Anda di halaman 1dari 7

Hubungan di antara Dehidrasi dengan Diare pada Balita

Muhamad Rizauddin bin Che Riah


102015201

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

 Angka morbiditas dan mortalitas pada kejadian diare tinggi

 World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 3,5 juta kematian pertahun
disebabkan diare, dimana 80% dari kematian ini mengenai anak-anak dibawah
umur 5 tahun.

 Berdasarkan Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa penyebab utama kematian bayi


dan balita di indonesia adalah diare.

 36,9% kematian Balita & 24,1% kematian bayi terutama oleh dehidrasi.

 Balita yang mengalami diare akan lebih rentan mengalami dehidrasi , malnutrisi
hingga kematian.1

1.2 Rumusan Masalah

 Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“Apa saja faktor-faktor risiko terjadinya dehidrasi sebagai penyebab kematian
anak balita yang diare?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum: mengetahui faktor yang melatarbelakangi terjadinya dehidrasi pada
balita yang mengalami diare.

1.3.2 Tujuan Khusus:

 Mendeskripsikan karakteristik balita (usia, jenis kelamin, status imunisasi, status


gizi, status sosial ekonomi, dehidrasi, cairan inadekuat, dan komorbiditas).

 Mengetahui faktor risiko terjadinya dehidrasi sebagai penyebab utama kematian


balita yang diare
 Mengetahui upaya penanggulangan diare jangka pendek serta mencegah kematian
Balita akibat dehidrasi.

1.4 Hipotesis

 Tingginya angka kejadian dehidrasi pada balita yang mengalami diare diakibatkan
oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, cairan
inadekuat, komorbiditas, dan sosial ekonomi keluarga.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Bagi peneliti

 Meningkatkan wawasan ilmu peneliti

1.5.2 Bagi masyarakat

 Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya dehidrasi pada


kejadian diare anak dan mencegah kematian akibat dehidrasi pada kejadian diare
pada anak balita.

1.5.3 Bagi petugas kesehatan maupun dokter

 Upaya pencegahan dan penanggulangan terjadinya diare yang disertai dengan


dehidrasi

Bab II. Tinjauan Pustaka

2.1 Diare

 Buang air besar dengan konsistensi tinja yang lembek biasanya disertai dengan
peningkatan frekuensi dan berat feses kurang lebih 200 gram perhari

 Akut: < 14 hari

 Presisten: berlangsung antara 14-28 hari

 Kronik: > 4 minggu

 Etiologi: Virus (rotavirus. Norwalk virus. Astrovirus, coronavirus), bakteri (B. cereus,
Slamonela sp, S. aureus, V. Cholera, dst), parasite (E. hystolitica, Giardia lamblia,
dst)2
2.1.1 Usia dan Jenis Kelamin

 Ada hubungan signifikan antara pemberian MPASI dengan kejadian diare pada anak,
yaitu dikarenakan sistem pencernaan anak pada usia di bawah 2 tahun sedang
mengalami perkembangan secara bertahap sehingga apabila diberikan makanan yang
tidak tepat dapat menyebabkan sistem pencernaan anak tidak berkembang dengan
baik dan bisa menyebabkan diare. Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan.

 Jenis kelamin merupakan faktor yang tidak terlalu berpengaruh pada angka kejadian
diare pada balita2

2.2.2 Status Imunisasi

 Pemberian imunisasi ini untuk mencegah penurunan kekebalan tubuh pada balita.
Pada diare yang sering timbul menyertai campak, pemberian imunisasi campak juga
dapat mencegah diare. 2

2.2.3 Status gizi

 Status gizi pada anak sangat berpengaruh terhadap kejadian diare. Status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. 3

2.2.4 Dehidrasi

 Untuk menilai derajat dehidrasi digunakan skor WHO4

Skor 6 : tanpa dehidrasi

Skor 7-12 : dehidrasi ringan-sedang

Skor ≥ 13 : dehidrasi berat

2.2.5 Cairan Inadekuat

BJ plasma dengan rumus:


BJ plasma – 1,025
Kebutuhan cairan = ________________ x Berat Badan x 4 ml
0,001
Metode Pierce berdasarkan klinis: 5,6

◦ Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat Badan (kg)

◦ Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat Badan (kg)

◦ Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x Berat Badan (kg)

2.2.6 Status Sosial-Ekonomi

 Kondisi rumah

 Air

 Sanitasi

 Makanan & minuman

 Keterbatasan penyediaan sarana kesehatan

2.2.7 Pengetahuan orang tua

 Pengetahuan yang cukup seorang ibu dapat menerapkan perilaku hidup sehat,
pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit apabila ia tahu apa tujuan dan
manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahayanya bila tidak
melakukan pencegahan dan penanggulangan tersebut. 7

2.2.8 Komordibitas

 Komorbiditas merupakan penampilan bersamaan dari dua penyakit atau lebih.


Yang sering terjadi bersamaan dengan diare adalah demam. Ketika mengalami
demam, terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa
kekurangan cairan. Diare yang disertai demam secara tidak langsung akan
memperburuk dehidrasi. 7

2.2.9 Faktor malabsorbsi7

 Karena malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa), monosakarida


(intoleransi glukosa) biasanya pada bayi adalah intoleransi laktosa. Malabsorbsi
lemak dan juga malabsorbsi protein. 7

2.2.10 Faktor makanan8

 Alergi terhadap makanan, makanan besi dan beracun.


2.2.11 Faktor psikologis8

 Rasa takut dan cemas.

2.3 Kerangka Teori

 Usia

 Jenis kelamin

 Status gizi

 Status imunisasi

 Cairan inadekuat

 Dehidrasi

 Komorbiditas

 Sosial ekonomi

 Faktor Malabsorpsi

 Faktor Makanan

 Faktor psikologis

Bab III. Metodologi Penelitian

3. 1 Desain Penelitian

 Observasional analitik dengan pendekatan studi kasus kontrol

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

 Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara, 1 Desember 2017 – 1 Maret 2018

3.3 Pengumpulan Data

 Data Sekunder : data balita yang mengalami diare tanpa maupun yang disertai
dehidrasi yang berobat di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara.

3.4 Analisa Data

 Analisa Univariat : mengetahui distribusi frekuensi pada setiap variable

 Analisa Bivariat : mengetahui hubungan antara dua variable


3.5 Populasi Penelitian

 Populasi Kontrol : balita dengan usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Tanjung Duren Utara yang mengalami diare tanpa dehidrasi.

 Populasi Kasus : balita dengan usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Utara yang mengalami diare disertai dengan dehidrasi.

3.6 Sampel Penelitian

 Sampel Kontrol dan sampel kasus berdasarkan kelompok populasi

 Metode simple random sampling dengan menggunakan undian

 Jumlah minimum sampling

Rumus:

Z(𝑎)2 .𝑃.𝑄
N= 𝑑2

Misal, pada kasus diketahui prevalensi diare 36,9%. Jika kita ingin memakai kemaknaan (a) =
5%, dan presisi 10%. Maka:

1,962 .0,369.0,631
N= 0,12

= 89,44%
DAFTAR PUSTAKA.

1. Harianto. Penyuluhan penggunaan oralit untuk menanggulangi diare di masyarakat


Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.
I, No.1, April 2004.h.27 – 33.

2. Zainuddin AA. Panduan praktik klinis. Jakarta: Bakti husada; 2014. h.112-20.

3. Simadibrata M. Buku ajar gastroenterologi. Jakarta: InternaPublishing; 2011. h.67-73.

4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid I. Jakarta: InternaPublishing; 2009.h.548-55.

5. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku saku


petugas kesehatan: lintas diare (lima langkah tuntaskan diare). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2011.h.2-5.

6. Werner D, Thuman C, Maxwell J. Apa yang anda kerjakan bila tidak ada dokter. Edisi
ke-1. Yogyakarta: Andi Yogyakarta; 2010. h.199.

7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu kesehatan anak. Jakarta:
FKUI;1985.H. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu kesehatan anak.
Jakarta: FKUI;1985.H.283-6

8. Bernstein D, Shelov S. Ilmu kesehatan anak untuk mahasiswa kedokteran. Edisi


ketiga. Jakarta: EGC; 2014.H. 326-7

Anda mungkin juga menyukai