Anda di halaman 1dari 54

BAB IV

ANALIS A

IV.1 ANALIS A MAN US IA, KEGIATAN DAN S IS TEM RUANG

IV.1.1 Pelaku Kegiatan

Dalam asrama terdapat manusia sebagai pelaku kegiatan, dimana pelaku

kegiatan ini dibedakan berdasarkan kegiatannya menjadi :

• M ahasiswa

M ahasiswa ini merupakan kelompok pelaku kegiatan yang menghuni

asrama, secara rutin datang dan dapat menggunakan fasilitas yang ada di

dalam asrama. Pelaku kegiatan ini adalah mahasiswa baru dari luar Jakarta

yang akan mendiami asrama selama satu tahun pertama masa perkuliahan.

• Kepala Asrama

Seseorang ditunjuk untuk bekerja sebagai pengawas, mendengarkan dan

menyelesaikan permasalahan yang timbul dari penghuni asrama. Kepala

asrama ini tinggal di dalam asrama.

• Recepsionist

Orang yang bekerja sebagai penerima tamu di dalam asrama, bertugas

untuk menanyakan maksud kedatangan dan keperluan pengunjung.

• Petugas Administrasi

Sekelompok orang yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan

administrasi yang beupa keuangan, pembayaran maupun bagian personalia

40
• Petugas Keamanan

Orang yang bertugas melakukan pengawasan terhadap keamanan, serta

keselamatan penghuni asrama serta kelengkapan sarana pada bangunan

• Petugas Kebersihan

M erupakan kelompok pelaku kegiatan yang melakukan perawatan dan

membersihkan semua sarana dan fasilitas yang ada, termasuk melakukan

pelayanan bagi penghuni asrama.

• Pengunjung

Kelompok pelaku kegiatan yang datang tidak secara rutin dan tinggal di

dalam bangunan dengan tujuan tertentu

• Pelaku lain

Kelompok pelaku ini adalah orang – orang yang yang datang untuk

keperluan khusus seperti keperluas servis ( dapur, sampah, dll)

IV.1.2 Karakteristik dan S ifat Penghuni

• M ahasiswa

o Beristirahat

o Belajar

o M akan dan minum

o M andi

o Berkumpul bersama teman

o Kuliah

41
• Kepala asrama

o Beristirahat

o M engawasi kegiatan penghuni

o M akan/minum

o M andi

• Pengelola Asrama

ƒ Recepsionist

o M enerima tamu

o M akan

o Servis

ƒ Petugas administrasi

o M engurus kegiatan administrasi

o M akan / minum

o Servis

ƒ Petugas kebersihan

o M enyapu / mengepel

o M akan / minum

o Servis

• Pengunjung

o Bertamu

• Pelaku lain

o M elakukan kegiatan yang dituju

42
IV.1.3 Urutan Kegiatan Penghuni

• Penghuni Bangunan ( M ahasiswa )

Datang

Jalan Kaki Berkendara

Bangunan Parkir

Lobby

Fasilitas Unit
Hunian

Gambar 16 : Urutan kegiatan mahasiswa

• Kepala Asrama

Datang

Lobby

Fasilitas Ruang kerja

Kamar
tidur

Gambar 17 : Urutan kegiatan kepala asrama

43
• Pengelola Asrama

Datang

Jalan Kaki Berkendara

Bangunan Parkir

Lobby
Tempat Fasilitas
bekerja
Istirahat
M akan / M inum

Pulang

Gambar 18 : Urutan kegiatan pengelola asrama

• Pengunjung

Datang

Jalan Kaki Berkendara

Bangunan Parkir

Fasilitas- Resepsionis Ruang


fasilitas Tamu

Unit

Pulang

Gambar 19: Urutan kegiatan pengunjung

44
• Pelaku lain ( servis )

Datang

Parkir servis

Daerah yang dituju

Pulang

Gambar 20 : Urutan kegiatan servis

IV.1.3 Analisa Perhitungan Jumlah Penghuni

Penghuni Asrama mahasiswa Universitas Bina Nusantara adalah mahasiswa

baru dimana yang lebih diutamakan adalah mahasiswa yang berasal dari luar

kota Jakarta. Asrama ini akan digunakan oleh mahasiswa Universitas Bina

Nusantara pada tahun pertama perkuliahan.

2004 2005 2006 2007

Mahasiswa keseluruhan 2231 3757 4677 5218

M ahasiswa Jakarta 1262 1903 2524 2778

Tabel 2: Data mahasiswa Binus University

45
JURUSAN 2004 2005 2006 2007
Akuntansi 69 81 80 121
Arsitektur 14 15 23 17
Desain Komunikasi Visual 48 68 58 89
Komputerisasi Akuntansi 136 403 313 205
Komunikasi Pemasaran 142
Manajemen 83 184 173 209
Manajemen dan Teknik Industri 6 1 1 2
Psikologi 28
Sastra China 34 37 42 46
Sastra Inggris 61 58 32 40
Sastra Jepang 14 20 24 36
Sistem Informasi 80 207 518 519
Sistem Informasi dan Akuntansi 15 19 27 28
Sistem Informasi dan Manajemen 17 28 38 55
Sistem Informasi dan Teknik Industri 18 11 11 10
Sistem Informasi Ekstensi Astra 36 27
Sistem Komputer 26 30 29 45
Teknik Industri 27 39 27 27
Teknik Industri Ekstensi Astra 5 21 12
Teknik Informatika 293 615 662 730
Teknik Informatika dan Matematika 14 18 18 32
Teknik Informatika dan Statistika 6 9 12 7
Teknik Sipil 8 6 8 13
JUMLAH 969 1854 2153 2440

Tabel 3: Jumlah mahasiswa luar Jakarta

Rata –rata jumlah mahasiswa Bina nusantara dari luar kota :

969 + 1854 + 2153 + 2440 = 1854 / tahun


4

Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara ini akan digunakan sebagai

hunian untuk mahasiswa pada tahun pertama. Denagn pertimbangan tidak

semua mahasiswa mau tinggal di asrama, maka dibuatlah

kuesioner.Berdasarkan kuesioner yang yang telah dilakukan terhadap 200

46
orang mahasiswa, 23 % mahasiswa kost di daerah sekitar kampus. Oleh

karena itu dapat dihitung dari sample tersebut :

23% x 1854 orang = 463.5 ≈ 426 orang.

Dengan pertimbangan lebih banyak mahasiswi yang tinggal di asrama, dari

pada mahasiswa, maka :

Jumlah mahasiswi : 35% x 464 orang = 149.7 ≈ 150orang.

Jumlah mahasiswa : 65% x 464 orang = 176.6 ≈ 277 orang.

IV.1.3 Analisa Kebutuhan dan Dimensi Ruang

KEBUTUHAN RUANG RUANG


Mahasiswa beristirahat Unit hunian mahasiswa
Kepala Asrama Beristirahat Unit hunian kepala asrama
MCK Kamar mandi
Memasak dan Makan Pantry
Berkumpul dan Mengobrol Ruang bersama
Belajar Ruang belajar
Kepala asrama bekerja Ruang pengelola
Pembayaran, masalah keuangan Ruang administrasi
Rapat Ruang rapat
Tempat Karyawan Loker, ruang karyawan
Tempat peralatan kebersihan Gudang peralatan
MCK Karyawan Toilet
Menerima tamu Ruang tamu
Tempat peralatan Gudang
Mencuci dan setrika Ruang cuci + Jemur
Berbelanja keperluan sehari-hari Minimarket
Tempat berbagai kegiatan Ruang serbaguna
Penghuni makan FoodCourt
Fotocopy Fotocopy & Stationary
Sembahyang Musholla
Telepon Wartel
Warnet
Kios - kios Kecil
Tabel 4: Kebutuhan ruang

47
A. Kamar Tidur Asrama

Gambar 21 : Standar Ruang kamar tidur asrama

Keterangan :
B : Bed
D : Desk
SC : Soft Chair
W : Wardrobe
BC : Bookcases

Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas


Kamar Mahasiswa 2 orang 16m²/ruang A 16m²
Kamar Mahasiswa 4 orang 30m²/ruang A 30m²
Tabel 5: Program ruang kamar tidur

Luas kamar mahasiswa :


2 orang/kamar : 102 x 16.5 m2 = 1683 m2

4 orang/kamar : 56 x 30 m2 = 1680 m2

Total luas kamar : 3363 m2

48
B. Lobby

Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas


Lobby 80 kamar 1.4m²/kamar DA 112m²
Tabel 6: Program ruang Lobby
C . Kantor Pengelola

Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas


Ruang Kepala Asrama 1 orang 20m²/orang DA 20m²
Ruang Tata Usaha 5 orang 6m²/orang DA 30m²
Ruang Rapat 8 orang 2m²/orang DA 16m²
Toilet 2unit 1.6m²/unit DA 3.2m²
Sirkulasi 20% A 13.3m²
Total 82.5m²
Tabel 7: Program ruang kantor pengelola
C. Fasilitas Umum per Lantai

Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas


Ruang Cuci dan setrika 8 ruang 30 m²/ruang A 240 m²
Ruang TV 20 orang 60 m²/ruang A 180 m²
Pantry 30 m²/ruang A 90 m²
Kamar Mandi 4 unit 28.8m²/unit DA 115.2 m²
Ruang Panel 1 unit A 5 m²
Ruang Sampah 1 unit A 5m²
Janitor 1 unit A 5 m²
Sirkulasi 20% 140 m²
Total 655m²

Tabel 8: Program ruang fasilitas umum per lantai

Asrama M ahasiswa : 4 lantai x 655 m2 = 2620 m2

D. Kios / Toko

Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas


Kasir 1 orang 2.5m²/orang TS 2.5m²
Ruang pelayanan 1 ruang 25m²/ruang A 27.5m²
Ruang Karyawan 2 orang 2.5m²/ruang DA 5m²
Sirkulasi 20% 7m²
Total 42m²
Tabel 9: Program ruang kios/toko
Total luas : 6 kios x 42 = 252 m2

49
E. Fasilitas Umum

Kebutuhan Ruang Kapasitas StandarSumber Luas


Ruang makan 150 orang A 382 m²
Dapur A 75 m²
Ruang Tamu 100 orang 1.8-2m²/orang DA 150 m²
Toilet umum 2 unit A 10 m²
Sirkulasi 20% A 120 m²
Total 737 m²
Tabel 10: Program ruang fasilitas umum

F. Area S ervis

Ke butuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas


Ruang pompa 1 ruang A 20 m²
Genset 1 ruang A 40 m²
Ruang panel 1 ruang A 20 m²
Sampah 1 ruang A 10 m²
Sirkulasi 20% A 18 m²
Total 108 m²
Tabel 11: Program ruang area servis

G. Parkir

Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara ini ditujukan untuk

mahasiswa tingkat pertama, dimana terdapat peraturan mahasiswa baru tidak

boleh membawa kendaraan, dan rata-rata mahasiswa dari kota tidak membawa

kendaraan pribadi (mobil).

Diasumsikan parkir mobil dperuntukan pengelola serta tamu / pengunjung.

Dengan asumsi jumlah pengelola adalah 30 orang dan 30 % membawa mobil

dan 70 % membawa motor.

Jumlah mobil : 30% x 30 = 9 mobil

Jumlah motor : 70% x 30 = 21 motor

50
Diasumsikan tamu asrama yang datang adalah 50 orang dan 70 % membawa

mobil dan 30% membawa motor.

Jumlah mobil : 70% x 50 = 35 mobil

Jumlah motor : 30% x 50 = 15 motor

Untuk mahasiswa diasumsikan 50 % dari mahasiswa membawa motor.

Jumlah motor : 50 % x 277 = 138.5 ≈ 139 motor

Kebutuhan untuk parkir 1 mobil : 12.5 m2

Kebutuhan untuk parkir 1 mobil : 2 m2

Perhitungan Luas lahan parkir :

Luas Lahan parkir untuk mobil diperlukan :

12.5 m2 x 45 mobil = 562.5 m2

Luas Lahan parkir untuk motor diperlukan :

2 m2 x 175 motor = 350 m2

Luas Lahan parkir untuk kendaraan servis diperlukan :

18 m2 x 2 mobil box = 36 m2

51
IV.2 ANALIS A TAPAK D AN LINGKUNGAN

IV.2.1 Kondisi Sekitar Tapak

Lokasi tapak yang akan dibangun asrama mahasiswa ini berada di daerah

Kemanggisan, yaitu berada di Jl.Kebon Jeruk Raya, dengan ciri – ciri sebagai

berikut :

1. Lalu lintas dan sirkulasi kendaraan yang padat

Foto 17: Lalu lintas yang padat


Lokasi tapak yang terletak pada jalan besar, membuat sirkulasi kendaraan

selalu ramai dan padat. Terutama pada siang dan sore hari, dimana

merupakan jam aktif. Terlihat antrian kendaraan yang didominasi oleh

angkutan umum ( M 11, metromini 91, bajaj juga ojek ) menambah tingkat

kepadatan lalu lintas

2. Daerah yang padat

Foto 18: Daerah yang padat

52
Daerah kemanggisan ini merupakan daerah yang tingkat kepadatan

penduduknya tinggi. Sebagian besar daerah di sini digunakan sebagai

pertokoan, tempat usaha serta tempat tinggal.

3. Tingkat kebisingan

Foto 19: Kebisingan


Sebagai daerah dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, maka sumber

kebisinganini berada di pertigaan Jl. Kebon Jeruk Raya dan Jl. Rawa

belong yang merupakan dua jalan besar. Banyaknya kendaraan yang

berlalu lalang maupun sirkulasi manusia yang lewat menjadi sumber dari

kebisingan tersebut

4. Aksesibilitas mudah

Tapak yang berada pada daerah kemanggisan ini terletak pada 2 buah jalan

utama yang dekat dengan akses langsung menuju jakarta selatan. Letak

53
tapak yang strategis ini pun mempermudah dalam pencapaian baik dengan

kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang melintas.

5. Fasilitas

Foto 20: Sekolah Foto 21: Pertokoan Foto 22: Kos-kosan


Sebagai yang daerah yang berkembang di Jakarta Barat fasilitas – fasilitas

yang terdapat di sekeliling tapak cukup memadai, adanya sarana

pendidikan, pertokoan, sarana ibadah, serta kos-kosan sebagai tempat

tinggal sementara.

Kesimpulan :

Letak lokasi asrama ini berada pada daerah yang padat, serta sulit untuk

mendapatkan ketenangan karena berada pada daerah yang padat

penduduknya serta jalanan yang hampir pada setiap jam sibuknya

mengalami kemacetan. Namun disamping alasan tersebut ada pula hal –

hal positif yang terdapat pada lahan, letak tapak yang strategis, mudah

dalam pencapaian. Baik dengan kendaraan pribadi maupun dengan

kendaraan umum. Letak tapak yang tidak terlalu jauh dari kampus

Universitas Bina Nusantara ( Kampus Anggrek dan Kampus Syahdan) ,

sehingga mudah dalam pencapaian oleh mahasiswa, dapat ditempuh pula

dengan berjalan kaki. M empunyai point of view yang baik, karena terletak

54
di pertigaan jalan besar yang merupakan jalan utama. Serta banyaknya

fasilitas umum yang terdapat pada daerah di sekeliling tapak.

Ketinggian bangunan lain di sekeliling tapak, mayoritas adalah 2

lantai karena daerah tersebut digunakan untuk hunian. Namun ada pula

beberapa bangunan yang memiliki ketinggian berbeda yaitu 4 lantai seperti

sekolah Tarsisius maupun kos-kosan yang terletak pada daerah tersebut.

Bangunan Asrama mahasiswa ini cocok dan sesuai dengan lingkungan

sekitar, tidak terlalu menonjol karena memiliki ketinggian yang hampir

sama dengan bangunan sekitar,

IV.2.2 Kondisi Tapak

Gambar 22 : Peta Lokasi

55
A. Batasan Tapak :

Gambar 23 : Batasan Tapak

Utara : Pertokoan

Selatan : Kos-kosan

Barat : Area Pemukiman

Timur : Tanah kosong

B. Peraturan

Peruntukkan : hunian

KDB : 50% (50% x 10.400m2 = 5.200m2)

KLB : 2 (2 x 10.400m2 = 20.800m2) – ( 2100m2)

= 18.700 m2

GSB : 10 m

Ketinggian max. : 4 Lantai

56
IV.2.3 Analisa Tapak

a. Orientasi M assa Bangunan

ƒ M emanjang sumbu Utara - Selatan

Gambar 24 : Orientasi Massa Utara-Selatan

Orientasi massa Timur-Barat, akan berakibat sisi bangunan yang

panjang akan mendapatkan banyak panas matahari.Salah satu sisi

bangunan akan terkena cahaya matahari timur saja sementara pada

sisi yang lain akan terkena cahaya matahari barat saja.

ƒ M emanjang sumbu Timur – Barat

Gambar 25 : Orientasi Massa Timur-Barat

57
Orientasi massa mengarah Utara – Selatan, akan berakibat sisi

bangunan yang pendek akan mendapatkan banyak panas matahari.

Bentuk massa yang megikuti lahan.

ƒ Diagonal terhadap arah mata angin

Gambar 26 : Orientasi Massa terhadap mata angin

Bentuk massa diagonal atau melintang terhadap arah angin berakibat

tidak meratanya pembagian panas matahari pada bangunan. Salah

satu sisi mendapat banyak panas, sedangkan sisi lainnya tidak

mendapat panas matahari. Bentuk massa bangunan pun tidak teratur/

tidak mengikuti lahan.

Kesimpulan :

Dengan pertimbangan lokasi yang berada pada sudut jalan, orientasi

massa pun harus diperhatikan, agar tidak hanya menghadap pada satu

bagian sisi bangunan saja. Dengan pertimbangan tersebut, maka orientasi

massa yang digunakan adalah perpaduan dari alternatif 1 dan 2, dimana,

bangunan yang menghadap timur-barat dapat dipergunakan untuk daerah

servis maupun area publik. Dimana daerah yang langsung terkena panas

58
matahari dapat pula diatasi dengan menggunakan overstek .Sedangkan

pada daerah yang menghadap utara-selatan dapat digunakan sebagai area

privat.

b. Kebisingan

SUM BER
KEMACETAN

BISING

Gambar 28 : Sumber macet dan bising

Daerah pertigaan Batusari yang diberi tanda berupa lingkaran

merah, merupakan sumber kemacetan, dan jalan Kebon Jeruk Raya dan

Jalan Rawa belong adalah jalan besar yang setiap harinya selalu penuh

dan padat oleh kendaraan. Daerah sepanjang jalan tersebut merupakan

pusat kemacetan dan sumber kebisingan.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut, daerah

di sekeliling asrama akan diberikan tembok pembatas. Hal ini akan

cukup meredam kebisingan yang ditimbulkan dari luar. Selain itu yang

59
dapat dilakukan adalah dengan meletakkan bangunan utama cukup jauh

dari jalan raya.

Untuk membantu mengatasi masalah kebisingan, hal lain yang

dapat dilakukan adalah penanaman pohon sebagai buffer dan

menghindari bukaan langsung terhadap sumber bunyi.

IV.2.4 Analisa Pencapaian ke Tapak

Pencapaian ke dalam tapak terbagi atas jalur utama ( main entrance ) dan

jalur servis (service entrance). Dengan pertimbangan kemudahan dalam

pencapaian / aksesbilitas, keadaan lalu lintas dsb. Berikut adalah beberapa

alternatif entrance :

ƒ Alternatif 1 ƒ Pintu masuk dan pintu keluar


diletakan menjadi satu jalur pada
Jalan Kebon Jeruk Raya yang
I O merupakan jalan utama pada tapak.
N U Pemilihan satu jalur ini
T
dimaksudkan untuk mempermudah
dalam pengawasan kendaraan,
SERVI karena hanya ada satu jalur untuk
keluar dan masuk.
ƒ Jalur servis di letakan berbeda
dengan jalur utama agar tidak
mengganggu kenyamanan
penghuni.
ƒ Parkir untuk pengunjung dapat
diletakan pada bagian depan. Dekat
dengan pintu keluar dan masuk
tapak, sedangkan parkir untuk
servis diletakan dekat dengan jalur
servis.
ƒ Alternatif 2 ƒ Pintu masuk dan pintu keluar
diletakan pada jalur yang berbeda .

60
Hal ini dilakukan untuk
O
menghindari kepadatan kendaraan
U pada satu jalur.
T
ƒ Jalur servis di letakan berbeda
I
N
dengan jalur utama agar tidak
SERVI mengganggu kenyamanan
penghuni.
ƒ Parkir untuk pengunjung dapat
diletakan pada bagian depan. Dekat
dengan pintu keluar dan masuk
tapak, sedangkan parkir untuk
servis diletakan dekat dengan jalur
servis.
ƒ Alternatif 3 ƒ Pintu masuk dan pintu keluar
diletakan pada jalur dan jalan yang
I
berbeda . Pintu masuk berada pada
N Jalan Raya Kebon Jeruk dan Pintu
Keluar pada Jalan Rawa Belong.
Hal ini dilakukan untuk
S menghindari penumpukan
E
R OUT kendaraan pada jalan utama
V ƒ Jalur servis di letakan berbeda
dengan jalur utama agar tidak
mengganggu kenyamanan
penghuni.
ƒ Parkir untuk pengunjung dapat
diletakan pada bagian depan. Dekat
dengan pintu keluar dan masuk
tapak, sedangkan parkir untuk
servis diletakan dekat dengan jalur
servis
Tabel 12: Alternatif entrance

Kesimpulan :

Dengan analisa dan pertimbangan tersebut, maka pola sirkulasi tapak

dan entrance yang dipilih adalah alternatif ke 1. Pintu masuk dan pintu

keluar diletakan menjadi satu jalur pada Jalan Kebon Jeruk Raya yang

merupakan jalan utama pada tapak. Pemilihan satu jalur ini dimaksudkan

untuk mempermudah dalam pengawasan kendaraan, karena hanya ada satu

61
jalur untuk keluar dan masuk. Pintu masuk ini juga terletak pada bagian

tengah, dimana letaknya jauh dari pertigaan yang merupakan sumber

kemacetan.

Parkir untuk pengunjung dapat diletakan pada bagian depan. Dekat

dengan pintu keluar dan masuk tapak, sedangkan parkir untuk servis

diletakan dekat dengan jalur servis.Pintu servis diletakkan terpisar dari jalur

masuk dan keluar penghuni untuk menjaga kenyamanan penghuni dan

sirkulasi menjadi lebih teratur. Pintu servis diletakkan pada jalan Rawa

Belong yang lebih kecil dan merupakan sisi belakang tapak.

IV.2.5 Analisa Zoning Dalam Tapak

Tapak dapat dibedakan menjadi beberapa wilayah dalam penzoningan,

yaitu:

ƒ Publik

Area dalam tapak yang bisa diakses oleh siapa saja yang menggunakan

bangunan tersebut, termasuk pengunjung. Area tersebut bisanya

diletakkan pada bagian depan, sehingga area privat lebih terjaga. Dalam

asrama yang termasuk area ini adalah lobby / hall.

ƒ Semi Publik

Area yang dapat diakses pula oleh siapa saja yang menggunakan area

tersebut termasuk orang selain penghuni, namun dengan persyaratan dan

izin tertentu. Biasanya area ini diletakan antara ruang publik dan privat.

62
Yang termasuk dalam ruang ini adalah Ruang pengelola, fasilitas

penunjang dan ruang tamu.

ƒ Privat

Area dalam tapak yang dapat diakses oleh orang tertentu saja, diletakkan

lebih kedalam sehingga privasi lebih terjamin. Yang termasuk dalam

area ini adalah unit hunian.

ƒ Servis

Area yang yang berfungsi memberikan pelayanan kepada seluruh

penghuni bangunan. Hanya petugas servis saja yang dapt mengakses ke

tempat tersebut.Biasanya diletakan pada bagian belakang agar tidak

mengganggu kegiatan dan aktivitas panghuni maupun mengunjung.

Zoning Horizontal

PRIVAT
SERVIS
PUBLIK
PARKIR
SEM I PUBLIK
Gambar 29 : zoning horizontal

63
Asrama mahasiswa yang berfungsi sebagai hunian ini, membutuhkan

ketenangan dalam kegiatan sehari-harinya, baik untuk beristirahat maupun

untuk belajar. Oleh karena itu daerah privat yang merupakan unit hunian bagi

mahasiswa itu sendiri terletak pada bagian belakang agak jauh dari jalan,

dimana letaknya berbatasan dengan hunian warga pula, jadi suasana pun tenang.

Daerah dekat jalan yang biasanya bising, diletakan area publik dan

semi publik. Biasanya daerah publik ini tidak membutuhkan ketenangan seperti

daerah privat. Sedangkan area servis diletakan pula pada bagian kanan, yang

dengan jalan, hal ini dilakukan agar memudahkan dalam sirkulasi. Daerah ini

dekan dengan side entrance yang dikhususkan untuk jalur servis.

Zoning Vertikal

PRIVAT

SEM I PUBLIK

PUBLIK

SERVIS

Gambar 30 : zoning vertikal

Secara vertikal zoning dapat dibagi menjadi seperti gambar di atas.

Untuk area publik merupakan area yang dapat dijangkau oleh siapa saja,

terletak pada lantai bawah asrama. Area publik ini diletakan pada lantai

64
dasar agar mudah dalam pencapaiannya, setiap orang dapat dengan mudah

menemukan area tersebut.

Area privat dan semi publik yang hanya dapat dijangkau oleh

penghuni atau orang lain dengan izin tertentu, terletak pada lantai atas. Hal

ini dilakukan agar privasi dapat lebih terjaga, karena tidak semua orang

dapat dengan langsung naik ke lantai atas, hingga tidak dapat diakses oleh

orang yang tidak berkepentingan.

Area servis terletak pada setiaplantai, hal ini pun dimaksudkan agar

mudah dalam pencapaian atau aksesnya bagi petugas servis menuju daerah

yang ditujunya. Setaip lantai pasti membutuhkan servis untuk melayani

kebutuhan setiap penghuninya.

IV.2.6 Analisa Sirkulasi Dalam Tapak

Sirkulasi Horizontal

M enurut D.K. Ching, Pola sirkulasi manusia dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu linear dan radial. Jenis-jenis pola sirkulasi manusia beserta

keuntungan dan kerugiannya dapat terlihat di tabel di bawah ini.

Jenis Sirkulasi Keuntungan Kerugian


1. Linier

a. Linier menerus • Sirkulasi jelas dan • Kurang efisien


terarah karena membutuhkan
banyak ruang

b. Linier bertekuk
• M udah disesuaikan
dengan tapak yang

65
berkontur

c. Linier • M udah dalam


berpotongan pencapaian ke
bangunan dan
bagian-bagian
bangunan.

d. Linier bercabang

e. Linier berbelok

f. Linier melingkar

2. Radial • M emusatkan • Arah sirkulasi terpusat


kegiatan / orientasi pada satu titik
• Langsung dan sehingga perhatian ke
mudah untuk titik-titik lainnya
mencapai titik berkurang.
tertentu

Tabel 13:Jenis sirkulasi

Sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi dua, yaitu sirkulasi manusia dan

sirkulasi kendaraan. Pada Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara

ini untuk sirkulasi manusia / pejalan kaki, menggunakan sirkulasi linear

bercabang, menggunakan pedestrian, dimana pada pedestrian tersebut dapat

66
mengakses jalan dengan mudah dari satu massa menuju masa lainnya.Untuk

sirkulasi kendaraan menggunakan pola linier lurus, bangunan jelas dan

terarah, masuk dan keluar melalui pintu yang telah disediakan. Baik untuk

jalur utama maupun untuk jalur servis.

Sirkulasi Vertikal

Kelebihan Kekurangan
Eskalator ƒ Tidak perlu menunggu ƒ Pemakaian ruang besar
lama ƒ M embutuhkan listrik
ƒ Kapasitas besar
ƒ Tidak melelahkan
ƒ Pas untuk ketinggian 6-8
lantai
Elevator ƒ Tidak melelahkan ƒ Perlu menunggu
ƒ Pemakaian ruang kecil ƒ Kapasitas terbatas
ƒ Lebih cepat ƒ M emerlukan listrik
ƒ Dapat melayani lebih
dari 8 lantai (highrise)
Tangga ƒ Tidak perlu menunggu ƒ M elelahkan
ƒ Kapasitas besar ƒ M embutuhkan ruang
ƒ Tidak membutuhkan luas
listrik
ƒ Pas untuk bangunan 4
lantai
Tabel 14: jenis sirkulasi vertikal

Dalam bangunan asrama mahasiswa ini menggunakan tangga untuk sirkulasi

vertikal. Pemilihan tangga sangat cocok, karena bangunan asrama ini

memiliki ketinggian 4 lantai, jadi tidak membutuhkan eskalator maupun

elevator. Penggunaan tangga juga dinilai hemat energi, karena tidak

membutuhkan listrik dalam pengoperasiannya.

67
IV.2.7 Analisa Tata Ruang Luar

Elemen pembentuk ruang luar terbagi menjadi elemen lunak (soft

material), yang merupakan penghijauan atau vegetasi dan elemen keras

(hard material) yang merupakam perkerasan.

Elemen lunak atau penghijauan dapat berfungsi sebagai penurun

suhu di dalam tapak, membuat hawa semakin sejuk, membantu mengurangi

polusi maupun sebagai penambah segi estetika yang memperindah

lingkungan. Penghijauan pada tata ruang luar ini dapat berupa taman,

penanaman rumput sebagai penutup tanah, maupun dengan cara penanaman

pohon-pohon yang dapat berfungsi sebagai peneduh.

Untuk elemen keras, atau perkerasan dapat terbagi menjadi dua,

yaitu perkerasan untuk jalan kendaraan dan perkerasan untuk pedestrian.

Untuk perkerasan jalan kendaraan dapat menggunakan aspal, dan perkerasan

untuk pedestrian dapat menggunakan batu-batuan maupun paving block

yang berumput pada bagian tengahnya.

Perhitungan Kebutuhan Ruang Luar :

Ruang luar yang dibutuhkan disini adalah ruang hijau, sirkulasi serta parkir.

Perbandingan ruang hijau dan perkerasan adalah 30 % untuk ruang hijau dan

20% untuk perkerasan.

Luas Tapak :10.400m2

KDB : 50% x 10.400m2 = 5.200m2

Ruang hijau : 30% x 10.400m2 = 3.120m2

Perkerasan : 20% x 10.400m2 = 2.080m2

68
Gambar 31 : kebutuhan ruang luar

bangunan

lahan hijau

perkerasan

IV.3 ANALIS A S IS TEM BANGUNAN

IV.3.1 Bentuk Dasar Bangunan

Dalam buku Architecture Form, Space and Order oleh Francis D.K. Ching,

disebutkan bahwa bentuk dasar bangunan secara umum ada tiga. M asing-

masing bentuk memiliki keunggulan dan kekurangan yang bisa dimanfaatkan

sesuai dengan kesesuaian dan fungsi suatu bangunan.

Bentuk Kelebihan Kekurangan


• Bentuk stabil dan berkarakter
Segitiga kuat. - Kurang efisien

69
• M udah digabungkan menjadi - Fleksibelitas ruang
bentuk geometris lainnya. kurang.
• Orientasi ruang pada tiap - Layout ruang sulit.
sudut.
• Pengembangan ruang pada
ketiga sisinya

• Bentuk statis.
Segiempat • M udah dikembangkan ke - Orientasi ruang
segala arah. cenderung statis.
• Orientasi ruang pada keempat
sisi pembatasnya.
• Layout ruang baik dan mudah.
• Ruang memiliki efisiensi yang
tinggi karena mudah
digambungkan dengan bentuk
lain
• Bentuk halus. - Sulit dikembangkan.
Lingkaran • Orientasi ruang memusat dan - Fleksibelitas ruang
statis. rendah.
• relatif indah dilihat dari luar. - Sulit digabungkan
dengan bentuk lain.
- Layout ruang sulit.
Tabel 15: Bentuk dasar bangunan

Dengan berbagai pertimbangan dari bentuk dasar di atas, maka bentuk dasar

yang akan digunakan dalam Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara

adalah bentuk segi empat yang akan dikembangkan secara lebih lanjut. Bentuk

segi empat ini dipilih dengan beberapa pertimbangan, antara lain

menyesuaikan dengan bentuk tapak yang juga berbentuk segi empat. Bentuk

segi empat merupakan bentuk yang mudah untuk dikembangkan serta mudah

juga bila dikombinasikan dengan bentuk lainnya. Ruang-ruang utama dalam

bangunan, membutuhkan efisiensi ruang, dengan bentuk segi empat ini dapt

mempermudah dalam pencapaian efisiensi ruang.

70
IV.3.2 Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan

Bubble Diagram Hubungan ruang Makro

M ain Entrance

Parkir
Side
Entrance
pengelola

Fasilitas
Servis
Lobby penunjang

Unit
Hunian

Gambar 32 : bubble diagram hubungan ruang makro

Bubble Diagram Hubungan Ruang Mikro Hunian

Ruang
Makan

Lobby

Dapur

R.cuci Kamar
setrika mandi
Unit
Hunian Pantry

Toilet
Komunal
Taman
Gambar 33 : bubble diagram hubungan ruang mikro hunian

71
Bubble Diagram Hubungan Ruang Mikro Penunjang

Kios Kios

Kios Lobby

Kios Kios

Gambar 34: bubble diagram hubungan ruang mikro pengunjung

Bubble Diagram Hubungan Ruang Mikro Pengelola

Kepala
asrama Toilet

Lobby Tata
Usaha
wakil

Receptionist

Gambar 35: bubble diagram hubungan ruang mikro pengelola

Bubble Diagram Hubungan Ruang Mikro Servis

Genset

Ruang Sampah
pompa

Panel

Gambar 36: bubble diagram hubungan ruang mikro servis

72
IV.3.3 Analisa Pola Massa Bangunan

Penerapan pola massa bangunan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Pola M assa Bangunan Tunggal

Sebuah pola massa bangunan yang hanya terdiri dari satu gubahan masa

untuk menampung seluruh program ruang di atas sebuah tapak. Umumnya

pertimbangan pemilihan sebuah pola massa bangunan tunggal adalah:

o Kebutuhan lahan sempit.

o Sirkulasi pencapaian menjadi cepat dan efisien.

o Pengawasan dan pemeliharaan lebih mudah.

2. Pola M assa Bangunan M ajemuk

Sebuah pola massa bangunan yang terdiri dari beberapa massa dalam satu

tapak. Pertimbangan pemilihan pola ini antara lain:

o Pola perletakan massa dinamis.

o M emerlukan lahan yang luas.

o Pemisahan beberapa kelompok aktifitas.

o Sifat bangunan menyebar dan memusat pada satu titik aktifitas.

Pada perancangan Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara ini

dipilih pola massa bangunan majemuk karena beberapa pertimbangan fungsi

yang berbeda pada bangunan, akan ada 3 massa bangunan dalam Asrama ini.

M assa-massa tersebut adalah M assa hunian putra, massa hunian putri, dan

massa penunjang. Ketiga massa tersebut secara fungsi sebaiknya memang

tidak disatukan di dalam sebuah gedung bermassa tunggal.

73
IV.3.4 Analisa Gaya Bangunan

Dalam beberapa segi kehidupan, panas memang dibutuhkan. Namun

tidak jarang pula panas menjadi hambatan bagi manusia dalam beraktivitas,

suhu udara yang terlalu panas dapat dikatakan tidak lagi nyaman untuk tubuh

kita. Untuk mengatasi permasalahan ini, sistem penghawaan buatan atau

penyejuk udara merupakan solusi paling mudah dan paling cepat. Namun

selain cara itu terdapat cara yang lebih alami dan ramah terhadap lingkungan,

yaitu dengan menggunakan sistem atau gaya bangunan tropis.

Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara ini menggunakan gaya

bangunan tropis modern. Dengan menggunakan desain bangunan tropis, dapat

menyikapi panas secara bijak. Sikap berkompromi dengan panas ditunjukan

melalui desain bangunan tropis yang menggunakan atap miring (pitch roof).

Bentuk atap ini selain sesuai dengan iklim di Indonesia yang memiliki curah

hujan tinggi, selain itu pula bentuk atap seperti ini secara otomatis

memberikan ruang di atas plafon. Panas akan tertahan di bawah atap terlebih

dahulu sehingga tidak langsung membuat panas ruang-ruang di bawahnya.

Desain lain yang dapat diterapkan adalah penggunaan teritisan yang

lebar. Selain untuk melindungi bangunan dari air hujan, teritisan juga

berfungsi sebagai peneduh. Banyangan yang dihasilkan sedikit banyak dapat

mengurangi suhu panas dalam ruang. Dengan penerapkan desain tropis tujuan

penghematan energi pun dapat terwujud.

Sedangkan pemilihan tema modern itu sendiri dipilih sesuai dengan

kemajuan dan perkembangan zaman. Desain dapat dibuat dengan penambahan

74
ornamen pada bagian fasade bangunan maupun pemilihan warna-warna yang

cerah seta tidak monoton guna membuat bangunan dapat terlihan lebih

menarik. Desain modern dapat dipadukan dengan desain tropis pada pada

bangunan sehingga dapat tercapai tujuan yang dinginkan sesuai fungsi

maupun estetika .

IV.3.5 Analisa S truktur Bangunan

Analisa Sub Structure

Sub Structure yang dimaksud adalah bagian pondasi. Bagian ini menjadi

bagian penyalur beban yang dihantarkan dari atas ke bawah melalui kolom.

JENIS PEMBUATAN KEUNTUNGAN KERUGIAN


PONDAS I
Pondasi ƒ Dibuat secara ƒ Pemancangan relatif ƒ Pada saat
Tiang pracetak (untuk cepat pemancangan
Pancang bahan baton) ƒ Kualitas lebih menimbulkan
ƒ Ditanam dengan terjamin getaran, mengganggu
cara dipancang ƒ Persediaan cukup lingkungan sekitar
dengan banyak, kecuali dalam ƒ Untuk tiang yang
menggunakan ukuran khusus tidak cukup panjang
alat pancang ƒ Dapat digunakan perlu sambungan,
khusus sebagai pondasi air hasilnya kurang baik.
ƒ Pelaksanaan ƒ M emerlukan tempat
mudah,tidak penampungan di
memerlukan tenaga lokasi
ahli ƒ Untuk tiang diameter
besar, perlu alat
pancang lebih besar
Pondasi ƒ Langkah awal ƒ Getaran yang ƒ Karena diameter
Bord Pile adalah ditimbulkan pada lebih besar, maka
pengeboran pada saat pelaksanaan pekerjaan ini
lokasi di titik- cukup kecil, cocok memerlukan biaya
titik pondasi digunakan pada besar
ƒ Setelah dibor daerah padat. ƒ Waktu pelaksanaan
pondasi langsung ƒ Pelaksanaannya relatif lama

75
dicor di tempat tidak menyebabkan
dengan bising
menggunakan ƒ Tiang cukup panjang
bahan beton dan tidak memerlukan
tulangan besi sambungan
ƒ Ukuran diameter
biasanya lebih besar
dari ukuran
pracetak,sehingga
daya dukung tiap
tiang lebih besar
Tabel 16: Jenis Pondasi

Kesimpulan :

Ditinjau dari berbagai pertimbangan pada tabel di atas, pondasi yang akan

digunakan dalam pembangunan Asrama M ahasiswa Universitas Bina

Nusantara ini adalah pondasi Hydrolic jack. Pondasi ini memiliki bentuk yang

sama dengan pondasi tiang pancang, namun cara pemasangan pondasi ini saja

yang berbeda, pada pemasangan tiang pancang pancang dipukul sehingga

menimbulkan kebisingan yang mengganggu lingkungan sekitar, sedangkan

pada hydrolic jack ini pemasangannya disuntik sehingga tidak berisik dan

tidak menimbulkan getaran. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan

getaran yang mungkin ditimbulkan cukup kecil, sehingga kerusakan yang

akan ditimbulkan bagi lingkungan sekitar pun kecil. Penggunaan ini pun tidak

menyebabkan kebisingan bagi lingkungan sekitar. Pondasi ini cocok

digunakan, mengingat lingkungan sekitar tapak yang padat.

76
Analisa Upper Structu re

Upper structure yang dimaksud disini adalah struktur atas. Yang termasuk

dalam bagian struktur atas adalah, kolom, balok, dan plat lantai yang berfungsi

sebagai pendukung dan penyalur beban pada bangunan.

Bahan Struktur Keuntungan Kerugian

Beton Bertulang o Tahan terhadap api o Dikerjakan secara


o Bebas korosi bertahap
o Bentuk dapat kaku o Hanya kuat menahan
maupun fleksibel gaya tekan
o Bahan struktur mudah o Bila bentanagan besar
didapat maka dimensinya akan
o Kesan penampilannya bertambah besar
formil, keras, kaku dan
kokoh
Baja o Proses pemasangannya o Tahan api, tetapi akan
singkat melengkung bila terkena
o Bersifat lentur api terus-menerus
o Kesan penampilannya o Hanya kuat menahan
keras, kokoh dan kasar gaya tarik
o Tidak fleksibel
o Korosi
Komposit o Proses pemasangannya o Berat struktur relatif
(Gabungan baja singkat lebih besar
dan beton) o Kuat terhadap gaya tarik o Biasanya bahan dan
dan tekan pelaksanaannya mahal
o Tahan terhadap api
o Bebas korosi
o Kesan penampilannya
keras, kokoh dan kaku
Tabel 17: bahan struktur bangunan

Sistem Struktur yang akan digunakan pada Asrama M ahasiswa

Universitas Bina Nusantara ini adalah sistem struktur rangka.Dimana sistem

struktur rangka adalah sistem struktur yang berupa grid-grid yang terdiri dari

balok dan kolom.Struktur rangka yang dipilih adalah yang menggunakan

77
bahan beton bertulang. Bahan tersebut dipilih karena Beton bertulang tahan

terhadap air dan api serta bahannya mudah didapat.

Biaya bangunan yang digunakan untuk struktur ini pun lebih murah,

bahan beton bertulang tidak mahal dan tidak memerlukan energi yang besar

dalam pembuatannya dan pengerjaannya seperti baja.

IV.3.6 Analisa Tampak

Gambar 37: Tampak Bangunan

Pada bagian tampak bangunan asrama ini, untuk bagian dinding luarnya

dilapisi dengan batu-batu alam, dimana batu alam ini berpengaruh pula dalam

usaha penghematan energi. Batu alam dapat menyerap panas, sehingga panas

yang terkena dinding tidak langsung terserap ke dalam ruangan. Suhu dalam

ruangan pun akan berkurang pula. Pada Bagian tampak pun akan terlihat

kolom yang menonjol, karena merupakan bagian dari struktur yang digunakan.

Namun kolom-kolom pada tampak ini tidak mengganggu, namun dapat

menciptakan irama dalam bangunan.

78
IV.3.7 Analisa Bahan Bangunan

• Lantai

Bahan Keuntungan Kerugian

Keramik ƒ M urah ƒ Perawatan sulit


ƒ Banyak pilihan ƒ Tidak tahan lama
ƒ M udah didapat
M armer ƒ Kedap suara ƒ M ahal
ƒ Sederhana ƒ M udah rusak
ƒ Elegan ƒ Perawatan relatif sulit
Granit ƒ Elegan ƒ M ahal
ƒ M urah ƒ Pilihan terbatas
ƒ Kuat ƒ Perwatan sulit
ƒ Tahan cuaca
Tabel 18: Jenis bahan penutup lantai

• Dinding

Bahan Keuntungan Kerugian

Bata ƒ M urah ƒ Lama dalam


ƒ Kuat pengaplikasian
ƒ M embutuhkan banyak
perekat (semen)
Batako ƒ M urah ƒ Kurang kuat
ƒ Ringan
Hebel ƒ Ringan ƒ Daya tahan kurang
ƒ Cepat dalam bila dibandingkan bata
pengaplikasian merah
ƒ Sedikit membutuhkan ƒ M ahal
perekat
Tabel 19: Jenis bahan dinding

• Penutup Dinding

Bahan Keuntungan Kerugian

Cat ƒ Banyak pilihan ƒ M udah pudar


ƒ Cukup tahan lama ƒ M udah kotor
ƒ Relatif murah
Wall Paper ƒ Banyak pilihan ƒ M ahal
ƒ Pengaplikasian yang ƒ Daya tahan kurang
cepat

79
Soft Board ƒ Relatif murah ƒ Perawatan yang sulit
ƒ Relatif mudah ƒ Tidak tahan cuaca
ƒ Cepat dalam
pengaplikasian
Tabel 20: Jenis bahan penutup dinding

• Plafond

Bahan Keuntungan Kerugian

Triplek ƒ Ringan ƒ Rawan rayap


ƒ M udah dalam ƒ Tidak tahan cuaca
pengaplikasian ƒ M ahal
ƒ M udah didapat ƒ Tidak menarik
Asbes ƒ M urah ƒ Tidak menarik
ƒ M udah dalam ƒ Berbahaya bagi
pebgaplikasian kesehatan
ƒ Tahan cuaca
ƒ Tahan api
Gypsum ƒ Kedap suara ƒ Tidak tahan api
ƒ Indah ƒ Tidak tahan air
ƒ Flexible ƒ M ahal
ƒ Lama dalam
pengaplikasian
GRC Board ƒ Kedap suara ƒ Berat
ƒ M urah ƒ Tidak menarik
ƒ Tahan cuaca
ƒ Tahan api
ƒ Kuat
Tabel 21: Jenis bahan plafond

• Rangka Atap

Bahan Keuntungan Kerugian

Kayu ƒ Kokoh ƒ M ahal


ƒ Relatif mudah dalam ƒ Rawan rayap
perawatan ƒ Sulit dalam
pengaplikasian
Baja ringan ƒ Tahan cuaca ƒ Tidak flexible dalam
ƒ Tahan api perawatan
ƒ Anti rayap ƒ Terkesan rapuh
ƒ M urah
ƒ Aplikasi cepat
Tabel 22: Jenis bahan rangka atap

80
• Penutup atap

Bahan Keuntungan Kerugian

Genteng tanah ƒ M urah ƒ Tidak tahan terhadap


ƒ M udah didapat cuaca
ƒ Tidak menarik
ƒ Tidak tahan lama
Genteng ƒ Beragam pilihan ƒ M ahal
aluminium model ƒ M enyerap panas
ƒ Aplikasi yang cepat
ƒ Tahan lama
ƒ Ringan
ƒ kuat

asbes ƒ Tahan lama ƒ Berat


ƒ M udah dalam ƒ Tidak mempunyai
pengaplikasian banyak pilihan
ƒ Berbahaya bagi
kesehatan
Tabel 23: Jenis bahan penutup atap

foto 23 : baja ringan

foto 24 : Rangka atap baja ringan

81
Kesimpulan :

Dengan adanya pertimbangan efisien dan hemat energi, maka

pemilihan material haruslah yang aman, tidak berbahaya serta tidak merusak

lingkungan. Untuk itu pemilihan material yang akan digunakan dalam Asrama

M ahasiswa Universitas Bina Nusantara adalah penutup lantai menggunakan

keramik, bahan untuk dinding menggunakan bata serta penutup dinding

menggunakan cat atau bisa ditambah dingan material lain untuk bagian

eksterior seperti batu alam atau bata ekspos. Plafond menggunakan gypsum,

rangka atap menggunakan baja ringan dan penutup atap menggunakan genteng

keramik.

Pemilihan dinding menggunakan batu bata dengan pertimbangan bila

diolah secara tepat, maka akan tahan terhadap cuaca,tetapi tetap berpori

sehingga dapat bernapas,penyerapan panas baik dan penyaluran panas rendah.

Semen pun merupakan salah satu material yang memiliki sifat sustainable.

Salah satu bahan dasar semen diperoleh dari batu kapur, yang sangat

berlimpah dan kerap diabaikan. Semen juga mempunyai usia pakai yang

panjang. Kualitas keberlanjutan semen sebagai campuran beton juga terlihat

dari sifatnya yang dapat didaur ulang.

Penggunaan batu alam umumnya tahan terhadap angin dan cuaca.

M emiliki kemampuan menyerap panas tinggi pada bahan yang padat. Bahan

berpori memiliki kemampuan pengisolasian panas .

82
IV.3.8 Analisa Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan ada dua yaitu, pencahayaan alami dan pencahayaan

buatan. Untuk sistem pencahayaan pada Asrama M ahasiswa Universitas Bina

Nusantara ini semaksimal mungkin menggunakan pencahayaan alami dan

hanya pada ruangan tertentu yang memerlukan intensitas cahaya yang stabil

saja menggunakan pencahayaan buatan.

Pencahayaan alami

Untuk dapat memaksimalkan pencahayaan alami, bangunan diberi bukaan –

bukaan yang cukup agar cahaya matahari dapat masuk melalui jendela, pintu

dan lubang cahaya di dinding yang tinggi. Dari segi kesehatan pun matahari

memberikan banyak manfaat, salah satunya mengandung vitamin D yang

bermanfaat bagi tulang kita.

Cara lain yang dapat digunakan adalah pada tengah bangunan dapat

menggunakan void atau penggunaan skylight untuk memasukkan sinar

matahari, khususnya untuk ruang yang posisinya tidak bisa diakses langsung

dari dinding terluar bangunan..

Berikut adalah prototype klasik dari top lighting :

• Skylight

Penggunaan skylight bertujuan membawa masuk

cahaya matahari dari atas.

Gambar 38: Skylight

83
• Clerestory

Penggunaan jendela tinggiatas di atas langit-

langit. Paling baik dilakukan dengan jendela

menghadap ke utara untuk menghindari radiasi

matahari.

Gambar 39: Clerestory

• Sawtooth Clerestory

Plafond miring menghasilkan lebih banyak cahaya tidak

langsung, meningkatkan efisiensi dari skylight dan

memungkinkan menggunaan kaca yang sedikit. Paling baik

jika bukaan menghadap ke utara juga.

Gambar 40 : Sawtooth Clerestory

• M onitor atau Double Clerestory

Paling baik dilakukan jika orientasi sumbunya kea rah timur

dan barat. Gunakanpelindung cahaya yang pasif pada sisi

selatan untuk menahan radiasi matahari langsung masuk ke

dalam bangunan.

Gambar 41 : Double Clerestory

M embuat overstek pada bukaan yang mengarah pada radiasi matahari,

sehingga panas tidak masuk ke ruangan hanya sinar yang menyebar yang

84
menembus ke dalam bangunan yang berfungsi sebagai penerangan alami pada

siang hari.

Upaya penghematan energi dalam hal pencahayaan alami dapat pula

diterapkan dalam perancangan yaitu :

Gambar 42 : single loaded

Gambar 43 : double loaded

85
Untuk pencahayaan alami pada bangunan, sebaiknya menggunakan

sistem single loaded pada bangunan. Karena dengan sistem single loaded ini,

cahaya dapat langsung masuk ke dalam, tidak terhambat. Sedangkan dengan

penggunaan sistem double loaded, akan menimbulkan koridor dengan lorong

yang gelap, dibutuhkan lampu sebagai pencahayaan karenan ruangan tersebut

tertutup.

Cara lain yang dapat digunakan untuk memanfaatkan pencahayaan

alami adalah dengan menyiasati bentuk bangunan. Salah satu contoh yang

dapat digunakan adalah dengan bentuk bangunan yang melebar pada bagian

atasnya. Bentuk bangunan seperti ini dapat memaksimalkan perolehan cahaya

yang masuk ke dalam bangunan.

Gambar 44 : Bentuk bangunan

86
Pencahayaan Buatan

Sedangkan untuk menghemat energi dalam cahaya buatan terdapat beberapa

cara:

¾ M enggunakan lampu hemat energi (LHE). Lampu ini dapat

menggantikan lampu pijar berdaya 40 watt atau lebih besar menjadi hanya

berdaya 8 watt menggunakan LHE dengan usia nyala 5000jam.

¾ M emasang saklar cahaya.

Saklar ini dapat menyalakan lampu secara otomatis pada petang atau malam

hari. Pada saklar ini digunakan sensor komponen LDR yang sangat peka

terhadap cahaya. Bila ruangan cukup mendapat cahaya/terang maka lampu

akan mati secara otomatis dan sebaliknya bila mulai senja dan ruangan mulai

gelap lampu akan menyala. Saklar ini tetap dapat digunakan secara manual.

IV.3.9 Analisa Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan pun ada dua macam yaitu penghawaan alami dan

penghawaan buatan. Untuk mendapatkan penghawaan alami yang baik, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan, adanya pepohonan di sekitar tapak, dapat

berpengaruh pada penghawaan. Dengan adanya pepohonan dapat menurunkan

suhu di dalam tapak tersebut.

Selain dengan penanaman pohon, letak jendela pada bangunan pun harus

diperhatikan agar terjadi cross ventilation di dalam bangunan. Agar ruangan

dapat dihuni dengan nyaman, perlu ada aliran udara yang bekerja dalam ruang.

Aliran udara ini membuat ruangan terhindar dari kelembapan yang berlebihan.

87
Hal ini dapat dicapai dengan membuat bukaan pada 2 sisi ruang, bisa diletakan

secara berdekatan, namum lebih baik lagi apabila saling berhadapan, hal ini

dapat menciptakan ventilasi silang sehingga aliran udara bekerja maksimal.

Berikut adalah beberapa contoh model jendela yang dapat menciptakab cross

ventilation:

jalousi casement double hung

sliding awning hopper


gambar 45 : model jendela

Bentuk atap pada bangunan pun dapat mempengaruhi suhu yang ada

dalam bangunan. Bentuk atap yang digunakan pada asrama ini adalah model

atap pelana, dimana di bagian bawah atap terdapat ruang sehingga udara dapat

mengalir di sana. Hal ini pun turut mempengaruhi suhu di dalam bangunan,

karena, matahari yang menebabkan kelembaban tidak langsung mengarah pada

bangunan.

Foto 25 : atap pelana

88
IV.3.10 Analisa Utilitas Bangunan

Sistem utilitas yang dibahas menyangkut masalah penyediaan plumbing (air

bersih dan air kotor ), pencahayaan dan pengudaraan.

1. Sistem Plumbing

o Sistem air bersih

Penyediaan air bersih dan air minum diasumsikan dari PAM yang

ditampung pada reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas

untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Digunakan

untuk kebutuhan kamar mandi dan dapur.

o Sistem Air Kotor

- Air kotor padat

Kotoran padat dari kloset dibuang melalui shaft, lalu kemudisn

disalurkan ke STP.

- Air Kotor cair

Air kotor cair yang berasal dari dapur bekas mencuci piring maupun

floor drain kamar mandi, dapat diolah kembali, dan airnya dapat

dipergunakan lagi seperti untuk menyiram tanaman atau membilas kloset

(flushing). Untuk dapat dipergunakan kembali limbah harus diolah

melalui beberapa proses penyaringan.

2. Sistem Instalasi Listrik

Penyediaan listrik pada bangunan diambil dari PLN, dialirkan ke

gardu / ruang trafo untuk kemudian disalurkan ke ruang panel induk, dan

dibagi ke panel-panel cabang dan ruang-ruang yang membutuhkan. Pada

89
saat aliran listrik utama dari PLN terputus, maka listrik yang digunakan

adalah aliran listrik dari genset. Genset merupakan sumber listrik

cadangan, dimana genset ini melayani kebutuhan listrik pada ruangan

tertentu yang membutuhkan pasokan listrik.

Usaha penghematan listrik yang dilakukan dalam asrama ini

adalah, pada setiap kamar dalam asrama ini menggunakan sistem card key,

dimana card ini berfungsi sebagai kunci, dan digunakan untuk mematikan

dan menyalakan seluruh listrik yang ada dalam ruangan. Jika ada orang di

dalam ruangan maka listrik akan menyala, sedangkan apabila tidak ada

orang dalam kamar maka card tersebut akan dicabut dan secara otomatis

maka listrik akan mati.

foto 26 : card key foto 27 : card key

3. Sistem pengolahan limbah padat / sampah

Terdapat beberapa cara untuk menangani limbah padat atau

sampah, yaitu dengan cara membuang ke TPA (Tempat Pembuangan

Akhir), melakukan pembakaran sampah atau mendaur ulang sampah

tersebut.

90
Dari ketiga cara tersebut, daur ulang merupakan cara yang paling

bijak untuk menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik. M aka pada

asrama ini dapat dilakukan pemisahan sampah berdasarkan jenis bahan

sampah tersebut agar dapat membantu kegiatan daur ulang. Disediakan

tempat sampah yang berbeda untuk jenis sampah organic dan sampah

anorganik. Tidak mencampur sampah basah dan sampah kering pun

mempermudah proses pemisahan sampah. Sehingga lingkungan dapat

tetap terjaga.

4. Sistem penanggulangan kebakaran

- Sistem konstruksi tahan api

Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai

dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen.

Dengan demikian, setiap komponen bangunan, dinding, lantai kolom dan

balok harus dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan,

meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Paling tidak, konstruksi

tahan api mampu melindungi penghuni dalam gedung dalam waktu

minimal 2 jam.

- Sistem deteksi

Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat detector,

flame detector, dan smoke detector. Ketika ketiga alat ini mendeteksi ada

asap, panas, ataupun lidah api, alat-alat tersebut akan mengaktifkan early

warning system dan mengaktifkan springkler terdekat dengan titik deteksi.

91
Gambar 46: jenis-jenis detektor

- Sistem panggil manual

Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi

konvensional (telepon) terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem

komunikasi cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol

alat panggil manual ini terletak dekat dengan tangga-tangga kebakaran.

- Sistem Hidran

Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi kebakaran.

Hidran akan mengalirkan air yang berasal dari menara air / water torrent

atau dari sistem hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu didran dalam dan

hidran luar. Hidran dalam berbentuk kotak merah sengan selang dan

tabung pemadam kebakaran di dalamnya. Air yang digunakan dalam oleh

hidran dalam adalah air yang berasal dari menara air / water torrent.

Sedangkan hidran luar umumnya menggunakan air yang berasal dari

sistem hidran kota.

Gambar47: hydran

92
5. Sistem penangkal petir

Penangkal petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa

elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang

mendatar. Tiang-tiang dari logam dan logam lainnya dapat dimanfaatkan

sebagai penangkal petir. Penangkal petir biasanya terdiri dari tiang pendek

(finial) dan kepala penangkap petir (air termination). Filial adalah

penangkap petir batang pendek yang biasa dipasang pada bangunan atap

datar yang menggunakan instalasi penangkal petir sistem kurungan

Faraday.

93

Anda mungkin juga menyukai