Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

PENYEMAIAN BIJI, OVERPLANTING DAN AKLIMATISASI ANGGREK

Disusun oleh:

Havid Apriliano Pramana Putra ( 15308141036 )

Ratna Hardiyanti M. ( 15308141047 )

Yuli Ana Dwi Handayani ( 15308141055 )

Isdini Ganishwardhani (15308144006 )

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggrek merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Tanaman anggrek biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman
hias. Pada dasarnya tanaman anggrek merupakan tanaman yang sulit untuk melakukan
penyerbukan sendiri, sehingga perkembangbiakannya pun cukup sulit. Selain itu, biji
yang kecil, tidak mengandung cadangan makanan dan kulit yang sangat keras serta tebal
membuat tanaman anggrek sulit ditumbuhkan tanpa bantuan manusia. Untuk itu,
perbanyakan anggrek pada umumnya dilakukan dengan cara perkecambahan biji secara
in-vitro, sehingga biji memperoleh makanan dari media kultur in vitro dengan harapan
biji dapat berkecambah dengan baik hingga menjadi tanaman yang siap ditanam di area
terbuka untuk berproduksi atau dipasarkan. Namun sebelum itu perlu dilakukan sebuah
langkah lagi yaitu overplanting. Overplanting atau penjarangan merupakan bagian
metode sub kultur, yang bertujuan untuk menjarangkan kultur yang sudah terlalu padat
dan media sudah tidak mampu mendukung pertumbuhan kultur.
Planlet yang dipelihara dalam keadaan steril dengan lingkungan (suhu, dan
kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap lingkungan eksternal. Planlet yang tumbuh
dalam kultur jaringan di laboratorium memiliki karakteristik stomata daun yang lebih
terbuka dan sering tidak memiliki lapisan lilin pada permukaan daun. Dengan demikian
planlet sangat rentan terhadap kelembaban rendah. Mengingat sifat-sifat tersebut,
sebelum ditanam di lapangan maka planlet memerlukan aklimatisasi. Dalam
aklimatisasai, lingkungan tumbuh (terutama kelembaban) berangsur-angsur disesuaikan
dengan kondisi lapangan (Mariska dan Sukmadjaja, 2003).
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka perlu dilakukan praktikum mengenai
penyemaian biji anggrek, overplanting bibit anggrek serta aklimasasi planlet anggrek.
Dengan tujuan untuk mengetahui cara penyemaian biji anggrek, cara ovelantig bibit
anggrek dan cara aklimatisasi planlet anggrek.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menyemaikan biji anggrek secara in vitro?
2. Bagaimana cara penjarangan anggrek dalam botol?
3. Bagaimana cara aklimatisasi anggrek?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara menyemaikan biji anggrek secara in vitro.
2. Mengetahui cara penjarangan anggrek dalam botol.
3. Mengetahui cara aklimatisasi anggrek.

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. Anggrek Dendrobium spectabile
2. Anggrek Dendrobium heterocarpum
3. dst
III. METODE
A. Waktu dan Tempat
1. Waktu : 2018
2. Tempat : Laboratorium Kultur Jaringan FMIPA UNY
B. Alat dan Bahan
1. Sterilisasi dan Penyemaian Biji Anggrek
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu LAF, botol jam, petridish,
Bunsen, sikat gigi, beaker glass, spatula, scalpel, pinset, kertas saring, korek api,
kertas label, wrap, botol semprot, gloves, masker, alat tulis dan alat dokumentasi.
Sedangkan bahan yang dibutuhan yaitu biji anggrek, media NP0, alcohol 70% dan
96% serta sabun cuci.
2. Overplanting Bibit Anggrek
Alat yang digunakan untuk overplanting bibit anggrek yaitu LAF, botol
jam, bunsen, spatula, korek api, kertas label, botol semprot, gloves, masker, alat
tulis dan alat dokumentasi. Sedangkan bahan yang dibutuhan yaitu botol kultur
berisi bibit anggrek yang siap dioverplanting, media NP dan alcohol 70%.
3. Aklimatisasi Planlet Anggrek
Alat yang digunakan untuk aklimatisasi planlet anggrek yaitu pot plastic,
pinset panjang dan baskom. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu planlet
anggrek yang siap diaklimatisasi, fungisida, air dan moss.
C. Cara Kerja
1. Sterilisasi dan Penyemaian Biji Anggrek
Sterilisasi buah anggrek dilakukan dengan menghilangkan bagian buah yang
dapat menyebabkan kontaminasi pada penyemaian kemudian buah tersebut dicuci
dengan detergen dan disikat halus dengan sikat gigi kemudian dibilas dengan air
mengalir. Selanjutnya buah anggrek yang sudah dicuci dimasukkan kedalam gelas
ukur yang telah berisi alkohol 96%. Kemudian dengan menggunakan pinset, buah
tersebut dilewatkan diatas api bunsen hingga terbakar dan segera dikibaskan untuk
mematikan api yang membakar buah anggrek. Pembakaran dilakukan sebanyak tiga
kali. Buah anggrek kemudian diletakkan pada petridish steril yang diberi dasar
kertas saring steril dan dibelah menjadi dua bagian dengan hati-hati menggunakan
scalpel yang steril. Kemudian biji anggrek yang terdapat didalamnya diambil
dengan menggunakan spatula dan diletakkan pada petridish steril tadi.
Penaburan biji anggrek dimulai dengan menyeterilkan tangan menggunakan
alkohol 70%, mengenakan sarung tangan dan masker kemudian menyeterilkan alat
yang akan digunakan, diantaranya yaitu spatula. Spatula direndam dalam alkohol
70% kemudian dilewatkan pada api bunsen selama beberapa kali untuk menghidari
kontaminan. Selanjutnya dua petridish yang berisi media NP0 disiapkan sebagai
media pertumbuhan biji anggrek yang akan digunakan. Biji anggrek diambil
menggunakan spatula yang telah dilewatkan api bunsen (kondisi dingin)
secukupnya dan ditaburkannya pada media NP0 secara aseptis di dekat api bunsen
dengan mengetuk-ngetuk gagang spatula hingga biji anggrek tertabur secara merata
pada media. Selanjutnya memanaskan mulut petridish pada api bunsen dan ditutup
kemudian diwrap hingga rapat kemudian dilabeli dan diinkubasi.
2. Overplanting Bibit Anggrek
Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan pada LAF dalam kondisi yang
steril. Selanjutnya spatula yang akan digunakan dipanaskan kemudian dibiarkan
dingin beberapa saat. Botol kultur yang berisi bibit anggrek dibuka didekat api
bunsen, mulut botol dibakar beberapa kali untuk menghindari kontaminasi,
kemudian bibit anggrek diambil dengan menggunakan spatula. Selanjutnya botol
kultur dengan media NP0 dibuka didekat api bunsen dan mulut botol dibakar
beberapa kali untuk menghindari kontaminan. Kemudian bibit anggrek yang telah
diambil dimasukkan dalam botol kultur yang berisi media. Botol kemudian ditutup
dan diwrap didekat api bunsen selanjutnya diinkubasikan pada rak kultur.
3. Aklimatisasi Planlet Anggrek
Cara untuk melakukan aklimatisasi yaitu planlet anggrek disiapkan.
Kemudian media tanam anggrek berupa moss disiapkan dan direndam dalam
larutan pestisida. Lalu selanjutnya planlet anggrek dikeluarkan dari botol, setelah
itu dicuci dengan air bersih. Pada waktu pencucian diusahakan sampai bersih
karena media in vitro mangandung gula yang disukai mikrobia dan diusahakan akar
jangan sampai terputus karena akar yang rusak akan cepat mengundang
kontaminasi. Selanjutnya planlet anggrek ditanam pada media yang sudah
disiapkan sebelumnya, tiap pot berisi 2 bibit aggrrek. Kemudian penyiraman
dilakukan setiap hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembudidayaan tanaman anggrek, yang menjadi kendala utama adalah
sulitnya melakukan perbanyakan tanaman anggrek karena hampir semua jenis tanaman
anggrek tidak dapat berkembangbiak secara generatif meskipun bunga menghasilkan
polong. Hal ini disebabkan karena adanya polong yang dihasilkan berisi biji berupa
serbuk serperti tepung yang sangat mudah melayang. Perkembangan tanaman anggrek
secara vegetatif juga sulit dilakukan karena kemungkinan hidup tunas tanaman sangat
rendah. Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah perbanyakan tanaman anggrek melalui kultur jaringan dengan bahan
tanam berupa polong anggrek yang sudah matang dan dilakukan di dalam laboratorium.
Dengan berkembangnya teknik kultur in-vitro yang pertama kali dicoba oleh
Heberlandt pada tahun 1902, maka keberhasilan perkecambahan biji anggrek dapat di
tingkatkan, cadangan makanan dan nutrisi yang di perlukan dalam perkecambahan dan
pertumbuhan awal biji dapat disuplay dari media agar-agar bernutrisi. Teknik ini akan
membuka peluang untuk memperbanyak tanaman anggrek dan memperoleh bibit anggrek
yang bebas hama penyakit. Kultur in vitro anggrek melalui beberapa tahap, yaitu tahap
sterilisasi biji, penaburan biji, overplanting bibit dan aklimatisasi planlet.
1. Sterilisasi dan Penaburan Biji
Praktikum sterilisasi dan penaburan biji ini bertujuan untuk mengetahui cara
sterilisasi biji anggrek dan penaburan biji anggrek pada media. Media yang digunakan
pada praktikum ini adalah media NP0. Medium New Phalaenopsis (NP) adalah suatu
formulasi medium yang dikhususkan untuk kultur in vitro anggrek (Islami et al.,
2011). Setiap tanaman membutuhkan paling sedikit 16 unsur untuk pertumbuhannya
yang normal. Tiga unsur diantaranya adalah C, H, O yang diambil dari udara,
sedangkan 13 unsur yang lain berupa pupuk yang dapat diberikan melalui akar atau
melalui daun. Ada unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar yang disebut
unsur makro, ada pula yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit tetapi
harus tersedia yang disebut unsur mikro (Sriyanti dan Wijayani, 1994).
Pemilihan media NP untuk pertumbuhan biji anggrek tentunya mempunyai
alasan untuk memenuhi kebutuhan biji anggrek untuk mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, dikarenakan biji anggrek merupakan biji tanaman yang tidak
mempunyai endosperm (Thompson, P.A, 1980) sehingga nutrisi harus benar-benar
diperhatikan dalam kultur in vitro biji anggrek.
Penyemaian biji anggrek dilakukan secara aseptis untuk menghindari
kontaminasi yang dapat mengganggu pertumbuhan biji anggrek tersebut. Penyemaian
dilaksanakan di dalam LAF oleh praktikan yang mengenakan jas lab, sarung tangan,
serta masker. LAF di sterilisasi dengan disemprot dengan alkohol 70% kemudian
meletakkan alat-alat yang akan digunakan dalam LAF (sebelumnya alat-alat tersebut
disemprot dengan alkohol 70%) baru kemudian disinari dengan sinar UV selama 15
menit. Setelah itu baru fan di LAF dinyalakan dan siap untuk digunakan dalam proses
penyemaian biji anggrek secara in vitro.
Sebelum diambil bijinya, buah anggrek terlebih dahulu disetrilkan. Sterilisasi
buah anggrek dilakukan dengan menghilangkan bagian buah yang dapat menyebabkan
kontaminasi pada penyemaian kemudian buah tersebut dicuci dengan detergen dan
disikat halus dengan sikat gigi kemudian dibilas dengan air mengalir. Hal ini dilakukan
untuk membersihkan bagian buah dari kotorran-kotoran yang terdapat pada buah dan
sela-sela bagian buah. Selanjutnya buah anggrek yang sudah dicuci dimasukkan
kedalam gelas ukur yang telah berisi alkohol 96%. Kemudian dengan menggunakan
pinset, buah tersebut dilewatkan diatas api bunsen hingga terbakar dan segera
dikibaskan untuk mematikan api yang membakar buah anggrek. Pembakaran
dilakukan sebanyak tiga kali. Pembakaran ini dilakukan dengan tujuan untuk
mensterilkan buang yang mengandung biji anggrek agar bersih dari fungi ataupun
mikroba yang dimungkinkan untuk mengkontaminasi biji saat buah dibuka. Buah
anggrek kemudian diletakkan pada petridish steril yang diberi dasar kertas saring steril
dan dibelah menjadi dua bagian dengan hati-hati menggunakan scalpel yang steril.
Kemudian biji anggrek yang terdapat didalamnya diambil dengan menggunakan
spatula dan diletakkan pada petridish steril tadi dan biji anggrek siap untuk disemai
pada medium NP0.
Penaburan biji anggrek dimulai dengan menyeterilkan tangan menggunakan
alkohol 70%, mengenakan sarung tangan dan masker kemudian menyeterilkan alat
yang akan digunakan, diantaranya yaitu spatula. Spatula direndam dalam alkohol 70%
kemudian dilewatkan pada api bunsen selama beberapa kali untuk menghidari
kontaminan. Selanjutnya dua petridish yang berisi media NP0 disiapkan sebagai media
pertumbuhan biji anggrek yang akan digunakan. Biji anggrek diambil menggunakan
spatula yang telah dilewatkan api bunsen (kondisi dingin) secukupnya dan
ditaburkannya pada media NP0 secara aseptis di dekat api bunsen dengan mengetuk-
ngetuk gagang spatula hingga biji anggrek tertabur secara merata pada media.
Penyemaian biji dengan spatula ini dilakukan secara merata yaitu biji anggrek jatuh
tersebar merata pada seluruh permukaan media dalam botol. Dengan tersebarnya biji
anggrek secara merata maka akan memungkinkan pertumbuhan biji anggrek secara
optimal. Apabila biji anggrek yang ditaburkan dalam kondisi tidak merata atau
menggumpal pada satu bagian maka akan terjadi kompetisi antar biji untuk
mendapatkan nutrisi dari media pada titik yang sama yaitu titik menempelnya biji.
Sehingga biji tidak dapat tumbuh dengan optimal. Namun, apabila tersebar secara
merata dan tidak menggumpal akan menjadikan masing-masing biji menjadi leluasa
untuk menyerap nutrisi dari media tempatnya melekat sehingga pertumbuhannya akan
menjadi optimal. Selanjutnya memanaskan mulut petridish pada api bunsen dan
ditutup kemudian diwrap hingga rapat kemudian dilabeli dan diinkubasi.
Hasil dari praktikum ini adalah tersemainya biji anggrek secara merata pada
media NP0. Selanjutnya biji anggrek tersebut diinkubasi hingga nantinya tumbuh
protokorm. Selama pengamatan yang dilakukan kultur biji anggrek terbebas dari
kontaminasi. Hal ini menunjukkan bahwa cara penyemaian yang dilakukan telah
sesuai berdasarkan teknik aseptis sehingga tidak terdapat agen kontaminan.
Setelah beberapa hari diinkubasi, protokorm pada kedua ulangan tumbuh
tanpa adanya kontaminasi. Pada ulangan I protocom yang dihasilkan jauh lebih baik
daripada pada ulangan II. Pada ulangan II protocom yang dihasilkan belum banyak
dan masih berwarna hijau kekuningan. Sedangkan pada ulangan I protocom yang
dihasilkan sangat banyak dan berwarna hijau segar (Gambar 1). Teori tentang
protocorm mungkin?????????

Gambar 1. Protocom yang dihasilkan dari penyemaian biji anggrek Dendrobium spectabile pada kedua
ulangan yaitu ulangan I (kiri) dan ulangan II (kanan)

2. Overplanting Bibit Anggrek


Istilah subkultur sering terdengar dalam pelaksanaan metode kultur jaringan,
yaitu suatu teknik yag dilakukan di antara tahapan kultur. Overplanting atau
penjarangan merupakan bagian metode sub kultur, yang bertujuan untuk menjarangkan
kultur yang sudah terlalu padat dan media sudah tidak mampu mendukung
pertumbuhan kultur. Overplanting dimaksudkan supaya planlet/kultur dapat
berkembang lebih lanjut untuk diaklimatisasi. Selain itu kita juga dapat melakukan
multiplikasi tunas yang memungkinkan kita mendapatkan planlet lebih banyak.
Overplanting dapat kita lakukan dengan tujuan yang berbeda dengan merekayasa
hormon media yang dipakai.
Overplanting lazim dilakukan pada kultur biji anggrek, kultur embrio, baik
pada embrio somatic maupun embrio mikrospora. Biji anggrek sangat kecil dan
endospermnya tidak berkembang sehingga membutuhkan teknik kultur jaringan untuk
berkecambah. Dalam suatu tahap perkecambahan (dari biji sampai tumbuh planlet
yang siap diaklimatisasi) dilakukan minimal dua kali overplanting. Setelah 3-4 bulan
ditanam biji anggrek sudah tumbuh berdesakan, maka perlu dilakukan tahap
penjarangan (overplanting). Setiap tahap overplanting membutuhkan kombinasi media
yang berbeda sesuai dengan tahapan perkembangan. Pada overplanting anggrek
biasanya menggunakan medium yang sama seperti medium pertumbuhan yaitu
medium NP (Hendaryono, 1998).
Overplanting atau penjarangan merupakan bagian dari metode sub kultur,
yang bertujuan untuk menjarangkan kultur yang sudah terlalu padat dan media sudah
tidak mampu mendukung pertumbuhan kultur. Overplanting pada praktikum ini
menggunakan medium medium NP0. Medium NP0 merupakan medium yang biasa
dan baik digunakan untuk mengkulturkan tanaman anggrek. Dalam medium NP0
mengandung unsur-unsur makronutrien, mikronutrien, vitamin, dan hormon yang akan
berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh bagi eksplan. Zat pengatur tumbuh ini
berfungsi untuk memacu pertumbuhan akar maupun tunas daun tanaman anggrek
(Sriyanti dan Wijayani, 1994).
Pemilihan media NP0 untuk pertumbuhan overplanting plb anggrek tentunya
mempunyai alasan untuk memenuhi kebutuhan plb anggrek untuk mengadakan
pertumbuhan dan perkembangan, dikarenakan biji anggrek merupakan biji tanaman
yang tidak mempunyai endosperm (Thompson, P.A, 1980) sehingga nutrisi harus
benar-benar diperhatikan dalam overplanting ini.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
semua bibit yang dipindahkan di media tanam baru yaitu pada media NPO berwarna
hijau segar bahkan mengalami pertumbuhan atau pertambahan panjang bibit. Hal ini
membuktikan bahwa overplanting yang dilakukan berhasil tanpa adanya kontaminasi
(Gambar 2).
Gambar 2. Hasil dari overplanting anggrek Dendrobium heterocarpum dengan dua ulangan yaitu
ulangan I (kiri) dan ulangan II (kanan).

Istilah lain yang biasa dipakai adalah “subkultur.” Unsur hara di dalam media
agar botol anggrek, diserap sedikit demi sedikit untuk keperluan tumbuh dari tanaman
anggrek. Di dalam tubuh tanaman terjadi asimilasi, yaitu pengambilan zat-zat hara
oleh tanaman dan kemudian diubah menjadi zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman
(zat yang tersedia bagi tanaman). Bila media agar lebih dari tiga bulan tidak diganti,
maka media akan tampak kecoklatan, menjadi tipis, dan mengering. Sebelum ini
terjadi biasanya daun plantlet sudah menguning dan layu (kecoklatan). Untuk anggrek
hasil silangan, keadaan demikian akan sangat merugikan.
Overplanting bibit anggrek dilakukan dengan mengeluarkan bibit anggrek
dari botol dengan spatula. Bibit anggrek yang ditanam dalam medium diatur jarak
tanamnya agar tidak berdesak-desakkan, diusahakan sama ukurannya dan dengan
posisi akar menempel pada medium. Hal ini dimaksudkan agar akar dapat menyerap
nutrisi dari medium. Pengaturan jarak tanam menghindari kompetisi eksplan dalam
pengambilan nutrisi dari medium sehingga eksplan dapat tumbuh baik.
3. Aklimatisasi Planlet Anggrek
Tahap yang tidak kalah penting dalam kultur in vitro adalah tahap
aklimatisasi planlet hasil kultur. Menurut Pierik (1987), aklimatisasi adalah masa
adaptasi planlet dari dalam botol kultur yang bersifat heterotrof menjadi autotrol yang
merupakan tahap akhir dari kegiatan kultur in vitro. Aklimatisasi yaitu pemindahan
bibit anggrek dari lingkungan aseptik dalam botol kultur ke lingkungan non aseptik di
luar botol kultur. Bibit anggrek sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan sekitar
yang tidak ramah, seperti hama dan penyakit. Selain itu, bibit anggrek masih memiliki
aktifitas autotrofik yang rendah, sehingga masih sulit mensintesis senyawa organik
dari unsur hara anorganik yang tersedia di lingkungannya.
Proses aklirnatisasi dilakukan bertahap supaya bibit anggrek hasil kultur in
vitro dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan, baik suhu, kelembaban, maupun
cahaya. Menurut Pierik (1987), tanaman hasil kultur in vitro memiliki lapisan lilin
(kutikula) yang belum berkembang sempurna, jaringan pengakut belum berkembang
sempurna, akar belum bisa berfungsi dengan baik, dan stomata sering sekali tidak
berfungsi (tidak menutup ketika penguapan tinggi). Keadaan ini menyebabkan pucuk-
pucuk bibit anggrek sangat peka terhadap transpirasi, serangan cendawan dan bakteri.
Media tanam merupakan salah satu faktor penting dalam aklimatisasi
(Wulandari dan Dewi, 2014). Menurut Wardani et al (2014), media tumbuh
aklimatisasi berfungsi untuk tempat tumbuhnya tanaman, mempertahankan
kelembaban dan tempat penyimpanan hara serta air yang diperlukan. Pada
praktikum ini media yang digunakan dalam aklimatisasi anggrek yaitu menggunakan
moss. Moss merupakan jenis lumut-lumutan yang memiliki sistem drainase yang baik
sehingga dapat dijadikan sebagai media untuk aklimatisasi planlet anggrek.
Planlet anggrek yang akan diaklimatisasi merupakan bibit yang seragam.
Planlet sebaiknya diseleksi dahulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, ukuran
pertumbuhan, dan ukuran sebelum ditanam. Menurut Lesar et al. (2012), planlet yang
baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya
hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus.
Aklimatisasi ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama yang dilakukan
adalah pengeluaran planlet anggrek dalam botol. Planlet dikeluarkan dengan
menggunakan pinset panjang secara pelan-pelan dan hati-hati agar akarnya tidak
terputus. Akar yang putus atau rusak dapat menyebabkan kontaminasi. Moss direndam
dalam pestisida untuk menghilangkan dan mematikan cendawan dan bakteri yang
menempel. Tahap kedua adalah pencucian planlet anggrek. Pada waktu pencucian
diusahakan sampai bersih karena media in vitro yang mangandung gula sangat disukai
mikrobia. Setelah bersih, tidak ada sisa agar yang menempel pada akar, planlet
tersebut ditiriskan. Tahap selanjutnya adalah penanaman anggrek. Penanaman
dilakukan secara berkelompok, maka dalam satu pot berisi 3-5 bibit anggrek yang
bertujuan untuk menjaga kelembaban dan suhu. Hal ini terjadi karena letak bibit
anggrek saling berdekatan, uap air di sekitar tanaman cukup banyak, sehingga
kelembaban lebih terjaga bila dibandingkan dengan kondisi dalam pot tunggal. Pada
penanaman ini cara menanamnya yaitu dengan dibungkus moss kemudian diletakkan
pada pot. Akar yang agak panjang diusahakan dapat masuk kedalam media dan
dilakukan secara pelan-pelan, apabila terdapat akar yang patah akan mendatangkan
jamur ataupun benih penyakit.
Tahap yang tidak kalah penting dalam aklimatisasi adalah tahap
pemeliharaan. Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih
banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Penyiraman dilakukan setiap
hari sekali untuk menjaga kelembaban. Kelembaban udara maupun media pada
tanaman anggrek tidak boleh terlalu tinggi, karena akan mudah terserang cendawan,
akar mudah busuk. Selain itu kelembaban tinggi juga menyebabkan baskomteri
menyebar keseluruh bagian akar tanaman dalam waktu cepat. Akibatnya, akar tidak
berfungsi sebagai penyerap unsur hara, sehingga tanaman mengalami defisiensi unsur
hara yang dapat mengakibatkan kematian tanaman.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum aklimatisasi planlet anggrek, dapat
diketahui bahwa ……………………………..

V. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasakan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
a. Sterilisasi buah anggrek dilakukan dengan mencucinya pada detergen kemudian
membakarnya dengan api sebanyak tiga kali. Penaburan biji anggrek dilakukan secara
aseptic di dalam LAF. Biji anggrek ditabur secara merata pada seluruh permukaan
media dalam botol. Dengan tersebarnya biji anggrek secara merata maka akan
memungkinkan pertumbuhan biji anggrek secara optimal.
b. Overplanting bibit anggrek dilakukan secara aseptic dengan cara mengambil bibit
anggrek pada media sebelumnya kemudian menaburkannya secara merata pada media
baru. Tujuan dari overplanting ini adalah menjarangkan kultur yang sudah terlalu
padat dan media sudah tidak mampu mendukung pertumbuhan kultur serta agar planlet
tetap mendapatkan unsur hara untuk pertumbuhannya.
c. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memindahkan bibit anggrek dari lingkungan
aseptik dalam botol kultur ke lingkungan non aseptik di luar botol kultur. Tujuan dari
tahap aklimatisasi ini adalah agar planlet dapat beradaptasi dari kondisi semula yang
terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang tidak terkendali.
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Hendaryono, D.P.S. 2000. Budidaya Aggrek Dalam Botol. Yogyakarta: Kanisius.


Islami, M.O., M. Akter, and A. K. M. A. Prodhan. 2011. Effect of Potato Extract on In Vitro
Seed Germination and Seedling Growth of Local Vanda roxburgii orchid. J.
Bangladesh Agril. Univ. 9(2): 211–215.
Lesar, Helena,. B, Hlebec,. N, Ceranic,. D, Damijana, & Z, luthar,. 2012. Acclimatization of
Terrestrial Orchid Bletilla striata Rchb.f. (Orchidaceae) Propagated Under in vitro
Conditions. Acta agriculturae Slovenica, 99 (1):69 – 75.
Pierik, R. L. M. 1987. In vitro Culture of Higher Plants. Martins Nijhoff Published.
Dordrecht, Nederland. P. 149-158.
Sriyanti, D. P. dan A Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius.
Thompson, P.A,. 1980. Orchids from Seed. London: Mc Cortquadale Printers Itd.
Wardani, Sri., H. Setiadodan, & S. Ilyas. 2014. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Daun
terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.). Jurnal Ilmu Pertanian
KULTIVAR: 11-18.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai