BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 33 tahun
Alamat : Karang Malang RT 01/04 Blok Pahing Karang Sembung
Kabupaten Cirebon
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Status : Sudah Menikah
Tanggal pemeriksaan : 26 September 2017
II. ANAMNESIS
- Keluhan Utama : Keluar air-air
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon
pada tanggal 26 September 2017 pukul 09.45 WIB, G3P2A0 merasa hamil
cukup bulan kiriman dari puskesmas dengan keluhan keluar air-air sejak
pukul 00.00 . Keluar air-air dirasakan secara tiba-tiba dan mengaku keluar air
banyak hingga hampir membasahi tempat tidurnya. Keluar air-air berwarna
2
putih jernih dan tidak berbau. Keluar air-air tidak disertai keluar lendir dan
darah. Selain itu pasien juga merasa mules sejak jam 02.00 dan mengaku
gerakan janin masih aktif. Keluhan ini tidak disertai dengan demam.
Pasien mengaku selama kehamilan tidak pernah mengalami keluhan
keputihan, tekanan darah tinggi, dan mual muntah. Selama kehamilan pasien
melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 7 kali kunjungan. Pasein juga
mengaku pernah melakukan pemeriksaan USG sebanyak 1 kali di puskesmas
saat usia kehamilan 7 bulan dan mengatakan hasilnya normal. Pasien juga
mendapat 1 kali vaksin TT. BAB (+), BAK (+) seperti biasa. Karena keluhan
tersebut, pasien memeriksakan diri ke PKM lalu dirujuk ke RSUD Waled.
Banyak : 2 – 3 pembalut/hari
HPHT : 26 Desember 2016
HPL : 3 Oktober 2017
- Riwayat Obstetri
1. P1 : seorang anak perempuan, hidup, lahir spontan, di tolong bidan
dengan BBL 2600 gr, cukup bulan, sekarang berusia 13 tahun.
2. P2 : seorang anak laki-laki, hidup, lahir spontan, ditolong bidan dengan
BBL 2800 gr, cukup bulan, sekarang berusia 6 tahun.
Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sebanyak 7x di puskesmas setempat.
Riwayat imunisasi TT pada kehamilan ini sudah di dapatkan sebanyak
1x di PKM
Pasien juga mengaku sudah di USG di Puskesmas pada usia kehamilan
7 bulan dengan hasil USG normal.
- Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan selama 5 tahun.
- Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah 14 tahun lamanya dengan satu kali menikah.
- Riwayat Ginekologi
Riwayat kanker, kista ovarium, mioma uteri, perdarahan pervaginam
diluar menstruasi disangkal.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 11,4 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit 33 % 35-47
Eritrosit 3,78 /uL 4,2-5,6
Lekosit 12,0 /uL 3,6-11,0
Hitung jenis
Netrofil Segmen 73 % 50.0-70,0
Limfosit 16 % 25,0-40,0
Monosit 10 % 2,0-8,0
Eosinofil 1 % 2-4
Basofil 0 % 0-1
Trombosit 261 Ml 150-400
MCV 87,8 fL 80-100
MCH 30,2 Pg 26-34
MCHC 34,4 % 32-36
VI. DIAGNOSIS
Ny. H umur 33 tahun G3P2A0 parturient aterm kala I fase laten dengan Ketuban
Pecah Dini
VII. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa :
a) Bed rest
b) Observasi KU, TTV, dan DJJ
c) Terminasi Kehamilan
d) Konsul dokter Sp.OG
2. Medikamentosa :
a) IVFD D5% 500cc / 8 jam
b) Cefotaxime 2 x 1gr (intravena)
c) Induksi persalinan dengan oksitosin dalam D5% 500cc
VIII. PROGNOSIS
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
yang tidak diikuti dengan tanda-tanda inpartu atau selaput ketuban pecah 1 jam
kemudian tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan tanpa melihat umur
kehamilan. Jika pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu (preterm)
disebut sebagai KPD preterm (preterm premature rupture of membrane) / PPROM
(Bankowskim et al, 2002).
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the
onset of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum
permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar (1998)
mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam
atau lebih sebelum dimulainya persalinan.
9
2.2 KLASIFIKASI
2.4 ETIOLOGI
Infeksi
2.5 PATOFISIOLOGI
polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III
dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Setelah ketuban pecah dini pada kondisi “term’, sekitar 70% pasien akan memulai
persalinan dalam 24 jam, dan 95% dalam 72 jam. Setelah ketuban pecah dini
preterm, periodelatensi dari ketuban pecah hingga persalinan menurun terbalik
dengan usia gestasional, misalnya pada kehamilan minggu ke 20 hingga ke 26,
rata-rata periode latensi sekitar 12 hari. Padakehamilan minggu ke 32 hingga ke
34, periode latensi berkisar hanya 4 hari.Ketuban pecah dini dapat memberikan
stress oksidatif terhadap ibu dan bayi. Peningkatanlipid peroxidation dan aktivitas
proteolitik dapat terlihat dalam eritrosit. Bayi premature memiliki pertahanan
antioksidan yang lemah. Reaksi radikal bebas pada bayi premature menunjukan
tingkatlipid preoxidation yang lebih tinggi selama minggu pertama kehidupan.
Beberapa komplikasi padaneonatus diperkirakan terjadi akibat meningkatnya
kerentanan neonatus terhadap trauma radikaloksigen (Anonim, 2006).
The woman complains of leakage of fluid from her vagina (minimal or excess).
She says she noticed a decrease in the size of her abdomen after leakage of fluid.
You observe watery fluid coming out through the vagina, or the woman’s under clothing
is soaked with watery fluid.
13
When you measure the distance between the pubic symphysis and the fundal height (as
described in Study Session 9), you find the baby is small for gestational age. (Note that
being ‘small for gestational age’ can also be due to scanty amount of amniotic fluid with
intact membranes, intrauterine growth restriction and wrong date for the stated
gestational age.)
In PROM, the amniotic fluid remaining in the sac will be minimal, so you may be able to
feel (palpate) the fetal parts easily through the mother’s abdomen.
Although not specific, the woman may have an offensive smell due to vaginal discharge,
and she may have a fever (see Box 17.1 above); these signs indicate an already
established infection, which may be the cause of PROM.
You can give her a dry vaginal pad or Goth and check after some hours whether it is wet
or still dry. Note that being dry doesn’t necessarily rule out PROM.
Fever: the woman may complain of feeling feverish, or you may record her temperature
of 38°C or more.
The vaginal discharge may have an offensive smell and the colour may be changed from
watery to cloudy.
She may have an increased pulse rate (more than 100 beats/minute).
She may feel pain in the lower abdomen, particularly when it is touched.
2.7 DIAGNOSIS
Inspekulo
14
Bila fundus ditekan atau bagian terendah digoyangkan keluar cairan dari
OUE danterkumpul di forniks posterior.
Tes pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal cairan
amnion dan gambaran daun pakis(Prawihardjo dkk, 2002)
2.8 KOMPLIKASI
15
Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia (seringterjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Medikasi
Kortikosteroid.
Antibiotik
Agen Tokolitik
Kehamilan Aterm
Bila 2x24 jam air ketuban masih tetap keluar segera terminasi.
Seksio sesarea bila syarat oksitosin drip tidak terpenuhi atau drip
oksitosin gagal
induction of labor
Group B streptococal prophylaxis
recommended
Near term (34 weeks to 36 completed weeks) Same as for term
Preterm (32 weeks to 33 completed weeks) Expectant management, unles fetal
pulmonary maturity is documented
Group B streptococcal prophylaxis
recomended
Corticosteroid – no consensus, but
some expert recommend
Antibiotics recommended to prolog
latency if there are no
contraindications
Preterm (24 weeks to 31 completed weeks) Expectant management
Group B streptococcal prophylaxis
recommended
Tocolytics – no consensus
Antibiotics recommended to prolog
latency if there are no
contraindications
Less than 24 weeks Patient counseling
Expectant management or induction
of labor
Group B streptococcal prophylaxis is
not recommended
Corticosteroids are not recommended
Antibiotics – there are incomplete
data on use in prolonging latency
22
DAFTAR PUSTAKA
4. Kumboyo, Doddy A, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan
Ginekologi. RSUMataram. Mataram.
5. Marjono, Anthonius. 1992. Ketuban Pecah Dini dan Infeksi Intrapartum. FKUI.
Jakarta.
8. Meis PJ, Ernest JM, Moore ML. Causes of low birth weight births in public and
private patients. Am J Obstet Gynecol. 1987;156:1165–8....