3LP Halusinasi
3LP Halusinasi
Disusun Oleh :
SAHABUDDIN AHMAD .P
P07120214075
A. DEFINISI
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori
seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering
adalah halusinasipendengaran (auditory-hearing voices or sounds), penglihatan
(visual-seeing persons or things), penciuman (olfactory–smelling odors),
pengecapan (gustatory-experiencing tastes), (Yosep I., 2011).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu. Klien mersakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Menurut Carpenito (2006), perubahan persepsi sensori; halusinasi
merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang
datang.
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman adalah perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, meliputi
:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang mengancam.
D. Jenis Halusinasi
Jenis Halusinasi Karakteristik
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-
kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
Pendengaran
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
70 %
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan.
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
Penglihatan geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau
20% kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster.
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan
feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Penghidu Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau
dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
Perabaan jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
Cenesthetic
arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.
Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
E. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan
keparahannya. Fase halusinasi terbagi empat, yaitu:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini
menolong untuk sementara.
Klien masih mampu mengotrol kesadarannya dan mengenal pikirannya,
namun intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.Pemikiran
internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat
berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan
klien merasa tak mampu mengontrolnya.Klien membuat jarak antara dirinya
dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari
orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan
dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan
dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada
dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
F. Tanda Halusinasi
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2. Menggerakkan bibir tanpa suara.
3. Pergerakan mata yang cepat.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
6. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
7. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
8. Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik.
9. Berkonsentrasi terhadap pengalaman sensorinya.
10. Sulit berhubungan dengan oranglain.
11. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
12. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
13. Tampak tremor dan berkeringat.
14. Perilaku panik, agitasi dan kataton.
15. Curiga, bermusuhan, merusak diri, orang lain dan lingkungan.
16. Ketakutan.
17. Tidak dapat mengurus diri.
18. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
A. PENGKAJIAN
Sangat penting untuk mengkaji perintah yang diberikan lewat isi halusinasi
klien karena mungkin saja klien mendengar perintah untuk menyakiti orang
lain, membunuh, atau loncat dari jendela.
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah membina hubungan saling
percaya dengan klien dengan cara :
a. Awali pertemuan dengan selalu mengucapkan salam
b. Berkenalan dengan klien. Perkenalkan nama lengkap dan nama
panggilan perawat termasuk peran, jam dinas dan senang dipanggil
dengan apa. Selanjutnya perawat menanyakan nama klien serta senang
dipanggil apa.
c. Buat kontrak asuhan. Jelaskan tujuan kita merawat pasien, aktivitas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan, kapan dan berapa lama aktivitas
dilakukan.
d. Bersikap empati dengan cara mendengarkan keluhan pasien dengan
penuh perhatian, tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi
klien.
2. Mengkaji data objektif dan subjektif
Berikut ini jenis-jenis halusinasi beserta data objektif dan subjektifnya :
Jenis halusinasi Data subjektif Data objektif
Halusinasi Mendengar suara yang menyruh Mengarahkan telingah
Dengar melakukan sesuatu yang pada sumber suara.
berbahaya. Bicara atau tertawa
Mendengar suara atau bunyi sendiri.
Mendengar suara yang mengajak Marah-marah tanpa
bercakap-cakap sebab.
Mendengar seseorang yang sudah Menutup telingah.
meninggal. Mulut komat-kamit.
Mendengar suara yang Ada gerakan tangan.
mengancam diri klien atau suara
lain yang membahayakan
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
b. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
c. Isolasi social
d. Harga diri rendah kronis
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon masalah sebagai berikut:
E. Evaluasi
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika:
1. Klien mampu memisahkan antara kejadian-kejadian atau situasi-siatuasi
realita dan tidak realita.
2. Klien mampu tidak berespon terhadap persepsi sensori yang salah.
3. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
4. Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan
5. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam
membantu klien mengatasi masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA