serta merugikan dan merusak Sumber selalu berakibat mematikan pada ikan
Daya Alam (SDA). Penyebab pencemaran tetapi dapat menyebabkan gangguan status
sebenarnya adalah sisa-sisa benda yang kesehatan untuk jangka panjang, misalnya
dibuat, dipakai dan dibuang oleh manusia stres yang menyebabkan tubuh lemah,
secara sengaja maupun tidak di sengaja. kurus, dan tingkah laku abnormal .
Pencemaran meningkat bukan hanya Menurut Kordi , perubahan suhu sebesar
karena meningkatnya kebutuhan manusia, 5° C di atas normal dapat menyebabkan
tetapi karena semakin sempitnya lahan stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan
atau tempat yang layak untuk segala dan kematian. Respons ikan terhadap stres
aktivitas manusia yang semakin hari dapat dibagi atas tiga fase yaitu primer,
semakin meningkat. Deterjen adalah sekunder, dan tertier . Pada fase primer
bahan surfaktan atau bahan aktif terjadi respon umum neuroendokrin yang
permukaan, yang bereaksi dalam mengakibatkan dilepaskannya
menjadikan air menjadi lebih basah katekolamin dan kortisol dari kromafin
(wetter) dan sebagai bahan pencuci yang dan sel interrenal. Tingginya hormon
lebih baik. Sedangkan dalam kamus besar katekolamin dan kortisol dalam sirkulasi
bahasa Indonesia adalah bahan sintetik akan memicu respons sekunder yang
untuk pembersih noda pada akaian melibatkan metabolisme fisiologi. Kedua
sebagai pengganti sabun. Deterjen fase tersebut bersifat adaptif yaitu ikan
berbahaya bagi ikan biarpun mampu menyesuaikan dirinya terhadap
konsentrasinya kecil. Misalnya natrium stresor dan mampu mempertahankan
dodesil benzena sulfonat dapat merusak homeostasis. Sebaliknya, respon tertier
insang ikan, biarpun hanya 5 ppm. Ikan melibatkan perubahan sistemik yang
dapat bertahan selama sebulan jika menyebabkan ikan tidak dapat beradaptasi
deterjen mencapai 3 ppm. (Wulansari & terhadap stresor, bahkan menyebabkan
Ardiansyah, 2015) beberapa gangguan kesehatan seperti
Suhu merupakan salah satu faktor gangguan pertumbuhan, perubahan
fisika yang sangat penting di dalam air tampilan, gangguan reproduksi, dan
karena bersama- sama dengan zat/unsur perubahan perilaku . Perubahan perilaku
yang terkandung idalamnya akan ikan dapat berupa cepatnya gerakan
menentukan massa jenis air, densitas air, operkulum, ikan mengambil udara
kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia dipermukaan air, dan ikan menjadi tidak
air, dan memengaruhi jumlah oksigen aktif bahwa suhu air yang tinggi dan juga
terlarut di dalam air . Suhu tinggi yang kelarutan oksigen (DO) yang rendah
masih dapat ditoleransi oleh ikan tidak menyebabkan ikan akan bekerja lebih
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 3
maksimal untuk memompakan air lebih adalah: terdapat sungut peraba pada sudut
cepat ke dalam permukaan insang untuk mulut, sirip punggung memiliki 4 jari-jari
proses pernafasan. Peningkatan keras dan 16-18 jari-jari lunak, sirip dubur
temperatur air menyebabkan perubahan memiliki 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari
perilaku ikan nila berupa pergerakan pasif, lunak, srip perut memiliki 2 jari-jari keras
menurunnya refleks, dan gerakan dan 8 jari-jari lunak, sirip dada memiliki 1
operkulum menjadi lebih cepat (Aliza, jari-jari keras dan 13-16 jari-jari lunak,
Winaruddin, & Sipahutar, 2013) sisik-sisik gurat sisi jumlahnya ada 33-37
Ikan mas hidup pada kisaran suhu keping. Ikan mas termasuk jenis ikan air
antara 14 – 38 0C, pH air untuk budidaya tawar dan dijumpai di sungai, danau atau
ikan mas berkisar antara 6 – 9. kandungan genangan air yang arusnya tidak deras
oksigen terlarut sebesar 3 ppm merupakan ikan mas mudah menyesuaikan diri
konsentrasi minimum untuk kebutuhan dengan lingkungan, mudah beradaptasi
ikan (Sinaga, Usman, & Nurmatias, n.d.) dengan fluktuasi lingkungan yang relatif
ikan memilih temperatur dan kadar garam tinggi, misalnya perubahan suhu sampai
tertentu karena efek yang sama pada 50C dan penurunan oksigen sampai
gerakan (aktivitas) mereka, dan 2mg/liter ( Cahyono, 2000)
menyimpulkan bahwa perubahan
temperatur Parameter lingkungan yang Rumusan Masalah
diukur adalah suhu dan salinitas karena 1. Bagaimana perubahan gerakan operculum
kedua parameter fisika ini merupakan ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap
faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan suhu air?
tingkat stress ikan. Stress yang dialami 2. Bagaimana respon tingkah laku ikan mas
ikan dapat menyebabkan penyimpangan (Cyprinus carpio) akibat perubahan suhu
tingkah laku pada ikan. Posisi ikan air?
sesudah ditambahkan garam 720 gram 3. Bagaimana perubahan gerakan operculum
berkumpul di permukaan karena adanya Ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap
ancaman yaitu dengan bertambahnya lingkungan air yang tercemar?
salinitas. Pergerakan ikan pada saat 4. Bagaimana respon tingkah laku Ikan mas
setelah ditambahkan garam terlihat lebih (Cyprinus carpio) akibat lingkungan air
agresif dan gesit dikarenakan suatu yang tercemar.
lingkungan berubah (Lubis & Pujiyati, 5. Bagaimana perubahan gerakan operculum
2013) Ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap
ikan mas berasal dari iklim sedang di perubahan salinitas/ kadar garam air.
Asia dan Eropa. Ciri-ciri fisik ikan mas
4 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015
6. Bagaimana respon tingkah laku Ikan mas Stopwatch 1 buah untuk menghitung
(Cyprinus carpio) akibat perubahan waktu saat praktikum
salinitas/ kadar garam air. Bahan yang kami gunakan adalah Ikan
Mas (Cyprinus carpio) dalam kondisi
Tujuan baik, pergerakannya aktif; air sebagai
1. Mengetahui perubahan gerakan medium ikan agar bisa berenang,; air
operculum Ikan mas (Cyprinus carpio) panas, es batu dan garam dapur serta
terhadap perubahan suhu air. detergen cair sebagai variabel bebas
2. Mengetahui respon tingkah laku Ikan
mas (Cyprinus carpio) akibat Cara kerja
perubahan suhu air. Perlakuan I – perubahan suhu
3. Mengetahui perubahan gerakan Memasukkan ikan mas ke dalam toples
operculum Ikan mas (Cyprinus carpio) yang berisi air biasa (tanpa perlakuan),
terhadap lingkungan air yang tercemar. mengamati tingkah laku ikan lalu
4. Mengetahui respon tingkah laku Ikan menghitung jumlah gerakan membuka
mas (Cyprinus carpio) akibat dan menutup operkulum ikan selama 1
lingkungan air yang tercemar. menit. Memanaskan air hingga suhu
5. Mengetahui perubahan gerakan 30ºC dan 40ºC. Memasukkan air yang
operculum Ikan mas (Cyprinus carpio) telah dipanaskan ke dalam toples.
terhadap perubahan salinitas/ kadar Mengukur suhu kontrol awal.
garam air. Memasukkan ikan ke dalam toples
6. Mengetahui respon tingkah laku Ikan yang sudah berisi air panas. Mengamati
mas (Cyprinus carpio) akibat tingkah laku ikan, menghitung jumlah
perubahan salinitas/ kadar garam air. gerakan operkulum ikan selama 1
menit.
Menyediakan air dingin yang sudah
2. METODE PENELITIAN
dicampur es batu pada suhu 10ºC dan
Praktikum dilakukan pada hari Jumat,
20ºC di dalam toples. Memasukkan
23 Maret 2018 bertempat di
ikan ke dalam toples yang berisi air
laboratorium KKI FKIP Biologi gd D
dingin. Mengamati tingkah laku ikan,
UNS
Menghitung jumlah gerakan
Alat dan bahan
operkulum ikan selama 1 menit.
Alat yang kami gunakan diantaranya
Mencatat hasil pengamatan ke dalam
adalah toples 10 buah untuk
tabel pengamatan.
menampung ikan mas, timer atau
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 5
Tabel 1 : perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum yang disebabkan oleh perbedaan suhu
Laporan Ekologi Hewan Maret 2018
Pendidikan Biologi 2015
1ppm Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 108 120 104 92 85 101,8
Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif
25ppm Aktif Kurang Kurang Aktif Aktif 107 91 81 92 90 92,1
Aktif Aktif
50ppm Aktif Aktif Kurang Kurang Kurang 96 88 58 60 54 71,2
Aktif Aktif Aktif
75ppm Aktif Aktif Kurang Kurang Kurang 81 77 68 62 59 69,4
Aktif Aktif Aktif
Tabel 2 : perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi detergen
Tabel di atas menyatakan bahwa terdapat lebih aktif serta gerakan operkulum menjadi
perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum lebih lambat. Gerakan operkulum yang lambat
setelah pemberian perlakuan konsentrasi dikarenakan insang yang rusak sehingga fungsi
detergen yang berbeda. fisiologis ikan terhambat.
Semakin tinggi konsentrasi detergen berarti Pengamatan tidak sesuai teori bahwa bahwa
semakin tingi pencemaran pada air tersebut penurunan DO air menyebabkan ikan
yang mengakibatkan tingkah laku ikan menjadi mempercepat gerakan operkulumnya agar ikan
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 7
dapat menyuplai oksigen yang dibutuhkan oleh makan. Banyaknya zat pencemar pada air
tubuh. limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
Seharusnya hasilnya bukaan operkulum oksigen terlarut dalam air tersebut, sehingga
semakin cepat. akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang
Selain itu, detergen dapat merusak anatomi membutuhkan oksigen terganggu serta
ikan. Deterjen berbahaya bagi ikan biarpun mengurangi perkembangannya. Selain itu
konsentrasinya kecil. Misalnya natrium dodesil kematian dapat pula disebabkan adanya zat
benzena sulfonat dapat merusak insang ikan, beracun yang juga menyebabkan kerusakan
biarpun hanya 5 ppm. Ikan dapat bertahan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat
selama sebulan jika deterjen mencapai 3 ppm. matinya bakteri-bakteri, maka proses
(Wulansari & Ardiansyah, 2015) penjernihan air secara alamiah yang seharusnya
Bahan aktif dari deterjen seperti Alkyl Benzene terjadi pada air limbah juga terhambat.
Sulfonate (ABS) dapat menghancurkan sel, Tingkah laku ikan karena penambahan
kemudian mengganggu proses yang penting konentrasi detergen menjadi lebih aktif. Sesuai
pada organisme. Insang sebagai organ yang teori karena Pada konsentrasi ini benih ikan
penting memiliki sifat sensitive yang tinggi mas sudah mengalami stres yang ditunjukkan
terhadap racun di perairan. Kerusakan organ oleh tingkah laku ikan yang lebih sering berada
respirasi ini disebabkan karena terjadinya iritasi dipermukaan, tidak mampu beradaptasi dengan
pada permukaan insang sehingga mengganggu kondisi DO yang semakin berkurang sehingga
proses respirasi. Selain merusak insang, dapat menyebabkan kematian (shusi novita
deterjen jugamerusak indra perasa ikan siregar, irwanmay, 2004)
sehingga ikan akan kesulitan dalam mencari
0,03% Masih Mulai Pasif Pasif Pasif 129 96 103 100 106 106,8
aktif pasif
3% Sangat Sangat Mulai pasif Diam 152 138 156 58 81 117
Aktif Aktif pasif
5% Sangat Sangat Mulai Aktif Diam 123 148 115 37 13 87,2
Aktif aktif pasif
10% Sangat pasif Sangat Sangat diam 132 7 13 25 38 43
aktif pasif pasif
Tabel 3 : perubahan tingkah laku dan gerakan operkulum yang disebabkan oleh perbedaan salinitas
Laporan Ekologi Hewan Maret 2018
Pendidikan Biologi 2015
FOTO DOKUMENTASI