Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH PRESKRIPSI

DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI

TEAM PENYUSUN :

MAGHFIRA VARRA .R.I (201510410311004)


BUDI PRASETYO .M (201510410311021)
NARULITA DWI PUSPITASARI (201510410311033)
NUR INDAH HIDAYATI (201510410311042)
JUNIARTI (201510410311043)
YUSMA INDAYANA (201510410311046)
SEPTIANI TRI AYUNINGSIH (201510410311047)

KELOMPOK 3
FARMASI A

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb
Alhamdulillah banyak nikmat yang Allah berikan tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah swt, Tuhan semesta alam atas segala berkat
dan rahmat serta hidayahNya yang tiada terkira besarnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Diabetes dan Hipertensi”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang membantu penulis menyelesaikan makalah ini. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan manfaat dan menuntun pada langkah yang
lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum wr wb

Malang, 28 April 2018

Penulis

2
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................6
1.3 Tujuan...............................................................................................................7
1.4 Manfaat............................................................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Patafisiologi Diabetus Miletus...........................................................................8
2.2 Etiologi .............................................................................................................9
2.3 Manifestasi........................................................................................................11
2.4 Gejala Klinis......................................................................................................12
2.5 Definisi Hipertensi.............................................................................................12
2.6 Penyebab...........................................................................................................13
2.7 Patafisiologi Hipertensi.....................................................................................14
2.8 Gejala Klinis.....................................................................................................14
2.9 Terapi Farmakologi DM...................................................................................15
2.10 Terapi Farmakologi Hipertensi.......................................................................20
2.11 Pertimbangan Khusus......................................................................................45
2.12 Terapi Non Farmakologi DM..........................................................................47
2.13 Terapi Non Farmakologi Hipertensi................................................................47
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................48
3.2 Saran..................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................49

3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di
atasnilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolism glukosa akibat
kekurangan insulin baik secara absolute maupun relatif.(Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia denganpopulasi
230 jutajiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam jumlah penderita diabetes
terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan
menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7persen di perkotaan dan 7,2 persen di
pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148
juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita
diabetes (http://health.liputan6.com. Diakses 25 April 2015).
Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan
terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika
kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit
menahun tersebut dapat dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai factor genetik,
lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes (Soegondo, et al.,
2005).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di Negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi
merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan
140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit jantung, dangan gangguan anak ginjal.Hipertensi sering kali
tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi.Oleh karena itu, hipertensi perlu
dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Sidabutar, 2009).

5
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkansekitar 972 juta orang atau
26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan 50,54% priadan 49,49
% wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012).
Data statistic dari Nasional Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa
sekitar 1.200.000 orang Australia (15% penduduk dewasa di Australia) menderita
hipertensi.Besarnya penderita di Negara barat seperti, Inggris, Selandia Baru, dan Eropa
Barat juga hamper Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasienhi pertensi untuk
dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi.
Hal ini dikarenakan sebagian besar penderita hipertensi lansia bertempat tinggal di
pedesaan dan pendidikannya masih rendah.Pendidikan yang rendah pada pasien
hipertensi lansia tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai penyakit
hipertensi secara baik .Pengetahuan pasien hipertensi lansia yang kurang ini berlanjut
pada kebiasaan yang kurang baik dalam hal perawatan hipertensi.Lansia tetap
mengkonsumsi garam berlebih, kebiasaan minum kopi merupakan contoh bagaimana
kebiasaan yang salah tetap dilaksanakan.Pengetahuan yang kurang dan kebiasaan yang
masih kurang tepat pada lansia hipertensi dapat mempengaruhi motivasi lansia dalam
berobat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana patofisiologis dari Diabetes Mellitus?
2. Bagaimana etiologidari Diabetes Mellitus?
3. Bagaimana epidemiologi dari Diabetes Mellitus?
4. Bagaimana gejala klinis dari Diabetes Mellitus?
5. Bagaimana terapi farmakologis dari Diabetes Mellitus?
6. Bagaimana terapi non farmakologis dari Diabetes Mellitus?
7. Bagaimana patofisiologis dari Hipertensi?
8. Bagaimana etiologi dari Hipertensi?
9. Bagaimana epidemiologi dari Hipertensi?
10. Bagaimana gejala klinis dari Hipertensi?
11. Bagaimana terapi farmakologis dari Hipertensi?
12. Bagaimana terapi non farmakologis dari Hipertensi?

6
1.3. Tujuan
1. UntukmengetahuipatofisiologisdariDiabetes Mellitus
2. UntukmengetahuietiologidariDiabetes Mellitus
3. UntukmengetahuiepidemiologidariDiabetes Mellitus
4. UntukmengetahuigejalaklinisdariDiabetes Mellitus
5. UntukmengetahuiterapifarmakologisdariDiabetes Mellitus
6. Untukmengetahuiterapi non farmakologisdariDiabetes Mellitus
7. UntukmengetahuipatofisiologisdariHipertensi
8. UntukmengetahuietiologidariHipertensi
9. UntukmengetahuiepidemiologidariHipertensi
10. UntukmengetahuigejalaklinisdariHipertensi
11. UntukmengetahuiterapifarmakologisdariHipertensi
12. Untukmengetahuiterapi non farmakologisdariHipertensi

1.4. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologis dari Diabetes Mellitus
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari Diabetes Mellitus
3. Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi dari Diabetes Mellitus
4. Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis dari Diabetes Mellitus
5. Mahasiswa dapat mengetahui terapi farmakologis dari Diabetes Mellitus
6. Mahasiswa dapat mengetahui terapi non farmakologis dari Diabetes Mellitus
7. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologis dari Hipertensi
8. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari Hipertensi
9. Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi dari Hipertensi
10. Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis dari Hipertensi
11. Mahasiswa dapat mengetahui terapi farmakologis dari Hipertensi
12. Mahasiswa dapat mengetahui terapi non farmakologis dari Hipertensi

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Patofisiologi Diabetes Melitus
a). DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin )

DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak


pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan
mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang
tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat kekurangan insulin
secara absolut (Tjokroprawiro, 2007).

Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas dan kualitasnya
cukup atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1 antara 30.000-35.000 ) jumlah
reseptor insulin pada orang normal ± 35.000. sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000
reseptor insulin (Tjokroprawiro, 2007).

DMT 1, biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh penderita
hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin,
oleh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap
harinya. DMT1 tanpa pengaturan harian, pada kondisi darurat dapat terjadi (Riskesdas,
2007).

b). DM Tipe 2 ( Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin =DMT 2)

DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi
sel beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut : (Tjokroprawiro, 2007)

1.Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, sehingga glukosa yang
sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum
memadai.

2.Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada obesitas


jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.

3.Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga


kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin
terganggu).

4.Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler


terganggu.

5.Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4.

8
DM tipe 2 ini Biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari
telah menderita dibetes tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius.
Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat
gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Riskesdas, 2007).

c). Diabetes Gestasional

Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang berlebihan saat
kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu
yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan
ADA, 2014)

2.2. Etiologi
Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darar terganggu ,
insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah tinggi.
peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan tubuh
berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan didalam air
kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan kadar gula dalam
darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini terjadi maka terjadilah
diabetes mellitus. (Tjokroprawiro, 2006 ).

Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin
kecukupan gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga
proses-proses kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat oleh
adanya hormon – hormon tertentu lainnya, terutama adrenalin dan nonadrenalin, yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar adrenal, yang juga dikenal sebagai katekolamin, dan
somatostatin (Bogdan Mc Wright, MD. 2008).

2.3. Manifestasi Klinis Diabetes Militus


Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan
karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka
timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang
bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan
berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat
kehilangan kalori. Selain itu pasien juga mengeluh lelah dan mengantuk (Price and
Wilson, 1995).

9
Pada diabetes tipe I, pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta
dapat meninggal jika tidak mendapatkan pengobatan dengan segera. Sedangkan pada
diabetes tipe II mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis
hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi
glukosa. Biasanya pasien tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi
insulin secara absolut namun hanya relatif (Price and Wilson, 1995).

2.4. Gejala klinik


Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering
dirasakan penderita diabetes antara lain :
 Poliuria (sering buang air kecil)
 Polidipsia (sering haus)
 Polifagia (banyak makan/mudah lapar)
 Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur
 Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu
 Kesemutan pada tangan atau kaki
 Timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus)
 Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus
(gatal-gatal pada kulit). Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak
ada. DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai
beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah
terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari
luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia,
obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf. (Depkes RI, 2005).

10
Sedangkan menurut (Agustina, 2009), beberapa keluhan dan gejala yang perlu
mendapat perhatian ialah :

 Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan
lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan
otot sehingga menjadi kurus.

b. Banyak kencing

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.

c. Banyak minum

Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa haus
ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa
haus itu penderita minum banyak.

d. Banyak makan

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam
darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

 Keluhan lain:
a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan Pada fase awal
penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong
penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat
dengan baik.

11
b. Gatal / Bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya
bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele
seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

c. Gangguan Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara
terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat
yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut
kemampuan atau kejantanan seseorang.

d. Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

2.5. Definisi Hipertensi


Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom,
1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan
diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara
105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius
dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

2.6. Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
( Lany Gunawan, 2001 )

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

12
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 %
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi


garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan
pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine,
prednison, epineprin ).

2.7. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

13
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

2.8. Gejala Klinis


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi


nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

14
2.9. Terapi Farmakologi Diabetes Melitus
Terapi yang biasanya diberikan pada pasien Diabetes Melitus adalah terapi bentuk
suntikan atau injeksi (insulin) dan terapi oral.

1. TERAPI INJEKSI
1.1. Insulin
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun
dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor,
yang disebut proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk
insulin dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang
mengandung zink dan insulin.(Neal, 2006)
Pelepasan insulin. Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan
insulin dari sel-sel β pulau Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan
lonjakan pada waktu makan. Sel-sel β memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosisn
trifosfat (ATP) intraseluler (kanal KATP). Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak
glukosa memasuki sel β dan metabolismenya menyababkan peningkatan ATP
intraseluler yang menutup kanal KATP. Depolarisasi sel β yang diakibatkannya
mengawali influks ion Ca2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu
pelepasan insulin. (Neal, 2006)
Reseptor insulin. Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran
yang terdiri dari dua sub unit α dan dua subunit β yang terikat secara kovalen oleh
ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada subunit α, kompleks insulin-reseptor
memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari
kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan oleh
kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu rantai kompleks
reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin. (Neal, 2006)
Insulin diberikan melalui suntikan subkutan dan kecepatan absorpsinya dapat
diperpanjang dengan memperbesar ukuran partikel (yaitu kristal lebih lambat daripada
amorf) atau dengan membuat kompleks insulin dengan zink atau protoamin.
Sediaan insulin dibagi menjadi 3 jenis, yaitu insulin dengan kerja singkat,
insulin dengan kerja menengah dan insulin dengan kerja panjang. (Neal, 2006)

a. Insulin kerja singkat. Insulin yang dapat larut (soluble insulin) adalah
larutan sedrhana insulin. (Awitan 30 menit, aktivitas puncak 2-4 jam,
menghilang dalam 8 jam), Insulin ini dapat diberikan intravena pada
kedaruratan hiperglikemia, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 30 menit
dengan cara ini. Insulin lispro dan insulin aspart adalah analog insulin yang
mempunyai awitan lebih cepat dan kerja yang lebih singkat daripada insulin
yang dapat larut.

15
b. Insulin kerja menengah dan panjang. Insulin ini mempunyai durasi kerja
antara 16 dan 35 jam. Semilente adalah suspensi insulin zink amorf. Lente
adalah campuran insulin zink amorf (30%) dan insulin zink kristal (70%).
Insulin zink kristal memperpanjang durasi sediaan ini.
c. Isofan insulin (NPH)adalah kompleks protamin dan insulin. Campuran ini
sedemikian rupa sehingga tidak terdapat tempat ikatan bebas yang tersisa pada
protamin. Setelah suntikan, enzim proteolitik mendegradasi protamin dan
insulin diabsorpsi. Durasi NPH sama dengan durasi Lente (sekitar 20 jam).
d. Campuran tetap lofasik mengandung berbagai proporsi insulin yang dapat
larut dan isofan insulin (misalnya 30% dapat larut dan 70 % isofan). Komponen
yang dapat larut memberikan awitan cepat dan isofan insulin memperpanjang
kerja obat.
e. Ultralente adalah suspensi dari insulin zink kristal yang kelarutannya buruk
dengan durasi sampai dengan 35 jam. Durasi panjang dari ultralente dapat
menyebabkan akumulasi insulin dan hipoglikemia yang berbahaya.
f. Insulin glargin larut pada pH asam, namun membentuk presipitat pada pH
jaringan yang lebih netral. Insulin glargin memiliki aktivitas “peakless (tanpa
puncak)” yang panjang (1-12 jam) dan diberikan sekali sehari.

1.2. Efek Samping Insulin

Hipoglikemia yang disebabkan oleh overdosis insulin atau asupan kalori yang
tidak adekuat merupakan komplikasi terapi insulin yang paling sering dan paling
serius. Pada keadaan hipoglikemia berat, koma dan kematian akan terjadi bila
pasien tidak diterapi dengan glukosa (secara intravena bila tidak sadar).

Antibodi Insulin. Semua insulin adalah imunogenik untuk beberapa hal


(terutama bovin), tetapi resistensi imunologis terhadap insulin jarang terjadi.

Lipohipertrofi sering terjadi dengan semua sediaan insulin, tetapi reaksi alergi
lokal pada tempat suntikan saat ini sangat jarang terjadi. (Neal, 2006)

1.3. Regimen Insulin

Sebagian besar pasien diabetes tipe I menggunakan regimen yang mencakup


insulin kerja singkat dicampur dengan insulin kerja menengah yang disuntikkan
subkutan dua kali sehari, sebelum makan pagi dan sebelum makan sore. Regimen
kontrol intensif yang lebih banyak dibutuhkan dibuat untuk menghasilkan
normoglikemia dengan tujuan mengurangi komplikasi diabetes. Salah satu regimen
adalah suntikan insulin kerja menengah, untuk memberikan kadar insulin dasar, dan
insulin yang dapat larut tiga kali sehari sebelum makan. (Neal, 2006)

16
2. Obat Diabetes Peroral
Obat diabetes oral dibagi menjadi 4 golongan, yaitu Insulin secretagogue, biguanide,
thiazolidindione, α-glucosidase inhibitor.

2.1.Insulin Secretagogue-Sulfonilurea
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah merangsang sekresi insulin dari
kelenjar pankreas dan juga menurunkan konsentrasi serum glukagon.
a. Tolbutamide
Aspek Informasi Obat Pustaka

Indikasi PO : Untuk menurunkan kadar gula darah pada A to Z Drug Fact


pasien DM dengan non-insulin dependent (DM
tipe II) pasien hiperglikemia yang tidak dapat
dikontrol dengan hanya pengaturan diet.

Dosis PO Usually 1–2 g/hari (range, 0.25–3 g) A to Z Drug Fact


diberikan dalam 1-2 dosis terbagi
Kontraindikasi Hypersensitivity dengan sulfonylureas; A to Z Drug Fact
komplikasi diabetes yang disebabkan oleh
ketoasidosis dengan atau tanpa koma; pasien
diabetes tipe I dengan pemberian insulin tunggal;
diabetes yang terjadi pada ibu hamil
Efek Samping Sakit kepala, mual, muntah, ruam pada kulit, A to Z Drug Fact
urtikaria
Perhatian Ibu hamil kategori C A to Z Drug Fact

Interaksi Alkohol :Sulfonilurea dapat meningkatkan efek


toksik dari alkohol
Cimetidine : Dapat menurunkan metabolisme
dari Sulfonilurea
Chloramphenicol : Dapat menurunkan
metabolisme dari Sulfonilurea

b. Glimepiride
Aspek Informasi Obat Pustaka

Indikasi Untuk pasien DM tipe II yang hiperglikemia A to Z Drug Fact


yang tidak da[pat dikontrol hanya dengan diet
dan olahraga saja; dikombinasikan dengan
insulin pada pasien DM tipe II

Dosis Dewasa PO : 1-2 mg setiap hari ketika sarapan A to Z Drug Fact


pagi.
Maintenance: 1 and 4 mg sehari (maximum 8

17
mg/hari).

Kontraindikasi Hypersensitivity dengan sulfonylureas; A to Z Drug Fact


komplikasi diabetes yang disebabkan oleh
ketoasidosis dengan atau tanpa koma;
Efek Samping Sakit kepala, mual, muntah, badan tersa lemah, A to Z Drug Fact
hipoglikemia
Perhatian Ibu hamil kategori C A to Z Drug Fact

Interaksi Alkohol :Sulfonilurea dapat meningkatkan efek


toksik dari alkohol
Cimetidine : Dapat menurunkan metabolisme
dari Sulfonilurea
Chloramphenicol : Dapat menurunkan
metabolisme dari Sulfonilurea

c. Nateglinide
Aspek Informasi Obat Pustaka

Indikasi Sebagai monoterapi untuk menurunkan gula A to Z Drug Fact


darah pada pasien dengan DM tipe II (DM non-
insulin dependent) yang hiperglikemia tidak
dapat dikendalikan oleh makanan dan olahraga
saja dan belum lama di terapi dengan agen
antidiabetic lainnya; dikombinasikan dengan
metformin, pada pasien yang hiperglikemia tidak
dapat diatasi hanya dengan pemberian
metrformin saja
Dosis Dewasa : PO 120 mg 3 kali sehari, 1-30 menit A to Z Drug Fact
sebelum makan, diberikan tunggal ataupun
dikombinasikan dengan metformin.
Kontraindikasi DM tipe I; diabetes ketoasidosis A to Z Drug Fact
Efek Samping Sakit kepala, mual, muntah, badan terasa nyaeri, A to Z Drug Fact
hipoglikemia, diare
Perhatian Ibu hamil kategori C A to Z Drug Fact

Interaksi Alkohol :Sulfonilurea dapat meningkatkan efek


toksik dari alkohol
Cimetidine : Dapat menurunkan metabolisme
dari Sulfonilurea
Chloramphenicol : Dapat menurunkan
metabolisme dari Sulfonilurea

18
2.2.Biguanide
a. Metformin
Mekanisme kerja obat ini adalah bekerja langsung pada hepar, menurunkan
produksi glukosa hati. Tidak merangsang sekresi insulin oleh kelenjar pankreas.
Efek samping dari obat ini adalah gangguan pada sistem gastrointestinal
(anoreksia, mual, muntah, tidak nyaman pada perut, diare) dan terjadi pada lebih
dari 20% pasien.

Aspek Informasi Obat Pustaka

Indikasi Untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien A to Z Drug Fact
DM tipe II yang hiperglikemia tidak dapat
dikendalikan dengan diet saja
Dosis Dewasa : Initial dose: PO 500 mg 2 x sehari, A to Z Drug Fact
(max, 2500 mg/haridalam dosis terbagi)
ADULTS: Initial dose: PO 850 mg/hari, (max,
2550 mg/ haridalam dosis terbagi).
Kontraindikasi Kelainan ginjal dengan erum kreatinin A to Z Drug Fact
>1,5mg/dL pada pria atau > 1,4 mg/dL pada
wanita.
Efek Samping Sakit kepala, mual, muntah, badan terasa nyaeri, A to Z Drug Fact
hipoglikemia, diare
Perhatian Ibu hamil kategori C A to Z Drug Fact

Interaksi Alkohol :Potensial efek pafa metabolisme laktat A to Z Drug Fact


dari metformin
Cimetidine : Dapat meningkatkan konsentrasi
serum metformin
Cation Drugs (Amiloride, Digoxin, Quinidine) :
Dapat meningkatkan konsentrasi serum dari
metformin

2.3.Thiazolidindione
Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan cara meningkatkan kepekaan
tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARY (peroxisome
protiferator activated receptor -gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin. Juga obat ini menurunkan kecepatan glikoneogenesis.
a. Pioglitazone
Aspek Informasi Obat Pustaka

Indikasi Diabetes tipe II, juga dapat dilanjutkan dengan A to Z Drug Fact
sulfonylurea, metformin, or insulin.

19
Dosis PO 15 or 30 mg/hari, sampai 45 mg/hari. Jika A to Z Drug Fact
monoterapi saja tidak cukup
Kontraindikasi Standar pertimbang A to Z Drug Fact
Efek Samping Sakit kepala, bengkak, ISPA, sinusitis, faringitis A to Z Drug Fact
Perhatian Ibu hamil kategori C A to Z Drug Fact

Interaksi Kontrasepsi oral : Dapat menurunkan kedua A to Z Drug Fact


komponen hormon dalam oral kontrasepsi
sebesar 30% penurunan efektivitas

b. Rosiglitazone
Aspek Informasi Obat Pustaka

Indikasi Sebagai terapi untuk memperbaiki glikemic pada A to Z Drug Fact


pasien DM tipe II yang sudah diterapi dengan
kombinasi rosiglitazone dan metformin atau
tidak mampu diterapi dengan metformin saja
Dosis Tidak adekuat dengan terapi tunggal Metformin A to Z Drug Fact
Dewasa PO : dimulai 4 mg rosiglitazone setiap
hari + Metformin
Tidak adekuat dengan terapi tunggal
Rosiglitazone
Dewasa PO : dimulai 1000mg metformin setiap
hari + rosiglitazone
Kontraindikasi Pasien dengan kerusakan ginjal A to Z Drug Fact
Efek Samping Sakit kepala, mual, muntah, badan terasa nyaeri, A to Z Drug Fact
hipoglikemia, diare
Perhatian Ibu hamil kategori C A to Z Drug Fact

Interaksi Alkohol :Potensial efek pada metabolisme laktat A to Z Drug Fact


dari metformin
Kalsium bloker channel agent : Agen-agen
tersebut cenderung mengakibatkan hiperglikemia
dan dapat kehilangan kontrol kadar gula darah
Furosemid : Level plasma metformin tinggi
sementara level furosemid rendah

2.4.α-Glucosidase Inhibitor
Mekanisme kerja dari obat golongan ini adalah dengan menghambat enzim α-
glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase, sukrose) yang nantinya akan
mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorpsinya sehingga mengurangi
kadar glukosa post prandial. Obat ini diberikan pada suapan pertama setelah makan.
a. Acarbose

20
Aspek Informasi Obat Pustaka

Indikasi Pasien dengan NIDDM yang gagal dengan terapi A to Z Drug Fact
diet. Dapat digunakan sendiri ataupun
dikombinasikan dengan sulfonilurea
Dosis Dewasa : PO 25 mg 3 x sehari setelah makan. A to Z Drug Fact

Kontraindikasi Diabetes ketoasidosis, sirosis, ulser, gangguan A to Z Drug Fact


pada usus atau gangguan pada proses absorbsi
Efek Samping Nyeri perut, diare, meningkatkan serum A to Z Drug Fact
transaminase
Perhatian Ibu hamil kategori B A to Z Drug Fact

Interaksi Intestinal absorbents : Dapat menurunkan efikasi A to Z Drug Fact


dari acarbose
Kortikosteroid : Dapat menurunkan kontrol
glukosa

b. Miglitol
Aspek Informasi Obat Pustaka

Indikasi Pasien dengan NIDDM yang gagal dengan terapi A to Z Drug Fact
diet. Dapat digunakan sendiri ataupun
dikombinasikan dengan sulfonilurea
Dosis Dewasa : PO 25 mg 3 x sehari setelah makan. A to Z Drug Fact
Setelah 4-8 minggu dapat ditingkatkan sampai
50mg/dosis untuk 3 bulan
Kontraindikasi Diabetes ketoasidosis, sirosis, ulser, gangguan A to Z Drug Fact
pada usus atau gangguan pada proses absorbsi
Efek Samping Ruam pada kulit, nyeri perut, diare A to Z Drug Fact
Perhatian Ibu hamil kategori B A to Z Drug Fact

Interaksi Intestinal absorbents : Dapat menurunkan efikasi A to Z Drug Fact


dari acarbose
Kortikosteroid : Dapat menurunkan kontrol
glukosa

21
2.10. Terapi Farmakologi Hipertensi
1. GOLONGAN DIURETIK
Diuretik adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran
garam (NaCl). Dengan turunnya kadar Na+, maka tekanan darah akan turun, dan efek
hipotensinya kurang kuat. Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya
kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang
hemat kalium.
Diuretik tiazid adalah diuretic dengan potensi menengah yang menurunkan
tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus
distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga mempunyai
efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek
antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi
luas dan dimetabolisme di hati.
Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 1‐2 jam setelah pemberian dan
bertahan sampai 12‐24 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari. Efek
antihipertensi terjadi pada dosis rendah dan peningkatan dosis tidak memberikan
manfaat pada tekanan darah, walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi. Efek
tiazid pada tubulus ginjal tergantung pada tingkat ekskresinya, oleh karena itu tiazid
kurang bermanfaat untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Efek samping Peningkatan eksresi urin oleh diuretik tiazid dapat
mengakibatkan hipokalemia, hipo‐natriemi, dan hipomagnesiemi. Hiperkalsemia
dapat terjadi karena penurunan ekskresi kalsium. Interferensi dengan ekskresi asam
urat dapat mengakibatkan hiperurisemia, sehingga pewnggunaan tiazid pada pasien
gout harus hati‐hati. Diuretik tiazid juga dapat mengganggu toleransi glukosa (resisten
terhadap insulin) yang mengakibatkan peningkatan resiko diabetes mellitus tipe 2.
Efek samping yang umum lainnya adalah hiperlipidemia, menyebabkan
peningkatan LDL dan trigliserida dan penurunan HDL. 25% pria yang mendapat
diuretic tiazid mengalami impotensi, tetapi efek ini akan hilang jika pemberian tiazid
dihentikan
a. Spironolactone
Informasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi Spironolakton 100 mg ISO vol 49
hal 264
Indikasi Indikasi Manajemen edema terkait dengan ekskresi DIH ed 17th
aldosteron yang berlebihan; hipertensi; gagal
jantung kongestif; hiperaldosteronisme primer;
hipokalemia; sirosis hati disertai dengan edema atau
asites
Kontraindikasi KontraindikasiHypersensitivitas terhadap DIH ed 17th
spironolactone atau komponen dari formulasi;
anuria; insufisiensi ginjal akut; gangguan fungsi
ekskresi ginjal yang signifikan; hiperkalemia;
kehamilan (hipertensi yang diinduksi kehamilan -
per ahli analisis)

22
Dosis Dosis: Dewasa Untuk mengurangi penundaan onset DIH ed 17th
efek, dosis muatan 2 atau 3 kali dosis harian dapat
diberikan pada hari pertama terapi. Oral:

Hipertensi (JNC 7): 25-50 mg / hari dalam 1-2 dosis


terbagi
Efek samping
Perhatian 1. Pertimbangan Geriatrik Ketika digunakan DIH ed 17th
dalam kombinasi dengan inhibitor ACE,
monitor pasien untuk hiperkalemia.
2. Faktor Risiko Kehamilan C / D pada
hipertensi yang diinduksi kehamilan (per
ahli analisis)
3. Diuretik umumnya dihindari pada
kehamilan karena risiko teoretis bahwa
penurunan volume plasma dapat
menyebabkan insufisiensi plasenta. Diuretik
tidak boleh digunakan selama kehamilan di
hadapan penurunan perfusi plasenta
(misalnya, pre-eklampsia, pembatasan
pertumbuhan intrauterin).
4. Tidak dianjurkan pada ibu menyusui karena
payudara memetabolit aktif spironolakton
telah ditemukan dalam ASI.
Catatan : Reaksi Merugikan Kejadian efek samping
tidak selalu dilaporkan. (Dosis harian rata-rata: 26
mg)
Interaksi 1. ACE Inhibitors: Diuretik hemat kalium
dapat meningkatkan efek hyperkalemic dari
ACE Inhibitors.
2. Amifostine: Antihipertensi dapat
meningkatkan efek hipotensi dari
Amifostine. Penatalaksanaan: Ketika
amifostine digunakan pada dosis
kemoterapi, obat antihipertensi harus
ditahan selama 24 jam sebelum pemberian
amifostin. Jika terapi antihipertensi tidak
dapat ditahan, amifostine tidak boleh
diberikan. Risiko D: Pertimbangkan
modifikasi terapi
3. Ammonium Chloride: Diuretik hemat
kalium dapat meningkatkan efek merugikan
/ beracun dari Ammonium Chloride.
Khususnya risiko asidosis sistemik. Risiko
D: Pertimbangkan modifikasi terapi
4. Angiotensin II Receptor Blockers: Dapat
meningkatkan efek hyperkalemic dari
Diuretik Potassium-Sparing. Risiko C:
Pantau terapi
5. Glikosida Jantung: Diuretik hemat kalium

23
dapat mengurangi efek terapeutik dari
Glikosida Kardiak. Secara khusus, efek
inotropik. Risiko C: Pantau terapi
6. Diazoxide: Dapat meningkatkan efek
hipotensi dari Antihipertensi. Risiko C:
Pantau terapi
7. Drospirenone: Dapat meningkatkan efek
hyperkalemic dari Diuretik Potassium-
Sparing. Risiko C: Pantau terapi
8. Eplerenone: Dapat meningkatkan efek
hyperkalemic dari Diuretik Potassium-
Sparing. Penatalaksanaan: Kombinasi ini
dikontraindikasikan pada pasien yang
menerima eplerenone untuk pengobatan
hipertensi. Risiko D: Pertimbangkan
modifikasi terapi
9. Herbal (Hypertensive Properties): Dapat
mengurangi efek antihipertensi dari
Antihipertensi. Risiko C: Pantau terapi
10. Herbal (Hipotensi): Dapat meningkatkan
efek hipotensi dari Antihipertensi. Risiko C:
Pantau terapi
11. Methylphenidate: Dapat mengurangi efek
antihipertensi dari Antihipertensi. Risiko C:
Pantau terapi
12. Mitotane: Diuretik hemat kalium dapat
mengurangi efek terapi Mitotane. Diuretik
dosis tinggi (misalnya, sindrom Cushing)
dapat menimbulkan risiko yang secara
signifikan lebih tinggi daripada dosis rendah
(misalnya, CHF). Risiko D: Pertimbangkan
modifikasi terapi
13. Garam Kalium: Dapat meningkatkan efek
hyperkalemic dari Diuretik Potassium-
Sparing. Risiko D: Pertimbangkan
modifikasi terapi
14. Prostacyclin Analogues: Dapat
meningkatkan efek hipotensi dari
Antihipertensi. Risiko C: Pantau terapi
15. QuiNIDine: Diuretik hemat kalium dapat
mengurangi efek terapi dari QuiNIDine.
Risiko C: Pantau terapi
16. RiTUXimab: Antihipertensi dapat
meningkatkan efek hipotensi dari
RiTUXimab. Risiko D: Pertimbangkan
modifikasi terapi
17. Yohimbine: Dapat mengurangi efek
antihipertensi dari Antihipertensi. Risiko C:
Pantau terapi

24
b. Chlortalidone
Informasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi
Indikasi Pengurangan edema yang berhubungan dengan CHF, A to Z Drug
sirosis hati, disfungsi ginjal, terapi kortikosteroid dan Fact
estrogen; manajemen hipertensi. Penggunaan tidak
berlabel: Pengobatan kalsium nefrolitiasis,
osteoporosis, diabetes insipidus
Kontraindikasi KontraindikasiHypersensitivitas terhadap A to Z Drug
spironolactone atau komponen dari formulasi; anuria; Fact
insufisiensi ginjal akut; gangguan fungsi ekskresi ginjal
yang signifikan; hiperkalemia; kehamilan (hipertensi
yang diinduksi kehamilan - per ahli analisis)
Dosis DEWASA: PO 25-100 mg setiap hari. Dosis> 25 mg / A to Z Drug
hari mempotensiasi ekskresi kalium tetapi tidak Fact
menguntungkan ekskresi natrium atau penurunan BP.
Efek samping
Perhatian Kehamilan: Kategori B. Laktasi: Diekskresikan dalam A to Z Drug
ASI. Anak-anak: Keamanan dan kemanjuran tidak Fact
ditentukan. Gangguan fungsi hati: Perubahan kecil
cairan dan keseimbangan elektrolit dapat memicu koma
hepatik; gunakan dengan hati-hati. Hipersensitivitas:
Dapat terjadi pada pasien dengan atau tanpa riwayat
alergi atau asma bronkial; sensitivitas silang dengan
sulfonamid juga dapat terjadi. Gangguan fungsi ginjal:
Dapat mengendapkan azotemia; gunakan dengan hati-
hati. Lipid: Dapat menyebabkan peningkatan
konsentrasi kolesterol total serum, trigliserida total, dan
LDL pada beberapa pasien. Pasien
postsympathectomy: efek antihipertensi dapat
ditingkatkan
Interaksi 1. Allopurinol: Penggunaan bersamaan dapat A to Z Drug
meningkatkan kejadian reaksi hipersensitivitas fact
terhadap allopurinol. Amfoterisin B,
2. kortikosteroid: Dapat meningkatkan deplesi
kalium.
3. Antikolinergik: Dapat meningkatkan
penyerapan chlorthalidone.
4. Antikoagulan: Dapat mengurangi efek
antikoagulan. Asam empedu sequestrants:
Dapat mengurangi penyerapan chlorthalidone.
Berikan chlorthalidone ³ 2 jam sebelum asam
empedu sequestrant.
5. Garam kalsium: Hiperkalsemia dapat terjadi.
6. Diazoxide: Dapat menyebabkan hiperglikemia.
7. Glikosida digitalis: Hipokalemia diinduksi dan
hipomagnesemia dapat memicu aritmia yang
diinduksi digitalis.
8. Lithium: Dapat menurunkan ekskresi litium

25
ginjal. Diuretik loop: Efek sinergis dapat
menyebabkan diuresis yang berat dan kelainan
elektrolit yang serius. Methenamines,
9. obat anti-inflamasi nonsteroid: Dapat
menurunkan efektivitas chlorthalidone.
Sulfonylureas, insulin: Dapat menurunkan efek
hipoglikemik sulfonilurea

c. Indapamide
Informasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi 1,25mg dan 2,5 mg Kemasan
Indikasi Treatment untuk hipertensi A to Z Drug
Fact
Kontraindikasi Hipersensivitas terhadap indapamide atau beberapa DIH 17th ed.
komponen formulasi lainnya seperti tiazid, atau
turunan obat sulfonamid, anuria, ibu hamil (seperti
tertera dalam analisis)
Dosis Hipertensi: Oral: 1,25mg pagi hari, dapat meningkat DIH 17th ed.
menjadi 5 mg/hari dari dosis 1,25-2,5mg.
(pertimbangkan untuk menambah dosis antihipertensi
lain dan mengurangi respons tidak memadai)
Efek samping 1. CNS (pusing, kepala terasa ringan, vertigo, A to Z Drug
gelisah, lesu, cemas, gugup, depresi) Fact
2. DERMA (pruritus)
3. GI (mual, muntah, kram, diare, sembelit)
4. Lainnya (kram otot, kejang otot)
Perhatian Kategori kehamilan B. Laktasi (dapat diekskresi dalam A to Z Drug
ASI). Kerusakan ginjal dapat memicu azotemia, Fact
gunakan hati-hati
Interaksi 1. Asam empedu (dapat mengurangi penyerapan A to Z Drug
tiazid, berikan 2 jam sebelum resin) Fact
2. Insulin (perlu penyesuaian dosis)

2. Golongan β-Bloker
Mekanisme kerja obat β-Bloker belum diketahui dengan pasti. Diduga kerjanya
berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga mengurangi daya frekuensi kontraksi
jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan daya hipotensinya baik
Beta blockermemblok beta‐adrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan menjadi
reseptor beta‐1 dan beta‐2. Reseptor beta‐1 terutama terdapat pada jantung sedangkan
reseptor beta‐2 banyak ditemukan di paru‐paru, pembuluh darah perifer, dan otot
lurik.
Reseptor beta‐2 juga dapat ditemukan di jantung, sedangkan reseptor beta‐1 juga
dapat dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak. Stimulasi
reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu penglepasan neurotransmitter yang
meningkatkan aktivitas system saraf simpatis. Stimulasi reseptor beta‐1 pada nodus
sino‐atrial dan miokardiak meningkatkan heart rate dan kekuatan kontraksi. Stimulasi

26
reseptor beta pada ginjal akan menyebabkan penglepasan rennin, meningkatkan
aktivitas system rennin‐angiotensin‐aldosteron. Efek akhirnya adalah peningkatan
cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai
aldosteron dan retensi air. Terapi menggunakan beta‐blockerakan mengantagonis
semua efek tersebut sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Beta‐blockeryang selektif (dikenal juga sebagai cardioselective beta‐blockers),
misalnya bisoprolol, bekerja pada reseptor beta‐1, tetapi tidak spesifik untuk reseptor
beta‐1 saja oleh karena itu penggunaannya pada pasien dengan riwayat asma dan
bronkhospasma harus hati‐hati. Beta‐blockeryang non‐selektif (misalnya propanolol)
memblok reseptor beta‐1 dan beta‐2. Beta‐blockeryang mempunyai aktivitas agonis
parsial (dikenal sebagai aktivitas simpatomimetik intrinsic), misalnya acebutolol,
bekerja sebagai stimulan‐beta pada saat aktivitas adrenergik minimal (misalnya saat
tidur) tetapi akan memblok aktivitas beta pada saat aktivitas adrenergik meningkat
(misalnya saat berolah raga). Hal ini menguntungkan karena mengurangi bradikardi
pada siang hari.
Beberapa beta‐blocker, misalnya labetolol, dan carvedilol, juga memblok efek
adrenoseptor‐alfa perifer. Obat lain, misalnya celiprolol, mempunyai efek agonis
beta‐2 atau vasodilator. Beta‐blockerdiekskresikan lewat hati atau ginjal tergantung
sifat kelarutan obat dalam air atau lipid. Obat‐obat yang diekskresikan melalui hati
biasanya harus diberikan beberapa kali dalam sehari sedangkan yang diekskresikan
melalui ginjal biasanya mempunyai waktu paruh yang lebih lama sehingga dapat
diberikan sekali dalam sehari. Beta‐blockertidak boleh dihentikan mendadak
melainkan harus secara bertahap, terutama pada pasien dengan angina, karena dapat
terjadi fenomena rebound.
Efek samping Blokade reseptor beta‐2 pada bronkhi dapat mengakibatkan
bronkhospasme, bahkan jika digunakan beta‐bloker kardioselektif. Efek samping lain
adalah bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tanga‐kaki terasa dingin karena
vasokonstriksi akibat blokade reseptor beta‐2 pada otot polos pembuluh darah perifer.
Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia pada beberapa pasien DM tipe 1 dapat
berkurang. Hal ini karena beta‐blockermemblok sistem saraf simpatis yang
bertanggung jawab untuk “memberi peringatan“ jika terjadi hipoglikemia.
Berkurangnya aliran darah simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada pasien.
Mimpi buruk kadang dialami, terutama pada penggunaan beta‐blockeryang larut lipid
seperti propanolol. Impotensi juga dapat terjadi. Beta‐blockersnon‐selektif juga
menyebabkan peningkatan kadar trigilserida serum dan penurunan HDL.

27
a. Propanolol
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi Propanolol 10, tiap tablet mengandung propanolol
HCl  10mg
Propanolol 40, tiap tablet mengandung propanolol
HCl  40mg

Indikasi Indikasi management hipertensi DIH 17th


ed
Dosis Hypertension:awal: Oral: 40 mg dua kali sehari; DIH 17th
ditingkatkan setiap 3-7 hari; dosis biasa: 120- ed
240 mg divided in 2-3dosis/hari; maximum
dosis perhari: 640 mg;range dosis(JNC 7): 40-
160 mg/hari dalam 2 dosis terbagi.

Pediatric:

Oral:awal: 0.5-1 mg/kg/hari dalam dosis terbagi


setiap 6-12 jam;ditingkatkan secara bertahap
5-7 hari; maximum: 16 mg/kg/24 jam
Kontraindikasi Hipersensivitas pada propranolol, beta-blockers, DIH 17th
atau beberapa formulasi lainnya ed
Efek samping Anoreksia, konstipasi, diare, mual, muntah, DIH 17th
amnesia, vergito, panas, depresi ed
perhatian Kategori kehamilan B. Laktasi (dapat diekskresi DIH 17th
dalam ASI). ed
Interaksi Obat

b. Atenolol
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi Atenolol 50 mg dan 100 mg
Indikasi Pengobatan hipertensi, bisa digunakan single dose DIH 17th
atau kombinasi dosis. ed
Dosis Oral: 25-50 mg setiap hari, bisa ditingkatkan 100 DIH 17th
mg/day. Doses >100 mg tidak mungkin ed
memberikan efek terapi

I.V.: dosinya 1.25-5 mg setiap 6-12 jam dan


mempunyai waktu paruh yg pendek untuk
pasien,maka dari itu tidak bisa diberikan secara
oral-enteral

Kontraindikasi Hipersensivitas pada to beta-blockers, bradycardia, A to Z


lebih besar dari tingkat pertama blok jantung CHF Drug Fact
kecuali sekunder untuk takiaritmia dg beta bloker,
gagal jantung yang jelas,syok kardiogenik

28
Efek samping Kelelahan, pusing, depresi, mata kering, A to Z
penglihatan kabur, mulut kering, mual, muntah, Drug Fact
diare, pembengkakan otot wajah
Perhatian Ibu hamil kategori C, ibu menyusui karena dapat A to Z
dieksreksi lewat ASI, menyebabkan anfilaksis, Drug Fact
jauhkan dari jangkauan anak
Interaksi Obat 1. Ampisilin (dapat menambah atau A to Z
membalikkan efek antihipertensi) Drug Fact
2. NSAID (beberapa dapat merusak beberapa
agen)

c. Pindolol
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi 5mg pindolol Mims.com
Indikasi Untuk menurunkan tekanan darah tinggi, DIH 17th
digunakan sendiri atau kombinasi dengan beberapa ed
agent
Dosis Oralinisial: 5 mg dua kali sehari, bisa ditingkatkan DIH 17th
sesuai dengan kebutuhan 10 mg/setiap hari selama ed
3-4 minggu (maximum daily dose: 60 mg);
biasanya range dosisnya (JNC 7): 10-40 mg dua
kali sehari

Kontraindikasi Asma bronkial; stress carsiogenik ;blok jantung DIH 17th


(2nd or 3rd periode) beberapa pasien menggunakan ed
alat pacu jantung, brakikardi

Efek samping Brakikardi, depresi, menurunnya daya ingat, A to Z


pruritus, mual, muntah drug Fact
perhatian Ibu hamil kategori C, ibu menyusui karena dapat A to Z
dieksreksi lewat ASI, menyebabkan anfilaksis, Drug Fact
jauhkan dari jangkauan anak
Interaksi Obat 1. Clonidine: mempengaruhi kerja obat dalam A to Z
menurunkan hipertensi. drug Fact
2. Epinephrine: dapat mengikuti kinerja
hipertensi dari awal melalui brakikardi.
3. Insulin: hipoglikemia berkepanjangan dan
menyebabkan beberapa gejala tidak enak.

29
d. Bisoprostol

Aspek Informasi Obat Pustaka

Komposisi Bisoprolol 5 mg ISO vol 46 p


322
Indikasi Mengobati Hipertensi DIH 17 ed
Hipertensi A to Z Drug
Facts
Dosis PO : 5-20 mg/hari. Dosis bisa bersifat individual. A to Z drug
Beberapa orang mendapat 2,5 mg/hari facts
PO : 2,5-5 mg sekali sehari. Bisa meningkat
sampai 10-20 mg sekali sehari. Jika perlu
gunakan dosis rentang 2,5-10 mg sehari sekali. DIH 17 ed
PO geriatri : 2,5 mg/hari. Bisa meningkat sampai
2,5-5 mg/hari. Maksimum dosis 20 mg/hari

kontraindikasi Hipersensitif terhadap beta-bloker, sinus A to Z Drug


bradikardi, gagal jantung, cardionic shock Facts
Interaksi Clonidine : Bisa mempertinggi efek samping A to Z drug
antihipertensi; NSAID : Beberapa dapat merusak facts
efek antihipertensi; PRAZOSINE : Dapat
meningkatkan hipotensi ortostatik;
VERAPRAMIL : Berpotensi menyebabkan efek
dikedua obat
INSULIN : Beta bloker dapat mempertinggi efek
hipoglikemi dari insulin.
perhatian Kehamilan : Kategori C; Laktasi : Tidak dapat A to Z Drug
ditentukan; DM : Bisa menutupi gejala Facts
Hipoglikemi (Ex : Takikardi); bisa berpotensi
hipoglikemi akibat insulin
farmakologi Lama kerja selama 1-2 jam. Absorpsinya cepat DIH 17 ed
dan hampir sempurna. Didistribusi ke seluruh
tubuh; konsentrasinya tinggi pada hati, jantung,
paru-paru, dan saliva; melewati blood brain
barrier; dikeluarkan di ASI. Berikatan dengan
protein plasma ~30%. Secara ekstensif
dimetabolisme di hati; First pass effect ~20%.
Bioavaibilitasnya ~80%. Waktu paruh pada
ginjal normal 9-12 jam; pada Clcr <40 mL/menit
: 27-36 jam; pada sirosis hati : 8-22 jam. Waktu
mencapai puncak 2-4 jam. Di ekskresi dalam
urin (50% sebagai bahan yang tidak berubah,
sisanya sebagai metabolit tidak aktif); ekskresi
pada feses <25.
Efek samping CV: Hipotensi; bradikardia; CHF; ekstremitas A to Z Drug
dingin; kedua atau ketiga derajat blok jantung. Fact

30
SSP: Insomnia; kelelahan; pusing; depresi;
kelesuan; mengantuk; kelupaan; kecemasan;
sakit kepala; melantur berbicara. Derm: Ruam;
gatal-gatal; alopecia. EENT: mata kering;
penglihatan kabur; tinnitus; sakit tenggorokan.
GI: Mual; muntah; diare; sembelit; sakit perut;
mulut kering. GU: Impotensi; menyakitkan, sulit
atau sering buang air kecil; peningkatan kreatinin
dan BUN. HEMA: agranulositosis;
thrombocytopenic purpura. HEPA: Peningkatan
hasil tes fungsi hati. META: Hiperglikemia;
hipoglikemia. RESP: Bronkospasme; dyspnea;
mengi. Perubahan Berat;: LAINNYA demam;
pembengkakan wajah; kelemahan otot;
peningkatan serum urat asam, kalium dan fosfor;
lipid serum; pengembangan kemungkinan
antibodi antinuklear.

3. Golongan α-Bloker
α-Bloker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah. Karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat. Misalnya, hipotensi ortostatik dan takikardia,
maka jarang digunakan.
Alpha‐blocker(penghambat adreno‐septor alfa‐1) memblok adrenoseptor alfa‐1
perifer, mengakibatkan efek vasodilatasi karena merelaksaasi otot polos pembuluh
darah. Diindikasikan untuk hipertensi yang resisten.
Efek samping Alpha‐blockerdapat menyebabkan hipotensi postural, yang sering
terjadi pada pemberian dosis pertama kali. Alpha‐blockerbermanfaat untuk pasien
laki‐laki lanjut usia karena memperbaiki gejala pembesaran prostat.
a. Prazosin
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi 0,5 mg prazosin Mims.com
Indikasi Pengobatan hipertensi DIH 17th
ed
Dosis Hypertension: Oral: pemberian awal: 1 mg/dosisi DIH 17th
2-3 jam/hari;dengan pemeliharaan dosis biasa: ed
3-15 mg/hari dalam dosis terbagi 2-4 jam/hari;
dosis maksimal setiap harinya: 20 mg

Hypertensive urgency: Oral: 10-20 mg sekali,


ulangi setiap 30 menit
Kontraindikasi Hypersensitivity pada quinazolines (doxazosin, DIH 17th
prazosin, terazosin) atau pada beberapa formulasi ed
lainnya; concurrent use with phosphodiesterase-5
(PDE-5) inhibitors including sildenafil (>25 mg),
tadalafil, or vardenafil
Efek samping depresi, menurunnya daya ingat, pruritus, mual, A to Z

31
muntah, hipotensi, takikardi, diare, konstipasi, rasa Drug Fact
tidak nyaman pada perut, demam
perhatian Ibu hamil, ibu menyusui karena dapat tereksresi DIH 17th
melalui ASI, dan beberapa reaksi lainnya ed

Interaksi Obat Alcohol: meningkatkan faktor dari hipotensi.Beta- A to Z


blockers: Enhanced akut menyebabkan hipotensi Drug Fact
dari awal pemberian prazosin sampai setelah
pemberian .Verapamil: meningkatkan serum
prazosin and meningkatkan sensivitas.

b. Terazosin
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi 1 mg terazosin Mims.com
Indikasi Management hipertensi dari ringan, sedang, berat; DIH 17th
sendiri atau pada beberapa kombinasi dengan ed
diuretik atau beta-bloker, digunakan pada benigh
prostate hyperplasia (BPH)

Dosis Oral:pemberian awal: 1 mg sebelum tidur;dengan DIH 17th


peningkatan perlahan sampai mencapai ed
tekanan darah yang diinginkan,naik sampai 20
mg/day; dengan range dosis (JNC 7): 1-20 mg
setiap hari

Kontraindikasi Hipersensivitas terhadap quinazolines (doxazosin, DIH 17th


prazosin, terazosin) atau beberapa formulasi ed
lainnya; bersamaan dengan phosphodiesterase-5
(PDE-5) inhibitors termasuk sildenafil (>25 mg),
tadalafil, or vardenafil

Efek samping Takikardi, aritmia, pusing. Nervous, sakit kepala, A to Z


insomnia, pruritus, sinusitis, mual, muntah, diare, Drug Fact
mulut kering, tidak nyaman pada perut, demam.
perhatian Ibu hamil, ibu menyusui karena dapat tereksresi DIH 17th
melalui ASI dan beberapa reaksi astenia, rhinitis, ed
frekuensi penggunaan placebo, pusing, kesulitan
tidur.
Interaksi Obat Tidak ada interaksi yang ditemukan A to Z
Drug Fact

32
4. Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan noradrenalin sehingga
menurunnya aktivitas saraf adrenergik perifer dan turunnya tekanan darah.
Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ortostatik.
a. Clonidine
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi
Indikasi Indications DIH 17th
ed
Management hipertensi dari ringan, sedang, berat;
sendiri atau pada beberapa kombinasi dengan obat
antihipertensi lainnya

Dosis Hipertensi akut(darurat)Oral: awal 0.1-0.2 mg; DIH 17th


diikuti pemberian dosis 0.1 mg setiap jam jika ed
perlu , maksimal total dosis 0.6 mg

Sublingual clonidine 0.1-0.2 mg dua kali


sehari mungkin lebih efektif daripada
pasien diberika secara oral

Hypertension:

Oral: dosis awal: 0.1 mgdua kali sehari


(maksimum dosis : 2.4 mg/day);biasanya
dengan range dosis (JNC 7): 0.1-0.8
mg/hari pada 2 dosis

Transdermal: berlaku untuk 1 minggu sekali ;


untuk terapi awal dimulai dari dosis 0.1
mg and ditingkatkan dari 0.1 mg sampai
1- to 2-minggu intervals (dosages >0.6
mg do not improve efficacy); dengan
range dosis (JNC 7): 0.1-0.3 mg setiap
minggunya

Anak-anak: Oral: awal: 0.2 mg/hari dalam 2 dosis


terbagi;dapat ditingkatkan 5- to 7-interval hari;
maximum: 2.4 mg/hari
Kontraindikasi Hipersensivitas terhadap clonidine dan beberapa DIH 17th
formulasi lainnya. ed
Efek samping Pusing, sakit kepala, mual, muntah, takikardi DIH 17 ed
Perhatian Ibu hamil, ibu menyusui karena dapat tereksresi DIH 17th
melalui ASI ed
Interaksi Obat Beta-Blockers: memberikan efek sensitiv pada
Alpha2-Agonists.efeknya adalah ketika
alpha2-agonisttiba-tiba tertarik.contonya:

33
Levobunolol; Metipranolol. Faktor D:
pertimbangan modifikasi pengobatan

b. Guanfacine
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi
Indikasi Management hipertensi DIH 17th
ed
Dosis Hypertension: Oral: 1 mg selalu sebelum tidur, DIH 17th
dosis dinaikkan bila dibutuhkan 3- to 4- ed
interval minggu; selalu dengan range dosis
(JNC 7): 0.5-2 mg 1 hari
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap guanfanice dan DIH 17th
formulasi lainnya ed
Efek samping Depresi, mulut kering, konstipasi DIH 17th
ed
Perhatian Ibu hamil kategori B DIH 17th
ed
Interaksi Obat Antidepressants (Alpha2-Antagonist):mungkin DIH 17th
berkurang setelah diberi efek hipotensif ed
Alpha2-Agonists.faktor
D:mempertimbangkan modifikasi terapi

Beta-Blockers: dapat meningkatkan efek hipertensi


rebound pada Alpha2-Agonists.contoh:
Levobunolol; Metipranolol. Risk D:
mempertimbangkan modifikasi terapi

c. Metildopa

Informasi obat Daftar


pustaka
Komposisi

Indikasi Pengobatan hipertensi A to z drug


facts

Kontraindikasi penyakit hati aktif atau penyakit hati sebelumnya A to z drug


dikaitkan dengan terapi metildopa; coadministration facts
dengan MAO inhibitor.

34
Dosis Dewasa: PO bid 250 mg untuk tid di pertama 48 jam A to z drug
awalnya, kemudian 500 mg 2 g / hari dalam 2 sampai facts
4 dosis terbagi. Sesuaikan dosis dengan interval tidak
kurang dari 2 hari sampai respon yang memadai
tercapai.

IV 250 sampai 500 mg q 6 jam prn (max, 1 g q 6 jam).


Anak-anak: PO 10 mg / kg / hari dalam 2 sampai 4
dosis (max, 65 mg / kg / hari atau 3 g / hari, mana
yang kurang).

IV 20 sampai 40 mg / kg / hari dalam dosis terbagi


setiap 6 jam (max, 65 mg / kg / hari atau 3 g / hari,
mana yang kurang).
Interaksi Anestesi: Mungkin memerlukan dosis yang dikurangi A to z drug
dari anestesi. Barbiturat: Tindakan metildopa dapat facts
dikurangi. Beta blockers: Dapat menyebabkan
hipertensi paradoks (jarang). Ferrous sulfat atau
glukonat Semoga menurunkan penyerapan metildopa.
Haloperidol: Semoga mengakibatkan demensia atau
sedasi. Levodopa: BP menurunkan efek metildopa
dapat diperkuat. Efek sentral levodopa pada penyakit
Parkinson dapat diperkuat. Lithium: Semoga memicu
toksisitas lithium. MAO inhibitor: Dapat
menyebabkan stimulasi simpatis berlebihan.
Fenotiazin: peningkatan serius di BP mungkin terjadi.
Simpatomimetik: bisa memperkuat efek pressor dari
simpatomimetik dan menyebabkan hipertensi.
Tolbutamida: Peningkatan efek hipoglikemik dapat
terjadi. Antidepresan trisiklik: Pembalikan atau
pelemahan dari efek hipotensi dari metildopa.
Efek samping KARDIOVASKULAR: Bradikardia; berkepanjangan A to z drug
hiperaktif sinus karotis; kejengkelan angina pektoris; facts
CHF; respon pressor paradoks dengan menggunakan
IV; perikarditis; miokarditis; hipotensi ortostatik;
edema. SSP: Pusing; sedasi; mimpi buruk; sakit
kepala; asthenia atau kelemahan; parestesia; ringan;
gejala insufisiensi serebrovaskular; parkinsonisme;
Bell palsy; penurunan ketajaman mental; gerakan
choreoathetotic disengaja. Dermatologic: Ruam;
nekrolisis epidermal toksik. EENT: Sore atau "hitam"
lidah; hidung tersumbat. GI: Sembelit; mulut kering;
mual; muntah; distensi; flatus; diare; sialadentis. GU:
Impotensi; penurunan libido; kenaikan BUN. Hati:
LFT abnormal; ikterus; hepatitis atau liver gangguan.
Hematologi: anemia hemolitik; depresi sumsum
tulang; leukopenia; granulocytopenia;
trombositopenia; mengurangi WBC count; tes positif
untuk antibodi anti-nuklir, sel lupus eritematosus dan
faktor rheumatoid. METABOLIK: pembesaran

35
payudara; ginekomastia; laktasi; amenore. LAIN:
Demam; lupus-seperti sindrom; arthralgia ringan atau
mialgia. ( A to Z drug Fact )

Perhatian Kehamilan: Kategori B (metildopa); Kategori C A to z drug


(methyldopate HCl). Laktasi: diekskresikan dalam facts
ASI. Anak-anak: individualize dosis. Lansia: Sinkop
pada pasien yang lebih tua mungkin berhubungan
dengan sensitivitas meningkat dan penyakit pembuluh
darah canggih arteriosclerotic. Dapat dihindari dengan
dosis yang lebih rendah. Hati / penurunan fungsi
ginjal: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
disfungsi hati atau ginjal. IV digunakan: respon
pressor paradoks telah dilaporkan. Gangguan hati:
Kuning, dengan atau tanpa demam, dapat terjadi.
Nekrosis hati yang fatal telah dilaporkan jarang. Jika
gejala atau tes menunjukkan efek hati, obat mungkin
perlu dihentikan. Tes positif Coombs ', anemia
hemolitik, dan gangguan hati: Dapat terjadi;
memonitor pasien erat karena komplikasi fatal.
Transfusi darah: Lakukan baik langsung dan tes
Coomb ini tidak langsung. Sebuah tes langsung
Coomb ini positif saja tidak akan mengganggu
mengetik atau pencocokan silang. Jika tes tidak
langsung Coomb ini juga positif, masalah mungkin
timbul dalam utama lintas pertandingan dan bantuan
dari hematologi atau transfusi ahli akan dibutuhkan

5. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dindig arteriole sehingga daya
tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun (dr. Lany Gunawan,
2001)
a. Hidralazine
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi
Indikasi Manejemen hipertensi sedang sampai berat, gagal DIH 17th
jantung kongestif, hipertensi sekunder pada pre- ed
eklapsia/ eklapsia, pengobatan utama hipertensi
paru-paru
Dosis Hypertension: Oral: DIH 17th
ed
Awal: 10 mg 4jam/hari; meningkat
sebesar10-25 mg/dosis setiap 2-5
hari(maximum: 300 mg/hari); range
dosis(JNC 7): 25-100 mg/hari pada 2

36
dosis terbagi

Acute hypertension: I.M., I.V.: awal: 10-20


mg/dosis setiap 4-6 hours bila diperlukan
meningkat 40 mg/dosis;

Pediatric

Hypertension: Oral: awal: 0.75-1 mg/kg/hari


pada 2-4 dosis terbagi; meningkat 3-4
minggu sampai didapat maksimum 7.5
mg/kg/hari pada2-4 dosis terbagi
;maksimum dosis setiap harinya: 200
mg/hari

Acute hypertension: I.M., I.V.: 0.1-0.2


mg/kg/dosis(tidak melebihi 20 mg)setiap 4-
6 jam setiap dibutuhkan, naik 1.7-3.5
mg/kg/hari pada 4-6 dosis terbagi

Kontraindikasi Hipersensivitas terhadap hidralazine dan beberapa DIH 17th


formula lainnya ed
Efek samping Takikardi, sakit kepala, panas, tremor, depresi, A to Z
anoreksia, mual, muntah, konstipasi, demam, Drug Fact
pruritus
perhatian 1. Ibu menyusi DIH 17th
ed
Interaksi Obat Beta-blockers: meningkatkan efek obat dan beta-bloker DIH 17th
sendiri. NSAIDs:hydralazid mungkin bisa dinaikkan oleh ed
komponen dari NSAID

6. Antagonis kalsium
M

mmekanisme obat Antagonis Kalsium adalah menghambat pemasukan ion


kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasodilatasi dan turunnya
tekanan darah (dr. Lany Gunawan, 2001)
Calcium channel blockers(CCB) menurunkan influks ion kalsium ke dalam sel
miokard, sel‐sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel‐sel otot polos pembuluh

37
darah. Efek ini akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan pembentukan dan
propagasi impuls elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas vasodilatasi,
interferensi dengan konstriksi otot polos pembuluh darah. Semua hal di atas adalah
proses yang bergantung pada ion kalsium.
Terdapat tiga kelas CCB: dihidropiridin (misalnya nifedipin dan amlodipin);
fenilalkalamin (verapamil) dan benzotiazipin (diltiazem). Dihidropiridin mempunyai
sifat vasodilator perifer yang merupakan kerja antihipertensinya, sedangkan verapamil
dan diltiazem mempunyai efek kardiak dan dugunakan untuk menurunkan heart rate
dan mencegah angina. Semua CCB dimetabolisme di hati. (Beth Gormer, 2007, terj.
Diana Lyrawati, 2008)
Efek samping Pemerahan pada wajah, pusing dan pembengkakan pergelangan
kaki sering dijumpai, karena efek vasodilatasi CCB dihidropiridin. Nyeri abdomendan
mual juga sering terjadi. Saluran cerna juga sering terpengaruh oleh influks ion
kalsium, oleh karena itu CCB sering mengakibatkan gangguan gastro‐intestinal,
termasuk konstipasi.
a. Nifedipin
Infomasi Obat Daftar
Pustaka
Komposisi Nifedipin 10 mg ISO vol 49
hal 297
Indikasi Angina dan hipertensi (hanya sustained release), DIH 17th ed
hipertensi paru-paru
Dosis Adult DIH 17th ed

Hypertension: Oral: awal: 10 mg 3 waktu/hari


sebagai kapsule atau 30 mg satu kali sehari sebagai
sustaine relase

Dosis biasa: 10-30 mg 3waktu/hari sebagai kapsul


atau 30-60 mg 1 hari

Maximum: 120-180 mg/hari

Pediatric

Hypertension: Oral: anak-anak 1-17tahun:


Extended release tablet: awal : 0.25-0.5
mg/kg/hari satu kali atau pada 2 dosis terbagi;
maximum: 3 mg/kg/hari naik pada 120
mg/hari
Kontraindikasi Hipersensivitas pada nifedipine atau beberapa DIH 17th ed
komponen formula lainnya, persiapan untuk
treatment darurat atau emergensi hipertensi. MI
akut
Efek samping panas, ddemam, insomnia, urticaria, sakit kepala, A to Z Drug
diare, mual, muntah, konstipasi, mulut kering Fact
perhatian 1. Faktor resiko kehamilan DIH 17th ed

38
2. Penggunaan pada ibu hamil kemungkinan
berbaya, maka dari itu diperlukan manfaat
dibandingkan bahaya
3. Mungkin menunjukkan efek tokolitik
4. Pada ibu menyusui bersifat kompaktibel
Interaksi Obat Barbiturates, rifampin: dapat menghilangkan efek A to Z Drug
terapi dari obat.. Fact

7. Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
angiostensi converting enzyme yang berdaya vasokontriksi kuat.
Angiotensin converting enzyme inhibitor(ACEi) menghambat secara kompetitif
pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat
pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II
merupakan vaso‐konstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas
simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin iI ini akan
menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensin‐renin‐aldosteron teraktivasi
(misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek
antihipertensi ACEi akan lebih besar. ACE juga bertanggung jawab terhadap
degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang mempunyai efek vasodilatasi.
Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan efek antihipertensi yang lebih kuat.
Beberapa perbedaan pada parameter farmakokinetik obat ACEi. Captopril cepat
diabsorpsi tetapi mempunyai durasi kerja yang pendek, sehingga bermanfaat untuk
menentukan apakah seorang pasien akan berespon baik pada pemberian ACEi. Dosis
pertama ACEii harus diberikan pada malam hari karena penurunan tekanan darah
mendadak mungkin terjadi; efek ini akan meningkat jika pasien mempunyai kadar
sodium rendah.
Antagonis Angiotensin II
Reseptor angiotensin II ditemukan pada pembuluh darah dan target lainnya.
Disubklasifikasikan menjadi reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1 memperantarai
respon farmakologis angiotensin II, seperti vasokonstriksi dan penglepasan
aldosteron. Dan oleh karenanya menjadi target untuk terapi obat. Fungsi reseptor AT2
masih belum begitu jelas.
Banyak jaringan mampu mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II tanpa
melalui ACE. Oleh karena itu memblok sistem renin‐angitensin melalui jalur
antagonis reseptor AT1 dengan pemberianantagonis reseptor angiotensin II mungkin
bermanfaat. Antagonis reseptor angiotensin II (AIIRA)mempunyai banyak kemiripan
dengan ACEi, tetapi AIIRA tidak mendegradasi kinin. Karena efeknya pada ginjal,
ACEi dan AIIRA dikontraindikasikan pada stenosis arteri ginjal bilateral dan pada
stenosis arteri yang berat yang mensuplai ginjal yang hanya berfungsi satu.
Efek samping ACEi dan AIIRA Sebelum mulai memberikan terapi dengan ACEi
atau AIIRA fungsi ginjal dan kadar elektrolit pasien harus dicek. Monitoring ini harus

39
terus dilakukan selama terapi karena kedua golongan obat ini dapat mengganggu
fungsi ginjal. Baik ACEi dan AIIRA dapat menyebabkan hiperkalemia karena
menurun‐kan produksi aldosteron, sehingga suplementasi kalium dan penggunaan
diuretik hemat kalium harus dihindari jika pasien mendapat terapiACEI atau AIIRA.
Perbedaan anatar ACEi dan AIIRA adalah batuk kering yang merupakan efek
samping yang dijumpai pada 15% pasien yang mendapat terapi ACEi. AIIRA tidak
menyebabkan batuk karena tidak mendegaradasi bradikinin

a. Captopril (Capoten)

Informasi obat Daftar


pustaka

komposisi captopril tablet 12.5 mg, 25 mg, 50 mg BNF 61


HAL 117
IndikasI Pengobatan hipertensi, CHF pada pasien tidak responsif ( A TO Z
atau tidak terkontrol dengan terapi konvensional, disfungsi drug facts)
ventrikel kiri setelah MI, nefropati diabetik. Penggunaan
berlabel (s): Pengobatan krisis hipertensi, neonatal dan
hipertensi anak ; radang sendi; diagnosis anatomi stenosis
arteri ginjal dan aldosteronisme primer; pengobatan
hipertensi terkait dengan scleroderma krisis ginjal dan
penyakit Takayasu; edema idiopatik; Bartter dan sindrom
Raynaud; asimtomatik disfungsi ventrikel kiri setelah MI.
Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap ACE inhibitor ( A TO Z
drug facts)
Dosis Hipertensi => DEWASA: Dosis awal: 25 mg PO bid to tid; ( A TO Z
kemudian secara bertahap meningkatkan q 1 sampai 2 drug facts)
minggu jika efek yang memuaskan tidak tercapai. Dosis
umum: 25-150 mg bid to tid. Dosis umum tidak melebihi
50 mg 3 kali sehari. Max dosis harian 450 mg
Hipertensi parah => ANAK: PO 0,01-0,5 mg / kg / hari.
Gagal jantung => DEWASA: Dosis awal: PO 6,25-12,5 mg
tid; kemudian titrasi dengan dosis harian yang biasa dalam
beberapa hari ke depan. Umumnya digunakan dalam
hubungannya dengan diuretik dan digitalis.
Disfungsi ventrikel kiri setelah MI => DEWASA: PO 6,25
mg 3 hari setelah MI; kemudian 12,5 mg tid dan 25 mg tid
selama beberapa hari ke depan. Dosis Target: 50 mg tid
selama beberapa minggu ke depan.
Nefropati diabetic => DEWASA: PO 25 mg tid.

40
Interaksi Allopurinol: risiko lebih besar hipersensitivitas dengan ( A TO Z
pemberian bersamaan. Antasida: dapat menurunkan drug facts)
bioavailabilitas kaptopril. Capsaicin: dapat memperburuk
batuk . Digoxin: Peningkatan kadar digoxin. Makanan:
Mengurangi bioavailabilitas kaptopril. Indometasin: efek
hipotensi dapat dikurangi, terutama di low-renin atau
pasien hipertensi tergantung volume. Lithium: tingkat
lithium Peningkatan dan gejala keracunan lithium dapat
terjadi. Fenotiazin: Dapat meningkatkan efek kaptopril.
Persiapan kalium, diuretik hemat kalium: Dapat
meningkatkan kadar kalium serum. Probenesid:
Peningkatan kadar kaptopril dan penurunan jumlah
clearance.
Perhatian Kehamilan: Kategori D (kedua dan trimester ketiga); ( A TO Z
kategori C (trimester pertama). ACE inhibitor dapat drug facts)
menyebabkan cedera atau kematian ke janin jika digunakan
selama trimester kedua atau ketiga. Ketika kehamilan
terdeteksi, menghentikan inhibitor ACE sesegera mungkin.
Laktasi: diekskresikan dalam ASI. Anak-anak: Keamanan
dan kemanjuran tidak didirikan. Angioedema: Gunakan
dengan sangat hati-hati pada pasien dengan angioedema
herediter.
Efek samping CV: Nyeri dada; palpitasi; takikardia; hipotensi ortostatik. ( A TO Z
SSP: Sakit kepala; gangguan tidur; parestesia; pusing; drug facts)
kelelahan; malaise. Derm: Ruam; pruritus; alopecia. EENT:
Rhinitis. GI: Mual; sakit perut; muntah; iritasi lambung;
ulkus aphthous; bisul perut; ikterus; kolestasis; diare;
dysgeusia; anoreksia; sembelit; mulut kering. GU: Oliguria;
proteinuria. HEPA: Peningkatan enzim hati dan serum
bilirubin. HEMA: Neutropenia; agranulositosis;
trombositopenia; pansitopenia. META: Hiperkalemia;
hiponatremia; asam urat tinggi dan gula darah. RESP:
batuk kering kronis: dyspnea; pneumonitis eosinophilic.
LAIN: ginekomastia; myasthenia.
Farmakologi Kompetitif menghambat angiotensin I-converting enzyme, ( A TO Z
mencegah konversi angiotensin I menjadi Angiotension II, drug facts)
suatu vasokonstriktor kuat yang juga merangsang sekresi
aldosteron. Hasil penurunan BP, retensi kalium, dan
mengurangi reabsorpsi natrium

b. Amlodipe

Komposisi Amlodipine tab 5 mg; 10 mg ISO


Indonesia
vol.46, hal.

41
326

Indikasi Amlodipine digunakan utk pengobatan hipertensi, ISO


angina stabil kronik, angina vasospatik (angina Indonesia
prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dpt vol.46, hal.
diberikan sbg terapi tunggal atau dikombinasikan dgn 326
obat hipertensi dan antiangina lain (thiazid, ACE Martindale
th
inhibitor, beta-bloker, nitrat dan nitroglyserin 36 edition
sublingual). p.1214
Amlodipine merupakan kalsium dihidropiridin-channel
blocker. Hal ini digunakan dalam pengelolaan
hipertensi dan angina pectoris.
Dosis Amlodipine diberikan secara oral sebagai besilate, Martindale
th
namun dosis biasanya dinyatakan dalam basis; 36 edition
amlodipine besilate 6,9 mg setara dengan sekitar 5 mg p.1214
amlodipine. Dalam hipertensi dosis awal yang biasa
adalah 5 mg sekali sehari, meningkat, jika perlu, untuk
10 mg sekali sehari. Dosis yang sama diberikan dalam
pengobatan angina stabil dan Angina varian. Dosis
awal yang lebih rendah dapat digunakan pada pasien
usia lanjut dan pasien dengan kerusakan hati.

Efek samping CV: Palpitasi; edema perifer; sinkop; takikardia; A to Z Drug


bradikardia; aritmia; asystoles ventrikel. SSP: Sakit Fact
kepala; pusing; ringan; kelelahan; letargi; mengantuk. (Drug
Derm: Dermatitis; ruam; pruritus; urtikaria. GI: Mual; Information
ketidaknyamanan perut; kram; dispepsia. RESP: Sesak Handbook
napas; dyspnea; mengi. LAINNYA: Flushing; 17th edition)
Kesulitan seksual; kram otot, nyeri atau peradangan.
Gastrointestinal: Mual (3%), nyeri perut (1% sampai
2%), dispepsia (1% sampai 2%), hiperplasia gingiva.
Neuromuskular & skeletal: Kram otot (1% sampai
2%), kelemahan (1% sampai 2%). Pernapasan: Dispnea

42
(1% sampai 2%),

Kontraindikasi Sick sinus syndrome; blok atrioventrikular (AV) tingkat A to Z Drug


kedua atau ketiga, kecuali dengan alat pacu jantung Fact
yang berfungsi.
Perhatian Kehamilan: Kategori C. Laktasi: belum ditentukan. A to Z Drug
Anak-anak: Keamanan dan kemanjuran tidak didirikan. Fact
CHF: Hati-hati penggunaan diperlukan dengan kondisi
ini. Gangguan hati: Hati-hati penggunaan diperlukan.

c. Furosemide
Aspek Informasi Obat Pustaka

Komposisi A To Z Drug
Facts
Indikasi Pengobatan edema yang berhubungan A To Z Drug
dengan CHF, sirosis hati, dan penyakit Facts
ginjal; hipertensi.

Dosis hipertensi A To Z Drug


DEWASA: bid PO 40 mg. Dosis Facts
maksimum: 6 mg / kg.
Kontraindikasi Kontraindikasi Hipersensitif terhadap A To Z Drug
sulfonilurea; anuria. Facts
Efek samping CV: Hipotensi ortostatik; tromboflebitis; A To Z Drug
aortitis kronis. SSP: Vertigo; sakit kepala; Facts
pusing; paresthesia; kegelisahan; demam.
Derm: Fotosensitifitas; urtikaria; pruritus;
necrotizing angiitis (misalnya, vaskulitis,
vaskulitis kulit); dermatitis eksfoliatif;
multiforme eritema; ruam; kadang-kadang,
iritasi lokal dan rasa sakit dengan
penggunaan parenteral. EENT: Penglihatan
kabur; xanthopsia (visi kuning); tinnitus;
gangguan pendengaran. GI: Anorexia;
mual; muntah; diare; iritasi mulut dan
lambung; kram; sembelit; pankreatitis. GU:
urin kandung kemih kejang; nefritis
interstitial; glikosuria. HEMA: Anemia;
leukopenia; purpura; anemia aplastik;
trombositopenia; agranulositosis. HEPA:
Penyakit kuning; hepatitis iskemik. META:

43
Hyperuricemia; hiperglikemia;
hipokalemia; alkalosis metabolik. LAIN:
kejang otot; kelemahan.
Perhatian Kehamilan: Kategori C. Laktasi: A To Z Drug
diekskresikan dalam ASI. Anak-anak: Facts
Dapat meningkatkan kejadian patent ductus
arteriosus pada bayi prematur dengan
sindrom gangguan pernapasan, terutama di
beberapa minggu pertama kehidupan.
Dehidrasi: diuresis berlebihan dapat
menyebabkan dehidrasi dan penurunan
volume darah dengan kolaps sirkulasi dan
kemungkinan trombosis pembuluh darah
dan emboli, terutama pada usia lanjut.
Diare: solusi kendaraan Furosemid
mengandung sorbitol dan dapat
menyebabkan diare, terutama pada anak-
anak. Sirosis hati dan asites: perubahan
mendadak keseimbangan elektrolit dapat
menimbulkan ensefalopati hepatik dan
koma; memantau dengan seksama.
Hipersensitivitas: Pasien dengan
sensitivitas sulfonamide dikenal mungkin
menunjukkan reaksi alergi terhadap
furosemide. Ototoxicity: Terkait dengan
injeksi yang cepat, gangguan ginjal berat,
dosis yang sangat besar, atau penggunaan
bersamaan obat ototoksik lainnya.
Fotosensitifitas: fotosensitisasi mungkin
terjadi. Gangguan ginjal: Jika efek yang
parah terjadi, mungkin perlu untuk
menghentikan. Jika terapi parenteral dosis
tinggi digunakan, infus IV dikendalikan
disarankan. Sistemik lupus eritematosus:
Mungkin diperburuk atau diaktifkan.
Farmakologi Menghambat reabsorpsi natrium dan A To Z Drug
klorida di tubulus proksimal dan distal dan Facts
lengkung Henle

44
2.11. PERTIMBANGAN KHUSUS
1. Kehamilan
Obat kerja sentral mempunyai profil SSP yang buruk. Namun, metildopa
digunakan pada kehamilan, karena data keamanannnya sedangkan beta‐blocker
digunakan pada trimester ketiga. Labetolol intravena hanya digunakan pada keadaan
krisis hipertensi. Sediaan nifedipin lepas lambat juga dapat digunakan tetapi tidak
dilisensi.

2. Etnik
Diuretik tiazid dan CCB dihidropiridin lebih efektif daripada beta‐blocker
untuk psien Afro‐Karibia. ACEi dan AIIRA meningkatkan resiko stroke pada pasien
golongan etnik tersebut sehingga tidak dianjurkan sebagai terapi lini pertama.

3. Lanjut usia
Pedoman NICE yang baru mengemukakan bahwa diuretik tiazid atau CCB
dihidropiridin merupakan terapi lini pertama untuk pasien lanjut usia. Namun, harus
diperhatikan fungsi ginjal selama terapi dengan tiazid karena pasien lanjut usia lebih
beresiko mengalami gangguan ginjal. Pasien yang lebih dari 80 tahun dapat diberi
terapi seperti pasien usia > 55 tahun.
4. Diabetes

Pasien diabetes memerlukan kombinasi antihipertensi untuk dapat mencapai


target tekanan darah optimal. ACEi merupaka terapi awal pilihan karena dapat
mencegah progresi ikroalbumiuria ke nefropati. Pasien dengan nefropati diabet harus
mendapat ACEi atau AIIRA untuk meminimalkan resiko kerusakan ginjal yang lebih
lanjut, bahkan jika tekanan darahnya normal. Penyakit ginjal ACEi dapat menurunkan
atau menghilangkan filtrasi glomerular dan menyebabkan kegagalan ginjal progresif
berat.

Oleh karena itu dikoktraindikasikan pada pasien stenosis arteri ginjal bilateral.
Namun, ACEi tidak memberikan efek samping pada fungsi ginjal pada pasien dengan
stenosis arteri ginjal unilateral. CCB dihidropiridin dapat ditambahkan jika diperlukan
penurunan tekana darah lebih jauh, sedangkan diuretik tiazid tidak efektif.

5. Hipertensi sistolik

Hipertensi sistolik saja (isolated systolic hypertension, ISH) didefinisikan


sebagai SBP lebih dari 160 mmHg dengan DBP kurang dari 90 mmHg. Pasien dengan
ISH mendapat terapi yang sama sepeti pasien dengan peningkatan SBP dan DBP
karena ISH juga beresiko komplikasi yang sama. CCB dihidropiridin digunakan
sebagai terapi untuk ISH pada pasien lanjut usia, terutama jika diuretik tiazid
dikontraindikasikan.

45
6. Hipertensi cepat (accelerated hypertension)
Accelerated hypertensionatau hipertensi yang sangat berat, didefinisikan
sebagai DBP lebih dari 140 mmHg, memerlukan tindakan medis segera. Beta‐blocker
seperti atenolol atau labetolol atau CCB dihidropiridin diindikasikan untuk kondisi
ini. DBP harus diturunkan menjadi 100‐110 mmHg selama 24 jam pertama. Tekanan
darah harus diturunkan lagi selama 2‐3 hari berikutnya menggunakan kombinasi
diuretik, vasodilator dan ACEi, jika diperlukan. Jika terapi intravena diperlukan maka
yang dianjurkan adalah sodium nitroprusid atau gliseril trinitrat.

7. Farmasis kardiologi
Sebagai anggota tim multidisiplin, farmasis mempunyai peran penting pada
terapi hiperttensi. Untuk membantu kesesuaian dan menjamin kepatuhan regimen
pengobatan farmasis dapat memberikan informasi mengenai manfaat dan efek
samping obat sehingga pasien dapat mengambil keputusan (informed decision)
menegnai terapi mereka. Informasi ini meliputi mengapa obat diperlukan dan rsiko
jika tidak menggunakannya. Secara praktis, pemberian obat sekali sehari juga akan
memingkatkan kepatuhan.
Obat lain yang juga dikonsumsi oleh psien juga harus diperhitungkan.
Penggunaan bersama obat golongan NSAID/AINS, pil kontrasepsi glukokortikoid dan
simpatomimetik dapat meningkatkan tekanan darah. Obat‐obat ini, beberapa dapat
dibeli bebas, harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah tinggi. Harus diingat
bahwa pasien mungkin juga menderita penyakit lain/ko‐morbid. Farmasis dapat
memberikan nasehat dan me‐review penyakit penyerta untuk menjamin bahwa terapi
yang diberikan sudah yang paling tepat. Untuk mengurangi biaya, farmasis juga dapat
menganjurkan untuk menggunakan selalu obat generik jika tersedia.

46
2.12. Terapi Non Farmakologi Diabetes
1. Olah raga
Bila terdapat resistensi insulin, olahraga / gerak badan secara teratur dapat
menguranginya. Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh sel tubuh.
2. Diet
Diawali dengan diet pembatasan kalori , terlebih pada penderita yang overweight.
Makanan perlu dipilih secara seksama dengan memperhatikan pembatasan lemak
total, lemak trans dan lemak jenuh untuk mecapai normalisasi kadar gluosa dan lipid
darah
3. Hindari Rokok
Niotin dapat mempengaruhi secara buruk penyerapan glukosa oleh sel
4. Mengurangi konsumsi gula
Makanan yang dapat membuat penderita diabetes melitus menjadi semakin buruk
adalah makanan yang banyak mengandung zat pemanis.Karena pada dasarnya
penyakit ini merupakan sebuah gangguan kesehatan dimana kadar gula meningkat,
sehingga jika penderita masih banyak mengonsumsi gula.
5. Memperbanyak makanan berserat
6. Hindari Alkohol
7. Cukup istirahat dan tidur

2.13. Terapi Non Farmakologi Hipertensi


1. Diet
Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan
perluasan sistem sirkulasi.
2. Mengurangi garam dalam diet
Bila kadar Na difiltrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air akan dikeluarkan
untuk menormalisasi kadar garam dalam darah . Akibat pengeluaran ekstra air
tersebut, Tekanan darah akan turun.
3. Membatasi Kolesterol
4. Konsumsi makanan yang banyak serat
5. Berhenti merokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan
arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang, dan tekanan darah meningkat.
6. Membatasi minum kopi
Kofein dalam kopi berkhasiat menciutkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan
tekanan darah
7. Cukup istirahat dan tidur

47
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit Diabetes
Militus (DM) ini sangat berbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang
menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti contohnya,
Obesitas(berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang
berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.
Dibetes mempunyai 3 macam jenis yaiutu DM Tipe 1, DM Tipe 2 dan DM
Gastrointestinal. Faktor yang menyebabkan DM pun beragam, mulai dari pola hidup
tidak sehat, mengkonsumsi gula berlebih, jarang berolah raga dan keturunan. Adapun
penyebab hipertensi diantaranya, kurangnya istirahat, gaya hidup tidak sehat, faktor
penyakit lain dan keturunan.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Namun, dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah
pengetahuan para pembaca mengenai penyakit Diabetes Miletus dan Hipertensi.
Kami sebagai pembaca pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk
kebaikan makalah kami.

48
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug
Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association
Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit.
Erlangga
Tatro, D., 2003, A to Z Drug Facts, 95-100, Facts and Comparison, St. Louis.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.
Agustina, Tri. 2009. Gambaran Sikap Pasien Diabetes Mellitus di Poli Penyakit Dalam
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi. Surakarta :
Karya Tulis Ilmiah.
Price, SA dan LM Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep, Klinis, Proses-prosesPenyakit.
Edisi 4. EGC. Jakarta.

Mc.wright, Bogdan. 2008. Panduan Bagi Penderita Diabetes. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
National Institute for Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). (2014).
Cause of diabetes. NIH Publication
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Tjokroprawiro, Askandar. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya : Airlangga
University Press.
Tjokroprawiro, Askandar. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya : Airlangga
University Press.
Tjay, Tan Hoon dan Kirana, Raharja.2002.Obat-obat Penting,Khasiat,Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya.Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gremedia.

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan
Pembangunan Kesehatan : Jakarta.

Soegondo, Sidartawan, Pradana Soewondo, Imam Subekti, ed. Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004

Liputan6, 2016. Diabetes Melitus, Indonesia Duduki Peringkat ke-4


Dunia.http://health.liputan6.com (Online) Diakses 01Agustus 2016.

Sidabutar RP, Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI. 1999:210-222

49
50

Anda mungkin juga menyukai