NIM : 201172257
LOKAL : PAI 1 D
1
MATERI
MEMILIH SATU TOPIK DARI MATERI MAKALAH CARI TIGA AYAT DAN
BUATLAH PENAFSIRAN DARI AYAT TERSEBUT.
*JAWABAN*
Artinya:
“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu
mereka berdo’a: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu
dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”
Ayat ini menceritakan tentang kisah Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua).
Mereka rela meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan keluarganya, serta
teman-temannya demi menyelamatkan keimanan dan aqidah kepada Tuhannya
(Allah).Seorang pemuda hendaknya memiliki konsistensi yang tinggi dalam
memegang teguh prinsip-prinsip yang telah diyakininya sesuai dengan ajaran
agamanya. Pemuda bukanlah seseorang yang dengan mudah tergiur oleh indahnya
godaan dunia yang hanya akan melunturkan aqidah dan keyakinannya terhadap
ajaran agamanya.Seorang pemuda harus memiliki standar moralitas, berwawasan,
bersatu, optimis dan teguh dalam pendirian serta konsisten dalam perkataan.
Seperti tergambar pada kisah Ash-habul Kahfi diatas.
2
TAFSIR JALALYN
Ingatlah (tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua) Lafal
Al-Fityah adalah bentuk jamak dari lafal Fataa, artinya pemuda; mereka khawatir
iman mereka akan dipengaruhi oleh kaumnya yang kafir (lalu mereka berdoa,
"Wahai Rabb kami! Berikanlah kepada kami dari sisi-Mu) dari hadirat-Mu (rahmat,
dan sempurnakanlah) perbaikilah (bagi kami bimbingan yang lurus dalam urusan
kami ini.)" yakni petunjuk yang lurus.
Ingatlah pada saat para pemuda itu berlari dan berlindung dalam sebuah gua untuk
menyelamatkan diri dan kepercayaan mereka dari kesyirikan dan penindasan orang-
orang yang menyekutukan Tuhan. Mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami
ampunan dari sisi-Mu. Lindungi kami dari penindasan musuh-musuh, dan mudahkan
jalan bagi kami menuju petunjuk dan perkenan-Mu.
TAFSIR
3
Suatu ketika Ashabul kahfi lewat ke tempat itu dan menyaksikan pemusrikan yang
terjadi di daerah itu (nama tempat tsb adalah Torsus, di wilayah kekuasaan Romawi
Timur/Bizantium) mereka merasa sedih yang amat besar mengetahui kemusrikan
yang terjadi di daerah itu, lalu mereka pun berdakwah mengajak masyrakat untuk
kembali menyembah Allah semata. Kabar ini samapai ke Daqyanus yang akhirnya
memanggil mereka dan di hadapkan di depan Daqyanus. Terjadi dialog antara
Daqyanus dan mereka
ما منعكم أن تذبحو األلهتنا وتجعلوا أنفسكم كأهل المدينة اما أن تكونوا علي دينيا واما أن نقتلوكم؟
(ma manaukum an tadzbahu alihatana, watajalu anfusakum ka ahlil madinati. Imam
antakunuu ala dinina waimma an taqtulukum.)
( inna lana ilahan a’dzimah, milussamawati wal ardi lan naduwa mindunihi ilahan
abadan. Isna ma bada a laka) اصنع,ان لنا الها عطيمة ملء السموات واالرض لن ندعومن دونه الها أبدا
ما بدالك.
Daqyanus : apa yang membuat kalian enggan untuk menyembah Tuhan kita dan
menjadikan diri kalian seperti penduduk kota lainnya? (kami menawarkan pilihan)
apakah kamu akan kembali ke agama kami atau kami akan membunuh kalian.
Ashabul : sesungguhnya kami memepunyai Tuhan yang lebih agung dari pada
Tuhan kalian, dia adalah penguasa seluruh langit dan bumi, dan kami tidak akan
sekali-kali akan menyekutukannya selamanya. Maka lakukanlah apa yang menurut
kamu terbaik.
Setelah itu, mereka menyingkir dari kota dan diam di gua yang berada di kaki
gunung (Kahfi). Mereka bertemu dengan seekor anjing yang akhirnmya mengikuti
mereka. Dan yang mereka lakukan disana salat, puasa dan berdzikir. Sampai
akhirnya Allah membuat mereka tertidur selama ratusan tahun yang kemudian
dijadikan sebagai pembenaran adanya pembangkitan
Artinya:
Mereka berkata “kami dengar ada seorang pemudayang mencela berhala-berhala ini
yang bernama ibrahim”.
4
TAFSIR
Jadi pemuda identik dengan sebagai sosok individu yang berusia produktif
dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran
maju, memiliki moralitas, dsb. Kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau
menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan
menjadi pelopor perubahan itu sendiri.Nabi kita Muhammad saw diangkat menjadi
Rasul tatkala berada dalam puncak usia produktif (40 tahun). Sosok pemuda
bernama Muhammad yang dengan kelembutannya menghancurkan kejahiliyahan,
yang dengan kasih sayangnya menghapuskan perbudakan, yang dengan
kewibawaannya memimpin umatnya untuk tunduk kepada hukum Ilahi, yang dengan
rasa kecintaannya memberikan syafa’atnya kepada umatnya di hari Kiamat
kelak.Pengikut-pengikut beliau pada generasi pertama kebanyakannya juga dari
kalangan pemuda, bahkan ada yang masih kecil. Mereka yang berada dalam
pembinaan Rasulullah adalah; yang paling muda (8 tahun) yaitu Ali bin Abi Thalib
dan Az-Zubair bin Al-Awwam. Thalhah bin Ubaidillah saat itu masih berusia 11
tahun; Al Arqaam bin Abil Arqaam berusia 12 tahun, Abdullah bin Mazh’un berusia
17 tahun, Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun, Qudaamah bin Abi Mazh’un berusia 19
tahun, Said bin Zaid dan Shuhaib Ar Rumi berusia dibawah 20 tahun, ‘Aamir bin
Fahirah 23 tahun, Mush’ab bin ‘Umair dan Al Miqdad bin al Aswad berusia 24 tahun,
Abdullah bin al Jahsy 25 tahun, Umar bin al Khathab 26 tahun, Abu Ubaidah Ibnu
Jarrah dan ‘Utbah bin Rabi’ah, ‘Amir bin Rabiah, Nu’aim bin Abdillah, ‘ Usman bin
Mazh’un, Abu Salamah, Abdurrahman bin Auf , kesemuanya sekitar 30
tahun.Bahkan ratusan ribu lagi para pejuang Islam yang terdiri dari golongan
pemuda. Mereka memperjuangkan dakwah Islam, menjadi pembawa panji-panji
Islam, serta merekalah yang akan menjadi benteng pertahanan ataupun serangan
bagi bala tentera Islam dimasa nabi ataupun sesudah itu. Mereka secara
keseluruhannya adalah dari kalangan pemuda, bahkan ada diantara mereka adalah
remaja.
5
Usamah bin Zaid dianggat oleh Nabi saw sebagai pemimpin pasukan kaum
muslimin menyerbu wilayah Syam (saat itu merupakan wilayah Rum) dalam usia 18
tahun. Padahal di antara prajuritnya terdapat orang yang lebih tua daripada Usamah,
seperti Abu Bakar, Umar bin Khathab dan lain-lainnya.Abdullah bin Umar pula telah
memiliki semangat juang yang bergelora untuk berperang sejak berumur 13 tahun.
Ketika Rasulullah saw sedang mempersiapkan barisan pasukan pada perang Badar,
Ibnu Umar bersama al Barra’ datang kepada Baginda Nabi seraya meminta agar
diterima sebagai prajurit. Saat itu Rasulullah saw menolak kedua pemuda kecil itu.
Tahun berikutnya, pada perang Uhud, keduanya datang lagi, tapi yang diterima
hanya Al barra’. Dan pada perang Al Ahzab barulah Nabi menerima Ibnu Umar
sebagai anggota pasukan kaum muslimin (Shahih Bukhari VII/266 dan 302)
6
As-Suddi berkata: “Ketika waktu perayaan itu hampir tiba, ayahanda Ibrahim
berkata: ‘Hai anakku, seandainya engkau keluar bersama kami menuju perayaan itu,
niscaya kamu mengagumi agama kami.’ Lalu, ia keluar bersama mereka. Ketika dia
telah berada di pertengahan jalan, ia menjatuhkan dirinya ke tanah dan ia berkata:
‘Aku sakit.’ Akan tetapi, mereka tetap berlalu meninggalkannya, padahal dia dalam
keadaan kejang. Mereka berkata: ‘Biarkan saja.’ Dan ia terus berkata: ‘Aku sakit.’
Ketikanya (umumnya) mereka telah melewatinya dan yang tinggal hanyalah orang-
orang yang lemah di kalangan mereka, dia berkata: ‘Dema Allah sesungguhnya aku
akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu,’ maka mereka
mendengarnya.”
Ibnu Ishaq berkata dari Abul Ahwash, bahwa `Abdullah berkata: “Ketika kaum
Ibrahim keluar menuju perayaan hari besar mereka, mereka melewatinya. Lalu
mereka berkata: `Hai Ibrahim! Apakah engkau tidak keluar bersama kami?’ Dia
menjawab: ‘Aku sakit.’ Keesokan harinya Ibrahim berkata: tallaaHi la-akiidanna ash-
naamakum ba’da an tuwalluu mudbiriin (“Demi Allah, sesungguhnya aku akan
melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggal-
kannya,”) maka sebagian mereka mendengarnya. Firman-Nya: faja’alaHum
judzaadzan (“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berkeping-keping,”)
seluruhnya pecah terpotong-potong kecuali berhala terbesar mereka miliki.
Firman-Nya: qaaluu fa’tuu biHii ‘alaa a’yunin naasi (“Mereka berkata: ‘Kalau
demikian, bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak,’”) yaitu di
hadapan para saksi secara langsung, di sebuah pertemuan besar yang dihadiri
banyak orang.
7
Padahal, inilah tujuan utama Ibrahim dalam pertemuan besar tersebut untuk
menjelaskan besarnya kebodohan mereka dan piciknya akal-akal mereka dengan
menyembah berhala-berhala yang tidak dapat menolak kemudharatan untuk dirinya
sendiri serta tidak mampu membantunya. Maka, bagaimana mungkin dia akan
melakukan itu semua?Qaaluu a anta fa’ala Haadzaa bi-aaliHatinaa yaa ibraaHiim
qaala bal fa’alaHu kabiiruHum Haadzaa (“Mereka bertanya: ‘Apakah kamu yang
melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, hai Ibrahim? Ibrahim menjawab:
‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, ‘”) yaitu yang dia biarkan
tidak dihancurkannya. Fas-aluuHum in kaanuu yanthiquun (“Maka tanyakanlah
kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara,”) yang diakehendaki dari hal
tersebut adalah agar mereka segera mengakui dari jiwa mereka sendiri bahwa
berhala-berhala itu tidak dapat berbicara dan semua itu tidak akan mungkin
dilakukan oleh patung tersebut, karena mereka adalah benda matIDi dalam ash-
Shahihain tercantum hadits dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Ibrahim as tidak pernah berdusta selain pada tiga keadaan: Dua
keadaan pada Allah, yaitu perkataannya (sebenarnya patung besar itulah yang
melakukannya) dan perkataannya (aku sakit) -dia bercerita- Di saat Ibrahim berjalan
di sebuah negeri yang dikuasai oleh seorang raja kejam, dan ia saat itu bersama
Sarah. Saat ia singgah di tempat itu, seseorang datang menghampiri raja dan
berkata: ‘Sesungguhnya di sini telah singgah seorang laki-laki yang membawa
seorang wanita yang amat cantik, maka dia memerintahkan membawanya. Lalu,
Ibrahim pun datang dan raja itu berkata: ‘Siapa wanita yang bersamamu?’ Ibrahim
menjawab: ‘Saudari perempuanku.’ Raja itu berkata kembali: ‘Bawalah dia untuk
menghadapku.’
Maka, Ibrahim pun datang menemui Sarah dan berkata: ‘Sesungguhnya raja ini
telah bertanya kepadaku tentang dirimu dan aku mengabarkan kepadanya bahwa
engkau adalah saudari perempuanku, maka janganlah engkau mendustakan hal itu
di hadapannya. Engkau adalah saudari perempuanku di dalam Kitab Allah, karena di
dunia ini tidak ada satu orang muslim pun selain aku dan engkau. Maka, Ibrahim
memerintahkan Sarah pergi menemui raja itu, sedangkan dia sendiri bangun
melaksanakan shalat. Di saat Sarah masuk menghadapnya, lalu sang raja
melihatnya, raja pun sangat bernafsu untuk meraihnya serta memeluknya, maka ia
tertahan (tak dapat bergerak), ia berkata: ‘Berdo’alah kepada Allah untukku dan aku
tidak akan mencelakakanmu.’ Lalu, Sarah pun berdo’a kepada Allah, maka ia pun
terlepas. Kemudian, raja pun sangat bernafsu untuk meraihnya serta memeluknya,
maka ia tertahan pula seperti semula atau lebih keras lagi, ini dilakukannya
sebanyak tiga kali, ia tertahan seperti semula dan ia pun mengucapkan seperti yang
telah ia ucapkan dua kali sebelumnya, dan berkata: `Berdo’alah kepada Allah
untukku dan aku tidak akan mencelakakanmu.’ Sarah pun berdo’a kepada Allah,
maka ia pun terlepas.
8
Maka, raja itu memanggil pengawalnya yang terdekat, raja pun berkata:
‘Sesungguhnya engkau tidak membawakan aku seorang manusia, akan tetapi
engkau membawakan aku syaitan, usirlah dia dan berikan dia Hajar (seorang budak
wanita).’ Lalu, Sarah pun dikeluarkan dan diberikan seorang Hajar (budak wanita), ia
pun menerimanya. Ketika Ibrahim merasakan kedatangan Sarah, dia bangun dari
shalatnya dan berkata: ‘Bagaimana?’ Sarah berkata: ‘Allah mencukupi tipu daya
orang kafir lagi fajir dan menjadikan Hajar sebagai khadamku.’”Muhammad bin Sirin
berkata: “Jika Abu Hurairah bercerita tentang hadits ini, beliau berkata: ‘Itulah ibu
kalian hai anak-anak air langit.’
Artinya:
“Dan bersama dengan dia (Yusuf) masuk pula ke dalam penjara dua orang
pemuda*. Berkatalah salah seorang diantara keduanya: “Sesungguhnya aku
bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata: “Sesungguhnya
aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan
burung.” Berikanlah kepada kami ta’birnya; sesungguhnya kami memandang kamu
termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi).”
*Menurut riwayat dua orang pemuda itu adalah pelayan-pelayan raja; seorang
pelayan yang mengurusi minuman raja dan yang seorang lagi tukang buat roti.
Ayat di atas menggambarkan bahwa salah satu ciri utama seorang pemuda adalah
mereka yang memiliki rasa ingin tahu terhadap sebuah informasi. Ketika
menemukan atau mengalami sesuatu yang baru, yang belum mereka ketahui, maka
seorang pemuda bersegera untuk mencari dan menemukan apa sebenarnya yang
terjadi dan apa manfaat atau hikmah dibalik peristiwa atau sesuatu yang ia temukan
(alami).
Seorang pemuda hendaknya memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity) yang tinggi
serta semangat untuk bisa menemukan dan mengungkap informasi dibalik kejadian
yang ia rasakan (alami). Selanjutnya ia bisa menjadikannya sebagai sebuah
pengalaman atau disiplin ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain yang
membutuhkannya.
9
TAFSIR JALALAYN
(Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda) dua
orang pelayan raja; salah seorang di antaranya bekas atau mantan penyuguh
minumannya dan yang seorang lainnya mantan penyuguh makanannya. Kemudian
mereka berdua melihat bahwa Nabi Yusuf pandai menakwilkan arti mimpi lalu
keduanya sepakat untuk mengujinya. (Berkatalah salah seorang di antara keduanya)
yaitu mantan penyuguh minuman raja ("Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
memeras khamar.") yang dimaksud adalah memeras anggur (Dan yang lainnya
berkata) yaitu mantan penyuguh hidangan raja ("Sesungguhnya aku bermimpi
bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.
Berikanlah kepada kami) ceritakanlah kepada kami (takbirnya) arti impian itu
(sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai
menakwilkan mimpi.").
Bersama Yûsuf, masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda dari pelayan raja.
Salah seorang di antara mereka berkata kepada Yûsuf, "Aku bermimpi memeras
anggur untuk kujadikan khamar." Yang lainnya berkata, "Aku bermimpi membawa
roti di atas kepala, kemudian sebagian roti itu dimakan burung. Beritahulah kami, hai
Yûsuf, takwil mimpi kami dan kesudahan nasib kami berdasarkan petunjuk mimpi itu.
Sesungguhnya Kami sangat yakin bahwa kamu termasuk orang-orang yang
mempunyai sifat baik dan kemampuan menakwil mimpi dengan baik."
HIKMAH
1. Generasi muda harus mempunyai prinsip layaknya yang dimiliki oleh Ashabul
Kahfi yang berani dalam mengatakan yang hak dalah hak dan yang batil adalah
batil, tanpa melupakan etika dan tata karma di hadapan penguasa (hal ini dapat
dilihat dari dialognya yang dengan sopan namun tegas اصنع ما بدالك/ lakukan apa
yang menurut tuan terbaik)
2. Apabila sebuah dakwah jika sudah tidak dapat diterima di sautu tempat, maka
lebih baik kita menyingkir (Hijrah ataupun Ujlah) dari tempat itu karena dakwah di
tempat seperti itu tidak akan mendatangkan manfaat, malah kemadaratan yang
hadir.
3. Perbanyaklah berdzikir dan ibadah lainnya sejak muda usia apalagi apabila kita
sedang mendapat sebuah permasalahan yang tidak mendapatkan jalan keluar,
sebab dengan berdzikir akan mendatangkan ketenangan bagi jiwa kita.
10