima dan
memberikan keterangan tanpa campur tangan suatu instansi (badan) umum dan
tanpa mengindahkan perbatasan-perbatasan. Pasal ini tidak akan menghalangi
suatu negara untuk memberikan syarat ijin usaha untuk penyiaran, televisi dan
bioskop.
(2). Pelaksanaan segala kebebasan ini, karena membawa berbagai kewajiban
dan tanggungjawab masing-masing, harus mengikuti formalitas, persyaratan
atau pidana, yang diatur dengan undang-undang dan diperlukan dalam suatu
masyarakat demokrasi demi kepentingan keamanan, integritas/kedaulatan
wilayah atau keselamatan umum; untuk mencegah kekacauan atau kejahatan,
menjaga kesehatan atau kesusilaan umum, melindungi nama baik atau hak
orang lain, menghalangi pengungkapan keterangan yang telah diterima sebagai
rahasia, atau guna mempertahankan kekuasaan dan kenetralan peradilan.
Terdapat dua tempat yang mengaturnya yaitu dalam ketentuan pidana dan
administrasi.
Pertama, pers berurusan dengan alam pikiran warga masyarakat. Alasan itu
menyebabkan pemerintah (penguasa) berkeinginan untuk menguasai pers
dengan maksud untuk menguasai alam pikiran dari warga masyarakat.
2.Penghapusan Pasal 154 dan Pasal 155 KUHP = Pasal 247 dan Pasal 248 R.
KUHP Nasional karena adanya amandemen terhadap Pasal 28 Undang-undang
Dasar 1945
Pasal 28 E
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 J
(1)Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2)Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis. (huruf miring dari penulis).
·Memperhatikan isi dari Pasal 28 J (rumusan Pasal 28J (2) sama isinya dengan
Pasal 33 UUDS dan mirip rumusannya dengan Pasal 32 (1) Konstitusi RIS), ini
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan ketentuan-ketentuan
sebelumnya yaitu mulai dari Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 I. Hal tersebut
disebabkan mulai dari Pasal 28 A sampai dengan I berisi apa saja yang
menjadi hak asasi manusia. Sedang Pasal 28 J adalah sampai sejauh mana atau
apa yang menjadi batas dari pelaksanaan hak asasi manusia tersebut.
·Pasal 154 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP (Pasal 284 Rancangan
Kitab Undang-undang Hukum Pidana R. KUHP), adalah pasal-pasal yang
memenuhi kriteria menurut Pasal 28 J (2) sebagai ketentuan yang tidak dapat
dijadikan sebagai aturan yang membatasi pelaksanaan hak asasi manusia.
Dengan alasan sebagai berikut.
·Pertama, sebagai obyek, korban atau yang dituju dari tindak pidana yang
diatur dalam Pasal 154 atau Pasal 284 R. KUHP Nasional adalah pemerintah
yang berarti bukan orang;
·Kedua, “legal spirit” dari ketentuan tersebut adalah menjadikan orang untuk
tidak merdeka dalam menjalankan haknya menyatakan pendapat sebagai salah
satu hak asasi manusia sebagai bagian dari arti adanya demokrasi. (rusamu)
. PELANGGARAN
Walaupun pers dituntut harus selalu tunduk dan taat kepada Kode Etik
Jurnalistik, pers ternyata bukanlah malaikat yang tanpa kesalahan. Data yang
ada menunjukkan bahwa pada suatu saat pers ada kalanya melakukan
kesalahan atau kekhilafan sehingga melanggar Kode Etik Jurnalistik.
Contoh-Contoh Kasus
1. Sumber Imajiner
Sumber berita dalam liputan pers harus jelas dan tidak boleh fiktif. Satu
harian di Medan melaporkan bahwa dalam suatu kasus dugaan korupsi di
Partai Golkar Sumatera Utara, Kepolisian Daerah Sumut telah mengeluarkan
Surat Perintah Penghentian Penyelidikan (SP3). Menurut harian ini, sumber
berita adalah Komisaris Besar A. Nainggolan dari Hubungan Masyarakat
Polda Sumut yang diumumkan dalam sebuah konferensi pers. Ternyata
pertemuan itu tidak pernah ada. Begitu pula petugas humas yang dimaksud
itu juga tidak pernah mengeluarkan pernyataan seperti itu. Dengan kata lain,
sumber beritanya fiktif.
Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan harian ini
karena telah membuat berita dengan sumber imajiner alias tidak ada atau
fiktif.
Sesuai dengan asas moralitas, menurut Kode Etik Jurnalistik, masa depan
anak-anak harus dilindungi. Oleh karena itu, jika ada anak di bawah umur,
baik sebagai pelaku maupun korban kejahatan kesusilaan, identitasnya harus
dilindungi.
Masih di Medan, satu harian lainnya menemukan adanya pencabulan atau
pelecehan seksual oleh seorang pejabat setempat terhadap seorang anak di
bawah umur. Koran ini sampai tiga kali berturut-turut menurunkan berita
tersebut. Di judul berita pun nama korban susila di bawah umur itu disebut
dengan jelas. Tidak hanya itu. Selain memuat identitas berupa nama korban,
foto korban pun terpampang dengan jelas dan menonjol karena ingin
membuktikan bahwa kejadian itu memang benar.
Pemuatan nama dan pemasangan foto korban susila di bawah umur inilah
yang melanggar Kode Etik Jurnalistik.
Begitu pula off the record tidak berlaku bagi informasi yang sudah menjadi
rahasia umum.
Satu lagi, terdapat tradisi jurnalis bahwa off the record tidak berlaku untuk
opini. Dengan kata lain, off the record lebih diutamakan untuk hal-hal yang
berkaitan dengan data dan fakta. Tetapi, kalau wartawan sudah bertemu
dengan narasumber yang menyatakan keterangannya off the record, ia terikat
dengan kesepakatan ini. Apabila keterangan off the record disiarkan juga,
maka seluruh berita tersebut menjadi tangggung jawab wartawan atau pers
yang bersangkutan. Dalam hal ini narasumber dibebaskan dari segala beban
tangung jawab karena pada prinsipnya keterangan off the recordharus
dipandang tidak pernah dikeluarkan oleh narasumber untuk disiarkan.
Pemberitaan sesuatu yang off the recordsepenuhnya menjadi tangung jawab
pers yang menyiarkannya.
Tetapi, justru inilah yang tidak dilakukan oleh wartawan satu harian di
Yogyakarta. Seorang narasumber dari kantor Telekomunikasi setempat
mengungkapkan bahwa ada pungutan tidak resmi oleh Asosiasi Warung
Telepon di Yogyakarta antara Rp5 juta – Rp25 juta. Keterangan tersebut
dengan jelas dan tegas dinyatakan sebagai off the record. Tetapi, ternyata
oleh wartawan surat kabar ini keterangan tersebut tetap disiarkan. Ini jelas
merupakan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik, yakni menyiarkan berita yang
sebenarnya off the record.
Ketidakpahaman terhadap makna off the record juga terjadi pada wartawan
satu terbitan pers di Surabaya. Suatu saat adabriefingdari seorang petinggi
Tentara Nasional Indonesia tentang berbagai hal yang dinilai sensitif bagi
perkembangan pertahanan dan keamanan negara. Perwira tinggi itu sebelum
memulai keterangannya sudah mengatakan bahan-bahan yang diberikannya
bersifat off the record. Apa yang kemudian terjadi? Salah seorang wartawan
yang hadir di sana memberitakan seluruh isi briefing tersebut dengan
lengkap. Malahan di bagian akhir laporannya diberitakan bahwa keterangan
itu bersifat off the record.
A. PENGERTIAN PERS
Secara etimologis, kata Pers (Belanda) atau Press (Inggris), atau Presse
(Prancis) semuanya berasal dari bahasa latin, Perssare dari kata Premere yang
berarti “Tekan” atau “Cetak”. Secara terminologis, Pers adalah media massa
cetak atau media cetak.
5. Kustadi Suhandang
Pers adalah seni atau keterampilan mebcari, mengumpulkan, mengolah,
menyusun, dan menyajikan, berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari
secara indah, dalm rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayak.
6. Wilbur Schramm
Dalam bukunya Four Theories of the pers, ia mengemukakan 4 teori
terbesar pers yaitu the authotarian, the libertarian, the social responsibility dan the
soviet communist theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian
pers sebagai pengamat, guru, dan forum yang menyampaikan pandangannya
tentang banyak hal yang mengemuka ditengah-tengah masyarakat.
7. McLuhan
Pers sebagai the extended man, yaitu yang menghubungkan satu tempat
dengan tempat lain dan peristiwa satu dengan peristiwa lain pada moment yang
bersamaan
Ada tiga hal yang menyebabkan pers sangat menentang adanya proses
penyensoran, yaitu sensor melanggar hak alamiah manusia untuk berekspresi
dengan bebas, sensor bisa menguntungkan salah satu pihak dengan
mengorbankan kepentingan masyarakat dan sensor menghalangi masyarakat
untuk mencari kebenaran.
Artikel Penunjang : Perkembangan dan Kebebasan PERS di Indonesia
3. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial
Teori ini muncul pada abad ke-20 di Amerika Serikat. Asumsi yang
mendasari teori ini adalah bahwa kebebasan itu juga mengandung tanggung
jawab yang sepadan, di mana pers memiliki tanggung jawab untuk
menginformasikan, mendidik, dan memajukan masyarakat. Dan di sini, media
berperan dalam mengindikasikan sebuah cerminan tentang keanekaragaman
dalam masyarakat dan juga sebagai akses untuk melihat dari berbagai sudut
pandang. Sehingga, opini masyarakat, etika, dan reaksi konsumen lah yang
menjadi kontrol atas kinerja pers. Selain itu, tak jarang terjadi munculnya konflik
yang dapat membawa masyarakat ke forum diskusi untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
Di Amerika Serikat, amandemen pertama dalam konstitusi AS tahun
1774 telah melarang pemerintah atau negara untuk membuat aturan yang
membatasi atau menghalangi kebebasan pers. Dan komisi kebebasan pers yang
dimiliki oleh AS telah memberikan daftar materi yang harus diperhatikan sebagai
kewajiban pers terhadap masyarakat, yaitu adanya berita yang bersifat informatif,
mengandung kebenaran, keakuratan, objektifitas, dan memiliki komposisi yang
seimbang atau proporsional.
Ada enam tugas pokok yang harus dilakukan oleh pers dalam ini, yaitu :
Melayani sistem politik dengan menyediakan informasi, diskusi, dan perdebatan
dalam masyarakat.
Memberi penerangan agar masyarakat dapat mengambil sikap atas fenomena yang
terjadi di sekelilingnya.
Menjaga hak perorangan dengan cara mengawasi jalannya pemerintahan.
Melayani sistem ekonomi melalui penayangan iklan untuk mempertemukan penjual
dengan pembeli secara tidak langsung.
Hiburan
Mengupayakan biaya sendiri agar tidak tergantung terhadap orang atau kelompok
tertentu.
C. FUNGSI PERS
Menurut Mochtar Lubis, pers yang ada di negara berkembang
mempunyai lima fungsi pers, yaitu :
Fungsi pemersatu
Fungsi mendidik
Fungsi public wact dog atau kepentingan umum
Fungsi penghapus mitos dan mistik
Fungsi sebagai forum berbicara masalah politik
Fungsi pers secara umum dapat dibagi dalam beberapa bidang yaitu
:
1. Fungsi kontrol
yaitu melalui karya-karya tercetaknya dengan segala isi, baik langsung
atau pun tidak langsung dengan sifat keterbukaannya dan membantu masyarakat
meningkatkan budayanya.
2. Fungsi penghubung
Melalui pers akan tumbuh saling pengertian atau dapat pula digunakan
oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk menumbuhkan kontak antar
manusia agar tercipta saling pengertian dan saling tukar pandangan bagi
perkembangan dan kemajuan hidup manusia.
3. Fungsi pendidikan
Melalui rubrik-rubrik dan kolom-kolom tertentu seperti tajuk
rencana,pikiran pembaca, pojok dan lain-lain, merupakan suatu ruang untuk
memberikan pandangan atau pikiran kepada khalayak pembaca.
5. Fungsi Ekonomi
Pers dapat memanfaatkan keadaan disekitarnya sebagi nilai jual sehingga
pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil
produksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.
6. Media Informasi
Pers memberi dan menyediakan informasi tentang pristiwa yang terjadi
pada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena butuh informasi.
Nah itulah postingan kali ini tentang PERS, semoga ilmunya dapat
bermanfaat. Jika masih ada yang belum dimengerti silahkan sahabat tanyakan
melalui kotak komentar di bawah ini, kami akan berusaha merespon degan cepat
dan tepat. Terimakasih telah berkunjung di softilmu, jangan lupa like dan
komentarnya ya