Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih
sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia
(Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk
setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Anemia kurang besi adalah salah
satu bentuk gangguan gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk
Indonesia. Konsumsi zat besi dari makanan sering lebih rendah dari dua
pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan menu
makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah
absorbsi zat besinya (Rasmaliah,2004).
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi,
karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
janin yang dikandung. Kebutuhan gizi meningkat selama kehamilan untuk
pertumbuhan janin, plasenta, pertambahan volume darah, mammae yang
membesar dan metabolisme basal yang meningkat (Fatimah, 2011).
Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar
terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Bila ibu
hamil mengalami kurang gizi maka akibat yang akan ditimbulkan antara lain:
keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia, dan
bayi lahir dengan BBLR (Lubis, 2003).
Anemia gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah
asupan zat besi tidak cukup, penyerapan zat besi rendah, kebutuhan
meningkat, kekurangan darah, pola makan tidak baik, status sosial ekonomi,
penyakit infeksi, pengetahuan yang rendah tentang zat besi (Puji dan Esse,
2010). Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet tambah darah juga
mempengaruhi terjadinya anemia, terdapat faktor yang turut mempengaruhi
konsumsi suplemen atau tablet besi yang antara lain adalah bentuk tablet,
warna, rasa, dan efek samping (Wijianto, 2004).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana dan seperti apakah pola asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan anemia
2. Apa saja yang menjadi penyebab dan gejala utama anemia

C. TUJUAN
Makalah ini di buat oleh kami dengan tujuan agar kami memahami dan
mengaplikasikan langsung dalam proses keperawatan khususnya tentang gejala awal dan
penanganan utama pada klien dengan decompentation cordis (gagal jantung).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

ANEMIA

A. Definisi
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari jantung
yang diperoleh dari paru-paru, dan kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki
penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah
merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. Penyebab anemia yang paling sering
adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis
atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5
g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari
11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.

B. Klasifikasi
Anemia adalah kurangnya hemoglobin di dalam darah, yang dapat disebabkan oleh sel darah
merah yang terlalu sedikit, jumlah hemoglobin dalam sel yang terlalu sedikit, atau volume
hematokrit yang terlampau rendah.

 Klasifikasi Anemia berdasarkan morfologinya terbagi atas1 :


 Anemia normositik normokrom
Anemia jenis ini memiliki sel darah merah dalam bentuk dan ukuran yang normal, serta
memiliki jumlah hemoglobin yang normal (mean corpuscular volume [MCV] dan mean
corpuscular hemoglobin concentrate [MCHC] normal atau normal rendah). Penyebab anemia
jenis ini yaitu pendarahan akut, hemolysis, penyakit kronis seperti infeksi, gangguan
endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, dan penyakit metastatik pada susmsum
tulang.1
 Anemia makrositik normokrom
Anemia jenis ini memiliki sel darah merah yang besar namun normokrom karena konsentrasi
hemoglobin normal (MCV meningkat, MCHC normal). Keadaan ini disebabkan karena
defisiensi B12, Asam folat, atau keduanya. Anemia ini juga terjadi pada seorang yang sedang
melakukan kemoterapi kanker.
 Anemia mikrositik hipokrom
Anemia jenis ini memilikin sel darah merah yang berukuran lebih kecil dari ukuran
normalnya, dan berwarna lebih pucat daripada biasanya. Jika dilihat dari kadar
hemoglobinnya akan ditemukan penurunan MCV dan MCHC. Penyebab terjadinya anemia
mikrositik hipokrom ini adalah defisiensi zat besi, atau pada gangguan sintesis pembentukan
heme.
 Klasifikasi Anemia berdasarkan etiologinya terbagi atas:
 Anemia akibat Peningkatan hilangnya sel darah merah
Hilangnya sel darah merah ini dapat terjadi melalui pendarahan dan penghancuran sel darah
merah (hemolisis). Peningkatan hemolysis terbagi lagi atas dua jenis yaitu akibat kelainan
intrinsik (umur sel darah merah yang pendek) dan akibat kelainan eksinsik (perubahan
lingkungan sendiri yang menyebabkan peningkatan penghancuran sel darah merah).1
 Anemia akibat Penurunan atau kelainan pembentukan sel
Setiap keadaan yang dapat menggangu fungsi dari sumsum tulang dapat menyebabkan
anemia jenis ini. Misalnya pada penderita keganasan, radiasi, penyakit kronis, defisiensi zat
pembentuk sel darah merah,dll.

 Klasifikasi Anemia berdasarkan fisiologinya terbagi atas :


 Anemia akibat kehilangan darah
Kehilangan darah yang terjadi secara akut tidak akan menyebabkan anemia dengan segera
karena volume darah total berkurang.3 Tubuh membutuhkan waktu 1-3 hari untuk
menggantikan cairan plasma, sedangkan untuk mengganti sel darah merah membutuhkan
waktu sekitar 3-6 minggu.2Perbedaan waktu pembentukan cairan plasma dan sel darah merah
inilah yang akan menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi sel darah merah yang
kemudian menjadi anemia.
Pada kehilangan darah secara kronik, misalnya pada keganasan, tubuh tak mampu
mangabsorbsi dan membentuk sel darah merah dan hemoglobin secepat kehilangan darah
akan terbentuk sel darah merah berukuran kecil dan mengandung sedikit hemoglobin, yang
kemudian disebut dengan anemia mikrositik hipokrom.2
 Anemia aplastik
Anemia jenis ini disebabkan oleh tidak berfungsinya sumsum tulang. Hal ini dapat terjadi
pada pasien yang terpapar radiasi sel gamma akibat ledakan bom atom, atau pada seorang
yang mendapatkan terapi radiasi sinar x secara berlebihan, zat kimia tertentu pada industri,
dan bahkan obat-obatan tertentu.
 Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblast terjadi akibat kurangnya asupan dari asam folat, vitamin B12, dan faktor
intrinsik lain dalam pembentukan sel darah merah. Berkuranganya salah satu faktor tersebut
akan mengakibatkan terlambatnya eritropoesis (proses pembentukan sel darah merah) yang
menyebabkan sel darah merah yang terbentuk menjadi terlalu besar dan berbentuk aneh yang
disebut dengan megaloblas. Sel darah merah tersebut memiliki membrane tipis dan rapuh
sehingga mudah pecah. Hal ini dapat terjadi pada seorang yang menderita atropi mukosa
lambung, tak memiliki lambung (akibat gastrektomi), atau kekurangan asupan.2
 Anemia Hemolitik
Berbagai kelainan pada sel darah merah yang kebanyakan di dapatkan secara herediter. Sel
darah merah yang terbentuk bersifat sangat rapuh, sehingga mudah pecah saat melewati
kapiler, terutama limpa. Walaupun sel yang terbentuk dalam jumlah yang normal, bahkan
dalam jumlah yang lebih banyak, namun karena mudah hancur sehingga masa hidup sel darah
merah ini sangat singkat dan tak dapat diimbangi oleh pembentukannya.

C. Etiologi
penyebab anemia antara lain:
 Pendarahan
 Kekurangan gizi seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
 Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, brokietasis, empiema.
 Kelainan darah
 Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.

D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum – sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum – sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan.
Masalah dapat diakibatkan oleh efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah. Lisis
sel darah merah terjadi dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama
dalam hati dan limpa. Proses bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg / dl atau kurang,kadar 1,5 mg / dl
mengakibatkan ikterik pada sklera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika
suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat menghambat kerja
organ – organ penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat
menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

E. Manisfestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini,
bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah,
1998).

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Tarwoto (2008. Hal 40), pemeriksaan laboratorium pada klien dengan
anemia adalah sebagai berikut.
a) Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah merah, sel
darah putih dan tronbosit ) dalam volume darah tertentu, dinyatakan sebagai jumlah
sel per millimeter kubik ( mm3 ).
b) Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah maupun jumlah
sel darah.
c) Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel padat, menunjukkan volume darah
lengkap ( sel darah merah ). Pengukuran ini menunjukkan presentasi sel darah merah
dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100ml.
d) Mean Corpuscular Hemoglobin ( MCH ) atau konsentrasi hemoglobin rata – rata
adalah mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah merah.
MCH ditentukan dengan membagi jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah dengan
jumlah sel darah per millimeter kubik darah. Nilai normalnya kira – kira 27 – 31
pikogram / sel darah merah.
e) Mean Corpuscular volume ( MCV ) atau volume eritrosit rata – rata merupakan
pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer kubik, dengan batas
normal 81 – 96 um 3, apabila ukurannya kurang dari 81 mm maka menunjukkan sel –
sel mikrositik, apabila lebih besar dari 96 menunjukkan sel – sel makrositik.
f) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC ) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata – rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam 100 ml sel
darah merah padat. Normalnya 30-36 g / ml darah.
g) Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
h) Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
i) Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi dan biopsy pada
sumsum tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinosus vertebra, Krista iliaka
anterior atau posterior. Pemeriksaan sumsum dilakukan jika tidak cukup data – data
yang diperoleh untuk mendiagnosa penyakit pada sistem hemotologik.
j) Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur – unsur yang
perlu bagi perkembangan sel – sel darah merah seperti kadar besi ( Fe ) serum,
vitamin B12 dan asam folat.

G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena
harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

H. Penetalaksanaan
Menurut Tarwoto (2008 Hal 45), penatalaksanaan pada setiap kasus anemia
perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
o Pemberian diet tinggi zat besi.
o Atasi penyebab seperti cacingan, pendarahan.
o Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus ( dosis : 3 x 200 mg
), ferro glukonat 3 x 200 mg / hari.
o Iron dextran mengadung fe 50 mg / ml dengan IM, kemudian 100 –
250 mg tiap 1 – 2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan.
o Pemberian vitamin C ( dosis : 3 x 100 mg / hr ).
o Transfusi darah jika diperlukan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DECOMPENSATION CORDIS
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Hasan
Umur : 49
Tanggal Lahir : 07 februari 1969
Agama : Islam
Alamat : Astanajapura Kidul
Nomor Medrek : 025961
Tanggal Masuk RS : 20 Fabruari 2018
Tanggal Pengkajian : 22 Fabruari 2018
Diagnosa Medis : Anemia
2. Identitas Orang tua / Keluarga
1) Ayah/Ibu
Nama : Hayatun
Umur : 35 tahun
Agama : islam
Suku Bangsa : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Astanajapura kidul
2) Anak/Saudara terdekat
Nama :
Umur :
Agama :
Suku Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluahan Utama
Sesak nafas, pusing, susah tidur,
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merasa sesak disertai dan lengan, lemas, tidak nafsu makan.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
DM tipe 2

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien mengatakan bahwa tidak memiliki silsilah penyakit keturunan.
6. Riwayat Kesehatan Sosial
Klien memiliki hubungan sosial yang baik terlihat dari banyak keluarga dan saudara yang
menjenguknya.
7. Riwayat Kesehatan Spiritual
Klien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya saat ini sebagai bentuk cobaan dari
Allah SWT.
8. Pemeriksaan Umum
Berat Badan : -
Tinggi Badan : -
Tingkat Kesadaran : Compos Metis
Eyes : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pulse Rate : 115 kali/menit
Respiration Rate : 24 kali/menit
Suhu : 35˚C
SPO² : 93%
GDS : 149
9. Pendekatan Pengkajian Fisik
a. Blood (B1/Sistem Kardiovaskuler)
Inspeksi : - Kulit lembab, pucat namun tidak terdapat
adanya lesi atau jaringan parut
- Oedema kaki kanan
- Bentuk kuku normal namun terlihat
ikterus
Palpasi : - Pitting oedema pada bagian tungkai
- Turgor kulit elastic
- Nadi perifer berkurang
- CRT > 3 detik
Perkusi : -
Auskultasi : -
b. Breath (B2/Sistem Respirasi)
Inspeksi : - Bentuk hidung normal, tidak ada lesi
- Lubang hidung tampak bersih
- Bentuk dada normal
- Gerakan pernapasan cepat
Palpasi : - Tidak ada nyeri pada daerah sinus
Perkusi : - Hypersonan
Auskultasi : - Ronkhi paru
c. Brain (B3/Sistem Neurologi)
Kepala dan Leher : - Bentuk kepala normal, rambut berwarna
hitam tampak beruban, kulit kepala bersih,
tidak menunjukan adanya lesi.
- Bentuk leher normal, tidak ada lesi atau
pembengkakan limfa.
Raut Wajah : - Wajah tampak pucat, lesu, meringis
Mata : - Bentuk mata normal
- Konjungtiva anemis
- Sclera mata putih
Mulut : - Bentuk bibir normal
- Gigi bersih,
- Tidak ada secret dalam rongga mulut
Neurosensori : - Olfaktori normal
d. Bowel (B4/Sistem Gastrointestinal)
Inspeksi : - Bentuk abdomen normal tidak ada lesi
Perkusi : - Redup pada bagian arkus kosta kanan
Auskultasi - Bising usus 3 kali/menit
Palpasi : - Nyeri pada bagian hipokondria dekstra
e. Bladder (B5/Sistem Urinary)
-
f. Bone (B6/Sistem Muskuloskeletal)
Klien mengatakan tidak nyeri ketika pemeriksaan tulang
10. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Hematokrit :
Leukosit :
Hemaglobin :
Trombosit :
b. Foto Rongten Thorrac
c. Electrocardiogram

1. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1. Ds :klien mengatakan mengeluh Decompentation Cordis Ketidakefektifan pola nafas
sesak nafas pada saat beraktivitas b.d keletihan otot-otot
Do : Kegagalan ventrikel pernafasan
- Tampak gelisah kanan memompa darah
- Tampak lemas
- Respirasi : 24x/menit Penyempitan lumen
- Bunyi paru ronkhi ventrikel kanan
- Tekanan Darah 140/100
mmHg Hipertropi ventrikel
- SPO² 98% kanan
- Terpasang O² Nasal
Canul delivery 2-3 L Tekanan diastole
- Terpasang Infus Assering meningkat
18 gtt
Bendungan Atrium
Kanan

Bendungan vena
sistemik

Hepatomegali

Mendesak diafragma
Sesak nafas

Ketidakefektifan pola
nafas.
2. Ds : klien mengatakan : Decompentation Cordis Gangguan pertukaran gas b.d
- Sesak nafas, kongesti paru
- Tidak bisa tidur Kegagalan ventrikel
- Jantung berdebar-debar kiri memompa darah
Do :
- Respirasi : 24x/menit Back failure
- Capillary Refill Time : >3
detik LVED meningkat
- Tekanan Darah 140/100
mmHg Tekanan ven
- SPO² 98% pulmonalis meningkat
- Terpasang O² Nasal
Canul delivery 2-3 L Tekanan paru
- Terpasang Infus Assering meningkat
18 gtt
Edema paru

Gangguan pertukaran
gas
3. Ds : klien mengatakan : Decompentation Cordis Kelebihan volume cairan b.d
- merasa sesak bila berkurangnya curah jantung
berbaring terlentang Kegagalan ventrikel
- bengkak pada ektermitas kiri memompa darah
bawah (kaki)
- frekuensi BAK menurun Forward failure
Do :
- edema tungkai bawah Renal flow menurun
- produksi urine <400 RAA meningkat
cc/hari
- Tekanan Darah 140/100 Aldosteron meningkat
mmHg
- SPO² 98% ADH meningkat
- Terpasang O² Nasal
Canul delivery 2-3 L Retensi Na + H2O
- Terpasang Infus Assering
18 gtt Kelebihan volume
cairan
4. Ds : klien mengatakan : Decompentation Cordis Intoleransi aktivitas b.d curah
- Jantungnya berdebar- jantung yang rendah
debar dan nyeri dada Kegagalan ventrikel
- Cepat lelah kiri memompa darah
- Pusing bila bergerak
- Berkeringat dingin Forward failure
Do :
- Tampak lemah Renal flow menurun
- Tekanan Darah 140/100
mmHg Suplai darah ke
- SPO² 98% jaringan menurun
- Terpasang O² Nasal
Canul delivery 2-3 L Metabolisme anaerob
- Terpasang Infus Assering
18 gtt Asidosis metabolik

ATP menurun

Fatigue

Intoleransi aktivitas
5. Ds : klien mengatakan : Decompentation Cordis Nyeri akut b.d hepatomegali
- Mengeluh bagian nyeri
pada bagian dada
- Merasa pusing Kegagalan ventrikel
Do : kanan memompa darah
- Terlihat memegang dada
- Tampak lemah Penyempitan lumen
- Tekanan Darah 140/100 ventrikel kanan
mmHg
- SPO² 98% Hipertropi ventrikel
- Terpasang O² Nasal kanan
Canul delivery 2-3 L
- Terpasang Infus Assering Tekanan diastole
18 gtt meningkat

Bendungan Atrium
Kanan

Bendungan vena
sistemik

Hepatomegali

Nyeri akut
6. Ds : klien mengatakan : Decompentation Cordis Ketidakseimbangan nutrisi
- Tidak nafsu makan kurang dari kebutuhan
- Mual dan muntah
Do : Kegagalan ventrikel
- Tampak pucat kanan memompa darah
- Tampak lemas
- Penurunan berat badan Tidak dapat
- Tekanan Darah 140/100 mengakomodasi semua
mmHg darah yang secara
- SPO² 98% normal kembali ke
- Terpasang O² Nasal sirkulasi vena
Canul delivery 2-3 L
- Terpasang Infus Assering Pembesaran vena di
18 gtt abdomen

Anorexia dan mual

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Anda mungkin juga menyukai