Anda di halaman 1dari 3

Pola Makan Pengguna Terapi Peritoneal Dialysis

Pengguna terapi peritoneal dialysis memerlukan makanan berprotein tinggi guna melawan infeksi.
Dikarenakan sejumlah protein terbawa cairan dialisis pada saat cairan tersebut dikeluarkan. Sehingga
diperlukan protein lebih banyak guna menggantikan protein yang hilang terbawa cairan dialysis. Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan protein tidak terserap oleh tubuh:

Semakin besar kandungan dextrose pada cairan dialysis (4,25%) semakin banyak protein yang hilang.

Jika terjadi infeksi dapat menyebabkan kehilangan protein juga.

Selain memerlukan protein tinggi ada beberapa kandungan zat yang perlu di batasi, dikarenakan ada
sejumlah produk sisa di dalam darah yang tidak dapat terbuang dengan sempurna selama dialysis
peritoneal. Produk sisa tersebut adalah:

Fosfor

Ketika ginjal tidak dapat mengeluarkan kelebihan fosfor, maka fosfor akan menumpuk pada tubuh anda.
Dalam jangka waktu yang lama fosfor akan menyebabkan tulang lebih rapuh dan mudah patah, fosfor
banyak terdapat pada kacang-kacangan, ikan, dan produk susu.

Kalium

Merupakan elektrolit yang dibutuhkan untuk fungsi syaraf dan otot yang baik. Ginjal yang tidak
berfungsi dengan baik akan sulit untuk membuang kelebihan kalium. Kelebihan dan kekurangan dalam
kalium dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan sering kram. Dan kadar kalium yang tinggi dapat
membahayakan jantung. Perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran hijau yang
mengandung kalium tinggi seperti pisang, jambu biji, pepaya, tomat, kentang dan kacang-kacangan.
Sebaiknya hindari garam diet dikarenakan mengandung kalium tinggi.

Natrium

Adalah elektrolit yang berperan dalam mengontrol cairan dan tekanan darah di dalam tubuh. Saat ginjal
tidak berfungsi, ginjal tidak dapat mengeluarkan natrium yang berlebih sehingga tetap berada dalam
jaringan bersama dengan air. Asupan natrium dan garam yang tinggi menyebabkan tubuh menahan air
dan tekanan darah menjadi tinggi. Dapat diperhatikan jika mengkonsumsi makanan yang mengandung
natrium (garam) akan menimbulkan rasa haus sehingga akan sulit mengontrol jumah cairan yang
diminum. Makanan yang mengandung natrium tinggi sangat perlu dihindari, makanan ini berupa
makanan kaleng, fast food, kudapan yang asin, bumbu penyedap, kecap, dan keju. Untuk menggantikan
natrium dapat menggunakan bawang putih, bawang, lada, jeruk limau, dan bumbu rempah lainnya.
Hindari menggunakan garam diet / pengganti.

Kabohidrat

Pada saat menjalani terapi Dialysis peritoneal, tubuh menerima kalori secara normal dari makanan yang
dikonsumsi, ditambah dari cairan dialysis yang masuk ke dalam rongga peritoneal mengandung glukosa
sejenis gula. Jumlah kalori yang diserap setiap 2 liter cairan berbeda pada setiap pasien, kurang lebihnya
sebagai berikut:

kantung 1,5% mengandung 80 kalori.

kantung 2,5% mengandung 14% kalori.

kantung 4,25% mengandung 230 kalori.

Nilai tersebut tergantung karateristik peritoneal, dan jumlah yang diresepkan oleh dokter.

Komplikasi dialisis peritonial

Terdiri atas masalah drainase, infeksi, sindrom disekuilibrium dialisis dan masalah yang timbul akibat
komposisi cairan dialisis.

1. Nyeri abdomen hebat

Nyeri hebat mendadak mungkin disebabkan ruptura peritoneum bila mengikuti drainase isi kembali
ruang abdomen dengan sebagian dialisa.

2. Penyumbatan drain

Urut perut penderita dan penderita diubah posisinya. Manipulasi kateter atau suntikan 20ml dialisat
dengan kuat untuk membebaskan sumbatan. Bila gagal pindahan kateter pada posisi lain, diberikan
heparin pada dialisat untuk mengurangi pembekuan darah dan merendahkan fibrin, kontrol dengan
pemeriksaan sinar-X, kontrol kadar hemaktokrit dialisat untuk menilai lama dan berat pendarahan.

3. Hipokalsemia

Dicegah dengan menambahkan 3,5-4 mEq/1 kalsium per-liter dialisat.

4. Hidrasi berlebihan

Dapat diketahui dengan mengukur berat badan tiap 8 jam. Berat badan penderita akan turun 0,5-1%
setiap hari, jika meninggi berikan dialisat dekstrose 2-7% atau kedalam cairan dialisat ditambahkan
cairan dekstrose 1,5% dan 7% berganti-ganti atau bersama-sama dengan perbandingan 1:1.
5. Hipovolemial

Dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah dan mengawasi tanda-tanda renjatan. Bila ada,
diberikan albumin 5% secara intravena atau infus NaCl 0,9%.

6. Hipokalemia

Ditentukan dengan mengukur kadar kalium darah dan mengawasi perubahan EKG yang terjadi.

7. Infeksi dicurigai bila cairan dialisat yang dikeluarkan keruh atau berwarna. Peritonitis terjadi
biasanya karena kuman gram negatif atau staphylococcus aureus. Antibiotikum yang sesuai hendaknya
diberikan.

8. Hiperglikemia

Terjadi karena absorbsi glukosa dari dialisat. Bila kadar glukosa darah meningkat, dapat dikoreksi
dengan pemberian insulin dosis yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai