Anda di halaman 1dari 36

ETIKA PROFESI AKUNTAN

“KASUS FRAUD AKUNTANSI BRITISH TELECOM


DAN PRICE WATERHOUSE COOPERS (PWC)”

Disusun Oleh :

Kelompok 6

NAMA NPK
1. Mahesa Agni 11150000143
2. Nony Saraswati Gendis 11150000194
3. Intan Sumantri 11150000195

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Tugas Makalah Etika Profesi Akuntan tentang
“Kasus Fraud Akuntansi British Telecom dan Price Waterhouse Coopers (PwC)”
ini dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-


dalamnya kepada Yth:

1. Ibu Rini Ratnaningsih, SE., M.Ak. selaku dosen mata kuliah Etika Profesi
Akuntan
2. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu penyelesaian penyusunan
makalah ini

Makalah ini merupakan suatu pembelajaran untuk kami dan diharapkan


dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan pemahaman tentang Kode Etik.
Selain itu, makalah ini juga dapat digunakan sebagai pembelajaran dan referensi
bagi mahasiswa untuk melihat keadaan yang sebenarnya pada etika profesi akuntan
dan disesuaikan dengan teori-teori yang ada.

Dengan penuh kesadaran, bahwa Makalah Etika Profesi Akuntan tentang


“Kasus Fraud Akuntansi British Telecom dan Price Waterhouse Coopers (PwC)”
ini masih perlu disempurnakan lagi, sehingga saran dan kritik untuk penyajian serta
isinya sangat diperlukan.

Kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut berpartisipasi


dalam penulisan makalah ini.

Jakarta, 19 April 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kode Etik Akuntan Profesional .......................................................... 7


2.2 Kode Etik Akuntan Profesi Akuntan Publik....................................... 15
2.3 Kode Etik Akuntan Profesi Akuntan Manajemen .............................. 17

BAB III CONTOH KASUS

3.1 Sejarah Perusahaan ............................................................................. 20


3.1.1 Sejarah BT Group plc ............................................................. 20
3.1.2 Sejarah Price WaterhouseCoopers (PwC) .............................. 21
3.2 Kronologi Kasus ................................................................................. 23

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pihak-Pihak Yang Terlibat ................................................................. 26


4.2 Pelanggaran Kode Etik Yang Dilakukan ............................................ 27
4.2.1 Pelanggaran Kode Etik yang Dilakukan oleh Pihak British
Telecom .................................................................................. 27
4.2.2 Pelanggaran Kode Etik yang Dilakukan oleh Pihak Price
Waterhouse Coopers (PwC) ................................................... 28
4.3 Sanksi ................................................................................................. 28
4.4 Dampak............................................................................................... 29

BAB V KESIMPULAN .................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Profesi akuntan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat seiring dengan tuntutan masyarakat di sektor usaha dan pemerintahan
semakin tinggi. Sebagai seorang yang professional dibidangnya, maka seorang
akuntan harus dapat mengembangkan karirnya di berbagai bidang, seperti bidang
pendidikan, keuangan, manajemen, teknologi informasi, serta penyusunan laporan
keuangan. Akuntan juga dapat mengembangkan profesinya sebagai akuntan publik
dan membuka kantor akuntan publik.
Pada kondisi tersebut akan terjadi persaingan ketat dalam menghadapi
persaingan global, para akuntan harus mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Keunggulan dalam efisiensi dan profesionalisme serta keunggulan dalam
mempertahankan kepercayaan masyarakat merupakan faktor penentu bagi akuntan
agar dapat menang dalam persaingan yang ketat. Sehubungan dengan
profesionalisme, maka disyaratkan profesi akuntan agar berpengetahuan,
berkeahlian dan berkarakter. Karakter menunjukkan nilai-nilai yang dimiliki
individu yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan
etis akuntan akan sangat menentukan kepercayaan masyarakat sebagai pengguna
jasanya.
Kode etik profesi merupakan salah satu upaya dari suatu asosiasi profesi untuk
menjaga integritas profesi tersebut agar mampu menghadapi berbagai tekanan yang
dapat muncul dari dirinya sendiri atau pihak luar. Akuntan sebagai sebuah profesi
telah memiliki seperangkat kode etik tersendiri dalam menjalankan profesinya.
Kode etik merupakan norma atau aturan yang mengatur hubungan akuntan dengan
kliennya, antara akuntan dan sejawatnya, serta antara profesi dengan masyarakat.
Di Indonesia, etika akuntan jadi isu yang sangat menarik. Tanpa etika, profesi
akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk
proses pembuatan keputusan bisnis oleh pelaku bisnis. Disamping itu, profesi

1|Page
akuntan mendapat sorotan yang cukup tajam dari masyarakat. Hal ini seiring
dengan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh akuntan. Baik akuntan publik,
akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah. Hasil penelitian BPKP
selama tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 menyebutkan bahwa dari 82 KAP
dapat diketahui bahwa sebanyak 91,81% KAP tidak mematuhi standar professional
(Standar Profesional Akuntan Publik/SPAP), sebanyak 82,39% tidak menerapkan
Sistem Pengendalian Mutu, dan sebanyak 9,93% tidak mematuhi perundang-
undangan.
Kasus lain adalah rekayasa laporan keuangan oleh akuntan intern perusahaan
yang banyak dilakukan sejumlah persusahaan go publik. Menurut catatan Biro Riset
Info-Bank (BIRI), pada tahun 2002 terdapat 12 perusahaan go public yang
melakukan praktik tesebut. Melihat fenomena tersebut, menjadi perlu untuk
mengetahui pemahaman akuntan baik akuntan publik yang lebih banyak
berkecimpung dalam bidang akuntansi keuangan dan auditing, akuntan pendidik,
karyawan bagian akuntansi yang bekerja pada sebuah perusahaan yang termasuk
akuntan intern perusahaan serta mahasiswa/i akuntansi sebagai calon akuntan
terhadap persepsi mereka tentang etika profesi akuntansi.
Untuk lebih memahami hal tersebut, penulis akan mencoba meneliti sebuah
kasus pelanggaran kode etik yang sudah terjadi, dengan penelitian yang berjudul.
“Kasus Fraud Akuntansi British Telecom dan Price Waterhouse Coopers (PwC)”.

2|Page
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan makalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Pelanggaran kode etik yang bagaimanakah yang telah dilakukan oleh
pihak British Telecom?
2. Pelanggaran kode etik yang bagaimanakah yang telah dilakukan oleh
pihak Price Waterhouse Coopers (PwC) selaku auditor dari British
Telecom?
3. Sanksi apa yang diterima oleh pihak British Telecom atas kesalahan yang
telah dilakukan dan juga pihak Price Waterhouse Coopers (PwC) atas
perbuatannya yg tidak kompeten dalam mengaudit laporan keuangan
British Telecom?
4. Solusi apa yang dapat dilakukan dari adanya kasus tersebut?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1.3.1 Tujuan Penulisan
1. Untuk menerapkan etika-etika yang semestinya dilakukan dalam
berprofesi sehari-hari, secara khusus untuk pembelajaran etika
profesi akuntan publik
2. Untuk mengetahui dan mempelajari sampai sejauh mana hubungan
antara penerapan aturan etika dengan peningkatan profesionalisme
akuntan publik

1.3.2 Manfaat Penulisan

Kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat memberikan


manfaat yang dapat diimplementasikan yang diantaranya :
1. Manfaat Akademisi
Sebagai referensi dan bahan informasi tambahan atau masukan
sekaligus sebagai media pembelajaran bagi pembaca khususnya
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.

3|Page
2. Manfaat Praktis Bagi pihak internal (profesi akuntan publik)
Dapat dijadikan salah satu sumber bacaan yang dapat
dipertimbangkan untuk megetahui perkembangan yang terjadi saat
ini di dunia profesi akuntan publik, dan bagi pihak eksternal (umum)
sebagai gambaran untuk bisa mengenali karakteristik dan cara
beretika yang seharusnya dimiliki oleh seorang auditor.

4|Page
BAB II
LANDASAN TEORI

Kode etik merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang
dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang
dari kode etik.
Dengan demikian kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Sedanglan Kode etik profesi
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut E.Holloway dikutip dari Shidarta, kode etik itu memberi petunjuk
untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Hubungan antara klien dan penyandang profesi;
2. Pengukuran dan standar evaluasi yang dipakai dalam profesi;
3. Penelitian dan publikasi/penerbitan profesi;
4. Konsultasi dan praktik pribadi;
5. Tingkat kemampuan kompetensi yang umum;
6. Administrasi personalia;
7. Standar-standar untuk pelatihan.

Ditambahkan oleh Holloway, bahwa kode etik (standar etika) tersebut


mengandung beberapa tujuan sekaligus, yaitu untuk:
1. Menjelaskan dana menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga
(institution), dan masyarakat pada umumnya;
2. Membantu penyandang profesi dalam menentukan apa yang harus mereka
perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etis dalam pekerjaannya;

5|Page
3. Membiarkan profesi menjaga reputasi (nama baik) dan fungsi profesi dalam
masyarakat melawan kelakuan buruk dari anggota-anggota tertentu dari
profesi itu.
4. Mencerminkan pengharapan moral dari komunitas masyarakat (atas pelayanan
penyandang profesi itu kepada masyarakat).
5. Merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atas kejujuran dari
penyandang profesi itu sendiri.

Kode Etik Akuntan Indonesia, yaitu norma perilaku etika akuntan di Indonesia
dalam memenuhi tanggung jawab profesinya yang mengatur hubungan antara
akuntan publik dengan klien, antara akuntan publik dengan rekan sejawat dan
antara profesi dengan masyarakat. Etika profesi terdiri dari lima dimensi yaitu
kepribadian, kecakapan profesional, tangung jawab, pelaksanaan kode etik,
penafsiran dan penyempurnaan kode etik.
Sedangkan kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam
profesi akuntansi. Kode etik akuntansi dapat menjadi penyeimbang segi-segi
negatif dari profesi akuntansi, sehingga kode etik bagai kompas yang menunjukkan
arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral profesi akuntansi
dimata masyarakat.
Kode etik profesi akuntansi sangat penting karena untuk mencegah terjadinya
kecurangan (fraud). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi
profesi akuntan Indonesia yang diakui pemerintah. Ikatan Akuntan Indonesia –
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah organisasi para akuntan
Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor
akuntan publik. Agar dapat menjadi akuntan yang baik, para akuntan harus
mematuhi aturan-aturan dan persyaratan yang dapat mengkualifikasikannya
sebagai seorang akuntan yang profesional. Dengan adanya kode etik tersebut, para
akuntan tidak hanya diwajibkan memiliki kemampuan hardskill terkait akuntansi.
Namun, para akuntan juga dituntut untuk memiliki perilaku yang baik dan bermoral
terkait dengan pekerjaan.

6|Page
2.1 Kode Etik Akuntan Profesional
Kode etik akuntan profesional ini merupakan adopsi dari Handbook of the
Code of Ethics for Professional Accountants 2016 Edition yang dikeluarkan oleh
International Ethics Standards Bard for Accountants of The International
Federation of Accountants (IESBA – IFAC). Dimana kode etik akuntan
professional terdiri atas tiga bagian, yaitu :

1. Prinsip Dasar Etika


 SEKSI 100
100.1 Ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima tanggung
jawab untuk bertindak bagi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab
Akuntan Profesional tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi
kerja. Dalam bertindak bagi kepentingan publik, Akuntan Profesional
memerhatikan dan mematuhi ketentuan Kode Etik ini. Jika Akuntan Profesional
dilarang oleh hukum atau peraturan untuk mematuhi bagian tertentu dari Kode Etik
ini, Akuntan Profesional tetap mematuhi bagian lain dari Kode Etik ini.

100.5 Akuntan Profesional mematuhi prinsip dasar etika berikut ini:


(a) Integritas, yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubunganprofesional
dan bisnis.
(b) Objektivitas, yaitu tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain, yang dapat mengesampingkan
pertimbangan profesional atau bisnis.
(c) Kompetensi dan kehati-hatian profesional, yaitu menjaga pengetahuan dan
keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa
klien atau pemberi kerjaakan menerima jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, peraturan, dan teknik mutakhir, serta
bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan teknik dan standar profesional
yang berlaku.
(d) Kerahasiaan, yaitu menghormati kerahasiaan informasi yangdiperoleh dari
hasil hubungan profesional dan bisnis dengan tidak mengungkapkan informasi

7|Page
tersebut kepada pihak ketiga tanpa ada kewenangan yang jelas dan memadai,
kecuali terdapat suatu hak atau kewajiban hukum atau professional untuk
mengungkapkannya, serta tidak menggunakan informasi tersebut untuk
keuntungan pribadi Akuntan Profesional ataupihak ketiga.(e) Perilaku
Profesional, yaitu mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
menghindari perilaku apa pun yang mengurangi kepercayaan kepada profesi
Akuntan Profesional.

100.7 Ketika Akuntan Profesional mengidentifikasi adanya ancaman terhadap


kepatuhan pada prinsip dasar etika dan mengevaluasi bahwa ancaman tersebut tidak
berada dalam tingkatyang dapat diterima, maka Akuntan Profesional menentukan
tersedia tidaknya perlindungan yang tepat dan dapat diterapkan untuk
menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut sampai ke tingkat yang dapat
diterima. Dalam menentukan hal tersebut, Akuntan Profesional menggunakan
pertimbangan profesionalnya serta mempertimbangkan kesimpulan yang akan
diambil oleh pihak ketiga yang bersifat rasional dan memiliki informasi yang cukup
mengenai dapat tidaknya ancaman tersebut dihilangkan atau dikurangi sampai ke
tingkat yang dapat diterima dengan menerapkan perlindungan, berdasarkan semua
fakta dan keadaan tertentu yang tersedia bagi Akuntan Profesional pada saat itu,
sehingga kepatuhan pada prinsip dasar etika tidak berkurang.

100.19 Akuntan Profesional diwajibkan untuk menyelesaikan benturan dalam


mematuhi prinsip dasar etika.

100.21 Ketika suatu permasalahan melibatkan benturan dengan,atau di dalam,


organisasi, maka Akuntan Profesional menentukan perlunya berkonsultasi dengan
pihak yang bertanggung jawab atastata kelola organisasi, seperti direktur,
komisaris, atau komite audit.

100.22 Akuntan Profesional sebaiknya mendokumentasikan hakekat persoalan,


rincian setiap pembahasan, dan keputusan terkaitpersoalan tersebut.

8|Page
100.23 Jika suatu benturan yang signifikan tidak dapat diselesaikan, Akuntan
Profesional dapat mempertimbangkan untuk memperoleh saran profesional dari
Ikatan Akuntan Indonesia atau penasehat hukum. Akuntan Profesional umumnya
dapat memperoleh panduan atas persoalan etika tanpa melanggar prinsip
kerahasiaan jika permasalahan tersebut dibahas dengan Ikatan Akuntan Indonesia
secara anonim, atau dengan penasehat hukum di bawah perlindungan hak istimewa
(privilege) dalam hukum.

100.24 Jika setelah mendalami semua kemungkinan yang relevan namun benturan
etika tetap tidak terselesaikan, maka Akuntan Profesional, kecuali dilarang oleh
hukum, menolak untuk tetap dikaitkan dengan permasalahan yang menyebabkan
benturan etika tersebut. Dalam keadaan tersebut, Akuntan Profesional
mempertimbangkan tepat tidaknya untuk mundur dari tim perikatan atau penugasan
tertentu, atau bahkan mengundurkan diri sepenuhnya dari perikatan, Kantor
Akuntan, atau organisasi tempatnya bekerja.

 SEKSI 120
120.1 Prinsip objektivitas mewajibkan semua Akuntan Profesional untuk tidak
membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh tidak sepantasnya dari
pihak lain, yang dapat mengurangi pertimbangan profesional atau bisnisnya.

 SEKSI 130
130.1 Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap Akuntan
Profesional untuk:
(a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional pada tingkat yang
dibutuhkan untuk menjamin klien atau pemberi kerja akan menerima layanan
profesional yang kompeten; dan
(b) Bertindak cermat dan tekun sesuai dengan standar teknis dan profesional yang
berlaku ketika memberikan jasa profesional.

9|Page
 SEKSI 140
140.1 Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap Akuntan Profesionaluntuk tidak
melakukan hal berikut:
(a) Mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis kepada pihak di luar Kantor Akunta atau organisasi
tempatnya bekerja tanpa diberikan kewenangan yang memadai dan spesifik,
kecuali jika terdapat hak atau kewajiban secara hukum atau profesional untuk
mengungkapkannya; dan
(b) Menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubunganprofesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.

 SEKSI 150
150.1 Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk
mematuhi ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari setiap
perilaku yang Akuntan Profesional tahu atau seharusnya tahu yang dapat
mengurangi kepercayaan pada profesi. Hal ini termasuk perilaku, yang menurut
pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang cukup, setelah menimbang
semua fakta dan keadaan tertentu yang tersedia bagi Akuntan Profesional pada
waktu itu, akan menyimpulkan, yang mengakibatkan pengaruh negatif terhadap
reputasi baik dari profesi.

2. Akuntan Profesional Di Praktik Publik


3. Akuntan Profesional Di Bisnis
 SEKSI 300
300.4 Akuntan Profesional di Bisnis memiliki tanggung jawab untuk mendukung
organisasi tempatnya bekerja mencapai tujuannya. Kode Etik ini tidak
dimaksudkan untuk menghalangi Akuntan Profesional di Bisnis memenuhi
tanggung jawab tersebut, namun lebih bertujuan untuk menjelaskan keadaan yang
dapat mengurangi kepatuhan pada prinsip dasar etika.

10 | P a g e
300.6 Akuntan Profesional di Bisnis tidak terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan,
atau kegiatan yang merusak atau dapat merusak integritas, objektivitas, atau
reputasi baik dari profesi dan akibatnya bertentangan dengan prinsip dasar etika.

 SEKSI 310
310.3 Ketika melakukan identifikasi dan evaluasi atas kepentingandan hubungan
yang dapat memunculkan benturan kepentingan danmenerapkan perlindungan
untuk menghilangkan atau mengurangi setiap ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika sampai ke tingkat yang dapat diterima, maka Akuntan
Profesional di Bisnismembuat pertimbangan profesional dan waspada terhadap
seluruh kepentingan dan hubungan, di mana pihak ketiga yang rasional
danmemiliki informasi yang cukup, dengan menimbang semua fakta dankeadaan
tertentu yang tersedia bagi Akuntan Profesional pada saat itu, akan menyimpulkan
dapat mengurangi kepatuhan pada prinsip dasar etika.

310.4 Ketika menghadapi benturan kepentingan, Akuntan Profesional di Bisnis


dianjurkan untuk mencari panduan dari organisasi tempatnya bekerja atau dari
pihak lain, seperti Ikatan Akuntan Indonesia, penasihat hukum, atau Akuntan
Profesional lain. Ketika mengungkapkan atau menyampaikan informasi di dalam
organisasi tempatnya bekerja dan mencari panduan dari pihak ketiga, Akuntan
Profesional tetap waspada terhadap prinsip kerahasiaan.

310.5 Ketika ancaman yang muncul dari benturan kepentingan tidak berada pada
tingkat yang dapat diterima, maka Akuntan Profesional di Bisnis menerapkan
perlindungan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut sampai ke
tingkat yang dapat diterima. Ketika perlindungan tidak dapat mengurangi ancaman
tersebut sampai ke tingkat yang dapat diterima, maka Akuntan Profesional di Bisnis
menolak atau menghentikan kegiatan professional yang mengakibatkan benturan
kepentingan, atau menghentikan hubungan yang terkait atau melepaskan
kepentingannya untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut sampai
ke tingkat yang dapat diterima.

11 | P a g e
 SEKSI 320
320.1 Akuntan Profesional di Bisnis seringkali terlibat dalam proses penyusunan
dan pelaporan informasi, baik untuk kepentingan publik maupun yang digunakan
oleh pihak lain di dalam maupun diluar organisasi tempatnya bekerja. Informasi
tersebut dapat mencakupinformasi keuangan atau informasi manajemen, seperti
proyeksi dan anggaran, laporan keuangan, diskusi dan analisis manajemen, dan
surat representasi manajemen yang disediakan bagi auditor selama proses audit
laporan keuangan. Akuntan Profesional di Bisnis menyusun atau menyajikan
informasi tersebut secara wajar, jujur,dan sesuai dengan standar profesional yang
berlaku, sehingga dapat dimengerti dalam konteks pelaporannya.

320.2 Akuntan Profesional di Bisnis yang memiliki tanggung jawab dalam


menyusun atau menyetujui laporan keuangan untuk tujuan umum dari organisasi
tempatnya bekerja, meyakini bahwa laporan keuangan tersebut disajikan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

320.3 Akuntan Profesional di Bisnis mengambil langkah rasional untuk memelihara


informasi yang menjadi tanggung jawabnya dengan cara:
(a) Menjelaskan dengan gamblang mengenai sifat sebenarnya daritransaksi bisnis,
aset, atau liabilitas;
(b) Mengklasifikasikan dan mencatat informasi secara tepat waktu dan dengan
cara yang tepat; dan
(c) Menyajikan fakta secara akurat dan lengkap dalam semua hal yang material.

 SEKSI 330
330.1 Prinsip kompetensi dan kehati-hatian professional mensyaratkan Akuntan
Profesional di Bisnis hanya melaksanakan tugas signifikan ketika memiliki, atau
dapat memperoleh, pelatihanatau pengalaman tertentu yang memadai. Akuntan
Profesional di Bisnis tidak boleh dengan sengaja menyesatkan pemberi kerja
mengenai tingkat keahlian atau pengalaman yang di milikinya, ataupun gagal
memperoleh nasihat dan bantuan ahli ketika diperlukan.

12 | P a g e
 SEKSI 340
340.3 Akuntan Profesional di Bisnis tidak memanipulasi atau menggunakan
informasi rahasia bagi keuntungan pribadi atau bagi keuntungan keuangan orang
lain. Semakin tinggi posisi Akuntan Profesional di Bisnis, semakin besar
kemampuan dan kesempatannyauntuk memengaruhi pelaporan dan pengambilan
keputusan keuangan dan semakin besar tekanan yang mungkin berasal dari atasan
dan rekan kerja untuk memanipulasi informasi. Dalam situasi demikian, Akuntan
Profesional di Bisnis waspada terutama terhadap prinsip integritas yang
mewajibkan Akuntan Profesional di Bisnis untuk bersikap lugas dan jujur dalam
semua hubungan professional dan bisnis.

 SEKSI 350
350.1 Akuntan Profesional di Bisnis, anggota keluarga batih, atau anggota keluarga
sedarah dan semenda mungkin ditawari bujukan dalam berbagai bentuk termasuk
hadiah, layanan, perlakuan istimewa, dan tawaran yang tidak sepantasnya
berdasarkan pertemanan atau loyalitas.

350.2 Bujukan dapat memunculkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar
etika. Ketika Akuntan Profesional di Bisnis atau anggota keluarga batih atau
keluarga sedarah dan semenda ditawari bujukan, maka dilakukan evaluasi atas
situasi tersebut. Ancaman kepentingan pribadi terhadap prinsip kerahasiaan atau
objektivitas muncul ketika bujukan diberikan dalam upaya untuk memengaruhi
tindakan atau keputusan, mendorong perilaku ilegal atau tidak jujur, atau
memperoleh informasi rahasia. Ancaman intimidasi terhadap prinsip objektivitas
atau kerahasiaan muncul jika bujukan tersebut diterima dan diikuti dengan ancaman
untuk mempublikasi danmerusak reputasi, baik Akuntan Profesional di Bisnis
maupun anggota keluarga batih atau keluarga sedarah dan semenda.

350.5 Akuntan Profesional di Bisnis mungkin berada dalam situasi yang mana
Akuntan Profesional di Bisnis diharapkan, atau di bawah tekanan lainnya, untuk

13 | P a g e
menawarkan bujukan untuk memengaruhi pertimbangan atau proses pengambilan
keputusan dari individu atau organisasi, atau untuk memperoleh informasi rahasia.

350.6 Tekanan tersebut dapat berasal dari dalam organisasi tempatnya bekerja,
misalnya, dari rekan sejawat atau atasan. Tekanan juga dapat berasal dari individu
atau organisasi di luar organisasi tempatnya bekerja yang menyarankan tindakan
atau keputusan bisnis yang akan menguntungkan bagi organisasi tempatnya
bekerja, yang mungkin memengaruhi Akuntan Profesional di Bisnis secara tidak
pantas.

350.7 Akuntan Profesional di Bisnis tidak menawarkan bujukan untuk


memengaruhi secara tidak pantas keputusan profesional dari pihak ketiga.

 SEKSI 360
360.1 Akuntan Profesional di bisnis mungkin menghadapi atau menyadari adanya
ketidakpatuhan atau dugaan ketidak patuhan pada hukum dan peraturan ketika
melaksanakan kegiatan profesional. Tujuan dari Seksi ini adalah untuk menetapkan
tanggung jawab Akuntan Profesional ketika menghadapi adanya ketidak patuhan
atau dugaan ketidakpatuhan tersebut, serta memberikan panduan bagi Akuntan
Profesional dalam menilai implikasi dari permasalahan dan tindakan yang mungkin
dilakukan ketika menanggapinya. Seksi ini diterapkan, terlepas dari sifat dari
organisasi tempatnya bekerja,termasuk apakah organisasi tersebut merupakan atau
tidak merupakan entitas dengan kepentingan publik.

360.2 Ketidak patuhan pada hukum dan peraturan ("ketidakpatuhan") mencakup


tindakan kelalaian atau perbuatan jahat yang disengaja maupun tidak disengaja,
yang dilakukan oleh organisasi tempat Akuntan Profesional bekerja, penanggung
jawab tata kelola, manajemen, atau individu lain yang bekerja untuk atau di bawah
arahan organisasi tempatnya bekerja yang bertentangan dengan hukum atau
peraturan yang berlaku.

14 | P a g e
360.3 Ketentuan hukum atau peraturan mungkin mengatur tindakan yang harus
dilakukan Akuntan Profesional ketika menghadapi adanya ketidakpatuhan atau
dugaan ketidakpatuhan, yang mungkin berbeda dengan atau melebihi yang diatur
dari Seksi ini. Ketika menghadapi adanya ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan, maka Akuntan Profesional bertanggung jawab untuk mendapatkan
pemahaman atas ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta mematuhinya,
termasuk setiap ketentuan untuk melaporkan hal tersebut kepada otoritasdan setiap
larangan untuk memperingatkan pihak terkait sebelum membuat pengungkapan,
misalnya, sesuaidengan undang-undang anti pencucian uang.

360.7 Ketidakpatuhan dapat mengakibatkan denda, tuntutan, atau akibat lain bagi
organisasi tempatnya bekerja yang mungkin berdampak material terhadap laporan
keuangan. Sangat penting, ketidakpatuhan tersebut mungkin berdampak terhadap
kepentingan publik yang lebih luas dalam hal berpotensi menimbulkan bahaya
besar bagi investor, kreditur, karyawan, atau masyarakat umum. Untuk tujuan Seksi
ini, tindakan yang menyebabkan bahaya besar tersebut adalah tindakan yang
menghasilkan dampak kerugian keuangan atau non keuangan yang serius bagi
setiap pihak tersebut. Misalnya kecurangan yang mengakibatkan kerugian
keuangan yang signifikan bagi investor, dan pelanggaran Undang-Undangdan
peraturan lingkungan yang membahayakan kesehatan ataukeselamatan karyawan
atau masyarakat.

2.2 Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Akuntan publik adalah seorang akuntan yang telah memperoleh izin dari
menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik. Sertifikasi akuntan
publik diselenggarakan sesuai dengan payung hukum undang-undang nomor 5
tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan peraturan pelaksanaan melalui Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2011 tentang penetapan Institut Akuntan
Publik Indonesia sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik, sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang nomor 5 tahun 2011, serta Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.01/2008. Sertifikasi akuntan publik merupakan salah satu

15 | P a g e
persyaratan yang diperlukan untuk penerbitan ijin praktek individu oleh Pusat
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika


Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus ditetapkan oleh
Institut Akunan Publik Indonesia (IAPI) dan staf professional (baik anggota IAI
maupun bukan anggota IAI) yang bekerja pada satu Kantor Akunan Publik (KAP).
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI
menyebutkan 5 prinsip – prnsip dasar etika profesi, yaitu :

1. Prinsip Intergritas
Memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang
tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

2. Prinsip Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan
kepentingan atau di bawah pengaruh pihak lain.

3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati – hatian Profesional


Prinsip kompetensi dan kehati-hatian professional mengharuskan setiap anggota
akuntan untuk:
- Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberi kerja (klien menerima layanan yang profesional dan
kompeten.

16 | P a g e
- Bertindak tekun dan cermat sesuai teknis dan profesional yang berlaku ketika
memberikan jasa profesional.

4. Prinsip Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mengharuskan setiap akuntan untuk tidak melakukan hal
berikut ini.
- Mengungkapkan informasi rahasia yang diperolehnya dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis pada pihak di luar kantor akuntan atau
organisasi tempat akuntan bekerja tanpa diberikan kewenangan yang memadai
dan spesifik, terkecuali jika mempunyai hak dan kewajiban secara hukum atau
profesional untuk mengungkapkan kerahasiaan tersebut.
- Menggunakan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Informasi yang diperoleh baik melalui hubungan profesional maupun
hubungan bisnis.

5. Prinsip Perilaku Profesional


Setiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi sebagai
perwujudan tanggungjawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang
lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat umum.

2.3 Kode Etik Profesi Akuntan Manajemen


Akuntan manajemen adalah seorang akuntan yang membantu manajer
memutuskan bagaimana membuat keuntungan ataupun menyimpan uang yang ada
dengan memeriksa informasi yang berkaitan dengan biaya menjalankan bisnis
tersebut serta menganalisis seberapa besar keuntungan yang dihasilkan. Ikatan
Akuntan Manajemen (Institute of Management Accountant – IMA) di Amerika
Serikat telah mengembangkan kode etik yang disebut Standar Kode Etik untuk
Praktisi Akuntan Manajemen dan Manajemen Keuangan (Standards of Ethical

17 | P a g e
Conduct for Practitioners of Management Accounting and Financial
Management). Ada empat standar etika untuk akuntan manajemen yaitu:

1. Kompetensi
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang
sepantasnya, mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan
yang jelas dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab
untuk:
- Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
- Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang
berlaku.
- Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang
relevan serta dapat diandalkan.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan
informasi rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk
melakukan hal tersebut. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan
memiliki tanggung jawab untuk:
- Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh
dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
- Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini
dilakukan juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
- Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.

18 | P a g e
3. Integritas (Integrity)
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam
menjunjung etika. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan
memiliki tanggung jawab untuk:
- Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar
terhindar dari potensi konflik.
- Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan
mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tigas secara etis.
- Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
- Menahan diri dari aktivitas negati yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi.
- Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain
yang dapat menghalagi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.
- Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
- Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi.

4. Objektivitas (Objectifity)
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara
wajar dan objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua informasi
relevan yang diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user terhadap
pelaporan, komentar dan rekomendasi yang ditampilkan. Praktisi manajemen
akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
- Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif.
- Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.

19 | P a g e
BAB III
CONTOH KASUS

3.1 Sejarah Perusahaan


3.1.1 Sejarah BT Group plc
BT Group plc ( Dikenal sebagai BT dan sebelumnya British Telecom)
adalah perusahaan induk yang memiliki British Telecommunications plc,
sebuah perusahaan Telecomunikasi multinasional Inggris yang berkantor pusat
di London, United Kingdom. Perusahaan ini beroperasi di sekitar 180 negara
dan merupakan penyedia layanan fixed-line, mobile dan broadband terbesar di
Inggris, dan juga menyediakan televisi berlangganan dan layanan IT.
Asal-usul BT kembali ke tanggal pendirian perusahaan Telecomunikasi
pertama di Inggris. Di antara mereka adalah layanan telegraf komersial
pertama, Electric Telegraph Company, yang didirikan pada tahun 1846. Ketika
perusahaan-perusahaan ini bergabung dan diambil alih atau diruntuhkan,
perusahaan-perusahaan yang tersisa dialihkan ke kontrol negara di bawah
Kantor Pos pada tahun 1912. Perusahaan-perusahaan ini digabung dan diberi
merek ulang sebagai British Telecom.
Pada tahun 1912, Kantor Pos Umum, sebuah departemen pemerintah,
menjadi pemasok Telecomunikasi monopoli di Inggris. The Post Office Act of
1969 menyebabkan GPO menjadi perusahaan publik. British
Telecommunications, yang dikenal sebagai British Telecom, dibentuk pada
tahun 1980, dan menjadi independen dari Kantor Pos pada tahun 1981. British
Telecommunications diprivatisasi pada tahun 1984, menjadi British
Telecommunications plc, dengan sekitar 50 persen sahamnya dijual kepada
investor. Pemerintah menjual sisa sahamnya dalam penjualan saham lebih
lanjut pada tahun 1991 dan 1993. BT memiliki daftar utama di Bursa Efek
London, daftar sekunder di Bursa Efek New York, dan merupakan konstituen
Indeks FTSE 100.

20 | P a g e
BT mengendalikan sejumlah anak perusahaan besar. Divisi Layanan
Global BT memasok layanan Telecomunikasi kepada pelanggan korporasi dan
pemerintah di seluruh dunia, dan divisi Konsumer BTnya memasok layanan
telepon, broadband, dan televisi berlangganan di Inggris Raya kepada sekitar
18 juta pelanggan. BT mengumumkan pada Februari 2015 bahwa mereka telah
setuju untuk mengakuisisi EE sebesar £ 12,5 miliar, dan menerima persetujuan
regulasi akhir dari Kompetisi dan Otoritas Pasar pada 15 Januari 2016.
Transaksi selesai pada 29 Januari 2016

3.1.2 Sejarah Price Waterhouse Coopers (PwC)


PricewaterhouseCoopers (PwC) adalah kantor jasa professional
terbesar di dunia saat ini. Kantor ini dibentuk pada tahun 1998 dari
penggabungan usaha antara Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand. PwC
adalah yang terbesar di antara the Big Four auditors, yang lainnya adalah
Deloitte, Ernst & Young dan KPMG. Penghasilan gabungan
PricewaterhouseCoopers di seluruh dunia mencapai 20.3 miliar dolar Amerika
Serikat untuk tahun fiskal 2005, dan mempekerjakan lebih dari 130.000
profesional di 148 negara. Di Amerika Serikat kantor ini beroperasi dengan
nama PricewaterhouseCoopers LLP yang merupakan perusahaan swasta
terbesar keenam

A. Sejarah Price Waterhouse


Samuel Price, seorang akuntan, mulai praktik di London pada tahun 1849.
Dalam tahun 1865 Price membuat persekutuan dengan William Holyland dan
Edwin Waterhouse. Sejak tahun 1874 kantor ini kemudian dikenal dengan
nama Price, Waterhouse & Co. Holyland akhirnya meninggalkan persekutuan
itu dan kemudian huruf '& Co' dan koma dihilangkan dari nama kantor tersebut.
Di akhir tahun 1800-an, Price Waterhouse mendapat pengakuan sebagai suatu
kantor akuntan publik tepercaya. Dengan berkembangnya perdagangan antara
Britania Raya dan Amerika Serikat, Price Waterhouse kemudian membuka
kantornya di New York dalam tahun 1890, yang kemudian kantor di Amerika

21 | P a g e
ini berkembang dengan sangat pesatnya. Kantor asalnya di Inggris juga
membuka banyak kantor di negara-negara Persemakmuran Inggris. Setiap kali
mendirikan persekutuan terpisah di setiap negara, setiap sekutu yang diberikan
insentif yang baik untuk meluaskan praktik lokalnya. Jadi kegiatan PW di
seluruh dunia merupakan suatu gabungan kantor-kantor lokal yang
berkembang secara alamiah dibandingkan dengan merupakan hasil dari
penggabungan usaha internasional.

B. Sejarah Coopers & Lybrand


Seperti PW, Coopers & Lybrand juga didirikan dalam abad
kesembilanbelas. Dalam tahun 1854 William Cooper mulai berpraktik di
London, yang tujuh tahun kemudian berganti nama menjadi Cooper Brothers
saat ketiga saudaranya bergabung. Di Amerika Serikat dalam tahun 1898
Robert H. Montgomery, William M. Lybrand, Adam A. Ross Jr. dan kakaknya
T. Edward Ross mendirikan Lybrand, Ross Brothers and Montgomery.
Coopers & Lybrand merupakan hasil penggabungan antara Cooper Brothers &
Co; Lybrand, Ross Bros & Montgomery dan sebuah kantor dari Kanada
McDonald, Currie and Co. dalam tahun 1957. Dalam tahun 1990 Coopers &
Lybrand bergabung dengan Deloitte Haskins & Sells di Britania Raya, namun
sebagian dari Deloitte bergabung dengan Touche Ross dan membentuk
Deloitte Touche Tohmatsu.
Untuk menambah pembentukan kantor di berbagai ibukota utama dunia,
seringkali PW atau Cooper menggabungkan diri dengan kantor akuntan lokal.
Dengan cara ini terbentuklah kantor-kantor di tiap negara dan
menggelembungkan jumlah kantornya agar bisa menawarkan jasanya
dimanapun mereka berada. Pertumbuhan juga dirasakan dengan bertambahnya
kebutuhan audit khususnya setelah Depresi Hebat dalam tahun 1920-an dan
1930-an dan juga dengan bertambah kompleksnya perpajakan.
Sebagai kelanjutan usahanya dalam memperoleh skala ekonomis, PW dan
Arthur Andersen pernah membicarakan suatu penggabungan dalam tahun
1989, namun akhirnya negosiasi ini gagal terutama karena adanya konflik

22 | P a g e
kepentingan contohnya keterkaitan bisnis Andersen dengan IBM padahal PW
mengaudit IBM. Dalam tahun 1998 Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand
bergabung dan membentuk PricewaterhouseCoopers. Tahun berikutnya,
pembicaraan untuk menggabungkan PwC dengan Grant Thornton gagal. Oleh
karena berkurangnya jumlah kantor-kantor besar, sepertinya otoritas pengatur
kompetisi akan sulit meluluskan izin penggabungan usaha.

3.2 Kronologi Kasus


Perusahaan raksasa Inggris ini mengalami fraud akuntansi di salah satu lini
usahanya di Italia. Sejak awal triwulan kedua 2017 telah muncul isu terjadinya
fraud akuntansi di British Telecom. Fraud di British Telecom berdampak kepada
akuntan publik PwC yang merupakan kantor akuntan publik ternama di dunia dan
termasuk the bigfour. Tentu saja dampak fraud akuntansi ini bukan saja
menyebabkan reputasi kantor akuntan publik tercemar, namun ikut mencoreng
profesi akuntan publik. Fraud akuntansi ini gagal dideteksi oleh PwC. Oleh karena
itu British Telecom segera mengganti PwC dengan KPMG yang juga merupakan
kantor akuntan publik ternama di dunia dan termasuk the bigfour. Yang
mengejutkan adalah relasi PwC dengan British Telecom telah berlangsung sangat
lama, yaitu 33 tahun sejak British Telecom diprivatisasi 33 tahun yang lalu. Board
of Director British Telecom merasa tidak puas atas kegagalan PwC mendeteksi
fraud akuntansi di Italia.
Fraud akuntansi ini gagal dideteksi oleh PwC. Justru fraud berhasil dideteksi
oleh pelapor pengaduan (whistleblower) yang dilanjutkan dengan akuntansi
forensik oleh KPMG. Modus fraud akuntansi yang dilakukan British Telecom di
Italia sebenarnya relatif sederhana dan banyak dibahas di literatur kuliah auditing
namun banyak auditor gagal mendeteksinya yakni melakukan inflasi (peningkatan)
atas laba perusahaan selama beberapa tahun dengan cara tidak wajar melalui kerja
sama koruptif dengan klien-klien perusahaan dan jasa keuangan. Modusnya adalah
membesarkan penghasilan perusahaan melalui perpanjangan kontrak yang palsu
dan invoice-nya serta transaksi yang palsu dengan vendor. Praktik fraud ini sudah

23 | P a g e
terjadi sejak tahun 2013. Dorongan untuk memperoleh bonus (tantiem) menjadi
stimulus fraud akuntansi ini.
Dampak fraud akuntansi penggelembungan laba ini menyebabkan British
Telecom harus menurunkan GBP530 juta dan memotong proyeksi arus kas selama
tahun ini sebesar GBP500 juta untuk membayar utang-utang yang disembunyikan
(tidak dilaporkan). Tentu saja British Telecom rugi membayar pajak penghasilan
atas laba yang sebenarnya tak ada. Skandal fraud akuntansi ini, sebagaimana
biasanya, berdampak kerugian kepada pemegang saham dan investor di mana harga
saham British Telecom anjlok seperlimanya ketika British Telecom mengumumkan
koreksi pendapatannya sebesar GBP530 juta di bulan Januari 2017.
Luis Alvarez, Eksekutif British Telecom yang membawahi British Telecom
Italia pun angkat kaki. Chief Executive Officer British Telecom Gavin Patterson
dan Chief Financial Officer Tony Chanmugam dipaksa mengembalikan bonus
mereka masing-masing GBP340.000 dan GBP193.000. Beberapa pemegang saham
British Telecom segera mengajukan tuntutan kerugian class-action kepada
korporasi karena dianggap telah mengelabui investor dan tidak segera
mengumumkan fraud keuangan tersebut.

Saat ini atas fraud akuntansi tersebut, penegak hukum Italia sedang melakukan
proses investigasi terhadap tiga orang mantan eksekutif dan dua staf British
Telecomm di Italia. Tuduhan fraud dialamatkan kepada :
 Tuduhan fraud kepada Gianluca Cimini - mantan Chief Executive Officer
British Telecom di Italia yang dianggap paling bertanggung jawab melanggar
tata kelola perusahaan terkait permainan dengan vendor dan kontraknya serta
perilaku yang mengintimidasi bawahan.
 Tuduhan fraud kepada Stefania Truzzoli - mantan Chief Operating Officer
dituduh memanipulasi hasil operasional yang dipakai menjadi dasar pemberian
bonus dan memanipulasi informasi hasil kinerja ke korporasi induk (British
Telecom Europe).

24 | P a g e
 Tuduhan fraud kepada Luca Sebastiani – mantan Chief Financial Officer
dituduh karena tidak mampu melaporkan fraud keuangan dan mendorong
pegawainya membuat invoice palsu.
 Tuduhan fraud kepada Luca Torrigiani – mantan staf yang bertanggung jawab
kepada klien pemerintah dan klien besar lainnya dituduh melanggar aturan
British Telecom dengan memilih vendor dan menerima pembayaran dari agen
British Telecom Italia.

Bagi PwC, masalah ini menjadi yang kedua kalinya menerpa dalam dua tahun
belakangan ini setelah Tesco karena gagal memberitahukan ratusan juta
poundsterling laba yang hilang. Yang menarik, di Inggris terdapat lembaga
antifraud yaitu Serious Fraud Office (SFO) yang melakukan penegakan hukum atas
skandal fraud termasuk fraud oleh atau di korporasi. SFO mengenakan sanksi denda
GBP129 juta kepada mantan-mantan eksekutif British Telecomm atas tuduhan
fraud ini. British Telecom adalah korporasi induk yang berkedudukan di Inggris.

25 | P a g e
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pihak-Pihak Yang Terlibat


Berikut ini pihak-pihak yang terlibat dalam kasus diatas dan dengan disertai
oleh perannya masing-masing:
1. KAP PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai KAP yang dipercaya mengaudit
British Telecom di Italia.
2. Gianluca Cimini sebagai mantan Chief Executive Officer British Telecom di
Italia yang dianggap paling bertanggung jawab melanggar tata kelola
perusahaan terkait permainan dengan vendor dan kontraknya serta perilaku
yang mengintimidasi bawahan.
3. Stefania Truzzoli sebagai mantan Chief Operating Officer yang dianggap telah
memanipulasi hasil operasional yang dipakai menjadi dasar pemberian bonus
dan memanipulasi informasi hasil kinerja ke korporasi induk (British Telecom
Europe).
4. Luca Sebastiani sebagai mantan Chief Financial Officer yang dianggap tidak
mampu melaporkan fraud keuangan dan mendorong pegawainya membuat
invoice palsu.
5. Luca Torrigiani sebagai mantan staf yang bertanggung jawab kepada klien
pemerintah dan klien besar lainnya dianggap melanggar aturan British Telecom
dengan memilih vendor dan menerima pembayaran dari agen British Telecom
Italia.

26 | P a g e
4.2 Pelanggaran Kode Etik Yang Dilakukan
4.2.1 Pelanggaran Kode Etik yang Dilakukan oleh Pihak British Telecom
Berikut ini merupakan pelanggaran-pelanggaran kode etik yang telah
dilakukan oleh pihak British Telecom yakni sebagai berikut :
1. Kompetensi
Ada beberapa poin penting dalam prinsip kompetensi ini yang telah
dilanggar oleh pihak British Telecom, yakni sebagai berikut :
a. Tanggung Jawab
Dalam hal ini sangat jelas para eksekutif tidak bertanggung jawab atas
profesi yang dia miliki. Para eksekutif yang seharusnya mampu bekerja
sama dengan anggota lainnya untuk mengelola keuangan perusahaan serta
bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan profesi akuntansi
justru mengabaikan hal ini dengan melakukan perjanjian kontrak palsu.

b. Perilaku Profesional
Tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan standar perusahaan serta
berbuat kecurangan didalam pekerjaan tentu bukan ciri dari perilaku
profesionalitas. Para eksekutif tidak dapat berprilaku konsisten terhadap
pekerjaannya, yang tadinya bekerja dengan baik namun ketika terdapat
kesempatan untuk mendapat yang lebih mereka mengabaikan kepentingan
perusahaan sehingga menurunkan kredibilitas terhadap profesi yang
dimiliki.

2. Integritas
Dalam hal ini integritas berhubungan dengan bersikap jujur dan
berterus terang, apakah dalam kasus ini para eksekutif mempunyai
integritas? Jelas tidak, seseorang yang berintegritas harus dapat menerima
perbedaan pendapat dan tidak dapat mentolerir sebuah kecurangan tetapi
yang mereka lakukan justru sebaliknya, melakukan perjanjian kontrak dan
invoice palsu demi mementingkan kepentingan pribadi agar mendapat

27 | P a g e
bonus dan keuntungan yang lebih. Padahal integritas sangat berpengaruh
terhadap kepercayaan publik.
4.2.2 Pelanggaran Kode Etik yang Dilakukan oleh Pihak Price
Waterhouse Coopers (PwC)
Berikut ini merupakan pelanggaran-pelanggaran kode etik yang telah
dilakukan oleh pihak Price Waterhouse Coopers (PwC) yakni sebagai berikut:
1. Prinsip Integritas
Dalam prinsip integritas berkaitan erat dengan kepercayaan publik.
Dalam hal ini, pihak Price Waterhouse Coopers (PwC) gagal mendeteksi
fraud akuntansi yang relatif sederhana dan banyak dibahas di literature
kuliah auditing yang dilakukan oleh pihak British Telecom, melihat bahwa
Price Waterhouse Coopers (PwC) merupakan kantor akuntan publik
ternama di dunia dan termasuk the bigfour pastilah mencoreng profesi
akuntan publik dan kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik yang
bahkan sudah berskala besar.

2. Prinsip Perilaku Profesional


Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi. Dalam hal ini, kinerja profesionalisme dari seorang auditor pada
British Telecom dapat merusak reputasi mereka selaku auditor karena resiko
audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya fraud akuntansi yang dilakukan
oleh pihak British Telecom.

4.3 Sanksi
Berikut ini merupakan sanksi-sanksi yang diterima oleh pihak yang terlibat
dalam kasus yang bersangkutan:

1. Mantan eksekutif British Telecom yang terlibat harus membayar denda


sebesar GBP129 Juta sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Lembaga Antifraud Serious Fraud Office (SFO).

28 | P a g e
2. Korporasi mendapat tuntutan atas kerugian class-action yang diajukan oleh
pemegang saham British Telecom karena dianggap mengelabui investor dan
tidak segera mengumumkan fraud keuangan tersebut.

4.4 Dampak
Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut, yaitu:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat dalam hal ini merupakan para investor yang berinvestasi di
perusahaan tersebut. Penggelembungan laba ini menyebabkan British Telecom
harus menurunkan GBP530 juta dan memotong proyeksi arus kas selama tahun
ini sebesar GBP500 juta untuk membayar utang-utang yang disembunyikan
(tidak dilaporkan). Tentu saja British Telecom rugi membayar pajak
penghasilan atas laba yang sebenarnya tak ada. Skandal fraud akuntansi ini,
sebagaimana biasanya, berdampak kerugian kepada pemegang saham dan
investor di mana harga saham British Telecom anjlok seperlimanya ketika
British Telecom mengumumkan koreksi pendapatannya sebesar GBP530 juta
di bulan Januari 2017 terpaksa mengalami kerugian seiring dengan anjloknya
harga saham yang dimiliki oleh British Telecom.

2. Bagi perusahaan
Akibat kasus ini bukan hanya berdampak pada reputasi kantor akuntan
publik PwC tercemar karena tidak mampu mendeteksi fraud yang ada pada
British Telecom, namun ikut mencoreng profesi akuntan publik. Padahal
eksistensi akuntan publik sangat tergantung pada kepercayaan publik
kepada reputasi profesional akuntan publik . Terlebih lagi masalah ini
merupakan kali kedua bagi PwC dalam dua tahun belakangan ini setelah kasus
dengan Tesco yang mengalami kegagalan dalam memberitahukan ratusan juta
poundsterling laba yang hilang. Hal ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan
hidup kantor akuntan publik tersebut. Kasus ini harus menjadi pembelajaran
bagi pihak PwC agar lebih berhati-hati dalam melakukan audit.

29 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan kasus diatas, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Fraud bukan hanya terjadi di perusahaan kecil, negara terbelakang, dan negara
berkembang atau terjadi di pemerintahan (anggaran negara) melainkan terjadi
juga di negara maju dan korporasi ternama. Ini artinya fraud harus dianggap
sebagai bahaya laten atau risiko bawaan di setiap organisasi.

2. Fraud tidak hanya menyeret kantor akuntan publik skala kecil atau
menengah, namun semua bigfour tidak ada yang luput dari kegagalan
auditnya dalam mendeteksi fraud.

3. Perusahaan harus memperhatikan tata kelolanya. Sistem manajemen


kinerja yang sehat dan wajar adalah bagian dari tata kelola perusahaan yang
baik. Pada kasus ini, dorongan untuk memperoleh bonus ( tantiem) menjadi
stimulus fraud akuntansi ini. Biasanya bonus diukur dari pelampauan atas
indicator laba dan asset yang telah ditentukan.

Selain itu, sistem pelaporan pengaduan (whistleblowing) yang dikelola


dengan baik dan terpercaya merupakan bagian dari tata kelola perusahaan
yang baik. Pada kasus ini, dugaan fraud efektif terbongkar
melalui whistleblower.

4. Untuk menilai nilai suatu korporasi (corporate value) oleh investor dan
kreditor semestinya harus mengevaluasi desain dan keefektifan tata
kelolanya. Value suatu organisasi mestinya tidak hanya mengacu pada
kinerja keuangan.

30 | P a g e
5. Publik tidak bisa mengandalkan akuntan publik untuk mendeteksi
fraud dalam penugasannya melakukan audit atas laporan keuangan
dikarenakan karakteristik fraud yang selalu disembunyikan dan ditutupi,
adanya informasi asimetri, dan groupthink yang kohesif melindungi
perbuatan tidak etis, serta kelemahan bawaan atau keterbatasan system
pengendalian intern untuk mencegah fraud apabila terjadi kolusi dan
pengabaian control oleh eksekutif itu sendiri.

Selain itu, dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, walaupun


akuntan publik disyaratkan oleh standar auditing agar
mewaspadai fraud yang material namun prosedur audit atas laporan
keuangan tidak dirancang secara khusus untuk mendeteksi fraud.

6. Akuntan publik tidak didesain menjadi seorang fraud investigator.


Meskipun akuntan publik dan para asistennya diberikan pengetahuan dan
pelatihan tentang fraud, bukan berarti mereka memiliki keahlian yang sama
dengan fraud investigator.

7. Sikap atau posisi akuntan publik terhadap risiko fraud serupa dengan audit
intern bahwa aktivitas audit intern diselenggarakan bukan untuk
mendeteksi dan mengungkap praktik-praktik fraud di organisasinya.
Pengetahuan dan keahlian auditor intern pun tidak sama dengan orang yang
spesialis antifraud atau menjadi investigator fraud. Oleh karena itu, belum
saatnya berharap banyak kepada audit intern untuk selalu mampu
mendeteksi fraud dalam setiap perikatan tugasnya.

8. Fraud akuntansi atau fraud laporan keuangan bukanlah suatu akhir. Fraud
Akuntansi pasti memiliki motif, apakah motif untuk memaksimalkan
(tantiem), menjaga value korporasi secara financial, atau bisa juga untuk
membungkus penggelapan yang sudah terjadi.

31 | P a g e
9. Di Indonesia, fraud tententu diatur oleh undang-undang tertentu seperti
fraud perbankan, pasar modal, perpajakan yang memiliki ketentuan pidana
kewenangan penegakan hukum sendiri. Di luar itu, penegakan hukum yang
menindaklanjuti dugaan fraud umum menjadi urusan kepolisian. Tidak ada
institusi khusus yang menangani fraud seperti SFO di Inggris atau Satuan
Tugas Penegakan Hukum atas Fraud Finansial yang melibatkan berbagai
institusi pemerintah di Amerika Serikat. Penegakan hukum atas fraud
umum yang melanda korporasi baik secara pidana atau denda yang material
relatif langka di Indonesia.

10. Komplain publik terhadap laporan keuangan dan opini akuntan publik
relatif jarang dijumpai di Indonesia. Padahal praktik fraud akuntansi dan
dampaknya adalah nyata. Di Amerika Serikat, komplain gugatan baru oleh
publik terjadi bila perusahaan yang mengalami fraud mengajukan pailit
atau pengawas pemerintah menemukan fraud ketika melaksanakan
auditnya atau adanya pengaduan tentang fraud.

32 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Handbook of the Code of Ethics for Professional Accountants 2016 Edition yang
dikeluarkan oleh International Ethics Standards Bard for Accountants of The
International Federation of Accountants (IESBA – IFAC).

https://www.wartaekonomi.co.id/read145257/ketika-skandal-fraud-akuntansi-
menerpa-british-telecom-dan-pwc.html

https://fannyanisha.wordpress.com/2015/12/25/etika-dalam-akuntansi-keuangan-
dan-akuntansi-manajemen/

https://dwiyustiyanita.wordpress.com/2016/11/04/prinsip-prinsip-etika-profesi-
akuntansi-menurut-aicpa-iai-ifac/

http://fitriaprliana.blogspot.co.id/2011/10/kode-etik-akuntan-publik.html

https://noenank.wordpress.com/daftar-isi-kata-pengantar-bab-i-pendahuluan-i-1-
latar-belakang-i-2-tujuan-dan-manfaat-bab-ii-pentingnya-etika-profesi-ii-1-kode-
etik-profesi-ii-2-pentingnya-kode-etik-profesi-bab-iii-kesimpulan/

33 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai