Disusun oleh:
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggrek merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Tanaman anggrek biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman
hias. Pada dasarnya tanaman anggrek merupakan tanaman yang sulit untuk melakukan
penyerbukan sendiri, sehingga perkembangbiakannya pun cukup sulit. Selain itu, biji
yang kecil, tidak mengandung cadangan makanan dan kulit yang sangat keras serta tebal
membuat tanaman anggrek sulit ditumbuhkan tanpa bantuan manusia. Untuk itu,
perbanyakan anggrek pada umumnya dilakukan dengan cara perkecambahan biji secara
in-vitro, sehingga biji memperoleh makanan dari media kultur in vitro dengan harapan
biji dapat berkecambah dengan baik hingga menjadi tanaman yang siap ditanam di area
terbuka untuk berproduksi atau dipasarkan. Namun sebelum itu perlu dilakukan sebuah
langkah lagi yaitu overplanting. Overplanting atau penjarangan merupakan bagian
metode sub kultur, yang bertujuan untuk menjarangkan kultur yang sudah terlalu padat
dan media sudah tidak mampu mendukung pertumbuhan kultur.
Planlet yang dipelihara dalam keadaan steril dengan lingkungan (suhu, dan
kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap lingkungan eksternal. Planlet yang tumbuh
dalam kultur jaringan di laboratorium memiliki karakteristik stomata daun yang lebih
terbuka dan sering tidak memiliki lapisan lilin pada permukaan daun. Dengan demikian
planlet sangat rentan terhadap kelembaban rendah. Mengingat sifat-sifat tersebut,
sebelum ditanam di lapangan maka planlet memerlukan aklimatisasi. Dalam
aklimatisasai, lingkungan tumbuh (terutama kelembaban) berangsur-angsur disesuaikan
dengan kondisi lapangan (Mariska dan Sukmadjaja, 2003).
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka perlu dilakukan praktikum mengenai
penyemaian biji anggrek, overplanting bibit anggrek serta aklimasasi planlet anggrek.
Dengan tujuan untuk mengetahui cara penyemaian biji anggrek, cara ovelantig bibit
anggrek dan cara aklimatisasi planlet anggrek.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menyemaikan biji anggrek secara in vitro?
2. Bagaimana cara penjarangan anggrek dalam botol?
3. Bagaimana cara aklimatisasi anggrek?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara menyemaikan biji anggrek secara in vitro.
2. Mengetahui cara penjarangan anggrek dalam botol.
3. Mengetahui cara aklimatisasi anggrek.
Gambar 1. Protocom yang dihasilkan dari penyemaian biji anggrek Dendrobium spectabile pada kedua
ulangan yaitu ulangan I (kiri) dan ulangan II (kanan)
Istilah lain yang biasa dipakai adalah “subkultur.” Unsur hara di dalam media
agar botol anggrek, diserap sedikit demi sedikit untuk keperluan tumbuh dari tanaman
anggrek. Di dalam tubuh tanaman terjadi asimilasi, yaitu pengambilan zat-zat hara
oleh tanaman dan kemudian diubah menjadi zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman
(zat yang tersedia bagi tanaman). Bila media agar lebih dari tiga bulan tidak diganti,
maka media akan tampak kecoklatan, menjadi tipis, dan mengering. Sebelum ini
terjadi biasanya daun plantlet sudah menguning dan layu (kecoklatan). Untuk anggrek
hasil silangan, keadaan demikian akan sangat merugikan.
Overplanting bibit anggrek dilakukan dengan mengeluarkan bibit anggrek
dari botol dengan spatula. Bibit anggrek yang ditanam dalam medium diatur jarak
tanamnya agar tidak berdesak-desakkan, diusahakan sama ukurannya dan dengan
posisi akar menempel pada medium. Hal ini dimaksudkan agar akar dapat menyerap
nutrisi dari medium. Pengaturan jarak tanam menghindari kompetisi eksplan dalam
pengambilan nutrisi dari medium sehingga eksplan dapat tumbuh baik.
3. Aklimatisasi Planlet Anggrek
Tahap yang tidak kalah penting dalam kultur in vitro adalah tahap
aklimatisasi planlet hasil kultur. Menurut Pierik (1987), aklimatisasi adalah masa
adaptasi planlet dari dalam botol kultur yang bersifat heterotrof menjadi autotrol yang
merupakan tahap akhir dari kegiatan kultur in vitro. Aklimatisasi yaitu pemindahan
bibit anggrek dari lingkungan aseptik dalam botol kultur ke lingkungan non aseptik di
luar botol kultur. Bibit anggrek sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan sekitar
yang tidak ramah, seperti hama dan penyakit. Selain itu, bibit anggrek masih memiliki
aktifitas autotrofik yang rendah, sehingga masih sulit mensintesis senyawa organik
dari unsur hara anorganik yang tersedia di lingkungannya.
Proses aklirnatisasi dilakukan bertahap supaya bibit anggrek hasil kultur in
vitro dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan, baik suhu, kelembaban, maupun
cahaya. Menurut Pierik (1987), tanaman hasil kultur in vitro memiliki lapisan lilin
(kutikula) yang belum berkembang sempurna, jaringan pengakut belum berkembang
sempurna, akar belum bisa berfungsi dengan baik, dan stomata sering sekali tidak
berfungsi (tidak menutup ketika penguapan tinggi). Keadaan ini menyebabkan pucuk-
pucuk bibit anggrek sangat peka terhadap transpirasi, serangan cendawan dan bakteri.
Media tanam merupakan salah satu faktor penting dalam aklimatisasi
(Wulandari dan Dewi, 2014). Menurut Wardani et al (2014), media tumbuh
aklimatisasi berfungsi untuk tempat tumbuhnya tanaman, mempertahankan
kelembaban dan tempat penyimpanan hara serta air yang diperlukan. Pada
praktikum ini media yang digunakan dalam aklimatisasi anggrek yaitu menggunakan
moss. Moss merupakan jenis lumut-lumutan yang memiliki sistem drainase yang baik
sehingga dapat dijadikan sebagai media untuk aklimatisasi planlet anggrek.
Planlet anggrek yang akan diaklimatisasi merupakan bibit yang seragam.
Planlet sebaiknya diseleksi dahulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, ukuran
pertumbuhan, dan ukuran sebelum ditanam. Menurut Lesar et al. (2012), planlet yang
baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya
hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus.
Aklimatisasi ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama yang dilakukan
adalah pengeluaran planlet anggrek dalam botol. Planlet dikeluarkan dengan
menggunakan pinset panjang secara pelan-pelan dan hati-hati agar akarnya tidak
terputus. Akar yang putus atau rusak dapat menyebabkan kontaminasi. Moss direndam
dalam pestisida untuk menghilangkan dan mematikan cendawan dan bakteri yang
menempel. Tahap kedua adalah pencucian planlet anggrek. Pada waktu pencucian
diusahakan sampai bersih karena media in vitro yang mangandung gula sangat disukai
mikrobia. Setelah bersih, tidak ada sisa agar yang menempel pada akar, planlet
tersebut ditiriskan. Tahap selanjutnya adalah penanaman anggrek. Penanaman
dilakukan secara berkelompok, maka dalam satu pot berisi 3-5 bibit anggrek yang
bertujuan untuk menjaga kelembaban dan suhu. Hal ini terjadi karena letak bibit
anggrek saling berdekatan, uap air di sekitar tanaman cukup banyak, sehingga
kelembaban lebih terjaga bila dibandingkan dengan kondisi dalam pot tunggal. Pada
penanaman ini cara menanamnya yaitu dengan dibungkus moss kemudian diletakkan
pada pot. Akar yang agak panjang diusahakan dapat masuk kedalam media dan
dilakukan secara pelan-pelan, apabila terdapat akar yang patah akan mendatangkan
jamur ataupun benih penyakit.
Tahap yang tidak kalah penting dalam aklimatisasi adalah tahap
pemeliharaan. Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih
banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Penyiraman dilakukan setiap
hari sekali untuk menjaga kelembaban. Kelembaban udara maupun media pada
tanaman anggrek tidak boleh terlalu tinggi, karena akan mudah terserang cendawan,
akar mudah busuk. Selain itu kelembaban tinggi juga menyebabkan baskomteri
menyebar keseluruh bagian akar tanaman dalam waktu cepat. Akibatnya, akar tidak
berfungsi sebagai penyerap unsur hara, sehingga tanaman mengalami defisiensi unsur
hara yang dapat mengakibatkan kematian tanaman.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum aklimatisasi planlet anggrek, dapat
diketahui bahwa ……………………………..
DAFTAR PUSTAKA