Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
PAPER
NISTAGMUS
Disusun oleh:
WIDYA P. SIAHAAN
NIM: 110100365
Supervisor:
dr. Bobby R E Sitepu, Sp.M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan ketersediaan waktu bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Bobby
R E Sitepu, Sp.M, selaku supervisor yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berjudul Nistagmus dimana tujuan penulisan makalah ini
ialah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan Nistagmus. Dengan demikian diharapkan karya tulis ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran serta diharapkan
mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang
bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat
bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
i
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang................................................................................ 1
1.2.Tujuan Penulisan............................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1.Anatomi Otot Ekstraokular............................................................. 3
2.2.Defenisi........................................................................................... 5
2.3.Etiologi............................................................................................ 5
2.4.Klasifikasi....................................................................................... 6
2.5. Patogenesis dan patofisiologi......................................................... 13
2.6.Diagnosis......................................................................................... 16
2.7.Penatalaksanaan.............................................................................. 19
2.8.Prognosis......................................................................................... 20
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 22
LAMPIRAN
ii
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
BAB 1
PENDAHULUAN
iii
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
Nistagmus yang didapat dapat terjadi karena adanya gangguan pada syaraf
dan gangguan pada vestibular. Gangguan pada vestibular kebanyakan disebabkan
oleh disfungsi dari kanalis semisirkularis bagian dalam. 3
Dalam menegakkan diagnosis, dapat dilakukan dengan atau tanpa alat
perekam pergerakan mata dengan pemeriksaan yang teliti terhadap osilasi
nistagmus.
Terapi pada nistagmus dapat berupa pemberian obat – obatan seperti
antikolinergik, antihistammine, monoaminergik, baclofen, dan lain – lain. Ketika
terapi obat gagal atau obat yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien, perangkat
optik tertentu dapat digunakan seperti penggunaan prisma dan operasi. operasi
dapat dilakukan baik melemahkan otot-otot ekstraokular dan memasang kembali
otot – otot ekstraokular sedemikian rupa sehingga posisi istirahat mata berada
pada null position.4
iv
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
untuk berinsersio pada sklera dengan tendo yang pendek. Otot ini berinsersio ke
dalam segmen posterotemporal bola mata, sedikit di atas daerah makula. Panjang
otot itu adalah 37 mm.
- Fascia
Semua otot ekstraokular dibungkus oleh fasia. Di dekat titik – titik insersio
otot ini, fasia bergabung dengan kapsul tendon. Kondensasi fasia dengan struktur
– struktur orbit didekatnya (ligamen check) berperan sebagai origo fungsional otot
– otot ekstraokuler.
- Persyarafan
Nervus III mempersyarafi musculus rectus medialis inferior dan superior
dan musculus obliqus inferior. Nervus VI mempersarafi musculus rectus lateralis,
nervus IV mempersarafi musculus obliquus.
- Pendarahan
Pasokan darah ke otot ekstraokuler berasal dari cabang – cabang muskular
arteri ophtalmica. Musculus rectus lateralis dan obliqus inferior berturut – turut
juga didarahi oleh cabang – cabang arteri lacrimalis dan arteri infraorbitalis.1
2
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2.2 Defenisi
Nistagmus didefenisikan sebagai osilisasi ritmik repetitif satu atau kedua
mata di satu atau semua arah pandangan, yang diprakarsai oleh gerak mata yang
lambat. 1
2.3. Etiologi
1. Nistagmus onset dini
Nistagmus infantil adalah nistagmus yang timbul dalam waktu 6 bulan setelah
lahir. Ketidakstabilan mata bisa ditemukan saat lahir, akibat fiksasi penglihatan
yang buruk. Nistagmus kongenital dipercayai disebabkan oleh abnormalitas
primer terhadap kontrol okulomotor. Peningkatan insidensi diduga karena
mekanisme genetik dengan satu gen dipetakan terhadap kromosom X dan
pemetaan gen lain terhadap 6p12. Penelitian oleh Hacket et al menemukan adanya
mutasi gen pada calmodulin dependent serine protein kinase (CASK) yang
berkaitan dengan nistagmus infantil dan retardasi mental X-linked.5
Pada nistagmus laten, terjadinya nistagmus disebabkan oleh terganggunya
perkembangan dari fusi penglihatan. Kelainan ini merupakaan kelainan jaras
afferen visual. Dimana adanya kehilangan koneksi binocular pada area V1
(korteks striata) pada bulan – bulan pertama kehidupan menyebabkan input
stimulus sensorik visual dari satu mata lebih mendominasi atau mata lain
tersupresi menyebabkan ketidakseimbangan aktivitas monookuler dan
menyebabkan nistagmus.6
Pada spasmus mutan, terjadinya nistagmus menunjukkan tidak ada tanda –
tanda kerusakan pada otak melainkan keterlambatan perkembangan sirkuit
okulomotor yang terganggu yang terganggu. sistem – sistem yang diperkirakan
terlibat adalah vergence System yang berfungsi untuk memfasilitasi penglihatan
binokuler, saccadic system, dan pursuit system.7
3
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2.4. Klasifikasi
2.4.1. Nistagmus fisiologis
Pada orang normal dapat dibangkitkan oleh 3 jenis nistagmus.
a. Nistagmus End Point ( End Gaze)
Nistagmus ini merupakan nistagmus sentak yang horizontal yang
terlihat pada orang normal pada pandangan yang ekstrim.9 Pada orang
normal memiliki zona tenang atau null position yang luas, tetapi dapat
mengalami nistagmus horizontal sewaktu melihat karah horizontal –
ujung (yi, refleks pupil terhadap kedua cahaya pada kedua kornea),
nistagmus end gaze menghilang sewaktu mata bergerak beberapa
derajat.1
b. Nistagmus Optokinetik
Nistagmus ini merupakan nistagmus sentak yang fisiologis yang
diinduksi ketika melihat benda bergerak secara serial dalam satu arah. 9
Jenis nistagmus ini bisa ditimbulkan pada semua orang normal, fase
4
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
5
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
6
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
7
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
8
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
9
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
10
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
11
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
12
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
13
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2.5. Diagnosis
1. Anamnesa
Berdasarkan penyebab yang mendasarinya, pasien – pasien dengan
kelainan okulomotor biasanya memiliki keluhan keluhan seperti :
pandangan yang kabur, pandangan yang ganda, dunia sekitar seakan
berputar, vertigo rotatorik, vertigo postural, kecenderungan untuk jatuh,
dan kelainan – kelainan yang berhubungan dengan batang otak seperti
kesulitan menelen atau berbicara, atau kediaman dari serebellum seperti
kesulitan menjaga keseimbangan tubuh atau keluhan lain yang
14
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
15
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2.6. Penatalaksanaan
16
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
17
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2.7. Prognosis
Nistagmus kongenital biasanya merupakan keadaan yang ringan.
Hal ini tidak dapat disembuhkan, tetapi gejalanya dapat dikurangi dengan
kacamata atau lensa kontak. Visus koreksi terbaik bagi sebagian besar
individu dengan nystagmus kongenital adalah antara 20/40 dan 20/70, tapi
koreksi 20/20 adalah mungkin bagi beberapa orang. Nistagmus
berhubungan dengan spasmus nutans menyelesaikan secara spontan
sebelum anak mencapai usia sekolah.
Prognosis untuk nistagmus acquired tergantung pada penyebabnya.
Jika kondisi ini disebabkan efek samping dari obat, dengan cara
mengurangi atau mengganti obat yang digunakan selama sakit sehingga
akhirnya nystagmus tersebut dapat hilang.
18
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
BAB 3
KESIMPULAN
19
PAPER NAMA : WIDYA P. SIAHAAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100365
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan EP, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17.
2010. Jakarta: EGC.
2. Sarvananthan N. Epidemiology and Clinical Study of Nystagmus.2012.
University of Leicester.
3. Sarvananthan N, Surendran M, Roberts EO, Jain S, Thomas S, Shah N, et
al. The prevalence of nystagmus: the Leicestershire nystagmus survey.
Invest Ophthalmol Vis Sci 2009;50(11):5201-6.
4. Peter A.Q., Robert D. Yee. Yanof & Duker Ophtalmology third edition.
2009. United Kingdom: Elsevier.
5. Ventocilla Mark. Congenital nystagmus. Edisi September 2015. Accesed
from : http// emedicine.medscape.com/article/1200103-overview.
6. Tychsen, Lauren et al. The neural mechanism for laten (fusion
maldevelopment) nystagmus. J Neuro-Ophthalmol 2010; 30: 276-283
7. Weissman et al. Spasmus Nutans; A Quantitative Prospective Study. Arch
Ophthalmology. 1987;105;525-528.
8. R. John Leigh & Janet C Rucker. Walsh & Hoyt’s Clinical
Neuroophtalmology. 6th edition. 2005. Philadelphia. Lipincott & William.
9. A K Khurana. Comprehensive Ophtalmology. 7th Edition. 2007. New
Delhi. New Age International.
10. American Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous, section 12.
2014. San Francisco: AAO
11. Straube, A., A. Bronstein, D. Straumann, Nystagmus and Oscillopsia. In :
European Handbook of Neurological Management. 2nd edition. 2011.
Blackwell Publishing LTd.
12. Porta-Estram J. et al. See Saw Nystagmus In Patient With Wallenberg
Syndrome. J Neuro-Ophthalmol 2009; 29: 73- 74.
13. Japardi I., Kelainan neurooptalmologik pada pasien stroke. 2002.
Sumatera Utara. Usu Digital Library: 1 – 12.
14. Strupp M et al. central occulomotor disturbance and nystagmus. Dtsch
Arztbl Int. 2011; 108(12): 197 – 204.
15. Richard W. Nystagmus in infancy and Chilldhood: characteristics and
evidence for treatment. American Orthoptic Journal. 2010;60: 1- 11.
20