Merujuk pada persamaan Henderson-Hasselbalch, bahwa asidosis terjadi ketika rasio HCO3-
terhadap CO2 dalam cairan ekstrasel menurun, sehingga menyebabkan penurunan pH. Bila
rasio ini menurun akibat penurunan HCO3- , asidosis yang terjadi disebut asidosis metabolik.
Bila pH turun karena peningkatan PCO2, asidosis yang terjadi disebut asidosis respiratorik.
Asidosis respiratorik dan metabolik menyebabkan penurunan rasio HCO3- terhadap H+ dalam
cairan tubulus ginjal. Akibatnya, terdapat kelebihan H+ di dalam tubulus ginjal, menyebabkan
reabsorpsi HCO3- yang menyeluruh dan masih menyisakan ion H+ tambahan yang tersedia
untuk bergabung dengan dapar urin, NH4+ dan HPO4+ . Jadi, pada asidosis, ginjal
mereabsorpsi semua HCO3- yang difiltrasi dan menyumbangkan HCO3- baru melalui
pembentukan NH4 dan asam yang dapat dititrasi.
Pada asidosis metabolik, kelebihan H+ melebihi HCO3- yang terjadi di dalam cairan
tubulus secara primer disebabkan penurunan filtrasi HCO3-. Penurunan filtrasi HCO3- ini
terutama disebabkan oleh penurunan konsentrasi HCO3- cairan ekstrasel.
Pada asidosis respiratorik, kelebihan H+ di dalam cairan tubulus terutama diakibatkan
oleh peningkatan PCO2 cairan ekstrasel, yang merangsang sekresi H+.
Pada asidosis kronis, tanpa menghiraukan apakah asidosis bersifat respiratorik atau
metabolik, terdapat peningkatan produksi NH4+, yang selanjutnya turut berperan
menyebabkan ekskresi H+ dan penambahan HCO3- baru ke dalam cairan ekstrasel. Pada
asidosis kronis yang berat, sebanyak 500 mEq/hari H+ dapat diekskresikan dalam urin,
terutama dalam bentuk NH4+; hal ini kemudian turut berperan menyebabkan penambahan
HCO3- baru ke dalam darah sampai 500 mEq/hari.
Asidosis respiratorik
Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolik
Alkalosis metabolik
Kejadian primer ditunjukkan oleh panah yang rangkap. Perhatikan bahwa gangguan asam-basa
respiratorik diawali dengan peningkatan atau penurunan PCO2, sedangkan gangguan metabolic
diawali dengan peningkatan atau penurunan HCO3-
Tabel di atas merangkum ciri-ciri asidosis respiratorik dan metabolik, dan juga ciri-
ciri alkalosis respiratorik dan metabolik, yang akan dibahas pada bagian berikutnya.
Perhatikan bahwa pada asidosis respiratorik, terdapat penurunan pH, peningkatan konsentrasi
H+ cairan ekstrasel, dan peningkatan PCO2, yang merupakan penyebab awal asidosis.
Respons kompensasi adalah peningkatan HCO3- plasma, yang disebabkan oleh penambahan
bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel oleh ginjal. Peningkatan HCO3- membantu
mengimbangi peningkatan PCO2 , sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.
Pada asidosis metabolik, juga terdapat penurunan pH dan peningkatan konsentrasi H+
cairan ekstrasel. Akan tetapi, pada keadaan ini, abnormalitas primernya adalah penurunan
HCO3- plasma. Kompensasi primernya meliputi peningkatan kecepatan ventilasi, yang
mengurangi PCO2 dan kompensasi ginjal, yang dengan menambahkan bikarbonat baru ke
cairan ekstrasel, membantu memperkecil penurunan awal konsentrasi HCO3- ekstrasel.
Respon kompensasi terhadap alkalosis pada dasarnya berlawanan dengan respons yang
terjadi pada asidosis. Pada alkalosis, rasio HCO3- terhadap CO2 di dalam cairan ekstrasel
meningkat, menyebabkan peningkatan pada pH (penurunan konsentrasi H+), seperti yang
terbukti dari persamaan Henderson-Hasselbalch.
Tanpa memperhatikan penyebab alkalosis, baik akibat gangguan metabolik atau respiratorik,
masih terdapat suatu peningkatan rasio HCO3- terhadap H+ di dalam cairan tubulus ginjal.
Efek akhir dari mekanisme kompensasi ini adalah kelebihan HCO3- yang tidak dapat
direabsorbsi dari tubulus dan, oleh karena itu, diekskresikan dalam urin. Jadi, pada alkalosis,
HCO3- dikeluarkan dari cairan ekstrasel melalui ekskresi ginjal, yang mempunyai efek yang
sama seperti dengan penambahan H+ pada cairan ekstrasel. Ini membantu mengembalikan
konsentrasi H+ dan pH kembali normal.
Pada tabel sebelumnya menunjukkan seluruh ciri-ciri alkalosis respiratorik dan
metabolik. Pada alkalosis respiratorik, terdapat peningkatan pH cairan ekstrasel dan
penurunan konsentrasi H+. Penyebab alkalosis adalah penurunan PCO2 plasma, yang
disebabkan oleh hiperventilasi. Pengurangan PCO2 kemudian menimbulkan penurunan
kecepatan sekresi H+ oleh tubulus ginjal. Penurunan sekresi H+ mengurangi jumlah H+ dalam
cairan tubulus ginjal. Akibatnya, jumlah H+ tidak cukup untuk bereaksi dengan semua HCO3-
yang difiltrasi. Oleh karena itu, HCO3- yang tidak dapat bereaksi dengan H+, tidak
direabsorbsi dan diekskresikan dalam urin. Hal ini menghasilkan penurunan konsentrasi
HCO3- plasma dan koreksi terhadap alkalosis. Oleh karena itu, respons kompensasi terhadap
pengurangan PCO2 primer pada alkalosis respiratorik adalah pengurangan konsentrasi HCO3-
plasma, yang disebabkan oleh peningkatan ekskresi HCO3- oleh ginjal.
Pada alkalosis metabolik, juga terdapat peningkatan pH plasma dan penurunan
konsentrasi H+. Akan tetapi, penyebab alkalosis metabolik adalah peningkatan konsentrasi
HCO3- cairan ekstrasel. Keadaan ini dikompensasi sebagian oleh pengurangan kecepatan
pernapasan, yang meningkatkan PCO2 dan membantu mengembalikan pH cairan ekstrasel ke
normal. Selain itu, peningkatan konsentrasi HCO3- dalam cairan ekstrasel menimbulkan
peningkatan muatan HCO3- yang difiltrasi, yang kemudian menyebabkan kelebihan HCO3-
melebihi H+ yang disekresikan dalam cairan tubulus ginjal. Kelebihan HCO3- di dalam cairan
tubulus gagal direabsorbsi karena tidak ada H+ untuk bereaksi dengan HCO3- , dan oleh
karena itu kelebihan HCO3- diekskresikan dalam urin. Pada alkalosis metabolik, kompensasi
utamanya adalah penurunan ventilasi, yang meningkatkan PCO2 dan peningkatan ekskresi
HCO3- oleh ginjal, yang membantu mengompensasi peningkatan awal konsentrasi HCO3-
cairan ekstrasel.