Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Di dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai manajemen pendidikan
menengah. Pendidikan menengah adalah bagian dari jenjang pendidikan formal.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri
atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat.
Dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai fungsi dan tujuan dari pendidikan
menengah. Fungsi dari pendidikan menengah adalah menegembangkan nilai-nilai dan
sikap rasa keindahan dan harmoni, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan sebagai
persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup di masyarakat
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan pendidikan
menengah adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, hidup sehat, memperluas
pengetahuan dan seni, memiliki keahlian dan ketrampilan, menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
lebih lanjut. Selain itu penulis juga membahas beberapa sub-materi yang berkaitan dengan
manajemen pendidikan menengah.

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen?
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan jenjang pendidikan menengah?
4. Apa fungsi dan tujuan dari pendidikan menengah?
5. Bagaimana manajemen pendidikan sekolah?
6. Bagaimana kurikulum pendidikan menengah?
7. Bagaimana pemberdayaan dan pengembangan pendidikan menengah?

Page 1 of 21
c. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan jenjang pendidikan menengah
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari pendidikan menengah
5. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pendidikan sekolah
6. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan menengah
7. Untuk mengetahui pemberdayaan dan pengembangan pendidikan menengah

Page 2 of 21
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Manajemen
Menurut Ricky W. Griffin : “Manajemen adalah sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran secara efektif dan efesien”. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal
Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman
SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa : “Manajemen adalah proses untuk
mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama
yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan
mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang
berkesinambungan”.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa:“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan”.

b. Pengertian Manajemen Pendidikan


Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980)
memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi
pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan
semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari
Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian
kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk
mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu
terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang
bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik
benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa :
1. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan;
2. Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan
3. Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Page 3 of 21
c. Pengertian Jenjang Pendidikan Menengah

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat


perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. (UU No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1 Ayat 8). Jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan
perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.

a. Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain ya ng sederajat
atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
b. Madrasah Aliyah, yang selanjutnya disingkat MA, adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan
umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai
lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar
yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
c. Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
d. Madrasah Aliyah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat MAK, adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah
sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

d. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Menengah

a. Fungsi dari pendidikan menengah adalah menegembangkan nilai-nilai dan sikap


rasa keindahan dan harmoni, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan sebagai
persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup di
masyarakat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan, hidup sehat, memperluas pengetahuan dan seni, memiliki keahlian dan

Page 4 of 21
ketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut.

e. Manajemen Pendidikan Sekolah

Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku


Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan
manajemen pendidikan, meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen personalia;
(3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; dan (5) manajemen perawatan
preventif sarana dan prasarana sekolah.
Berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan
pendidikan di sekolah, yang mencakup :
a. Manajemen kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah.


Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan
manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
 Perencanaan;
 Pengorganisasian dan koordinasi;
 Pelaksanaan; dan
 Pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006)
mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :

a. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :


1. Analisis kebutuhan
2. Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
3. Menentukan disain kurikulum; dan
4. Membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan
penilaian.
b. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah :
1. Perumusan rasional atau dasar pemikiran
2. Perumusan visi, misi, dan tujuan
3. Penentuan struktur dan isi program
4. Pemilihan dan pengorganisasian materi
5. Pengorganisasian kegiatan pembelajaran
Page 5 of 21
6. Pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan
7. Penentuan cara mengukur hasil belajar.
c. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah:
1. Penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran)
2. Penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
3. Penentuan strategi dan metode pembelajaran
4. Penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
5. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar,dan
6. Setting lingkungan pembelajaran
d. Tahap penilaian
Tahap penilaian, terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan
kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun
sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) :
Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual,
masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem,
strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan.
Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan
keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur
pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)

b. Manajemen Kesiswaan

Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu :


1. Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus
didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan
keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka;
2. Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan
intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan
wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk
berkembang secara optimal;
3. Siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan;
dan
4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga
ranah afektif, dan psikomotor.

Page 6 of 21
c. Manajemen personalia

Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu :


1. Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling
berharga;
2. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik,
sehingga mendukung tujuan institusional;
3. Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan
4. Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga
dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.

Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting
dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para
personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap
personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.

d. Manajemen keuangan

Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam


menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan
dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara
melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh
karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk
kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu
diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik
yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

e. Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah

Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan


yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti
gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan
kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan
biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan
cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan
jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja
perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka

Page 7 of 21
yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana,
mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana,
menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga
sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah
untuk memotivasi warga sekolah.

f. Manajemen Kinerja Guru

Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan
mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance
management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal (2001) dalam bukunya
Performance Management di bawah ini akan dibicarakan tentang manajemen kinerja
guru.
Robert Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai : sebuah
proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara
seorang karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun
harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini
merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus
diikut sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah
bagi organisasi, manajer dan karyawan.
Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat
dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang
berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya.
Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat
membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang fungsi kerja esensial yang
diharapkan dari para guru :

1. Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di


sekolah melakukan pekerjaan dengan baik”
2. Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan,
memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
3. Bagaimana prestasi kerja akan diukur.
4. Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.

Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja


diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang
berkesinambungan dan evaluasi kinerja.

Page 8 of 21
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah
bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang,
menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara
mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.
Komunikasi yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah
dan guru bekerja sama untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan kerja,
hambatan dan permasalahan yang mungkin timbul, solusi yang dapat digunakan
untuk mengatasi berbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolah dapat membantu
guru. Arti pentingnya terletak pada kemampuannya mengidentifikasi dan
menanggulangi kesulitan atau persoalan sebelum itu menjadi besar.
Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang merupakan
proses di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini dipakai untuk
menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang guru pada suatu periode
tertentu ?”. Metode apapun yang dipergunakan untuk menilai kinerja, penting sekali
bagi kita untuk menghindari dua perangkap. Pertama, tidak mengasumsikan masalah
kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain, atau “selalu salahnya guru”. Kedua,
tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran keseluruhan tentang apa
yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja hanyalah sebuah titik awal bagi diskusi
serta diagnosis lebih lanjut.
Sementara itu, Karen Seeker dan Joe B. Wilson (2000) memberikan gambaran
tentang proses manajemen kinerja dengan apa yang disebut dengan siklus
manajemen kinerja, yang terdiri dari tiga fase yakni perencanaan, pembinaan, dan
evaluasi.
Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung
jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase
pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan – mendorong atau
mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan.
Kemudian dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan dengan
ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana terus
dikembangkan, siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf
administrasi,serta organisasi terus belajar dan tumbuh.
Setiap fase didasarkan pada masukan dari fase sebelumnya dan menghasilkan
keluaran, yang pada gilirannya, menjadi masukan fase berikutnya lagi. Semua dari
ketiga fase Siklus Manajemen Kinerja sama pentingnya bagi mutu proses dan
ketiganya harus diperlakukan secara berurut. Perencanaan harus dilakukan pertama
kali, kemudian diikuti Pembinaan, dan akhirnya Evaluasi.
Dengan tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja dan
pembinaan atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan tentang evaluasi
kinerja guru. Bahwa agar kinerja guru dapat ditingkatkan dan memberikan sumbangan
yang siginifikan terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan maka perlu dilakukan

Page 9 of 21
evaluasi terhadap kinerja guru. Dalam hal ini, Ronald T.C. Boyd (2002)
mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan,
yaitu:

1. Untuk mengukur kompetensi guru dan


2. Mendukung pengembangan profesional.
Sistem evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik
untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat
memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta
mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidkan atau guru lainnya
untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang evaluator (baca: kepala sekolah atau
pengawas sekolah) terlebih dahulu harus menyusun prosedur spesifik dan menetapkan
standar evaluasi. Penetapan standar hendaknya dikaitkan dengan :
1. Keterampilan-keterampilan dalam mengajar;
2. Bersifat seobyektif mungkin;
3. Komunikasi secara jelas dengan guru sebelum penilaian dilaksanakan dan ditinjau
ulang setelah selesai dievaluasi, dan
4. Dikaitkan dengan pengembangan profesional guru.
Para evaluator hendaknya mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan
pengajaran yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi tentang
kinerja guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih akurat. Beberapa
prosedur evaluasi kinerja guru yang dapat digunakan oleh evaluator, diantaranya :
a. Mengobservasi kegiatan kelas (observe classroom activities). Ini merupakan
bentuk umum untuk mengumpulkan data dalam menilai kinerja guru. Tujuan
observasi kelas adalah untuk memperoleh gambaran secara representatif tentang
kinerja guru di dalam kelas. Kendati demikian, untuk memperoleh tujuan ini,
evaluator dalam menentukan hasil evaluasi tidak cukup dengan waktu yang relatif
sedikit atau hanya satu kelas. Oleh karena itu observasi dapat dilaksanakan secara
formal dan direncanakan atau secara informal dan tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu sehingga dapat diperoleh informasi yang bernilai (valuable)
b. Meninjau kembali rencana pengajaran dan catatan – catatan dalam kelas. Rencana
pengajaran dapat merefleksikan sejauh mana guru dapat memahami tujuan-tujuan
pengajaran. Peninjauan catatan-cataan dalam kelas, seperti hasil test dan tugas-
tugas merupakan indikator sejauhmana guru dapat mengkaitkan antara
perencanaan pengajaran , proses pengajaran dan testing (evaluasi).
c. Memperluas jumlah orang-orang yang terlibat dalam evaluasi. Jika tujuan evaluasi
untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja guru maka kegiatan evaluasi sebaiknya

Page 10 of 21
dapat melibatkan berbagai pihak sebagai evaluator, seperti : siswa, rekan sejawat,
dan tenaga administrasi. Bahkan self evaluation akan memberikan perspektif
tentang kinerjanya. Namun jika untuk kepentingan pengujian kompetensi, pada
umumnya yang bertindak sebagai evaluator adalah kepala sekolah dan pengawas.
Setiap hasil evaluasi seyogyanya dilaporkan. Konferensi pasca-observasi dapat
memberikan umpan balik kepada guru tentang kekuatan dan kelemahannya.
Dalam hal ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator :
a. Penyampaian umpan balik dilakukan secara positif dan bijak;
b. Penyampaian gagasan dan mendorong untuk terjadinya perubahan pada guru;
c. Menjaga derajat formalitas sesuai dengan keperluan untuk mencapai tujuan-
tujuan evaluasi;
d. Menjaga keseimbangan antara pujian dan kritik;
e. Memberikan umpan balik yang bermanfaat secara secukupnya dan tidak
berlebihan.

f. Kurikulum Pendidikan Menengah

Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara


Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan;

a. Peningkatan iman dan takwa;


b. Peningkatan akhlak mulia;
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. Tuntutan dunia kerja;
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global; dan
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

(UU Sisdiknas Pasal 36)Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :

a. Pendidikan Agama;
b. Pendidikan Kewarganegaraan;
c. Bahasa;
d. Matematika;
e. Ilmu Pengetahuan Alam;
f. Ilmu Pengetahuan Sosial;

Page 11 of 21
g. Seni dan Budaya;
h. Pendidikan Jasmani dan Olahraga;
i. Keterampilan kejuruan; dan
j. Muatan lokal

Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan


yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam
konteks pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nila, dan sikap yang direfleksikan dalamkebiasaan berpikir dan
bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensidalam bidang tertentu bukan
hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut
yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.

Pencapaian kompetensi tersebut meliputi :

a. Kompetensi Lulusan, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta
didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan
tertentu.Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP)
dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni:

 Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A danSMP/MTs./SMPLB


/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk h
idup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

 Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket


C bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

 Pendidikan Menengah Kejuruan,yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan: Menin


gkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya b.

b. Komptensi Standar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai


setelahanak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjan
g pendidikan yang diikutinya. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Kelompok
Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok-kelompok mata pelajaran:

 Agama dan Akhlak Mulia;

Page 12 of 21
 Kewarganegaraan dan Kepribadian;

 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

 Estetika;

 Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan.


Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP)
dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/ atau kegiatan setiap
kelompok mata pelajaran, yakni:

 Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan:membentuk pe


serta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia.
Tujuantersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama,kewarganegar
aan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,estetika, jasmani, olahraga,
dan kesehatan.

 Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan:


membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatandan/atau kegiatan agama,
akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, senidan budaya, dan pendidikan
jasmani.

 Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


bertujuan:mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis pesertadi
dik.

 Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, tujuan ini dicapaimelalui muat


an dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu penget
ahuan sosial, keterampilan/kejuruan,dan muatan lokal yang relevan,

 Pada satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, tujuan ini


dicapaimelalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahu
an alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan,dan/atau teknologi
informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan

 Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini


dicapaimelalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahu
an alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan,teknologi informasi
dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan

 Pada satuan pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

Page 13 of 21
keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dankomunikasi, serta muatan lokal
yang relevan

 Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan: membentuk karakter peserta did


ik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan i
ni dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya,
keterampilan, dan muatan lokal yang relevan

Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai
pesertadidik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikandalam kelas p
ada jenjang pendidikan tertentu. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi dasar termasuk
tujuan pembelajaran.
Guru / Pendidik
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pasal
42,menyatakan bahwa :

1. Pendidikan harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan menengah dihasilkan oleh
perguruan tinggi yang terakreditasi.

3. Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan


ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal


28 menyatakan bahwa :
1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagaiagen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuanuntuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.

2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah


tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yangdibuktika
n dengan ijazah dan / atau sertifikasi keahlian yang relevansesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar danmenengah


serta pendidikan anak usia dini meliputi :a.Kompetensi pedagogik; b.Kompetensi
kepribadian;c.Kompetensi professional;d.Kompetensi sosial.

Page 14 of 21
4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan / atau sertifikasikeahliansebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yangdiakui dan diperlukan
dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewatiuji kelayakan dan kesetaraan.

5. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaransebagaimana


dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkanoleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia tentang Standar Nasional Pendidikan


Pasal 29 menyatakan bahwa :
1. Pendidik pada SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat memiliki :

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)atau sarjana


(S1);

b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yangsesuai dengan


mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. Sertifikasi profesi guru untuk SMA/MA.
2. Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat memiliki :

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)atau sarjana


(S1);

b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yangsesuai dengan


mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. Sertifikasi profesi guru untuk SMK/MAK.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal


30 menyatakan bahwa :

1. Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan


SMA/MAatau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran yang pen
ugasannya ditetapkan oleh masih-masing satuan pendidikan sesuaidengan
keperluan.

2. Pendidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat


dan terdiriatas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasa
nnya ditetapkan oleh masih-masing satuan pendidikan sesuaidengan keperluan.

g. Pemberdayaan dan Pengembangan Pendidikan Menengah.


Di dalam rangka pemberdayaan pendidikan menengah di Indonesia ada bebera
pa hal yang perlu diperhatikan :

Page 15 of 21
a. Pendidik

Lembaga-lembaga pendidikan menengah di Indonesia memiliki


kekurangan tenaga pendidik baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Karena itu
berbagaai persoalan yang menyangkut tentang ketenagaan iniharus dicarikan
solusinya.

Setidaknya ada 4 (empat) kompetensi pokok yang mesti dimiliki


oleh seorang tenaga pendidik.

 Pertama, kompetensi keilmuan, pendidik mesti memiliki ilmu yang


mengantarkan dia layak untuk mengajar, sebab salah satu tugas pokoknya
adalah transfer ilmu.

 Kedua, kompetensi keterampilan mengomunikasikan ilmunya kepada


peserta didik.

 Ketiga, kompetensi manajerial, mencakup tentang


kepemimpinan guru, supervisor, administrator, dan lain sebagainya.

 Keempat, kompetensi moral akademik, dari segi moral, pendidik mestimenjadi


contoh panutan. Pendidik tempat murid berkaca.
b. Kurikulum
Ada beberapa persoalan berkenaan dengan ini.

 Pertama, beban kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan menengah lebih


berat dari lembaga pendidikan lainnya. Sebab ada keinginan
agar peserta didik dapat memiliki bekal ilmu pengetahuan umum dan agama
secara seimbang.

 Kedua, isi kurikulumnya agar dapat membentuk manusia profesionalis guna


memiliki keterampilan tertentu sebagai bekal dalam memasuki duniakerja.
c. Struktur dan Kultural

Secara struktural lembaga-lembaga pendidikan menengah, Madrasah


Aliyah dan Madrasah Aliyah Ketrampilan berada di bawah naungan Departemen
Agama. Disebabkan karena hambatan structural maka dari segi pendanaan terdapat
perbedaan antara lembaga pendidikan yang dikelola oleh Departemen
Agama dengan lembaga pendidikan yang dikelolah oleh Departemen
Pendidikan Nasional, dampaknya berpengaruhkepada kualitas. Sedangkan masala
h yang bersifat cultural, lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama kelompok
menengah ke atas. Karena itu pemberdayaan yang diharapkan dari partisipasi
steakholder masih kurang. Ditinjau dari segi pengembangan pendidikan Islam ke

Page 16 of 21
depan ada masalahyang bersifat epistimologi keilmuan, yakni bagaimana
merancangkan terintegrasinya ilmu-ilmu yang selama ini digolongkan kepada
perennial knowledge dengan acquired knowledge.
Di Indonesia upaya ini telah dilakukan langkah-langkahnya.

 Pertama, memasukkan mata pelajaranagama ke sekolah-sekolah umum.

 Kedua, sekolah umum plus madrasahdiniyah.

 Ketiga, memasukkan mata pelajaran agama ke sekolah umum.

 Keempat ,Madrasah SKB Tiga Menteri tahun 1975

 Kelima, program IDI(Islam untuk Disiplin Ilmu).

 Keenam, madrasah sebagai sekolah yang berciri khas agama Islam. Langkah-
langkah yang belum selesai adalahsoal Islamisasi ilmu atau setidaknya ilmu
yang berwawasan Islam.

Pendidikan Islam semakin kukuh kedudukannya setelah masuk dan


inklusif dalam system pendidikan nasional yang diatur dalam UU No.
2Tahun 1989 yang selanjutnya diatur pula serangkaian, PeraturanPemerintah yang
berkenaan dengan pendidikan yang relevan dengan UU No. 20 Tahun 2003.
Untuk mengukuhkan eksistensi pendidikan Islam di Indonesia, maka usaha ke
depan adalah bagaimana memberdayakannya dan mengembangkannya. Untuk
memberdayakannya perlu dicarikan way out atau solusi dari berbagai problema
yang sedang dihadapi-tenaga pendidik,sarana fasilitas, kurikulum, structural dan
cultural.

Page 17 of 21
TES FORMATIF

1. “Manajemen adalah sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,


pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif
dan efesien”. Pernyataan ini merupakan pengertian manajemen yang dikemukakan oleh..
a. Henry Fayol c. Kathryn . M. Bartol
b. Ricky W. Griffin d. T. Hani Handoko
2. Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf
Udaya mengemukakan 4 fungsi utama manajemen, kecuali…
a. Merencanakan (planning) c. Mengorganisasi (organizing)
b. Mengendalikan (controlling) d. Membangun (building)
3. Jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan dasar adalah…
a. Universitas c. Pendidikan Tinggi
b. Pendidikan Informal d. Pendidikan Menengah
4. Dibawah ini termasuk dalam pendidikan menengah, kecuali…
a. Universitas c. Sekolah Menengah Atas (SMA)
b. Madrasah Aliyah (MA) d. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
5. Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) dalam buku Panduan
Manajemen Sekolah, di dalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen
pendidikan dibawah ini, kecuali..
a. Manajemen kurikulum c. Manajemen personalia
b. Manajemen kesiswaan d. Manajemen tenaga pendidik
6. Manajemen yang merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah adalah…
a. Manajemen kurikulum c. Manajemen personalia
b. Manajemen kesiswaan d. Manajemen keuangan
7. Manajemen di sekolah yang terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana,
kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program
tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan
pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Pernyataan ini merupakan definisi dari…
a. Manajemen kurikulum c. Manajemen personalia
b. Manajemen kesiswaan d. Manajemen keuangan
8. Dalam UU Sisdiknas Pasal 36 tentang Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat beberapa mata pelajaran di bawah ini, kecuali…
a. Pendidikan Agama b. Pendidikan Kewarganegaraan
b. Matematika d. Fisika

Page 18 of 21
9. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 dijelaskan
bahwa Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok-
kelompok mata pelajaran di bawah ini, kecuali…
a. Agama dan Akhlak Mulia c. Bahasa Indonesia
b. Kewarganegaraan dan Kepribadian d. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

10. Di dalam rangka pemberdayaan pendidikan menengah di Indonesia ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, kecuali…
a. Pendidik c. Kurikulum
b. Struktur dan Kultural d. Sarana dan Prasarana

Kunci Jawaban
1. b
2. d
3. d
4. a
5. d
6. a
7. d
8. d
9. c
10.d

Page 19 of 21
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Menurut Ricky W. Griffin : “Manajemen adalah sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran secara efektif dan efesien”. Selanjutnya secara khusus dalam konteks
pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan
dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan
proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia
dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien”.

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Fungsi dari pendidikan menengah adalah menegembangkan nilai-nilai dan sikap


rasa keindahan dan harmoni, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan sebagai persiapan
untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup di masyarakat dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan pendidikan menengah adalah
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, hidup sehat, memperluas pengetahuan dan
seni, memiliki keahlian dan ketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung
jawab, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Saran
Pelajari terus tentang Manajemen Pendidikan Sekolah Menengah. Agar
pengetahuan kita tentang Manajemen Pendidikan di Sekolah Menengah akan semakin
luas lagi. Serta kembangkan kembali segala kekurangan yang masih ditemui pada diri
kita.

Page 20 of 21
DAFTAR PUSTAKA

Umar Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Departemen Agama RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Surabaya : Departemen Agama,
Kantor Wilayah Provinsi Jawa Timur, 2005).
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
23 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional, 2006).
Hamid, Dedi, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta : Durat Bahagia, 2003).

Miarso, Yusufhadi,Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Prenada


Media,2004).

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,Madrasah


dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : Raja Grafindo, 2005).
Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta : Prenada Media, 2004).

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,(Jakarta


: Kencana Prenada Media Group, 2007).Undang-
Undang RI Nomor 2 Tahun 1989, Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional ,
(Semarang : Tugu Muda, 1989).

Undang-Undang Sisdiknas, UU No. 20 Tahun 2003, (Jakarta : Departemen Agama RI,


2003).
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/jalur-dan-jenjang-pendidikan-menurut-uu.html
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/

http://www.sarjanaku.com/2011/01/makalah-manajemen-sekolah.html

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/17/pengertian-fungsi-dan-ruang-lingkup-
manajemen-pendidikan/ (Pengertian Manajemen)

https://www.scribd.com/document/11710036/Makalah-Pendidikan-Menengah-Dalam-
Kebijakan-Pendidikan-Nasional

Page 21 of 21

Anda mungkin juga menyukai