Modul Petrologi
Modul Petrologi
MODUL PRAKTIKUM
PETROLOGI
KENDARI
2016
BAB 1
BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair liat,
pijar, bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan
batuan beku dapat di dasarkan kepada 3 patokan utama, yaitu berdasarkan genetik
batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan
mineraloginya.
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi baik
di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat mengalir di permukaan masa tersebut
membeku relatif cepat dengan melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena itu sering
memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler).
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Ukuran mineralnya kasar. >
1 mm atau 5 mm.
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat
mobile, bersuhu antara 900o – 1200o C atau lebih dan berasal dari kerak bumi bagian
bawah atau selubung bumi bagian atas ( F.F. Grouts, 1947 ; Turner and Verhogen 1960, H.
Williams, 1962)
Komposisi kimiawi magma dari contoh – contoh batuan beku terdiri dari :
a. Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile dan merupakan senyawa oksida dalam
magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma, sehingga merupakan mayor
element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2,
P2O5.
b. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi
gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
Dally 1933, Winkler (Vide W. T. Huang 1962) berpendapat lain yaitu magma asli
(primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi
menjadi magma yang bersifat lain.
Bunsen (1951, W. T. Huang, 1962) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis
magma primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran
dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses
sebagai berikut :
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kristalisasi dari
mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian. Mineral – mineral tersebut
dapat di golongkan dalam dua golongan besar yaitu :
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin
cepat. Penurunan tempratur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral
– mineral tertentu yang sesuai dengan tempraturnya. Pembentukan mineral dalam magma
karena penurunan tempratur telah disusun oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral – mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenh oleh SiO2
maka Piroksen lah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksen merupakan
pasangan “ Incongruent Melting “ , dimana setelah pembentukannya Olivin akan
bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan
pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir
terbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam temperatur yang rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali
terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti
Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan
beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah
albit. Mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau Riolit. Reaksi
berubahnya komposisi plagioklas ini merupakan deret : “Solid Solution” yang
merupakan reaksi kontinu, artinya kristalisasi plagioklas Ca – Plagioklas Na, jika reaksi
setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis plagioklas yang
kaya Ca, sering disebut juga “Calcic Plagioklas” sedangkan Albit adalah plagioklas kaya
Na (“Sodic Plagioklas/Alkali Plagioklas”).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral potasium feldspar ke
mineral Muscovite dan yang Terakhir mineral kwarsa, maka mineral kwarsa merupakan
mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral felsik atau mineral mafik, dan
sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil
dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
A. Mineral Utama
Mineral – mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya
sangat menentukan dalam penamaan batuan.
1. Mineral Felsic ( mineral berwarna terang dengan densitas rata – rata 2,5 – 2,7 ),
yaitu :
Kwarsa (SiO2)
Kelompok Feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K, Na) AlSi3O8. Seri
feldspar alkali terdiri dari sanidin, anortoklas, ortoklas, adularia dan mikroklin.
Seri plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesin, labradorit, biwtonit dan
anortit.
Kelompok Feldspatoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari nefelin, sodalit,
leusit.
2. Mineral Mafik (mineral – mineral feromagnesia dengan warna gelap dan densitas
rata – rata 3.0 – 3.6), yaitu :
Kelompok Olivin, terdiri dari Fayalite dan Forsiterite.
Kelompok Piroksen, terdiri dari Enstantite, Hipersenten, Augit, Pigoenit,
Diopsid.
Kelompok Mika, terdiri dari Biotit, Muscovit, Plogopit.
Kelompok Amfhibole, terdiri dari Anthofilit, Cumingtonit, Hornblende,
Rieberkit, Tremolit, Aktinolite, Glaukofan, dll.
B. Mineral Sekunder
Merupakan mineral –mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan,
hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral – mineral utama. Dengan
demikian mineral – mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma
(non pirogenetik).
Kelompok Kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk dari hasil
ubahan mineral plagioklas.
Kelompok Serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil
ubahan mineral mafik (terutama kelompok olivin dan piroksen).
Kelompok Klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil ubahan
mineral kelompok plagioklas.
Kelompok Serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.
Kelompok Kaolin (kaolin, hallosyte), umumnya ditemukan sebagai hasil
pelapukan batuan beku.
C. Mineral Tambahan (Accesory Mineral)
Hematit, kromit, muscovit, rutile, magnetit, zeolit, apatit dan lain – lain.
LANGKAH – LANGKAH PEMERIAN BATUAN BEKU
a. Leucocratic Rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% mineral mafik.
b. Mesocratic Rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% - 60% mineral
mafik.
c. Melanocratic Rock, bila batuan tersebut mengandung 60% - 90% mineral mafik.
d. Hipermelanuc Rock, bila batuan beku tersebut mengandung lebih dari 90%
mineral mafik.
Sedangkan S.J. Elis, 1948, membagi menjadi empat golongan tekstur pula, yaitu :
a. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%
b. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%.
c. Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% - 70%.
d. Ultra Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
a. Masif, apabila tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam
tubuhnya.
b. Pillow Lava atau Lava Bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan
ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari
bentuk ini adalah umumnya 30 – 60 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada vulkanik
bawah laut.
c. Joint, struktur yang ditandai oleh kekar –kekar yang tertanam secara tegak lurus arah
aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi Columnar Jointing.
d. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang di tandai dengan lubang –
lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnya)
f. Amigdaliodal, struktur dimana lubang – lubang keluar gas terisi oleh mineral –
mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.
g. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk
atau tertanam kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan
tidak sempurna dari suatu batuan samping didalam magma yang menerobos.
h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen – fragmen dari lava
itu sendiri.
3. TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan
masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan. Selama pembentukan
tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada
suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian
tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini
tekstur tersebut menunjukan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain
size), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982).
3.2 Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang
tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
Umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik.
a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga tidak
dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun atas ,massa kristal, massa gelas, atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah
mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila kristal individu
dapat dikenal dengan mikroskop, sedangkan apabila tidak dapat dikenal dengan
menggunakan mikroskop disebut kriptokristalin.
b. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran –
ukuran :
Halus, ukuran diameter rata – rata kristal individu < 1 mm
Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm.
Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
Sangat Kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm.
Gambar 4. Presentasekristal mineral padabatuanbeku
3.3 Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.
a. Bentuk Kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
Euhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal
yang sempurna.
Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang tidak sempurna.
Merupakan hubungan antar kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari
ukuran dikenal :
WARNA : Coklat
STRUKTUR : Masif
Plagioklas 20%
Kuarsa 15%
GENESA : Batuan ini berasal dari magma yang bersifat asam dan membeku
pada kedalaman yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya
kristal – kristal yang besar serta komposisi mineralnya didominasi
oleh mineral K – Feldspar.
BAB II
BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik bertekstur klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan erupsi gunungapi. Material penyusun tersebut
terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi
(reworked) oleh air atau es (Williams, 1982).
Ukuran butir pada piroklastik tersebut merupakan salah satu kriteria untuk menamai
batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastika tersebut.
1. Endapan Terkonsolidas
a. Bomb Gunungapi
Bomb adalah gumpalan – gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar
dari 64 mm, dan sebagian atau semuanya plastis pada waktu tererupsi. Bomb
ini dapat dibagi atas tiga macam :
Bomb Pita (Ribbon Bomb), yaitu bomb yang memanjang seperti
suling dan sebagian besar gelembung – gelembung memanjang denga
arah sama. Bomb ini sangat kental mempunyai bentuk menyudut serta
retakan kulitnya tidak teratur.
Bomb Tares (Cored Bomb), yaitu bomb yang mempunyai inti dari
material yang terkonsolidasi lebih dahulu, mungkin dari fragmen –
fragmen sisa erupsi terdahulu pada gunung api yang sama.
Bomb Kerak Roti (Breadcrust Bomb), yaitu bomb yang bagian
luarnya retak – retak persegi seperti nampak pada kulit roti yang
mekar, hal ini disebabkan oleh bagian kulitnya cepat mendingin dan
menyusut.
b. Block Gunungapi
Merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari
fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar
dari 64 mm. Block – block ini selalu menyudut bentuknya atau
equidimensional.
c. Lapilli
Berasal dari bahasa latin yaitu lapillus, nama untuk hasil erupsi eksplosif
gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm. Selain dari atau fragmen batuan
kadang – kadang terdiri dari mineral – mineral augit, olivin, dan plagioklas.
Bentuk khusus lapili yang terdiri dari jatuhan lava di injeksi dalam keadaan
sangat cair dan membeku di udara mempunyai bentuk membola atau
memanjang dan berakhir dengan meruncing.
d. Debu Gunungapi
Adalah batuan piroklastik yang berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan
oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif, namun ada juga debu
gunungapi yang terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung
api. Debu gunung api masih dalam keadaan belum terkonsolidasi.
1. Ignimbrit
Adalah batuan yang di susun dari endapan material oleh aliran abu. Material –
material ini dominan terdiri dari pecahan – pecahan gelas dan pumice yang di
hasilkan oleh buih – buih magma asam.
2. Breksi Aliran Piroklastik (Pyroclastic flow breccia)
adalah breksi yang dominan yang disusun oleh fragmen – fragmen yang runcing
serta di transportasikan oleh glowing avalanches (akibat aliran lava panas).
3. Vitrik Tuff
Adalah batuan yang di hasilkan dari endapan piroklastik aliran, terdiri dari
fragmen abu dan lapili, telah mengalami lithifikasi dan belum terlaskan.
4. Walded Tuff
Adalah batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran yang telah terlithifikasi dan
merupakan bagian dari ignimbrite (istilah ini umum di pakai di A.S dan Australia).
Beberapa Mekanisme Pembentukan Endapan Piroklastik
Gambar 6. KlasifikasiBatuanpiroklastik
CONTOH DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK
STRUKTUR : Masif
GENESA : Batuan ini berasal dari aktivitas vulkanisme yakni hasil eksplosif
gunung berapi yang mengeluarkan material berukuran lapilus (2 –
64 mm) dan juga abu vulkanik dan berupa material penyusunnya
berupa mineral sialis : kuarsa, mineral feromagnesia : hornblende,
piroksen. Material ini kemudian terendapkan dan tertransport
melalui udara (angin) dan setelah itu akan mengalami proses
lithifikasi.
BAB III
BATUAN SEDIMEN/ENDAPAN
Kenampakan yang paling menonjol dari jenis batuan sedimen adalah hadirnya perlapisan,
struktur internal dan eksternal lapisan, terdiri dari rombakan – rombakan dengan sedikit
kristalin, mengandung fosil dan masih banyak lagi. Ada kalanya batuan sedimen
memperlihatkan kristalin, karena sebenarnya adalah sedimen non klastik yang disusun
oleh monomineral seperti rijang, kalsit, gipsum, dll.
Secara deskriptif yaitu berdasarkan ciri – ciri fisik (tekstur), kimia (mineralogi), maupun
biologi (kehadiran fosil). Berdasarkan deskripsi aspek – aspek tersebut, batuan sedimen
dapat dibedakan :
Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butiran sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat
beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu
dengan yang lain menjadi rapat.
Sementasi
Yaitu turunnya material – material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi
mengikat butir – butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila
derajat kelurusan larutan (permeabilitas relatif) pada ruang antar butir makin besar.
Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dalam suatu larutan kimia yang berasal dari
pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh sebelumnya. Rekristalisasi sangat
umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
Autigenesis
Metasomatisme
Yaitu penggantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenetik, tanpa pengurangan
volume asal. Contohnya dolomitisasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan
karbonat atau fosil.
Penggolongan lain oleh R.P Koesumadinata, 1980, mengemukakan ada enam golongan
utama batuan sedimen, yaitu :
STRUKTUR
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan sedimen
yang diakibtkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya.
Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun setelah proses
pengendapan (Petthjon & Potter, 1964 ; Koesoemadinata, 1981).
Dengan kata lain, struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi
yang lebih besar. Berdasarkan asalnya struktur sedimen yang terbentuk dapat
dikelompokan menjadi tiga macam yaitu :
Gambar 8. Perbedaanketebalanpadastrukturperlapisandanlaminasi
3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau binatang
lainnya. Struktur organik antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain – lain.
Struktur batuan sedimen (struktur primer) tidak banyak yang dapat dilihat dari contoh –
contoh batuan di laboratorium, macam – macam struktur batuan sedimen yang penting
antara lain adalah struktur dimana struktur ini adalah sifat utama dari batuan sedimen
klastik yang menghasilkan bidang – bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan.
TEKSTUR
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir
serta susunannya (pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan terikat oleh semen di samping
masih di dapati rongga diantaranya. Pembentukan tekstur di kontrol oleh media dan cara
transportasinya (Jackson, 1970). Pembahsan tekstur meliputi :
Gambar 9. Derajatpemilahanpadabatuansedimenklastik
3. Derajat Pembundaran (Roundness)
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran, dimana
kenampakan ini hanya bisa di amati pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar.
Ada lima variasi tingkat kebundaran atau keruncingan, yaitu :
a. Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan
cembung dan ekuidimensional.
b. Membundar (Rounded), pada umumnya permukaan – permukaan butiran
bundar, ujung – ujung dan tepi butiran lengkung.
c. Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan
ujung – ujung yang membundar.
d. Agak Menyudut (Sub Angular), mempunyai permukaan secara umum
datar dengan ujung – ujung tajam.
e. Menyudut (Angular), mempunyai permukaan kasar dengan ujung – ujung
butiran tajam dan meruncing.
4. Kemas (Fabric)
Kemas mempunyai makna seberapa banyak rongga diantara butiran masih di
dapatkan. Sedimen yang terkemas secara baik, tertutup berarti semakin sedikit rongga
yang tersisa diantara butiran. Atau sebaliknya kemas terbuka mempunyai
kecenderungan masih mensisakan rongga diantara butiran. Batuan yang telah
mengalami kompaksi lanjut akan mempunyai kemas tertutup sekalipun pada awalnya
berkemas terbuka dengan sortasi baik dan buruk.
Gambar 11. Kemasbatuansedimen (kiri: kemasterbuka, kanan: kemastertutup)
5. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :
a. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya lebih besar, dapat berupa
pecahan – pecahan batuan, mineral, cangkang fosil, dan zat organic.
b. Matrik (Massa Dasar)
Matrik adalah bagian batuan yang berupa butiran berukuran lebih kecil
dibandingkan fragmen dan terletak diantara sebagai massa dasar. Matrik dapat
berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.
c. Semen
Semen adalah material pengisi rongga antar butiran dan bahan pengikat antar
komponen batuan sedimen. Biasanya bentuknya amorf atau kristalin. Bahan –
bahan semen yang lazim adalah :
Semen Karbonat (kalsit dan dolomit).
Silika (kalsedon, kuarsit)
Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderit).
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir
karena sudah tidak ada rongga diantara butiran.
Pleolotik konkresi
Septaria
2. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi dua macam :
a. Kristalin, terdiri dari kristal – kristal interlocking yaitu kristal – kristalnya saling
mengunci satu sama lain.
b. Amorf, terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal – kristal atau aemorf
(non kristalin).
Kristalin Amorf
3. Komposisi Mineral
Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam menentukan
penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya komposisi
mineralnya sederhana yaitu bisa terdiri satu atau dua macam mineral. Contohnya :
Batugamping : Kalsit, dolomite
Chert : Kalsedon
Gypsum : Mineral gypsum
Anhidrit ; Mineral anhidrit
Komposisi Mineral
Juga terdapat pemerian fragmen, matrik, semen, hanya berbeda istilahnya saja (Folk,
1954), komposisi ini meliputi :
Allochem
Merupakan fragmen yang tersusun oleh kerangka atau butiran – butiran klastik dari
hasil batugamping yang sebelumnya ada.
Mikrit
Merupakan agregasi halus berukuran 1 – 4 mikron, merupakan kristal karbonat
yang terbentuk secara biokimia atau kimiawi langsung dari presipitasi air laut dan
mengisi rongga antar butir.
Sparit
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran butir
halus (0,02 – 0,1 mm) dapat terbentuk langsung dari sedimen secara insitu atau
rekristalisasi mikrit.
WARNA : Putih
STRUKTUR : Perlapisan
Semen : Silika
GENESA : Batuan ini berasal dari rombakan batuan asal yang mengalami
pelapukan, kemudian tertransport dan terendapkan disebuah cekungan
kemudian mengalami proses diagenesa.
BAB IV
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan hasil dari perubahan – perubahan fundamental batuan
yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi pada keadaan padat dengan
perubahan kimiawi dalam batas – batas tertentu saja dan meliputi proses – proses
rekristalisasi, orientasi dan pembentukan mineral – mineral baru dengan penyusunan
kembali elemen – elemen kimia yang sebenarnya telah ada.
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi dikedalaman kerak bumi (3 – 20 km) yang
keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa
cair. Proses metamorfosa suatu proses yang tidak mudah untuk dipahami karena sulitnya
menyelidiki kondisi dikedalaman dan panjangnya waktu.
Proses perubahan yang terjadi disekitar muka bumi seperti pelapukan, diagenesa,
sementasi sedimen tidak termasuk kedalam pengertian metamorfosa.
Tekstur
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena kristalnya
tumbuh dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair. Karena itu
kristal yang terjadi disebut blastos.
Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kristaloblastik
Yaitu tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada saat
proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
a. Porfiroblastik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat massa dasar dan
fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
b. Granoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam.
c. Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah,
bentuk mineralnya tabular.
d. Nematoblastik
Disini mineral – mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral –
mineralnya berbentuk prismatic, menyerat dan menjarum.
e. Idioblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral – mineral pembentuknya
berbentuk euhedral (baik).
f. Hipidioblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral – mineral pembentuknya
berbentuk subhedral (sedang).
g. Xenoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral – mineral pembentuknya
berbentuk anhedral (buruk).
Gambar 12: A. Tekstur Granoblastik, sebagian menunjukkan tekstur mosaik; B. Tekstur
Granoblatik berbutir iregular; C. Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral; D. Skistosity; E.
Tekstur Semiskistose; F. Tekstur Semiskistose; G. Granit milonit di dalam proto milonit; H.
Ortomilonit di dalam ultramilonit; I. Tekstur Granoblastik di dalam blastomilonit.
2. Palimsest (Tekstur Sisa)
a. Blastoporfiritik
Sisa tekstur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
b. Blastofitik
Sisa tekstur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
c. Blastopsepit
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih besar
dari pasir (psepit).
d. Blastopsamit
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir
(psemit).
e. Blastopellit
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lempung
(pellit).
KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan bentuk kristal/mineralnya, dibagi menjadi :
1. Mineral Stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk
pipih atau tabular, prismatik,. Mineral ini tumbuh memanjang dengan kristal
tegak lurus gaya. Contohnya : mika, zeolit, tremolit, aktinolit, glaukofan,
hornblende, serpentin, silimanit, kyanit, antofilit.
2. Mineral Antistress
Adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, umumnya
berbentuk equidimensional. Contohnya : kuarsa, garnet, kalsit, staurolit, feldspar,
kordierit, epidot.
Berdasarkan jenis metamorfisme nya mineral ini khas muncul pada jenis
metamorfisme tertentu, seperti :
a. Pada metamorfisme regional
Kyanit, staurolit, garnet, silimanit, talk, glaukofan.
b. Pada metamorfisme termal
Garnet, andalusit, korondum.
PENAMAAN BATUAN METAMORF
Penamaan batuan metamorfik dimaksudkan untuk mengenali dan memberikan informasi
yang berarti pada batuan tersebut. Ada 5 kriteria utama dalam penamaanya, yaitu :
1. Asal batuan semula
2. Mineralogi batuan metamorf
3. Tekstur
4. Penamaan secara khusus
5. Tekstur dan mineralogi
Istilah metabasit, metapelit, adalah bataun metamorf yang berasal dari batuan beku dan
batuan sedimen, metasedimen, metabatupasir, metagranit, semua mengisyaratkan batuan
semula. Sekis, gneiss, hornfels, fillit adalah penamaan berdasarkan pada tekstur batuan
metamorf tersebut. Kuarsit, serpentinit, adalah penamaan berdasarkan mineralogi.
Slate adalah batuan metamorf derajad sangat rendah, disusun oleh mineral
pilosilikat sangat halus tersusun membentuk orientasi kesejajaran yang
memperlihatkan lembaran.
Fillit adalah batuan metamorf bertekstur skistose tetapi disusun oleh mineral
pilosilikat yang halus (dalam ukuran 0.1 – 1 mm).
Sekis ditandai dengan penjajaran mineral pipih berukuran > 1 mm sehingga mudah
dikenali dengan mata telanjang. Pada sekis tampak kehadiran mineral pipih lebih
melimpah dari pada mineral granular.
Geneiss berkristal sangat besar, dapat mencapai beberapa milimeter dan mineral
tabularnya memperlihatkan foliasi. Batuan ini di dominasi oleh mineral granular dari
pada mineral pipih (tabular/prismatik) yang menjajar. Istilah ortogenes dipakai
untuk genes yang berasal dari batuan beku dan paragenes untuk genes yang berasal
dari batuan sedimen.
Milonit merupakan batuan metamorf kataklastik yang disusun oleh matrik antara 50
hingga 90 % dan sisanya berupa porfiroklas. Jika hampir keseluruhan terdiri dari
matriks dan porfiroklas kurang dari 10% maka disebut ultramilonit. Pilonit adalah
batuan metamorf kataklastik yang kaya akan mineral pilosilikat yang secara khas
memperlihatkan seperti slate. Sedangkan batuan metamorfik yang bertekstur
granoblastik disekitar intrusi dikenal dengan hornfels.
Berikut adalah nama – nama batuan metamorf berdasarkan penamaan yang khas
padanya:
Sekis Hijau adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, berwarna
hijau berfoliasi, berderajat rendah, umumnya disusun oleh klorit, epidot, aktinolit.
Sekis Biru adalah berasal dari batuan beku, berwarna gelap kebiruan, pada derajat
sangat rendah, tidak berfoliasi, warnanya berasal dari melimpahnya amfibol Na
terutama glaukofan dan krosit.
Amfibolit utamanya disusun oleh mineral hijau gelap, hornblende dan plagioklas
dengan ditambah berbagai mineral aksesori.
Serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam, atau kemerah – merahan, disusun
secara mencolok oleh serpentin. Batuan ini berasal dari batuan beku ultrabasa.
Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama garnet dan amfasit (piroksen
klino hijau rumput) tanpa plagioklas dengan sedikit mineral aksesori kuarsa, kyanit,
amfibol, zeosit dan rutile.
Granulit adalah batuan metamorf dicirikan dengan tekstur granoblastik, berukuran
butir seragam bahkan membentuk kristal yang sempurna (poligonal) dan mineral
penyusunnya terbentuk pada temperatur tinggi seperti feldspar, piroksen, amfibol.
Magmatit adalah pencampuran batuan metamorf, sekis atau gneiss pada derajat
tinggi berselang – seling dengan urat – urat batuan beku berkomposisi granitik hasil
anateksis.
CONTOH DESKRIPSI BATUAN METAMORF
WARNA : Putih
GENESA : Batuan ini berasal dari batugamping yang kontak dengan magma
yang menerobos (intrusi) dimana suhu lebih memegang peranan dari pada
tekanan.