Anda di halaman 1dari 18

A.

Ketrampilan Reduksi/ Fiksasi Fraktur


1. Perawatan klien Fraktur dengan pemasanagan GIPS
Gips dalam Bahasa Latin disebut kalkulus,dalam bahasa Inggris disebut
plaster of paris, dan dalam bahasa Belanda disebut gips powder. Gips
merupakan mineral yang terdapat dialam berupa batu putih yang
mengandung unsur kalsium sulfat dan air.

Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur
tubuh tempat gips dipasang (Brunner & Suddart, 2000). Gips adalah balutan
ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan
bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Enggram, 1999). Jadi, gips
adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang
terdapat dialam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.

Indikasi pemasangan gips adalah pasien dislokasi sendi, fraktur, penyakit


tulang spondilitis TBC, pascaoperasi, skoliosis, spondilitis TBC, dll.

Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalan gips yang
dipasang. Jenis-jenis gips sebagai berikut:
a. Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai
lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari.
b. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang dari setinggi lipat
ketiak sampai disebelah proksimal lipatan telapak tangan, siku biasanya
diimobilisasi dalam posisi tegak lurus.
c. Gips tungkai pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah lutut
sampai dasar jari kaki. Kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.
d. Gips tungkai panjang. Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas
dan tengah paha sampai dasar jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi.
e. Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat
dan dapat disertai telapak untuk berjalan.
f. Gips tubuh. Gips ini melingkar dibatang tubuh.
g. Gips spika. Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua
ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda).
h. Gips spika babu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan
siku.
i. Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas
bawah (gips spika tunggal atau ganda).

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 1


Perawatan ketika Menggunakan Gips
Anda tidak bisa melepas gips ini sendiri. Ketika tulang klien sudah sembuh, ahli khusus
yang akan membuka gips. Jadi, selama masih memakai gips, klien harus paham cara
merawatnya sendiri.
1. Belajar beradaptasi
Pada pertama kalinya memakai gips, klien harus belajar beradaptasi. Dokter akan
memberi tahu Anda kapan gips kering dan siap menahan beban. Ikuti petunjuk
agar klien tidak kesulitan beraktivitas dengan menggunakan gips ketika sudah
pulang dari rumah sakit. Yang perlu diingat pada gips kaki, ada sebagian yang boleh
digunakan untuk tumpuan berjalan, ada juga yang tidak. Anda harus
menjelaskannya kepada klien.
2. Hindari terkena air
Jagalah agar gips tetap kering. Gips yang lembap dapat menyebabkan kulit
mengalami gatal-gatal dan iritasi, selain itu bukan tidak mungkin dapat
menyebabkan infeksi bila ada luka pada bagian tubuh yang dipasang gips. Selain
itu, gips plester yang terkena air biasanya menjadi lunak dan mengurangi fungsinya
sebagai penopang tulang yang patah.

Untuk mengantisipasinya, tutuplah gips menggunakan plastik ketika klien mandi.


Gunakan karet gelang atau selotip pada bagian ujung gips untuk mengencangkan
plastik penutup dan memastikan gips benar-benar tidak terkena air. Setelah
selesai, segera buka kembali plastik penutup. Anda juga bisa menggunakan
penutup gips plester khusus yang dapat dibeli di apotek.
3. Bila terjadi pembengkakan
Pada saat memakai gips, ada kemungkinan terjadi pembengkakan di bagian yang
tertutup gips. Pembengkakan dapat menyebabkan bagian tersebut terasa sakit dan
memperlambat penyembuhan. Anda dapat melakukan hal-hal berikut untuk
mengurangi pembengkakan:
 Pada 1-3 hari pertama setelah pemakaian gips, tempatkan bagian tubuh yang
dibalut gips lebih tinggi atau ganjal menggunakan bantal agar posisinya lebih
tinggi daripada jantung.
 Goyang-goyangkan jari-jari pada bagian tangan atau kaki yang dibalut gips.
 Pada 2-3 hari pertama setelah pemakaian gips, kompres gips dengan es.
Caranya, bungkus es dengan handuk dan tempelkan pada gips. Kompres
bagian yang bengkak, yaitu pada gips dan bukan pada kulit, selama 15-30
menit, tiap beberapa jam sekali.
Literatur
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S.C., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Suratun, Heryati, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeleta. Jakarta: EGC.
Wijaya, A, S., Putri, Y, M. 2013. “Keperawatan Medikal Bedah”

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 2


Studi Kasus 2

Seorang laki-laki usia 20 tahun mengalami fraktur ulnaris 1/3 proksimal dam 1/3 distal
dekstra. Ia dipasang gips lengan panjang 3 jam yang lalu. Ia mengeluh hari-jarinya terasa
kebas dan lama-lama nyeri.

Tugas 1

Identifikasi kata-kata yang tidak Saudara ketahui dan cari jawabannya.

GIPS Adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus scara keras area
yang mengalami patah tulang

Fraktur ulnaris 1/3 proksimal Adalah fraktur yang mengenai tulang radius ulna karena
rudapaksa termasuk fraktur disikasi proximal atau distal radioulnar join

1/3 distal dekstra Adalah

Tugas 2:

Apa yang Saudara perlu observasi pada klien paska pemasangan gips tersebut dan
mengapa di observasi ?

ZX

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 3


Tugas 3

Empat minggu pemasangan gips klien mengeluh bagian tangan yang gips terasa gatal
sekali. Apa yang dapat Saudara sarankan untuk mengatasi keluhan klien ?

Tugas 4

Setelah Tiga bulan pemasangan gips pada lengannya, gips klien dibuka oleh dokter.
Tampak tangannya yang memutih dan sedikit keriput (berbeda warna dengan lengan
sebelah kirinya). Apa yang perlu Saudara lakukan untuk mengatasinya dan berikan
alasannya.

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 4


2. Perawatan klien fraktur dengan Open Reduction Internal Fixsation (ORIF)
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada
tulang yang mengalami fraktur. ORIF merupakan suatu tindakan pembedahan untuk
memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin kembali
seperti letak asalnya. Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup,
paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang
dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. ORIF adalah Alat
bantu jalan dan mobilisasi yaitu alat yang di gunakan untuk membantu klien supaya
dapat berjalan dan bergerak. Untuk perawatan klien dengan ORIF adalah dengan
melakukan perawatan luka pada daerah paska ORIF dan melatih klien berjalan (bila
fraktur di area ekstremitas bawah).

3. Perawatan klien fraktur dengan Open Reduction Fixation External (OREF)

OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal di mana prinsipnya tulang
ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di
bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu
batang lain.

Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan


jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif
( hancur atau remuk ) . Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga
posisinya kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa
nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.

Indikasi :
1. Fraktur terbuka grade II dan III
2. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah.
3. Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.
4. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf.
5. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
6. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal
: infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).
7. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.
8. Kadang – kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus.

Keuntungan Dan Komplikasi


Keuntungan eksternal fiksasi adalah :
Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien , mobilisasi awal da latihan awal
untuk sendi di sekitarnya sehingga komplikasi karena disuse dan imobilisasi dapat
diminimalkan
Sedangkan komplikasinya adalah :.
MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 5
1. Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis )
2. Kekakuan pembuluh darah dan saraf.
3. Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed union atau
non union .
4. Emboli lemak.
5. Overdistraksi fragmen.

4. Perawatan klien fraktur dengan Traksi


a. Pengertian Traksi
Traksi adalah gaya tarikan ke bagian tubuh (Brunner & Suddarth) Traksi
merupakan pengobatan konservatif yang bertujuan untuk mereduksi fraktur
atau kelainan-kelainan seperti spasme otot dengan menggunakan pemberat
sebagai konter traksi. (Chaeruddin Rasyad, 2007) Traksi adalah di gunakan
untuk meluruskan atau gaya tarikan untuk mengembalikan atau
mempertahankan posisi yang anatomis pada fraktur ( Karen burke, 2008).

Prinsip traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh,
tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan
pada arah yang berlawanan yang disebut dengan counter traksi. Tahanan
dalam traksi didasari pada hukum ketiga ( Footner, 1992 and Dave, 1995 ).
Traksi dapat dicapai melalui tangan sebagai traksi manual, penggunaan taalim
splint dan berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin , wire, dan
tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi skeletal ( Taylor,1987
and Osmond, 1999 ).

Traksi sekeletal menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung


kesekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah dimasukkan kedalam
tulang ( Taylor, 1987; Styrcula, 1994 dan Osmond, 1999 ).

Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal untuk
fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar
dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang
( Styrcula, 1994 and Osmond, 1999 ).

b. Tujuan
1) Meminimalkan spasme otot
Spasme otot daapat menimbulkan nyeri hebat pada fraktur, ini
dikarenakan desakan fragmen cedera pada jaringan lunak, pemasangan
traksi membuat fragmen tidak terlalu mendesak cedera yang dialami
pasien sehingga spasme otot dapat diminimalkan dan ras nyeri berkurang.
Contoh traksi pada tulang belakang bermanfaat untuk menghilangkan
atau mengurangi rasa sakit pada leher dan bokong (Low Back Pain).
MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 6
2) Mereduksi dan mensejajarkan
Traksi bermnfaat untuk mengatur dan mensejajarkan fragmen tulang
yang terputus kontinuitasnya dengan tarikan.
3) Mengisolisasi fraktur
Imobilisasi fraktur bermanfaat untuk mempertahankan posisi fraktur dan
meminimalisir tulang untuk berubah posisi.
4) Mengurangi deformitas
Traksi mengurangi pergeseran tulang yang dapat disebabkan oleh tarikan
otot maupun gravitasi, karenaa pada pasien fraktur fungsi tulang sebagai
penyangga dan tempat melekatnya otot tidak dimaksimal sehingga
rentan terjaadi pergeseran tulang. Dalam penanganan patah tulang kita
perlu melakukan beberapa tindakan, yaitu : Reposisi, Fiksasi, Rehabilitasi

c. Jenis Traksi
1) Traksi Secara Konservatif
Ada 2 cara :
1. Traksi kulit
Skin traksi merupakan penarikan bagian tulang yang mengalami fraktur
dengan menempelkan plaster dengan teknik pembebatan secara
langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, dalam jangka
waktu pendek antara 48 jam sampai 72 jam. Contoh pada fraktur
suprakondelier pada anak-anak, fraktur femur, HNP dan kontraktur
sendi.

Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan


imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan dalam waktu yang
lama, sebaiknya gunakan traksi skelet. Traksi kulit terjadi akibat beban
menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yang diletakkan kekulit. Traksi
pada kulit meneruskan traksi kestruktur muskulosketal. Beratnya beban
yang dapat dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi kulit,
tidak lebih dari 2-3 kg. Traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg, tergantung berat
badan klien ( Smeltzer, 2002 ).

Menurut Sjamsuhidajat (1997), beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh
melebihi 5 kg, karena bila beban berlebih kulit dapat mengalami nekrosis
akibat tarikan yang terjadi karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis,
beban yang diberikan bahkan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak
boleh dilakukan traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak
karena traksi skelet pada anak dapat merusak cakram episifis. Jadi
beratnya beban traksi kulit antara 2-5 kg.

Traksi kulit dapat mengakibatkan iritasi kulit. Kulit yang sensitive dan
rapuh pada lansia harus diidentifikasi pada lansia harus diidentifikasi pada
pengkajian awal. Reaksi kulit yang berhubungan langsung dengan plester
dan spon harus dipantau ketat. Traksi kulit harus dipasang dengan kuat

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 7


agar kontak dengan plester dan spon tetap erat. Gaya geseran pada kulit
harus dicegah. Plester traksi harus dipalpasi setiap hari untuk mengetahui
adanya nyeri tekan. Pada ekstremitas bawah, tumit, dan tendo Achilles
harus diinspeksi beberapa sekali.

Boot spon harus diangkat untuk melakukan inspeksi tiga kali sehari perlu
bantuan perawat lain untuk menyangga ekstremitas selama inspeks.
Lakukan perawatan punggung minimal tiap dua jam untuk mencegah ulkus
dekubitus. Gunakan kasur udara, busa densitas pada untuk meminimalkan
terjadinya ulkuskulit.

Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung pada tujuan
traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya beberapa hari,
sedangkan traksi untuk reposisi beserta imobilisasi lamanya sesuai dengan
lama terjadinya kolusfibrosa. Setelah terjadi kolusfibrosa, ekstremitas
imobilitas dengan gips. Traksi kulit apendikuler ( hanya pada ekstremitas )
digunakan pada orang dewasa, termasuk traksi ekstensi Buck, traksiRussel,
dantraksi Dunlop.

2. Traksi Buck
Traksi Buck merupakan traksi kulit dan sering pada ekstremitas bawah( inferior )
biasanya digunakan pada fraktur femur, pelvis danlutut.

Ekstensi Buck ( unilateral atau bilateral ) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan
diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial dantemporer yang
diingingan. Traksi Buck digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cedera
pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah. Sebelumnya insfeksi kulit dari adanya
abrasid angangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus dalam
keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan kering
sebelum boot spon atau pita traksi dipasang.

3. TraksiRussel
Traksi Russel termasuk dalam skin traksi dan suatu balanced traction kegunaannya
pada orang tua dengan fraktur pelvis dan juga pada anak-anak dengan fraktur
femur.

Traksi Russel, traksi Russel dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia,
menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan memberkan gaya tarikan
horizontal melalui pita traksi dan balutan elastic ketungkai bawah. Bila perlu, tungkai
dapat disangga dengan bantal agar lutut benar-benar fleksi dan menghindari tekanan
pada tumit.

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 8


4. Traksi Dunlop
Traksi Dunlop traksi yang digunakan pada fraktur supracondylar humerus dengan
teknik lengan tangan digantung dengan skin traksi.

Traksi Dunlop adalah traksi yang digunakan pada ekstremitas atas. Traksi horizontal
diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi. Untuk menjamin traksi kulit tetap
efektif, harus dihindari adanya lipatan dan lepasnya balutan traksi dan kontraksi
harus tetap terjaga. Posisi yang benar harus dipertahankan agar tungkai atau lengan
tetap dalam posisi netral. Untuk mencegah pergerakan fragmen tulang satu sama
lain. klien dilarang memiringkan badannya namun hanya boleh sedikit bergeser.
Traksi kulit dapat menimbulkan maalah resiko, seperti kerusakan kulit, tekanan saraf,
dan kerusakan sirkulasi.

5. Traksi skeletal (skeletal traction)


Traksi skeletal merupakan traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bendek dengan memasukan
pins atau kawat kedalam tulang.

Metode ini sering digunakan untuk menang anifraktur femur, tibia, humerus, dan
tulang leher. Traksi dipasang langsung ketulang dengan menggunakan pin metal
ataukawat (misal Steinman’s pin, Kirchner wire) yang dimasukkan kedalam tulang
disebelah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon,
dansendi. Tong yang dipasang di kepala ( missal Gardner Wells tong ) difiksasi
dikepala untuk memberikan traksi yang mengibolisasi fraktur leher.

Traksi skelet biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai efekterapi.


Beban yang dipasang biasanya harus dapat melawan daya pemendekan akibat
spasme otot yang cedera. Ketika ototrileks, beban traksi dapat dikurangi untuk
mencegah terjadinya dislokasi garis fraktur dan untuk mencapai penyembuhan
fraktur. Mengutip pendapat Sjamsuhidajat ( 1997 ), bahwa beban traksi untuk
reposisi tulang femur dewasa biasanya 5-7 kg,pada dislokasi lama panggul bisa 15-
20 kg.

Kadang-kadang traksi skelet bersifat seimbang, yang menyokong ekstremitas


terkena, memungkinkan klien dapat bergerak sampai batas-batas tertentu,
memungkinkan klien dapat bergerak sampai batas-batas tertentu, dan
memungkinkan kemandirian klien maupun asuhan keperawatan sementara traksi
yang efektif tetap dipertahankan. Bebat Thomas dengan pengait Pearson sering
digunakan bersama traksi skelet pada fraktur femur. Dapat pula digunakan
dengan traksi kulit dan aparatus suspensi seimbang lainnya.

Untuk mempertahankan traksi tetap efektif, pastikan tali tetap terletak dalam alur
roda pada katrol, tali tidak rusak, pemberat tetap tergantung dengan bebas, dan
simpul pada tali terikat erat. Evaluasi posisi klien, karena klien yang merosot ke

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 9


bawah dapat menyebabkan traksi tidak efekif. Beban tidak boleh diambil dari
traksi skelet kecuali jika terjadi keadaan yang membahayakan jiwa. Bila beban
diambil, tujuan penggunaannya akan hilang dan dapat terjadi cidera.

Kesajajaran tubuh klien harus dijaga agar garis tarikannya efektif. Kaki diposisikan
sedemikian rupa sehingga dapat dicegah terjadinya Footdrop ( plantar fleksi ),
rotasi kedalam ( inversi ). Kaki klien harus disangga dalam posisi netral dengan alat
ortopedi.

Perlu dipasang pegangan diatas tempat tidur, agar klien mudah untuk
berpegangan. Alat itu sangat berguna untuk membantu klien bergerak dan
defekasi ditempat tidur, serta menaikkan pingguldari tempat tidur untuk
memudahkan perawatan punggung. Lindungi tumit untuk dilakukan inspeksi,
karena klien sering menggunakan sebagai penyangga, sehingga dapat
menyebabkan cedera pada jaringan tersebut. Tempat penusukan pin (luka) perlu
dikaji. Lakukan inspeksi paling sedikit tiap delapan jam dari adanya tanda inflamasi
dan bukti adanya infeksi.

Pada klien terpasang traksi perlu melakukan latihan, berguna untuk menjaga
kekuatan dan tonus otot, serta memperbaiki peredaran darah. Latihan dilakukan
sesuai kemampuan. Latihan aktif meliputi menarik pegangan diatas tempat tidur.,
fleksi dan ekstensi kaki, latihan rentang gerak, dan menahan beban bagi sendi
yang sehat. Pada ekstremitas yang diimobilisasi, lakukan latihan kuadrisepdan
pengesetan gluteal.

Dorong klien untuk melakukan latihan fleksi dan ekstensi pergelangan kaki dan
kontraksi isometrik otot-otot betis, sebanyak 10 kali setiap jam saat klien terjaga,
dapat mengurangi risiko trombosis vena dalam. Dapat juga diberikan stoking
elastis, alat kompresi dan terapi antikoagulan untuk mencegah terbentuknya
trombus. Pengankatan pin dapat dilakukan setelah sinar-X menunjukkan
terbentuknya kalus. Pin dipotong sedekat mungkin dengan kulit dan diangkat oleh
dokter kemudian dipasang gips atau bidai untuk melindungi tulang yang sedang
proses penyembuhan.

6. Melatih klien paska fraktur dengan menggunakan Alat Bantu Jalan


Klien paska fraktur perlu menggunakan Alat bantu jalan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan waktu yang cukup untuk proses penyembuhan tulang sebelum
berjalan. Alat bantu jalan yang dimaksud seperti kruk, walker, tongkat , tripod.
a. Tongkat
alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang dan terbuat dari kayu
atau logam. Tongkat ini harus dipakai di sisi tubuh yang terkuat. Untuk
sokongan maksimum ketika berjalan, klien menempatkan tongkat berada di
depan sejauh 1 sampai 25 cm, mennjaga berat badan pada kedua kaki klien.
Kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga berat badan
dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 10


b. Walker
Suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan setinggi pinggang, dan
terbuat dari pipa logam. Mempunyai empat penyangga dan kaki yang kokoh.
c. Tripod
memberi songkongan yang terbesar yang digunakan pada kaki yang
mengalami sebagian atau keseluruhan paralisis atau hemiplegia (paralisis pada
satu sisi). Alat bantu yang memiliki tiga kaki, yang biasa digunakan untuk orang
yang kondisinya sudah bagus.
d. Kruk
alat bantu jalan yang berbentuk segitiga sama kaki, dalam penggunaannya
dihimpitkan di ketiak. Dalam penggunaan kruk apabila naik tangga kaki yang
sakit terlebih dahulu, jika turun sebaliknya. Kruk sering digunakan untuk
meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti pada
setelah kerusakan ligamen dilutut. Kruk dapat digunakan permanen (klien
paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam.
Ada dua tipe kruk :
1) Strand memilki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas
memgelilingi lengan bawah, kedua-duanya harus diatur sesuai dengan
tinggi klien.
2) Kruk Aksila terbuat dari kayu. Kruk Aksila mempunyai garis permukaan
yang seperti bantalan pada bagian atas, dimana berada tepat dibawah
aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang dipegang setinggi telapak
tgangan untuk menyokong tubuh. Ukuran panjang kruk harus diatur yang
sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman,
mencapai kestabilan gaya berjalan naik turun tangga dan bangkit dari
duduk.

e. Kursi Roda
alat bantu yang digunakan untuk pasien

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 11


Mari kita belajar bagaimana melatih klien menggunakan alat bantu jalan (lihat table dibawah ini).

NO TINDAKAN RASIONAL GAMBAR

1 Tehnik berjalan dengan tongkat


 Mempertahankan tonus otot
1. Cuci tangan untuk mengurangi
 Meningkatkan peristaltik usus sehingga mencegah
transmisi organisme
obstipasi
2. Jelaskan prosedur dan tujuan
 Memperlancar peredaran darah
dilakukan tindakan tersebut pada
 Mempertahankan fungsi tubuh
klien
 Mengembalikan pada aktivitas semula
3. Gunakan tongkat pada sisi tubuh
klien yang terkuat
4. Jelaskan pada klien untuk
memegang tongkat dengan tangan
yang sehat
5. Klien mulai melangkah dengan kaki
yang terlemah, bergerak maju
dengan tongkat, sehingga berat
badan klien terbagi antaratongkat
dan kaki yang terkuat
6. Kaki yang terkuat maju melangkah
setelah tongkat, sehingga kaki
terlemah dan berat badan klien
disokong oleh tongkat dan kaki
terkuat.
7. Berjalanlah disisi bagian tungkai
klien yang lemah. Klen
kemungkinan jatuh ke arah bagian
tungkai yang lemah tersebut.
8. Ajak klien berjalan selama waktu
atau jarak yang telah ditetapkan
dalam rencana keperawatan.
9. Jika klien kehilangan keseimbangan
atau kekuatannya dan tidak segera

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 12


pulih, masukkan tangan anda
keketiak klien, dan ambil jarak
berdiri yang luas untuk
mendapatkan dasar tumpuan yang
baik. Sandarkan klien pada
pinggul andasampai tiba bantuan,
atau rendahkan badan andadan
turunkan klien secara perlahan ke
lantai
10. Dokumentasikan kemajuan klien.

2 Tehnik berjalan dengan Kruk :

 Mengatur atau memberi keseimbangan waktu


1. Pastikan panjang kruk sudah tepat
berjalan.
2. Bantu klien mengambil posisi
segitiga, posisi dasar berdiri  Membantu menyokong sebagian berat badan klien
menggunakan kruk sebelum mulai  Meningkatkan kekuatan otot,
berjalan.  pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
3. Ajarkan klien tentang salah satu  Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
dari empat cara berjalan dengan  Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
kruk  Meningkatkan rasa percaya diri klien
4. Perubahan empat titik atau cara
berjalan empat titik memberi
kestabilan pada klien,
tetapi memerlukan panahanan
berat badan pada kedua tungkai.
Masing-masing tungkai digerakkan
secara bergantian dengan masing-
masing kruk, sehingga sepanjang
waktu terdapat tiga titikdukungan
pada lantai
5. Perubahan tiga titik atau cara
berjalan tiga titik mengharuskan
klien menahan semua beratbadan

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 13


pada satu kaki. Berat badan
dibebankan pada kaki yang sehat,
kemudian pada kedua krukdan
selanjutnya urutan tersebut
diulang. Kaki yang sakit tidak
menyentuh lantai selama fase dini
berjalan tiga titik. Secara bertahap
klien menyentuh lantai dan semua
beban berat badan bertumpu
pada kruk.
6. Cara berjalan dua titik memerlukan
sedikitnya pembebanan berat
badan sebagian pada masing-
masing kaki. Kruk sebelah kiri dan
kaki kanan maju bersama-sama.
Kruk sebelah kanan dan kaki kiri
maju bersama-sama.

Cara jalan mengayun ke kruk


(swing to gait), klien yang
mengalami paralisi tungkai dan
pinggul dapat menggunakan cara
jalan mengayun ini. Penggunaan
cara ini dalam jangka waktu yang
lama dapat mengakibatkan atrofi
otot yang tidak terpakai. Minta
klien untuk menggerakkan kedua
kruk kedepan secara
bersamaan.pindahkan berat badan
kelengan dan mengayun melewati
kruk.

7. Cara jalan mengayun melewati

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 14


kruk ( swing throughgait)

Cara jalan ini sangat memerlukan


ketrampilan,kekuatan dan
koordinasi klien. Minta klien untuk
menggerakkan kedua kruk
kedepan secara bersamaan.
Pindahkan berat badan ke lengan
dan mengayun melewati kruk.

8. Ajarkan klien menaiki dan


menuruni tangga

Tehnik naik :
Lakukan posisi tiga titik
 Bebankan berat badan pada
kruk
 Julurkan tungkai yang tidak
sakit antara kruk dan anak
tangga
 Pindahkan beban berat badan
dari kruk ketungkai yang tidak
sakit
 Luruskan kedua kruk dengan
kaki yang tidak sakit diatas
anak tangga

Tehnik Turun :
 Bebankan berat badan pada
kaki yang tidak sakit
 Letakkan kruk pada anak
tangga dan mulai
memindahkan berat badan
pada kruk, gerakkan kaki yang
sakit kedepan

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 15


 Luruskan kaki yang tidak sakit
pada anak tangga dengan
kruk
 Ajarkan klien tentang cara
duduk di kursi dancara
beranjakdari kursi.

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 16


3 Tehnik berjalan dengan Walker :
1. Klien menggunakan sepatu yang  Dapat menopang dan memberikan rasa aman pada
rata dan tidak licin. pasien.
2. Ketika klien bangkit dari duduk  Membantu mempercepat pengembalian kebugaran
atau akan memulai latihan,  Menjaga pasien pada saat melakukan latihan
pergunakan tangan kursi sebagai berjalan.
penopang, selanjutnya tempatkan
salah satu tangan pada walker
kemudian tangan yang satunya,
setelah itu lakukan gerakan kaki
maju.
3. Jika kaki kanan yang lemah,
pastikan kaki kiri yang melangkah
terlebih dahulu.
4. Jika kaki kiri yang lemah, lakukan
sebaliknya.
5. Untuk pemakaian walker, tanyakan
pada pasien gerakan kaki mana
yang lebih dulu enak untuk
digerakkan atau sesuaikan dengan
kenyamanan pasien.
6. Kedua tangan pasien memegang
pada bagian tangan walker.

MODUL KMB MUSKULOSKELETAL_ESTER INUNG SYLVIA 17


Literatur:

Potter, Patricia A and Perry,Anne Griffin.(2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan


(edisi ke4).Jakarta : EGC

Appley,A.G and Louis Solomon.(1995).Terjemahan Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley


( edisi ke7).Widya Medika.

Chusid, J.G.(1993).Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional (edisi


empat).Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Mari kita latihan lagi…..

18

Anda mungkin juga menyukai