Anda di halaman 1dari 10

Laporan Ekologi Hewan Maret 2018

Pendidikan Biologi 2015

HEWAN DAN LINGKUNGAN


Sri Lestari*

K4315061 / Kelas A / Pendidikan Biologi 2015


*) Email: sriilestarii53@gmail.com
Abstract : Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gerakan operculum Ikan mas (Cyprinus carpio)
terhadap perubahan suhu air, mengetahui respon tingkah laku Ikan mas (Cyprinus carpio) akibat perubahan suhu air,
mengetahui perubahan gerakan operculum Ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap lingkungan air yang tercemar,
mengetahui respon tingkah laku Ikan mas (Cyprinus carpio) akibat lingkungan air yang tercemar, mengetahui
perubahan gerakan operculum Ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap perubahan salinitas/ kadar garam air, mengetahui
respon tingkah laku Ikan mas (Cyprinus carpio) akibat perubahan salinitas/ kadar garam air. Praktikum ini
menggunakan bahan ikan mas dengan perlakuan suhu, salinitas berupa garam dan pencemaran air berupa detergen.
Parameter yang diukur adalah perubahan tingkah laku dan gerakan operculum ikan mas. Hasil menunjukkan terdapat
perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum pada tiga parameter.

Keywords: hewan, lingkungan, ikan mas, salinitas, suhu, detergent

1. PENDAHULUAN lain, tumbuhan serta mikroorganisme


Latar Belakang lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi
Lingkungan bagi hewan adalah semua antar individu, antar populasi danantar
faktor biotic dan abiotik yang ada di komunitas.
sekitarnya dan dapat Setiap organisme harus mampu
mempengaruhinya. Dalam konsep rantai beradaptasi untuk menghadapi kondisi
makanan, hewan ditempatkan sebagai faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak
konsumen, sedangkan tumbuhan sebagai mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik yang
produsen. seluas-luasnya. Pada prinsipnya masing-
Hewan disebut sebagai makhluk hidup masing hewan memiliki kisaran toleransi
yang heterotrof.Setiap organisme di muka tertentu terhadapsemua semua faktor
bumi menempati habitatnya masing- lingkungan.
masing. Dalam suatuhabitat terdapat lebih
dari satu jenis organisme dan semuanya Dasar Teori
berada dalam satu komunitas.Komunitas Pencemaran adalah perubahan yang
menyatu dengan lingkungan abiotik dan tidak diinginkan pada udara, daratan dan
membentuk suatu ekosistem. air secara fisik, kimiawi maupun biologi
Dalamekosistem hewan berinteraksi yang mungkin akan membahayakan bagi
dengan lingkungan biotic , yaitu hewan kehidupan manusia dan lingkungannya,
2 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

serta merugikan dan merusak Sumber selalu berakibat mematikan pada ikan
Daya Alam (SDA). Penyebab pencemaran tetapi dapat menyebabkan gangguan status
sebenarnya adalah sisa-sisa benda yang kesehatan untuk jangka panjang, misalnya
dibuat, dipakai dan dibuang oleh manusia stres yang menyebabkan tubuh lemah,
secara sengaja maupun tidak di sengaja. kurus, dan tingkah laku abnormal .
Pencemaran meningkat bukan hanya Menurut Kordi , perubahan suhu sebesar
karena meningkatnya kebutuhan manusia, 5° C di atas normal dapat menyebabkan
tetapi karena semakin sempitnya lahan stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan
atau tempat yang layak untuk segala dan kematian. Respons ikan terhadap stres
aktivitas manusia yang semakin hari dapat dibagi atas tiga fase yaitu primer,
semakin meningkat. Deterjen adalah sekunder, dan tertier . Pada fase primer
bahan surfaktan atau bahan aktif terjadi respon umum neuroendokrin yang
permukaan, yang bereaksi dalam mengakibatkan dilepaskannya
menjadikan air menjadi lebih basah katekolamin dan kortisol dari kromafin
(wetter) dan sebagai bahan pencuci yang dan sel interrenal. Tingginya hormon
lebih baik. Sedangkan dalam kamus besar katekolamin dan kortisol dalam sirkulasi
bahasa Indonesia adalah bahan sintetik akan memicu respons sekunder yang
untuk pembersih noda pada akaian melibatkan metabolisme fisiologi. Kedua
sebagai pengganti sabun. Deterjen fase tersebut bersifat adaptif yaitu ikan
berbahaya bagi ikan biarpun mampu menyesuaikan dirinya terhadap
konsentrasinya kecil. Misalnya natrium stresor dan mampu mempertahankan
dodesil benzena sulfonat dapat merusak homeostasis. Sebaliknya, respon tertier
insang ikan, biarpun hanya 5 ppm. Ikan melibatkan perubahan sistemik yang
dapat bertahan selama sebulan jika menyebabkan ikan tidak dapat beradaptasi
deterjen mencapai 3 ppm. (Wulansari & terhadap stresor, bahkan menyebabkan
Ardiansyah, 2015) beberapa gangguan kesehatan seperti
Suhu merupakan salah satu faktor gangguan pertumbuhan, perubahan
fisika yang sangat penting di dalam air tampilan, gangguan reproduksi, dan
karena bersama- sama dengan zat/unsur perubahan perilaku . Perubahan perilaku
yang terkandung idalamnya akan ikan dapat berupa cepatnya gerakan
menentukan massa jenis air, densitas air, operkulum, ikan mengambil udara
kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia dipermukaan air, dan ikan menjadi tidak
air, dan memengaruhi jumlah oksigen aktif bahwa suhu air yang tinggi dan juga
terlarut di dalam air . Suhu tinggi yang kelarutan oksigen (DO) yang rendah
masih dapat ditoleransi oleh ikan tidak menyebabkan ikan akan bekerja lebih
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 3

maksimal untuk memompakan air lebih adalah: terdapat sungut peraba pada sudut
cepat ke dalam permukaan insang untuk mulut, sirip punggung memiliki 4 jari-jari
proses pernafasan. Peningkatan keras dan 16-18 jari-jari lunak, sirip dubur
temperatur air menyebabkan perubahan memiliki 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari
perilaku ikan nila berupa pergerakan pasif, lunak, srip perut memiliki 2 jari-jari keras
menurunnya refleks, dan gerakan dan 8 jari-jari lunak, sirip dada memiliki 1
operkulum menjadi lebih cepat (Aliza, jari-jari keras dan 13-16 jari-jari lunak,
Winaruddin, & Sipahutar, 2013) sisik-sisik gurat sisi jumlahnya ada 33-37
Ikan mas hidup pada kisaran suhu keping. Ikan mas termasuk jenis ikan air
antara 14 – 38 0C, pH air untuk budidaya tawar dan dijumpai di sungai, danau atau
ikan mas berkisar antara 6 – 9. kandungan genangan air yang arusnya tidak deras
oksigen terlarut sebesar 3 ppm merupakan ikan mas mudah menyesuaikan diri
konsentrasi minimum untuk kebutuhan dengan lingkungan, mudah beradaptasi
ikan (Sinaga, Usman, & Nurmatias, n.d.) dengan fluktuasi lingkungan yang relatif
ikan memilih temperatur dan kadar garam tinggi, misalnya perubahan suhu sampai
tertentu karena efek yang sama pada 50C dan penurunan oksigen sampai
gerakan (aktivitas) mereka, dan 2mg/liter ( Cahyono, 2000)
menyimpulkan bahwa perubahan
temperatur Parameter lingkungan yang Rumusan Masalah
diukur adalah suhu dan salinitas karena 1. Bagaimana perubahan gerakan operculum
kedua parameter fisika ini merupakan ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap
faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan suhu air?
tingkat stress ikan. Stress yang dialami 2. Bagaimana respon tingkah laku ikan mas
ikan dapat menyebabkan penyimpangan (Cyprinus carpio) akibat perubahan suhu
tingkah laku pada ikan. Posisi ikan air?
sesudah ditambahkan garam 720 gram 3. Bagaimana perubahan gerakan operculum
berkumpul di permukaan karena adanya Ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap
ancaman yaitu dengan bertambahnya lingkungan air yang tercemar?
salinitas. Pergerakan ikan pada saat 4. Bagaimana respon tingkah laku Ikan mas
setelah ditambahkan garam terlihat lebih (Cyprinus carpio) akibat lingkungan air
agresif dan gesit dikarenakan suatu yang tercemar.
lingkungan berubah (Lubis & Pujiyati, 5. Bagaimana perubahan gerakan operculum
2013) Ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap
ikan mas berasal dari iklim sedang di perubahan salinitas/ kadar garam air.
Asia dan Eropa. Ciri-ciri fisik ikan mas
4 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

6. Bagaimana respon tingkah laku Ikan mas Stopwatch 1 buah untuk menghitung
(Cyprinus carpio) akibat perubahan waktu saat praktikum
salinitas/ kadar garam air. Bahan yang kami gunakan adalah Ikan
Mas (Cyprinus carpio) dalam kondisi
Tujuan baik, pergerakannya aktif; air sebagai
1. Mengetahui perubahan gerakan medium ikan agar bisa berenang,; air
operculum Ikan mas (Cyprinus carpio) panas, es batu dan garam dapur serta
terhadap perubahan suhu air. detergen cair sebagai variabel bebas
2. Mengetahui respon tingkah laku Ikan
mas (Cyprinus carpio) akibat  Cara kerja
perubahan suhu air. Perlakuan I – perubahan suhu
3. Mengetahui perubahan gerakan Memasukkan ikan mas ke dalam toples
operculum Ikan mas (Cyprinus carpio) yang berisi air biasa (tanpa perlakuan),
terhadap lingkungan air yang tercemar. mengamati tingkah laku ikan lalu
4. Mengetahui respon tingkah laku Ikan menghitung jumlah gerakan membuka
mas (Cyprinus carpio) akibat dan menutup operkulum ikan selama 1
lingkungan air yang tercemar. menit. Memanaskan air hingga suhu
5. Mengetahui perubahan gerakan 30ºC dan 40ºC. Memasukkan air yang
operculum Ikan mas (Cyprinus carpio) telah dipanaskan ke dalam toples.
terhadap perubahan salinitas/ kadar Mengukur suhu kontrol awal.
garam air. Memasukkan ikan ke dalam toples
6. Mengetahui respon tingkah laku Ikan yang sudah berisi air panas. Mengamati
mas (Cyprinus carpio) akibat tingkah laku ikan, menghitung jumlah
perubahan salinitas/ kadar garam air. gerakan operkulum ikan selama 1
menit.
Menyediakan air dingin yang sudah
2. METODE PENELITIAN
dicampur es batu pada suhu 10ºC dan
 Praktikum dilakukan pada hari Jumat,
20ºC di dalam toples. Memasukkan
23 Maret 2018 bertempat di
ikan ke dalam toples yang berisi air
laboratorium KKI FKIP Biologi gd D
dingin. Mengamati tingkah laku ikan,
UNS
Menghitung jumlah gerakan
 Alat dan bahan
operkulum ikan selama 1 menit.
Alat yang kami gunakan diantaranya
Mencatat hasil pengamatan ke dalam
adalah toples 10 buah untuk
tabel pengamatan.
menampung ikan mas, timer atau
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 5

Perlakuan II – Pencemaran Air Menyiapkan air tawar (konsentrasi


Menyiapkan Ikan Mas garam 0,03%), air payau (konsentrasi
(Cyprinus carpio) sebanyak 10 ekor. garam 3%), air saline (konsentrasi
Membuat larutan deterjen dengan garam 5%), dan air garam (konsentrasi
konsentrasi 1 ppm dan 25 ppm, 50 ppm garam 10%). Memasukkan masing-
dan 75 ppm lalu memasukkan larutan masing larutan garam ke dalam toples.
deterjen yang sudah dibuat ke dalam Memasukkan ikan ke dalam masing-
toples. Memasukkan 5 ekor ikan ke masing toples yang berisi air.
dalam masing-masing toples yang Mengamati tingkah laku ikan,
berisi larutan deterjen. Mengamati Menghitung jumlah gerakan membuka
tingkah laku ikan, menghitung jumlah dan menutupnya operkulum ikan
gerakan membuka dan menutupnya selama 1 menit. Mencatat hasil
operkulum ikan selama 1 menit. pengamatan ke dalam tabel
Mengamati jumlah mortalitas ikan pengamatan.
pada menit ke 1, 2, 3, 4 dan 5.
Mencatat hasil pengamatan ke dalam  Metode analisis data
tabel pengamatan. Analisis data dengan menghitung rata-
rata perubahan suhu, detergen, dan
Perlakuan III – Perubahan Salinitas salinitas

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan Tingkah Laku Ikan Gerakan Operkulum Rata-


Suhu (Menit) rata
1’ 2’ 3’ 4’ 5’ 1’ 2’ 3’ 4’ 5’

10oC Aktif Lambat Pasif Semakin Lemas 72 58 50 41 40 52,2


pasif
o
20 C Lebih Aktif Aktif Aktif Aktif 140 116 110 107 113 117,2
Aktif
o
30 C Aktif Cukup Aktif Aktif Cukup 190 200 180 189 170 185,8
sekali Aktif aktif
o
40 C Sangat Tidak pasif pasif Pasif 190 220 218 219 230 214,6
aktif seimba sekali
ng

Tabel 1 : perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum yang disebabkan oleh perbedaan suhu
Laporan Ekologi Hewan Maret 2018
Pendidikan Biologi 2015

Pada tabel di atas terlihat perbedaan operkulum, ikan mengambil udara


tingkah laku ikan dan gerakan operculum dipermukaan air, dan ikan menjadi tidak aktif
karena perbedaan suhu. Suhu yang digunakan bahwa suhu air yang tinggi dan juga kelarutan
bervariasi. oksigen (DO) yang rendah menyebabkan ikan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa akan bekerja lebih maksimal untuk
semakin tinggi suhu perlakuan maka tingkah memompakan air lebih cepat ke dalam
laku ikan semakin aktif dan agresif. Sedangkan permukaan insang untuk proses pernafasan.
gerakan operkulum ikan semakin cepat karena Peningkatan temperatur air menyebabkan
ikan berusaha memompa jantung lebih cepat perubahan perilaku ikan nila berupa pergerakan
karena oksigen yang dibutuhkan ikan pasif, menurunnya refleks, dan gerakan
bertambah. Data pengamatan sesuai dengan operkulum menjadi lebih cepat (Aliza et al.,
teori yang menyatakan bahwa perubahan suhu 2013)
sebesar 5° C di atas normal dapat
menyebabkan stres pada ikan bahkan
kerusakan jaringan dan kematian Perubahan
perilaku ikan dapat berupa cepatnya gerakan

Perlakuan Tingkah Laku Ikan Gerakan Operkulum Rata-


Detergen (Menit) rata
1’ 2’ 3’ 4’ 5’ 1’ 2’ 3’ 4’ 5’

1ppm Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 108 120 104 92 85 101,8
Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif
25ppm Aktif Kurang Kurang Aktif Aktif 107 91 81 92 90 92,1
Aktif Aktif
50ppm Aktif Aktif Kurang Kurang Kurang 96 88 58 60 54 71,2
Aktif Aktif Aktif
75ppm Aktif Aktif Kurang Kurang Kurang 81 77 68 62 59 69,4
Aktif Aktif Aktif
Tabel 2 : perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi detergen

Tabel di atas menyatakan bahwa terdapat lebih aktif serta gerakan operkulum menjadi
perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum lebih lambat. Gerakan operkulum yang lambat
setelah pemberian perlakuan konsentrasi dikarenakan insang yang rusak sehingga fungsi
detergen yang berbeda. fisiologis ikan terhambat.
Semakin tinggi konsentrasi detergen berarti Pengamatan tidak sesuai teori bahwa bahwa
semakin tingi pencemaran pada air tersebut penurunan DO air menyebabkan ikan
yang mengakibatkan tingkah laku ikan menjadi mempercepat gerakan operkulumnya agar ikan
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 7

dapat menyuplai oksigen yang dibutuhkan oleh makan. Banyaknya zat pencemar pada air
tubuh. limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
Seharusnya hasilnya bukaan operkulum oksigen terlarut dalam air tersebut, sehingga
semakin cepat. akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang
Selain itu, detergen dapat merusak anatomi membutuhkan oksigen terganggu serta
ikan. Deterjen berbahaya bagi ikan biarpun mengurangi perkembangannya. Selain itu
konsentrasinya kecil. Misalnya natrium dodesil kematian dapat pula disebabkan adanya zat
benzena sulfonat dapat merusak insang ikan, beracun yang juga menyebabkan kerusakan
biarpun hanya 5 ppm. Ikan dapat bertahan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat
selama sebulan jika deterjen mencapai 3 ppm. matinya bakteri-bakteri, maka proses
(Wulansari & Ardiansyah, 2015) penjernihan air secara alamiah yang seharusnya
Bahan aktif dari deterjen seperti Alkyl Benzene terjadi pada air limbah juga terhambat.
Sulfonate (ABS) dapat menghancurkan sel, Tingkah laku ikan karena penambahan
kemudian mengganggu proses yang penting konentrasi detergen menjadi lebih aktif. Sesuai
pada organisme. Insang sebagai organ yang teori karena Pada konsentrasi ini benih ikan
penting memiliki sifat sensitive yang tinggi mas sudah mengalami stres yang ditunjukkan
terhadap racun di perairan. Kerusakan organ oleh tingkah laku ikan yang lebih sering berada
respirasi ini disebabkan karena terjadinya iritasi dipermukaan, tidak mampu beradaptasi dengan
pada permukaan insang sehingga mengganggu kondisi DO yang semakin berkurang sehingga
proses respirasi. Selain merusak insang, dapat menyebabkan kematian (shusi novita
deterjen jugamerusak indra perasa ikan siregar, irwanmay, 2004)
sehingga ikan akan kesulitan dalam mencari

Perlakuan Tingkah Laku Ikan Gerakan Operkulum Rata-


Salinitas (Menit) rata
1’ 2’ 3’ 4’ 5’ 1’ 2’ 3’ 4’ 5’

0,03% Masih Mulai Pasif Pasif Pasif 129 96 103 100 106 106,8
aktif pasif
3% Sangat Sangat Mulai pasif Diam 152 138 156 58 81 117
Aktif Aktif pasif
5% Sangat Sangat Mulai Aktif Diam 123 148 115 37 13 87,2
Aktif aktif pasif
10% Sangat pasif Sangat Sangat diam 132 7 13 25 38 43
aktif pasif pasif
Tabel 3 : perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum yang disebabkan oleh perbedaan salinitas
Laporan Ekologi Hewan Maret 2018
Pendidikan Biologi 2015

Berdasarkan tabel di atas terdapat semakin tinggi salinitas semakin rendah


perbedaan perilaku dan gerakan operculum kadar oksigen terlarut dalam air. Oleh
ikan karena variabel konsentrasi garam. karena itu Ikan Tawes (Barbonymus
Berdasarkan pada tabel dapat diketahui gonionotus) menggerakkan operkulum
bahwa penambahan konsentrasi salinitas dengan lebih cepat sebagai respon
mengakibatkan tingkah laku ikan semakin fisiologis untuk mempertahankan
agresif lalu menurun pada konsentrasi ke-2 konsentrasi oksigen di dalam tubuhnya.
sampai ke-4. Saat salinitas berada diatas nilai optimum,
Hal ini sesuai dengan teori bahwa ikan akan berusaha mempertahankan laju
perlakuan panambahan salinitas akan metabolismenya dengan cara
mengakibatkan ikan agresif sampai berosmoregulasi yang membutuhkan
salinitas tertentu kemudian itkan akan energi besar. Metabolisme hanya akan
semakin pasif berjalan bila ada oksigen sebagai bahan
Terjadi penurunan frekuensi bukaan pembakar makanan, sedangkan kadar
operkulum mulai salinitas 10 ppt dan terus oksigen semakin berkurang sejalan dengan
menurun sampai dengan salinitas 15 ppt. meningkatnya salinitas. Akibatnya ikan
Saat salinitas berada diatas nilai optimum, akan kekurangan energi untuk kegiatan
ikan akan berusaha mempertahankan laju metabolisme sehingga kemampuan untuk
metabolismenya dengan cara memompa air ke dalam insang juga
berosmoregulasi yang membutuhkan berkurang. Keadaan ini yang menyebabkan
energi besar. Metabolisme hanya akan bukaan operkulum ikan melambat secara
berjalan bila ada oksigen sebagai bahan drastis (Mulyanti et al., 2018)
pembakar makanan, sedangkan kadar 250
oksigen semakin berkurang sejalan dengan 200
v1
meningkatnya salinitas. Akibatnya ikan 150
v2
akan kekurangan energi untuk kegiatan 100
v3
metabolisme sehingga kemampuan untuk 50 v4
memompa air ke dalam insang juga 0
salinitas detergent suhu
berkurang. (Mulyanti, Boesono, &
Sardiyatmo, 2018) Gb. 1 perubahan buka tutup operkulum pada
perlakuan salinitas, detergent dan suhu dengan 4
Peningkatan salinitas menurut tabel
variabel berbeda
pengamatan mengakibatkan buka tutup
Histogram di atas merupakan representasi
operkulum pada ikan naik lalu turun.
dari perubahan buka tutup operkulum yang
Pengamatan ini juga sesuai teori
dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 9

detergent. Hasil menunjukkan terdapat 142–145.


Darmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang :
perbedaan buka tutup operkulum pada tiga Universitas Negeri Malang
Begon, M., T.L. Harper & C.R. Townsend.
perlakuan berbeda. 1986.Ecology: Individuals Populations and
Communities
Blacwell. Oxfor.Kendeigh, S.C.1980. Ecology With Special
4. SIMPULAN Reference to Animal & Man. New Jersey.:
PrenticeHall.
Kramadibrata, H. (1996). Ekologi Hewan. Bandung :
Terdapat perbedaan tingkah laku dan
Institut Teknologi Bandung Press.
bukaan operkulum pada variabel suhu, Lubis, M. Z., & Pujiyati, S. (2013). PENGARUH
AKLIMATISASI KADAR GARAM
salinitas dan detergent. TERHADAP NILAI KEMATIAN DAN
TINGKAH LAKU IKAN GUPPY ( POECILIA
Peningkatan suhu menyebabkan RETICULATA ) SEBAGAI PENGGANTI
UMPAN IKAN CAKALANG ( Katsuwonus
tingkah laku ikan menjadi agresif dan buka Pelamis ) ( THE IMPACT OF
ACCLIMATIZATION OF VARIOUS
tutup operkulum semakin cepat karena
SALINITY TO AGAINTS MORTALITAS
peningkatan suhu mengakibatkan RATE AND B. Jurnal Teknologi Perikanan
Dan Kelautan, 4(2), 109–115.
kandungan oksigen di dalam air berkurang Mulyanti, Y., Boesono, H., & Sardiyatmo. (2018).
ANALISIS SURVIVAL RATE TAWES
sehingga ikan memacu jantung untuk lebih (Barbonymus gonionotus) TERHADAP
PERBEDAAN SALINITAS SEBAGAI
aktif memompa darah dan berdampak pada ALTERNATIF UMPAN HIDUP PADA
PENANGKAPAN CAKALANG. Journal of
buka tutup operkulum
Fisheries Resources Utilization Management
Peningkatan kadar detergen and Technology, 7(1), 11–19.
shusi novita siregar, irwanmay, rusdi leidonald.
meningkatkan buka tutup operkulum dan (2004). UJI TOKSISITAS PELEMBUT
PAKAIAN TERHADAP BENIH IKAN MAS (
perilaku semakin aktif Cyprinus carpio L.), 75–84.
Sinaga, A. C. H., Usman, S., & Nurmatias. (n.d.).
Peningkatan salinitas mengakibatkan Pengaruh Garam (NaCl) terhadap Pengendalian
Infeksi Argulus sp. pada Ikan Mas (Cyprinus
perilaku ikan menjadi naik pada salinitas
carpio).
tertentu dan menurun sampai salinitas Wulansari, F. D., & Ardiansyah. (2015).
PENGARUH DETERGEN TERHADAP
tertentu. MORTALITAS BENIH IKAN PATIN
SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN
KIMIA LINGKUNGAN. EduSains, 1, 2338–
5. DAFTAR PUSTAKA 4387.

Aliza, D., Winaruddin, & Sipahutar, L. W. (2013). 6. LAMPIRAN


Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap
Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, Dan 1 lembar lampiran laporan sementara
Histopatologi Insang Ikan Nila ( Oreochromis 1 lembar foto dokumentasi
Niloticus ). Jurnal Medika Vetenaria, 7(2),
10 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai