BAB I
PENDAHULUAN
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Inilah alasan mengapa pemeliharaan pada air heater harus selalu dilakukan,
karena jika air heater mengalami derating maka akan mempengaruhi
effisiensi boiler.
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BAB V PENUTUP
Ini adalah bagian akhir dalam penulisan laporan Praktek Kerja
Lapangan yang berisi kesimpulan dari data yang telah diperoleh
dan saran yang diberikan untuk PT Indonesia Power UP Suralaya.
4
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Sebagai tindak lanjutnya, tahun 1994 PLN dirubah statusnya dari Perum
menjadi Persero. Tanggal 3 Oktober 1995 PT PLN (Persero) membentuk dua
anak perusahaan untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang salah
satunya adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I (PLN PJB I)
menjalankan usaha komersial bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha
lainnya. Setelah lima tahun beroperasi PLN PJB I berganti nama menjadi PT
Indonesia Power pada tanggal 3 Oktober 2000.
5
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2.2.1 Visi
6
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2.2.2 Misi
2.2.3 Motto
2.2.4 Tujuan
2.2.5 Paradigma
“ Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini ”
7
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2.3 Budaya Perusahaan, Lima Filosofi Perusahaan, dan Tujuh Nilai Perusahaan
PT INDONESIA POWER
IP Aksi
a. Integritas
Kata kunci:
Demi perusahaan.
Indikator:
Perilaku:
8
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
f) Melaksanakan IP bersih.
b. Profesional
Kata kunci:
Indikator:
Perilaku :
a. Melaksanakan tugas dengan pengetahuan, keterampilan, SOP, dan
kode etik.
b. Mencapai kinerja terbaik.
c. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengantisipasi tuntutan pekerjaan terus menerus.
d. Bekerja secara cerdas, terencana, dan sistematis.
e. Menemukan prioritas.
f. Mengambil keputusan terintegrasi.
g. Menyampaikan pendapat sesuai pengetahuan dan keterampilan.
h. Melakukan tugas secara teliti.
c. Proaktif
Kata kunci :
9
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Indikator :
Perilaku :
d. Sinergi
Kata kunci :
Indikator :
Perilaku :
10
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
a) Integritas
b) Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik
kepada perusahaan.
c) Profesional menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai
bidang. Harmoni, serasi, selaras, seimbang, dalam:
1. Pengembangan kualitas pribadi
2. Hubungan dengan stakeholder (pihak terkait)
3. Hubungan dengan lingkungan hidup
d) Pelayanan Prima
Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan
stakeholder.
e) Peduli
Peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta
memelihara lingkungan sekitar.
f) Pembelajar
Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta
kualitas diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian
berbagi dengan orang lain.
11
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
g) Inovatif
Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru
dalam usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik
proses maupun produk dengan tujuan peningkatan kinerja.
2.4.1 Bentuk
2.4.2 Warna
a) Merah
Merah, diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas
yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk
12
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
13
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Tahap 1: Membangun 2 (dua) unit PLTU, yaitu Unit 1 dan Unit 2 yang
masing - masing berkapasitas 400 MW. Pembangunan dimulai
pada bulan Mei 1980 sampai dengan bulan Juni 1985 dan telah
beroperasi sejak tahun 1984, tepatnya pada tanggal 4 April
1984.
Tahap 2: Membangun 2 (dua) unit PLTU, yaitu Unit 3 dan Unit 4 yang
masing-masing berkapasitas 400 MW. Pembangunan dimulai
pada bulan Juni 1985 dan berakhir sampai dengan bulan
Desember 1989 dan telah beroperasi sejak 6 Februari 1989
untuk unit 3 dan 6 November untuk unit 4.
14
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Tahap 3: Membangun 3 (tiga) unit PLTU, yaitu Unit 5, Unit 6 dan Unit 7
yang masing-masing berkapasitas 600 MW. Pembangunan
dimulai sejak bulan Januari 1993 dan telah beroperasi pada
bulan Oktober 1996 untuk unit 5, sedangkan untuk unit 6 pada
bulan April 1997 dan Oktober 1997 untuk unit 7.
15
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
16
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
17
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Untuk memenuhi kebutuhan akan batu bara yang jumlahnya antara 800.000
sampai dengan 1.100.000 Metrik Ton setiap bulan, UP Suralaya melakukan
pengadaan batu bara melalui pembelian dengan menggunakan kontrak.
Kontrak yang dilakukan umumnya berjangka panjang dan menengah yaitu 10
tahun untuk kontrak jangka panjang dan 3 sampai 5 tahun untuk kontrak jangka
menengah. Apabila spesifikasi batu bara tidak sesuai dengan kontrak, pihak
PLN memberikan penalti kepada pihak pemasok sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam kontrak.
Batu bara yang diguanakan di UP Suralaya dipasok dari PT. Bukit Asam,
PT. Berau Coal, PT. Kideco Jaya Agung dan KP dari Kalimantan dan
Sumatera. Spesifikasi batu bara yang digunakan ada dua jenis seperti dapat
dilihat pada tabel 2.3 dan 2.4 yaitu:
18
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Berdasar pada data yang ditunjukkan di atas terlihat bahwa nilai kalor batu
bara yang digunakan belum sesuai dengan standar desain boiler, disamping
kandungan moisture yang juga relatif besar yaitu sekitar 27 – 28%. Hal ini akan
berpengaruh terhadap efisiensi pembakaran dari boiler. Semakin besar
kandungan moisture dari batu bara yang digunakan akan menyebabkan energi
yang diperlukan untuk menguapkan moisture tersebut pada saat pembakaran
berlangsung di boiler menjadi tinggi, yang menyebabkan efisiensi pembakaran
boiler menjadi turun.
Dari data yang disebutkan di atas diketahui pula bahwa nilai HGI dari
kedua jenis batu bara yang digunakan juga lebih rendah dari dari ketentuan
desain boiler, yang menyebabkan batu bara tersebut sulit untuk dihaluskan oleh
mesin pulverized mill. Nilai HGI dari batu bara yang rendah berdampak
langsung terhadap turunnya kinerja mesin pulverized mill. Turunnya kinerja
19
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Dari aspek lingkungan, kandungan ash dan sulphur pada batu bara 4900
Kcal/kg terbilang cukup baik karena masih di bawah spesifikasi desain boiler,
namun untuk batu bara dengan nilai kalor 5000 Kcal/kg kandungan sulphurnya
lebih tinggi dibandingkan dengan spesifikasi desain boiler. Semakin banyak
kandungan sulphur batu bara, semakin banyak pula kandungan sulphur di
dalam gas buang. Hal ini tentu saja dapat merugikan apabila dilihat dari aspek
lingkungan.
Peralatan yang berperan dalam siklus air dan uap pada setiap unit 5-7 adalah:
1. Sea Water Pump, berfungsi untuk menyediakan air laut dari daerah
intake water menuju ke desalination plant;
20
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
21
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Adapun siklus uap dan air pada PLTU Suralaya Unit 5-7 adalah sebagai berikut:
Air laut dipompa menggunakan Desal Supply Pump menuju Desalination Plant
untuk menghilangkan kadar garam pada air laut dengan cara multi effect
desalination maupun reverse osmosis untuk mengubah air laut menjadi fresh water
yang akan ditampung pada fresh water tank. Kemudian fresh water tersebut
diproses pada Demineralization Plant untuk mengatur kadar pH dan menurunkan
kadar ion sehingga konduktivitas fresh water menjadi 0,2 μV/cm.
Fresh water hasil demineralisasi ditampung pada feedwater tank yang siap
digunakan untuk menyediakan air (make up water) bagi kondensor yang akan
dipompakan kedalam sisi hotwell kondensor. Dari kondensor, feedwater dipompa
dengan Condensate Extraction Pump sampai tekanan 28 kg/cm2 kedalam
Condensate Polishing untuk mengatur pH dan menurunkan kadar garam mineral
terkandung, lalu feedwater tersebut dipanaskan di dalam Gland Steam Turbine
Condensor dengan memanfaatkan uap panas bertekanan tinggi yang dipakai
sebagai sealing poros Turbine. Feedwater dipanaskan secara bertahap di dalam Low
Pressure Heater (LP Heater 1) hingga temperatur 58℃, dilanjutkan dengan LP
22
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Uap kering tersebut akan diambil energinya untuk memutar High Pressure
Turbine sampai tekanan keluaran turbin sebesar 43 kg/cm2 pada temperatur 369℃
yang akan di panaskan kembali pada tekanan yang sama didalam boiler bagian
Reheater sampai temperatur 538℃. Uap hasil pemanasan kembali (Hot Reheat
23
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2.9 Siklus Udara dan Gas Buang PLTU Suralaya Unit 5-7
gas flow
Superheater econo
reheater mizer
Coal
bunker EP
24
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Peralatan yang berperan dalam siklus udara dan gas pada setiap unit 5-7
adalah sebagai berikut:
stack.
a) Menahan agar serbuk batu bara tidak naik lagi ke Coal Feeder;
Pulverizer
25
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Struktur pada stack dibuat dengan ketinggian tertentu mengurangi dampak polutan
pada gas buang terhadap lingkungan. Salah satu unsur penting dalam reaksi
pembakaran adalah oksigen. Oksigen diperoleh dari udara. Udara yang digunakan
untuk pembakaran batu bara terdiri atas udara primer dan udara sekunder. Udara
primer yang bersuhu 40℃ dihisap oleh Primary Air Fan. Udara ini kemudian
dipanaskan pada Primary Air Preheat Steam Coil lalu dipanaskan lagi pada Primary
Air Heater atau Mill Air Heater hingga bersuhu 280℃ dengan memanfaatkan gas
panas setelah melewati dari Economizer agar kandungan air dalam udara menguap.
Udara ini kemudian disalurkan ke penggiling batu bara (Pulverizer). Udara panas
ini akan memanaskan batu bara dan mengeringkan batu bara. Lalu udara primer ini
membawa batu bara yang sudah dihancurkan menjadi serbuk sebesar 200 mesh
menuju burner pada boiler.Di dalam boiler terjadi pencampuran antara serbuk batu
bara, udara primer, dan udara sekunder yang kemudian dibakar. Hasil pembakaran
berupa gas panas dan abu. Gas panas tersebut dialirkan ke saluran Duct untuk
memanaskan Steam Drum, pipa-pipa Wall Tube serta Down Comer, pipa pemanas
lanjut (Superheater), pemanas ulang (Reheater), dan Economizer. Setelah dari
Economizer gas masih bertemperatur tinggi yaitu sekitar 400℃ dan digunakan
sebagai sumber panas untuk memanaskan udara pada Air Heater. Keluar dari boiler,
gas dialirkan ke Electrostatic Precipitator untuk diambil abu hasil pembakarannya
dengan effisiensi penyerapan abu sekitar 99,5%. Sedangkan sisanya terbawa
bersama gas buang yang dihisap oleh Induced Draft Fan dan akhirnya dibuang ke
lingkungan melalui Stack.
2.10 Siklus Batu bara dan Abu PLTU Suralaya Unit 5-7
Sistematika pengangkutan batu bara dapat dilihat pada gambar 3.3. Dari kapal
pengangkut, muatan batu bara dibongkar oleh ship unloader lalu dikirim
26
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
dengan belt conveyor menuju Junction House. Dari junction house ini batu bara
dapat langsung dikirim ke unit pembangkit, atau dikirim ke Coal Stock Area,
pada Coal Stock Area ini batu bara dapat juga dikirim ke Junction House untuk
selanjutnya dikirim ke unit pembangkit.
Batu bara yang dibawa ke unit pembangkit akan menuju Coal Bunker
diteruskan ke Coal Feeder yang berfungsi mengatur jumlah aliran batu bara ke
Pulverizer. Di dalam Pulverizer, batu bara ini dihancurkan menjadi serbuk yang
sangat halus seperti tepung dengan ukuran 200 mesh. Serbuk batu bara ini
dicampur dengan udara primer, yaitu udara panas yang bersumber dari Primary Air
Fan. Udara ini dimanfaatkan untuk mengurangi kadar kelembapan batu bara dan
mendorong batu bara dari Pulverizer melalui Coal Pipe menuju Coal Burner di
boiler untuk proses pembakaran.
Pada Burner, batu bara dan udara primer dicampur dengan udara sekunder yang
dipanaskan pada Secondary Air Heater dan dialirkan oleh Force Draft Fan. Dalam
proses pembakaran presentase perbandingan udara adalah 20% udara primer dan
80% udara sekunder. Proses pembakaran pada boiler dapat dilihat pada gambar 3.2.
27
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Setelah terjadi pembakaran dihasilkan limbah beruba abu. Abu tersebut terdiri dari
80% Fly Ash yang terbang terbawa aliran gas buang dan 20% berupa Bottom Ash
yang jatuh ke dasar boiler. Fly Ash terbawa melewati Electrostatic Prescipitator
akibat tarikan Induced Draft Fan. Induced Draft fan berfungsi untuk menghisap abu
terbang hasil pembakaran dan menjaga tekanan boiler pada -100 mmWG, supaya
jika terjadi kebocoran pada boiler, api tidak menyembur keluar dari boiler.
Penggunaan spare part pada Unit Pembangkitan Suralaya adalah untuk critical
part menggunakan Original Equipment Manufacturer (OEM) dan non OEM
yang kebanyakan diproduksi di dalam negeri. Dan berdasarkan pada
pengalaman selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa performansi suku
cadang yang diproduksi di dalam negeri cukup memadai.
28
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Ketel Boiler
Pabrik Pembuat Babcock & Wilcox, Canada
Tipe Radian Boiler; Balance Draft; Natural
Circulation; Single Reheat; Top
Supported with Single Drum
Kapasitas 1.953.866 kg uap/jam
1
Tekanan uap keluar Superheater 174 kg/cm2
Suhu uap keluar Superheater 540 C
Tekanan Uap keluar Reheater 59 kg/cm2 design
Bahan bakar Utama Batu bara
Bahan bakar penyalaan awal Minyak solar
Turbine
Pabrik Pembuat Mitsubishi Heavy Industry, Japan
2 Tipe Tandem Compound Quadruple Exhaust
Condensing Reheat
Kapasitas 600 MW
29
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Generator
Pabrik Pembuat Mitsubishi Electric Corporation, Japan
Kecepatan Putar 3000 rpm
Jumlah fasa 3
Frekuensi 50 Hz
Tegangan 23 kV
kVA keluaran 767 MVA
kW 651.950 kW
3
Arus 19.253 A
Faktor Daya 0,85
Rasio hubung Singkat 0,58 pada 706 MVA
Media pendingin Gas Hidrogen
Tekanan gas H2 5 kg/cm2
Volume gas 125 m3
Tegangan Penguat medan 590 V
Kumparan Y
Tekanan uap masuk 169 kg/cm2
Suhu uap keluar 538 C
Tekanan Uap keluar 68 mmHg.Abs
Kecepatan putaran 3000 rpm
Jumlah tingkatan 3 tingkat
Turbin Tekanan Tinggi 10 sudu
Turbin Tekanan menengah 7 sudu
Turbin tekanan rendah 1 2 x 7 sudu
Turbin teakanan rendah 2 2 x 7 sudu
Sistem Eksitasi
Penguat Medan Tanpa Sikat (Brushless Exciter)
Pabrik pembuat Mitsubishi Electric Corporation, Japan
Tipe Totally enclosed
a kW keluaran 3300 kW
4
Tegangan 590 V
Arus 5593 A
Kecepatan putaran 3000 rpm
Penyearah (Rotating Rectifier)
b
Pabrik pembuat Mitsubishi Electric Corporation, Japan
30
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
31
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Transformator Generator
Pabrik pembuat Mitsubishi Electric Corporation, Japan
Tipe Oil Immersed Two Winding Outdoor
Daya Semu 411.000 / 548.000 / 685.000 kVA
Tegangan primer 23 kV
Arus primer 17.195 A
Tegangan sekunder 500 kV
8
Arus sekunder 791 A
Frekwensi 50 Hz
Jumlah Fasa 3
Uji tegangan tinggi saluran 1550 kV
Uji tegangan rendah 125 kV
Uji tegangan netral 125 kV
Presentasi impedansi 11,9 % pada 685 MVA
Transformator Generator
Pabrik pembuat Mitsubishi Electric Corporation, Japan
Tipe Oil Immersed Two Winding Outdoor
Daya Semu 411.000 / 548.000 / 685.000 kVA
Tegangan primer 23 kV
Arus primer 17.195 A
Tegangan sekunder 500 kV
8
Arus sekunder 791 A
Frekwensi 50 Hz
Jumlah Fasa 3
Uji tegangan tinggi saluran 1550 kV
Uji tegangan rendah 125 kV
Uji tegangan netral 125 kV
Presentasi impedansi 11,9 % pada 685 MVA
32
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Stack
Jumlah 3 unit
Tinggi 275 m
Diameter luar bagian bawah 25 m
Diameter luar bagian atas 14 m
11 Diameter pipa bagian saluran gas 6,5 m
buang
Suhu gas masuk cerobong 140 C
Kecepatan aliran gas 2 m/s
Material Cerobong Beton dan dibagian dalam terdapat 2 pipa
saluran gas berdiameter 6,5 m
33
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
34
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BAB III
DASAR TEORI
Udara menyerap kalor lebih rendah daripada air. Oleh karena itu, air heater
memerlukan ruang yang lebih besar daripada economiser. Namun air heater,
dapat dirancang lebih kecil dan ringan jika dibandingkan economiser. Hal ini
dikarenakan:
1. Temperatur udara masuk air heater lebih kecil daripada air yang masuk
economiser.
2. Economiser beroperasi di bawah tekanan air yang tinggi, sementara itu air
heater hanya pada 3⁄4 % psig dari tekanan air. Namun, meskipun
35
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
memerlukan permukaan yang lebih besar, konstruksi air heater tidak terlalu
mahal.
3.2 Jenis – jenis Air Heater
Dalam sistem pembangkit listrik, air heater dapat diklasifikasikan dalam dua
jenis:
1. Regenerative Air Heater
a. Rotary regenerative Air Heater
Ljungstorm air heater
Rothemuhle air heater
b. Pebble Heater
c. Refactory Flue Heater
d. Thermal Liquid air Preheater
2. Recuperative Air Heater
a. Flue gas Preheater
Tubular preheater
Plate air heater
b. Steam coil heater
c. Separately fired heater
Berdasarkan tipe – tipe di atas, air heater pada PLTU Suralaya menggunakan
Rotary Regenerative Air Heater yang lebih spesifiknya sering disebut dengan
tipe Ljungstrom air heater. Ljungstrom air heater memiliki aliran horisontal
sebagai pemanas udara utama. Prinsip dasar dari peralatan ini adalah
mentransfer kalor hasil pembakaran di dalam ruang bakar dalam bentuk flue
gas melalui elemen pemanas yang berputar di dalam air heater untuk
memanaskan udara masuk air heater yang digunakan sebagai udara
pembakaran. Air heater ini merupakan komponen penting dalam proses
pembakaran di dalam ruang bakar karena proses di dalamnya bergantung pada
temperatur udara keluar dari sisi udara panas (air hot).
36
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
37
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Bagaian ini paling rawan terhadap korosi akibat endapan sulfur yang
menempel pada elemen pemanas air heater. Apabila temperatur keluar gas
out mendekati atau sama dengan titik embun (dew point) dari sulfur, yaitu
sekitar 126 – 128 ℃ maka sulfur akan mengalami korosi akibat kontak
dengan H2O (air). Untuk itu, temperatur keluar pada sisi gas out ini harus
dijaga agar lebih tinggi dari temperatur titik embun (dew oint) sulfur
sebagai upaya pencegahan korosi.
3.3 Tipe – tipe Air Heater
a. Primary Air Heater
Primary Air heater ini berfungsi memberikan udara panas yang dihasilkan
air heater untuk keperluan memanaskan dan mentransportasikan batu bara
dari pulvurizer menuju ruang bakar. Dengan adanya air heater ini batu bara
yang semula lembab dan basah menjadi kering dan siap untuk dibakar
dalam ruang bakar. Udara masuk dipasok oleh primary air fan berupa udara
luar, lalu udara yang mengalir melewati air heater bertukar kalor
menghasilkan udara keluar yang nantinya menuju pulvurizer untuk
memanaskan dan mentransportasikan batu bara. Sedangkan gas buang
yang dipasok dari ekonomiser dengan temperatur yang cukup tinggi
mengalir melalui air heater menghasilkan gas keluar yang nantinya
diteruskan menuju electirc precipitator untuk diambil abunya dan setelah
itu gas sisa pembuangannya di buang melalui cerobong.
38
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Secondary air heater ini berfungsi memberikan udara panas yang dihasilkan
air heater untuk udara pembakaran pada ruang bakar. Secondary air heater
ini biasanya lebih besar dari primary air heater karena memerlukan udara
yang lebih banyak dengan temperatur lebih tinggi. Udara masuk dipasok
oleh force draft fan berupa udara luar, lalu udara yang mengalir melewati
air heater bertukar kalor menghasilkan udara keluar yang nantinya menuju
ruang bakar sebagai udara pembakaran. Sedangkan gas buang yang dipasok
dari ekonomiser dengan temperatur yang cukup tinggi mengalir melalui air
heater menghasilkan gas keluar yang nantinya diteruskan menuju electirc
precipitator untuk diambil abunya dan setelah itu gas sisa pembuangannya
di buang melalui cerobong.
3.4 Komponen – komponen Air Heater
1. Elemen Pemanas
Elemen pemanas pada air heater merupakan susunan rapi dari plat – plat
metal yang terdiri dari 2 bagian terbagi secara vertikal, yaitu hot end layer
(sisi panas bagian atas) dengan lebar plat vertikal 1016 mm (40”) dan cold
end layer (sisi dingin bagian bawah) dengan lebar 305 mm (12”). Pada sisi
cold end dipergunakan material low alley steel sebagai elemen permukaan
heat transfer.
39
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Plat – plat metal tersebut dipasang pada suatu poros yang disusun dalam
bentuk kompartemen silindris, yang terbagi – bagi secara radial,
selanjutnya disebut rotor. Rotor elemen pemanas ini diputar dalam suatu
ruang yang memiliki sambungan duct pada kedua sisinya, dimana satu sisi
dialiri gas buang dari boiler dan udara disisi lainnya.
40
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
41
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
42
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4. Rotor Seal
Selama AIR HEATER beroperasi ada suatu perbedaan tekanan dari
aliran fluida yang melalui permukaan heat transfer pada rotor
berputar.Normalnya aliran udara adalah mempunyai tekanan lebih
tinggi dibanding aliran flue gas, maka ada bocoran dari udara ke aliran
gas. Ini terjadi pada semua sisi panas maupun sisi dingin (cold end)
pada air heater.
Air heater yang memiliki 3 sektor aliran dimana anda mempunyai
aliran udara Primer demikian juga aliran udara sekunder dan Flue gas,
maka ada bocoran aliran udara primer ke aliran udara skunder demikian
juga ke aliran gas. Juga ada bocoran dari aliran udara skunder ke aliran
gas.
Aliran fluida pada air heater adalah dipisahkan oleh plat sector pada
semua sisi HOT dan COLD END. Plat-plat ini adalah bagian penting
dari plat-plat penghubung Hot dan Cold End.
Untuk mengendalikan bocoran hasil dari perbedaan tekanan dari aliran
fluida, maka AIR HEATER dilengkapi dengan system perapat(sealing).
Sistem perapat terdiri atas radial seal, bypass seal, axial seal, dan rotor
post seal. Air Heater dilengkapi dengan radial seal yang di pasang pada
sisi HOT dan Cold END. Perapat ini pertama di setting dengan spasi
khusus terhadap plat sector. Spasi(clearance) sedemikian rupa sehingga
pada saat beroperasi spasi nya minimum antara seal dan Plat sector.
Air Heater juga mempunyai axial seal. Seal ini dipasang pada sisi luar
melingkar rotor dan satu jalur dengan rotor diafram. Air Heater juga
dilengkapi Axial seal. Seal ini dipasang pada sisi luar sekeliling rotor
dan satu jalur dengan diafram rotor dan pada sisi HOT dan Cold end.
Axial seal plate yang dapat disetel dipasang pada bagian dalam pedestal
yang menjadi bagian dari rumah rotor dan pada sisi HOT dan Cold End.
Pertama axial seal di pasang dengan spasi kusus antara axial seal dan
plat. Selama beroperasi ada perubahan panas pada rotor akan
mengurangi atau mepersempit spasi (clearance).
43
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
44
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
45
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
• Pembersihan
• Pelumasan
Kelebihan:
Kekurangan:
2. Pemeliharaan Prediktif
46
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Definisi:
Kelebihan:
• Menghemat energi
Kekurangan:
3. Pemeliharaan Reaktif
Definisi:
47
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Kelebihan:
• Biaya Rendah
• Tidak memerlukan banyak pegawai
Kekurangan:
48
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
49
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BAB IV
STUDI KASUS
4.1 Pemeliharaan Preventive
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan dan menemukan
kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan.
Ruang lingkup proses kegiatan preventive maintenance meliputi aktivitas
sebagai berikut:
Melakukan set up database job plan, modul preventive maintenance (PM)
dan penjadwalan.
Menerbitkan dan mencetak WO .
Mendistribusikan PM job card ke pihak pelaksana.
Mengambil material consumable jika diperlukan
Mengajukan working permit.
Melaksanakan pekerjaan.
Mengumpulkan job feedback.
Memasukkan data pada job feedback ke dalam data maximo.
Mengevaluasi informasi kondisi peralatan dan membuat laporan.
50
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
5. Bila diizinkan maka teknisi dapat mempersiapkan spare part dan tools,
setelah itu teknisi dapat melakukan eksekusi pekerjaan serta pencatatan
tentang peralatan sesuai dengan format SPK PM.
6. Setelah melakukan eksekusi pekerjaan, apabila ada temuan kerusakan
pada SPK PM terdapat pekerjaan tambahan. Teknisi diinstruksikan
melakukan tindakan nomor 7. Apabila tidak ada pekerjaan tambahan
maka teknisi dapat melakukan pekerjaan di nomor 8.
7. Hasil pencatatan checklist PM dari teknisi diberikan kepada supervisor
yang selanjutnya temuan kerusakan tersebut dapat dilaporkan kepada
supervisor senior produksi untuk dibuatkan service request (SR).
8. Teknisi dapat melengkapi catatan data sesuai SPK PM.
9. Bila SPK PM telah selesai, maka teknisi akan memberikan SPK PM
kepada supervisor untuk melakukan review dari setiap SPK PM dan
mencatat pada laporan mingguan PM.
10. Setelah selesai, WO dapat ditutup.
51
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
52
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
pada gearbox adalah kurang dari 65℃. Contohnya, temperatur gear box
yang terlalu tinggi bisa mengartikan proses pelumasan pada gear box
tidak baik yang mengakibatkan roda gigi pada gear box aus. Inner part
gear box pun akan mengalami kerusakan.
Level Oli
Periksalah gear box secara visual setiap hari meliputi kebocoran oli dan
level olinya. Lalu periksa tekanan minyak pelumas pada pressure
gauge. Tekanan standar oli 1,1 - 1,4 kg / cm2 (15 – 20 psig). Jika ada
perubahan dari nilai standar maka perlu dilakukan observasi lebih
lanjut. Pengecekan ini berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat
kebocoran oli atau tidak.
c. Mengecek Vibrasi
Pengecekan vibrasi pada gearbox biasanya dilakukan dalam waktu 1
bulan sekali oleh tim predictive maintenance. Sedangkan pengecekan
vibrasi secara visual, dilakukan oleh tim preventive maintenance. Ciri
– ciri adanya vibrasi adalah ketika housing dipegang dan terjadi getaran
yang berbeda dari biasanya maka ada indikasi terjadinya vibrasi, setelah
itu tim preventive maintenance melaporkan ke tim predictive
53
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Periksa indikator level oli untuk memastikan bahwa oli yang ada cukup
tersedia di semua rumah bearing. Untuk menghindari meluapnya oli,
jangan mengisi di atas tingkat yang ditunjukkan. Inspeksi berkala harus
dilakukan untuk memeriksa kondisi minyak pelumas. Pemeriksaan
minyak pelumas dari sambungan saluran keluar oli akan menunjukkan
adanya kontaminan seperti masuknya kotoran, fly ash ataupun air. Jika
54
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
55
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
gauge. Tekanan minyak pelumas yang lebih rendah dari standarnya bisa
menjadikan salah satu indikasi bahwa terjadi kebocoran oli.
3. Sektor Plate
a. Jarum indicator sektor plate (Sector Plate Leveling)
Pengecekan jarum sektor plate dilakukan secara visual, bahwa jarum
sektor plate harus berada di posisi normal. Jika jarum pada sektor plate
berada pada posisi tidak normal (di atas atau di bawah titik normalnya),
maka harus segera dilakukan adjust. Karena jarum sektor plate
mengindikasikan gap dari sektor plate dan radial seal. Jika gap antara
sektor plate dan radial seal terlalu dekat maka radial seal akan
mengalami keausan dan ini menyebabkan terjadinya losses. Salah satu
cara mengetahui bahwa gap antara sektor plate dan radial seal terlalu
dekat adalah ketika Thermoprobe yang ada di dalam sektor plate
menyentuh dinding T-bar, otomatis sensor pada Thermoprobe
memberikan sinyal sehingga sektor plate terangkat 3 mm.
Jarum Indikator
Sektor Plate
56
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Gesekan antara sektor plate dan radial seal dapat menyebabkan keausan
pada radial seal dan terjadinya gap sehingga akan terjadi losses – losses.
4. Support Bearing
a. Mengecek Level Oli
57
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
58
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
59
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Setelah dilakukan pengecekan di atas dan hasil ketiganya masih dalam batas
normal, teknisi melakukan izin permit pada operator untuk membuka manhole.
Setelah manhole dibuka, didapatkan bahwa nozzle pada sistem pelumasan
tidak mespray. Diduga alasan nozzle tidak mespray karena nozzle tersumbat,
kasus ini sama dengan yang dialami oleh unit 6 sebelumnya. Nozzle yang
tersumbat ini menyebabkan oli tidak mengalir dan mespray ke gearbox
sehingga temperatur gearbox melebihi temperatur normalnya.
Dikarenakan nozzle yang tersumbat tidak bisa langsung ditindaklanjuti, karena
unit harus terus beroperasi maka dilakukan penanganan awal berupa tambahan
line tube baru yang nantinya tube ini akan mespray langsung ke gear box.
Adapun langkah – langkah pembuatan line tube baru, sebagai berikut:
1. Pengukuran diameter tube
Ukurlah diameter yang dibutuhkan untuk penambahan tube, sesuai
dengan diameter tube sebelumnya. Diameter yang dibutuhkan sebesar
¼ inch.
2. Pengukuran panjang tube yang dibutuhkan
60
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
No Dokumentasi
61
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
62
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam laporan kerja praktik yang berjudul
“Pemeliharaan Preventive Secondary Air Heater pada unit 7 PLTU
Suralaya” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kerja praktik bertujuan untuk menerapkan ilmu teori yang
telah didapatkan di perkuliahan serta mampu memahami proses
pembangkitan secara langsung di lapangan.
2. Air heater dalam sistem pembangkit dibutuhkan sebagai pemanas awal
udara, elemen pemanas yang telah berada pada sisi udara akan
memanaskan udara yang masuk dari arah berlawanan sehingga
temperatur udara keluar dari Air heater akan digunakan untuk proses
pembakaran di boiler menjadi meningkat.
3. Komponen – komponen yang ada pada air heater meliputi, elemen
pemanas, penggerak rotor air heater berupa motor listrik dan motor
udara, bearing rotor air heater, rotor seal, air heater cleaning, leakage
control system, TTMD dan steam coil.
4. Pemeliharaan yang ada pada air heater, yakni preventive maintenance,
predictive maintenance, dan corrective maintenace.
5. Mahasiswa PKL mengikuti preventive maintenance pada air heater.
Preventive maintenance pada air heater yaitu:
a. pengecekan pada gear box berupa temperatur gear box, level oli,
vibrasi dan kelainan suara.
b. Pengecekan pada Guide Bearing berupa level oli, kelainan suara,
dan kebocoran oli.
c. Pengecekan pada Support Bearing berupa level oli, kelainan suara
dan kebocoran oli.
d. Pengecekan pada sektor plate berupa jarum indicator pada sektor
plate dan kelainan suara pada sektor plate.
63
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
5.2 Saran
Setelah melakukan kerja praktik di PT. Indonesia Power UP Suralaya, saran untuk
kendala kerja adalah diperlukan solusi alternatif yang bersifat inovatif dan
reliability pada kasus temperatur gear box di atas batas normalnya. Selain itu dapat
dilakukan pula dengan mengendalikan dan menjadwalkan semua kegiatan taktis
pemeliharaan agar diperoleh hasil pemeliharaan optimal, mulai dari daily, weekly,
annually planning sampai long term plan (5 Tahun). Hal utama dan pertama dalam
merencanakan jadwal pemeliharaan adalah memperbaiki masalah sebelum
masalah tersebut terjadi. Ada 3 hal yang dapat dijadikan work-scope (task) :
1. Pelumas Gearbox harus diganti secara berkala sesuai dengan kebutuhan
sistem yang ada.
2. Ambil sampel oli secara berkala dan berikan ke bagian laboratorium,
dimana analisis dari kandungan partikel oli ini dapat memperlihatkan
gangguan yang berpotensi besar dapat mengganggu performa gear box.
Pelumas Gear box dapat dijadikan indikator kesehatan dari Gear box itu
sendiri.
3. Gearbox sangat rentan terhadap daerah pengoperasian yang berdebu.
Usahakan untuk menjaga daerah disekitarnya tetap bersih. Debu dan
64
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
65