Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Definisi Ruang Terbuka Hijau


Ruang terbuka, Ruang Terbuka Hijau (RTH), ruang public (publicspaces)
mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang
terbuka adalah: ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan
manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya
untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan. (Budi Santoso, Retna Hidayah dan
Sumardjito, 2012 :1)
Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung
dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak
tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau
seperti taman kota, hutan dan sebagainya (Utomo dalam Haryanti, 2008). Ruang
Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan
yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung
atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan,kesejahteraan, dan keindahan wilayahperkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan
Umum, 2008).
2.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau, memiliki fungsi dan peran khusus pada masing-masing kawasan
yang ada di setiap perencanaan tata ruang kabupaten/kota, yang direncanakan dalam
bentuk penataan tumbuhan, tanaman, dan vegetasi, agar dapat berperan dalam mendukung
fungsi ekologis, sosial budaya, dan arsitektural, sehingga dapat memberi manfaat optimal
bagi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat, sebagai berikut. (Samsudi, 2010 :13)
a. Fungsi ekologis; RTH diharapkan dapat memberi kontribusi dalam peningkatan kualitas
air tanah, mencegah terjadinya banjir, mengurangi polusi udara, dan pendukung dalam
pengaturan iklim mikro
b. Fungsi sosial budaya; RTH diharapkan dapat berperan terciptanya ruang untuk interaksi
sosial, sarana rekreasi, dan sebagai penanda (tetenger/ landmark) kawasan.
c. Fungsi arsitektural/estetika; RTH diharapkan dapat meningkatkan nilai keindahan dan
kenyamanan kawasan, melalui keberadaan taman, dan jalur hijau
d. Fungsi ekonomi; RTH diharapkan dapat berperan sebagai pengembangan sarana wisata
hijau perkotaan, sehingga menarik minat masyarakat/ wisatawan untuk berkunjung ke
suatu kawasan, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi

2.3 Manfaat dan tujuan ruang terbuka hijau

a. Menurut Samsudi (2010) Manfaat yang diharapkan dari keberadaan ruang terbuka
hijau yaitu :
1. Sarana untuk mencerminkan identitas (citra) daerah
2. Sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan
3. Sarana rekreasi aktif dan rekreasi pasif, serta interaksi social
4. Meningkatkan nilai ekonomis lahan perkotaan
5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah
6. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula
7. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat
8. Memperbaiki iklim mikro, dan
9. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

b. Menurut Samsudi (2010) Penataan ruang terbuka hijau pada suatu wilayah, bertujuan
untuk:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan
2. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan/
binaan di wilayah perkotaan
3. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, dan
nyaman.

2.3 Tipologi ruang terbuka Hijau


Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti
taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi
RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Secara struktur
ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan. (Ernawati, 2015 : 63)
2.4 Landasan hukum ruang terbuka hijau

Di bawah ini akan dipaparkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan


penyelenggaraan RTH, yaitu:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 28 H


Ayat (1) tentang hak seseorang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA)
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya (UU KSDAH)
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (UU BCB)
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPLH)
f. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.
g. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR)
h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU No.8
Tahun 2005 tentang perubahan pertama dan UU No.12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
i. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UU BG)
j. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
k. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota
l. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
m. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
n. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
o. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kota
p. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1996 tentang Pedoman Perubahan
Pemanfaatan Lahan Perkotaan
q. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah
r. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (Permendagri RTHKP)
s. Permen Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (Permen PU)
DAFTAR PUSTAKA

Budi Santoso, dkk. 2012. Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan
Perkampungan Plemburan Tegal,Ngaglik Sleman. Vol. VIII No.1, Mei 2012. Diambil dari
: https://journal.uny.ac.id/index.php/inersia/article/viewFile/3694/3167. (17 April 2018)
Ernawati, Rita. 2015. Optimalisasi Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Surabaya.
Vol 1Nomor 2 Desember 2015. Diambil dari :
http://download.portalgaruda.org/article.php. (17 April 2018)

Samsudi. 2010. Ruang Terbuka Hijau Kebutuhan Tata Ruang Perkotaan Kota Surakarta.
Volume 1 No. 1 Februari 2010. Diambil dari : https://jurnal.uns.ac.id/rural-and-
development/article/download/1836/1744. (17 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai