PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan sumber daya alam, kebutuhan akan sandang, pangan,
papan, air bersih dan energi meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang
lahan yang luas untuk melakukan aktivitasnya dan memanfaatkan sumber daya alam
berlebihan akan berdampak pada penurunan kelestarian sumber daya alam dan fungsi
berupa mineral, dengan proses pengambilan bahan galian yang dapat diekstraksi
yang dilakukan di daratan maupun di laut. Penambangan batu dan pasir banyak
dilakukan oleh masyarakat, karena lebih mudah, cepat, dan tidak perlu diolah
dibandingkan bahan galian yang lainnya. Hal ini didukung dengan daerah-daerah di
(topografi), bentang alam, meningkatnya run-off, hilangnya lapisan tanah top soil,
kebisingan, rusaknya fasilitas umum berupa jalan, dan meningkatnya erosi. Dampak
tambang yang masih menganggur dan meningkatkan pendapatan daerah yang dapat
1
2
aktifitas manusia dengan mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, dan
tidak memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan maupun tidak melakukan cara
penambangan yang baik dan benar. Perlunya melakukan kegiatan reklamasi lahan
merupakan kegiatan yang mengolah sumber daya yang tidak dapat diperbarui, bukan
Dengan prinsip Good Mining Practice pertambangan yang mengubah bentang alam
(Karliansyah, 2001).
fungsi lahan dan menyisakan kerusakan lahan, dan kemiringan lereng yang curam
mengakibatkan resiko kecelakaan dalam bekerja tinggi karena pada kawasan ini
3
sering terjadi gerakan massa tanah dan batuan. Hal ini perlu mendapat perhatian yang
diatas, yaitu :
andesit ?
2. Bagaimana rencana penambangan yang baik dan benar untuk dilakukan dengan
Kabupaten Wonosobo sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari dan berkaitan dengan
lingkungan kebumian.
Peneliti &
No Tahun Jenis Penelitian Lokasi Judul Tujuan Metode Hasil
Penelitian
1 Ariando Thesis, Program Di kelurahan Kajian 1. Mendapatkan 1. Metode 1. Akibat tidak direklamasinya
(2011) Magister Sains kalampangan kerusakan deskripsi tingkat survey bekas galian tersebut,
Program Studi kecamatan lahan kerusakan lahan lapangan sehingga pada musim
Pengelolaan sabangau Akibat yang terjadi pada 2. Metode penghujan akan terbentuk
Sumberdaya Alam Kota penambangan lokasi klasifikasi danau atau kolam yang luas
dan Lingkungan palangka raya pasir penambangan dan dalam. Dengan
Bidang Konsentrasi Di kelurahan pasir di Kelurahan kedalaman lubang galian
Pengelolaan kalampangan Kalampangan; disetiap lokasi
Sumberdaya Lahan kecamatan 2. Teridentifikasinya penambangan pasir berkisar
dan Tanaman sabangau dampak antara 6 m-6,75 m dari
Kota lingkungan yang permukaan lubang. Adapun
palangka raya terjadi akibat tingkat kerusakan lahan
kegiatan akibat penambangan pasir
penambangan berada pada kriteria rusak
pasir di Kelurahan sedang-berat.
Kalampangan 2. penambangan pasir yang
3. Mengajukan tidak menerapkan sistem
usulan dengan benar benar, maka
pengelolaan dampak lingkungan yang
lingkungan pada rusak bentang lahan,
lokasi terbentuk lubang bukaan
penambangan yang luas dan dalam,
pasir dalam sedangkan pengaruh tidak
rangka langsung, dengan adanya
pengendalian perubahan suhu di lokasi
kegiatan bekas penambangan yang
penambangan tidak direklamasi,
pasir di Kelurahan pencemaran debu dan gas
5
Kalampangan. buang.
3. Berdasarkan kerusakan
lahan akibat penambangan
pasir, ada beberapa model /
sistem reklamasi pada lahan
bekas penambangan yakni :
lahan bekas penambangan
tersebut dijadikan kolam
persediaan air; juga dapat
dijadikan kawasan rekreasi
atau wisata;
2 Vanji Skripsi, Penelitian Desa pare, Analisis Menentukan 1. Metode 1. Telah terjadi perubahan
Zameyri Jurusan Teknik kecamatan dampak seberapa besar survey fisik lingkungan pada lahan
(2015) Lingkungan selogiri, kegiatan perubahan fisik lapangan akibat penambangan andesit
Universitas kabupaten penambangan lahan akibat dan
di Dusun Randu Bang, Desa
Pembangunan wonogiri, andesit penambangan pemetaaan
Nasional “Veteran” jawa tengah Terhadap andesit berdasarkan 2. Metode Pare, Kecamatan Selogiri,
Yogyakarta lingkungan parameter penentu pengharkat Kabupaten Wonogiri. >
fisik di dusun perubahan seperti an 50% area penambangan
randu bang, batas tepi galian, yang telah digunakan
desa pare, relief dasar galian, dengan hasil harkat/skor 3
kecamatan batas kemiringan terjadi pada kerusakan
selogiri, tebing galian, tinggi
tinggi dinding galian dan
kabupaten dinding galian dan
wonogiri, kondisi jalandi di kemiringan lereng galian
jawa tengah Dusun Randu Bang, dan kelas/tingkat perubahan
Desa Pare, fisik lahan di lokasi
Kecamatan penambangan tersebu
Selogiri, Kabupaten termasuk dalam kategori
Wonogiri. kerusakan sedang.
6
3 Lourenca Skripsi, Penelitian Desa Arahan 1. Mengetahui 1. Metode 1.Tingkat kerusakan lahan
Maria Jurusan Teknik lumbungrejo, rekayasa tingkat survey dan pada penambangan batupasir
Sales Lingkungan kecamatan dalam upaya perubahan pemetaan termasuk dalam kerusakan
Casimiro Universitas tempel, reklamasi kondisi fisik 2. Metode lahan sedang dan berat.
Gusmao Pembangunan kabupaten pada lahan lahan pasca pengharkat 2. Meminimalisasi dampak
Lemos Nasional “Veteran” sleman, pasca tambang akibat an negatif, mengelola dan
(2011) Yogyakarta daerah tambang kegiatan mengembalikan fungsi lahan
istimewa pasir dan penambangan dengan memperhatikan
yogyakarta batu di desa endapan pasir kelestarian fungsi
lumbungrejo, dan batu di desa lingkungan dan sumberdaya
kecamatan Lumbungrejo. alam
tempel, 2. Mengidentifikasi 3.Arahan reklamasi tambang
kabupaten tingkat untuk lahan tambang pasir
sleman, kerentanan batu di Desa Umbulhajro.
daerah kestabilan lahan Zona kerusakan sedang
istimewa pasca tambang melakukan penaburan tanah
yogyakarta pasir dan batu di pucuk dan dilakukan
Desa revegetasi yang sesuai
Lumbungrejo, tanamannya, zona kerusakan
kecamatan berat membuat teras bangku
Tempel, tinggi 3m, lebar 6m.
kabupaten
Sleman.
3. Menentukan
arahan rekayasa
dalam upaya
reklamasi
dengan
menyesuaikan
potensi lahan di
sekitarnya untuk
pemanfaatan
7
4 Dheri Skripsi, Penelitian Di Dusun Kajian 1. Mengetahui 1. Metode 1. Dari hasil analisis lereng
Rizki Jurusan Teknik Nglingseng, Stabilitas stabilitas lereng survey dan yang stabil tetapi masih
Tama Lingkungan Desa lereng dan terhadap pemetaan berpotensi bergerak berada
(2016) Universitas Muntuk, Potensi permukiman dan 2. Metode pada LP 14 dengan nilai FK
Pembangunan Kec. Dlingo, Gerakan faktor-faktor yang Markland 8,29 yang menandakan
Nasional “Veteran” Kab. Bantul Massa mempengaruhi 3. Metode sangat jarang terjadi longsor
Yogyakarta Daerah Batuan ketidakstabilan kuantitatif dan tidak stabil berada pada
Istimewa dengan lereng di daerah LP 3 dan 4 dengan masing
Yogyakarta Metode penelitian. – masing nilai FK 0,9 dan
Markland 2. Menentukan 1,04 yang menjelaskan
Di Dusun teknik sering terjadi longor. Arah
Nglingseng, pengelolaan pada jatuh longsoran batuan
Desa lahan atau lereng mengarah ke arah barat laut
Muntuk, yang tidak stabil sehingga pemukiman yang
Kec. Dlingo, dan berpotensi berada pada arah Barat laut
Kab. Bantul terjadi gerakan berpotensi terkena dampak
Daerah massa tanah dan jika terjadi longsoran yang
Istimewa batuan. di kontrol oleh faktor –
Yogyakarta faktor yang paling
mempengaruhi kestabilan
lereng yaitu kemiringan
lereng yang curam, curah
hujan yang tinggi, struktur
batuan yang merupakan
bidang lemah terhadap
batuan dan tanah penyusun
lereng seperti kekar serta
vegetasi yang berada di atas
lereng memperparah
retakan pada batuan pada
daerah penelitian.
2. Berdasarkan hasil evaluasi
ketidakstabilan lereng
8
5 Sarwo Edy Jurnal, Program Desa Perencanaan 1. Mengetahui 1 . Metode 1. Dampak dari kegiatan
Lewier, Magister Teknik Segoroyoso, Tambang Dampak survey dan penambangan bahan
Muh. Pertambangan Kecamatan Dan lingkungan yang pemetaan tambang batuan berupa
Fathin UPN "Veteran" Pleret, Perencanaan terjadi akibat 2. Metode breksi tufan dan batupasir
Firaz, Yogyakarta Kabupaten Teknis penambangan di pengharkat tufan pada lokasi penelitian
Yeremias Bantul, DIY Reklamasi Desa an di Dusun Srumbung, Desa
K.. Killo3, Pasca Segoroyoso, Segoroyoso, maka terjadi
Yusias Tambang Kecamatan tingkat perubahan lahan
Andrie4 Pada Pleret, Kabupaten fisik dalam katagori tingkat
Tambang Bantul, DIY perubahan lahan sedang,
Batuan Di 2. arahan rekayasa dengan skor 2.
Dusun dalam upaya 2. Bangunan yang
Srumbung, reklamasi dengan direncanakan akan
Desa menyesuaikan dibangun pada perencanaan
Segoroyoso, potensi lahan di reklamasi tahapan 2 adalah
Kecamatan sekitarnya untuk ruko-ruko bertingkat 1
Pleret, pemanfaatan dengan ukuran bangunan 6
Kabupaten lahan pasca m x 8 m dan bangunan
9
kembali.
2. Memberikan teknik rekayasa lahan dengan cara reklamasi lahan, agar fungsi
1.3. Peraturan
2. Peraturan Pemerintah :
a. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 Tahun 1980 a. Menjelaskan tentang Penggolongan
Tentang “Penggolongan Bahan-bahan Galian”. Bahan-bahan Galian.
b. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 23 Tahun 2010 .
Tentang “Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan b. Menjelaskan tentang Pelaksanaan
Mineral dan Batubara” Kegiatan Pertambangan Mineral dan
Batubara.
3. Peraturan Mentri ESDM :
a. Peraturan Mentri ESDM nomor 7 Tahun 2014 a. Menjelaskan rencana reklamasi
Tentang “Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang
Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara”.
4. Keputusan Menteri Negara :
a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor a. Sebagai parameter dalam menentukan
43 Tahun 1996 Tentang “Kriteria Kerusakan kriteria tingkat kerusakan lingkungan
Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan akibat penambangan bahan galian
Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran”. golongan C.
5. Keputusan Gubernur :
a. Keputusan Gubernur DIY nomor 63 Tahun 2003 a. Sebagai parameter untuk menentukan
Tentang “kriteria baku kerusakan lingkungan bagi kriteria tingkat kerusakan lingkungan
usaha dan/atau kegiatan penambangan bahan galian akibat penambangan bahan galian
golongan C di wilayah propinsi Daerah Istimewa golongan C.
Yogyakarta”.
6. Peraturan Daerah :
a. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Tentang a. Menjelaskan rencana tata ruang di
“Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kabupaten Wonosobo, dan untuk
Wonosobo Tahun 2011 – 2031”. menentukan jenis reklamasi akibat
penambangan
12
1.4.1. Pertambangan
golongan B golongan bahan galian yang vital, dan golongan C golongan tidak
strategis dan tidak vital. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
mineral radioaktif, mineral logam, mineral bukan logam, batuan dan batubara.
penyelidikan umum hingga pasca tambang, apabila kegiatan tidak tercapai akan
tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan massa tanah dan atau
batuan.
13
permesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) horse power
untuk 1 (satu) IPR, dan syarat finansial berupa laporan keuangan (Peraturan
undang No 4 Tahun 2009 Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang
1.4.2. Penambangan
Tambang bawah tanah adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau
kegiatan penambangan, semak semak dan pohon yang menutupi area akan
pucuk dari permukaan yang akan ditambang. Biasanya tanah pucuk (top
soil) disimpan ditempat tertentu (dipisahkan dari semak dan pohon) untuk
reklamasi.
4. Pemuatan (Loading)
Proses kegiatan pemuatan bahan galian tambang pada dump truck oleh
5. Pengangkutan (Hauling)
dan benar (Good Mining Practice) didefinisikan sebagai suatu kegiatan usaha
memberikan hasil yang optimal dan dampak buruk yang minimal. Hal ini
teknik pertambangan yang baik (GMP) bukan hanya semata menata tambang
oleh karena itu perlu penerapan Good mining practice agar penambangan dapat
17
Batu andesit merupakan jenis batuan beku, yaitu batuan yang terbentuk
dari pembentukan larutan silikat cair, pijar, dan bersifat mudah bergerak yang
dikenal dengan magma. Magma akan naik ke permukaan melalui saluran atau
bidang lemah atau celah. Kemudian, begitu berada di permukaan magma akan
terkena pengaruh suhu luar berupa angin dan panas sehingga akan membeku dan
lambat laun akan mengeras dan terbentuklah batuan andesit. Andesit juga
merupakan batuan beku vulkanik karena andesit dekat permukaan atau bahkan di
luar permukaan dan memiliki ukuran butir yang relatif halus dan bentuk butirnya
anhedral sampai subhedral. Hal itu disebabkan oleh proses pembekuan yang
magma yang bersifat intermediet sampai basa dipermukaan bumi. Jenis batuan ini
mefik adalah piroksen dan amfibol sedang mineral tambahan adalah apatit dan
zirkon. Jenis batuan ini berwarna gelap umumnya abu-abu sampai hitam, tahan
terhadap air hujan, berat jenis 2,3-2,7, kuat tekan 600-2400 kg/cm2. Dijumpai
sebagai retas, sill, lakolit, aliran permukaan atau sebagai fragmen dan lahar
gunung api ataupun fragmen breksi. Batuan andesit dan basalt merupakan batuan
yang cukup keras dan masif. Apabila penambangan dilakukan oleh rakyat, karena
bahan galian yang tidak vital dan tidak strategis. Penggunaan istilah bahan galian
golongan C sudah tidak tepat lagi dan diganti menjadi 'batuan'", sehingga dalam
andesit mulai banyak dimanfaatkan untuk pondasi rumah dengan ukuran yang
masih dapat diangkat oleh manusia, sebagai batu hias pada tembok, dibentuk
menjadi relief atau patung, batu pecah atau sisa penggunaan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk adukan beton, aspal, dan pelapis jalan sesuai ukuran sisa
1.4.4. Lahan
terestrik yang merupakan suatu perpaduan sejumlah sumberdaya alam dan binaan.
wilayah (region), yaitu suatu satuan ruang berupa suatu lingkungan hunian
masyarakat manusia dan masyarakat hayati yang lain. Sebagai suatu lingkungan
keadaan luar tempat suatu organisme, masyarakat organisme atau obyek berada,
keseluruhan faktor atau kekuatan (force) di suatu tapak (site) yang mempengaruhi
atau berperan dalam hidup dan kehidupan suatu makhluk atau masyarakat
(penggundulan vegetasi penutup hulu yang menimbulkan erosi tanah dan / atau
(Ariando, 2011).
1.4.4.2. Erosi
tanah atau bagian bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin. Di daerah
beriklim basah, erosi oleh air yang akan mendominasi, sehingga erosi oleh
angin tidak berarti, erosi dapat menyebabkan hilangya lapisan tanah yang subur
karena kehilangan unsur hara, dan bahan organik untuk pertumbuhan tanaman
serta berkurangnya kemampuan lahan atau tanah untuk menyerap dan menahan
erosi ialah hujan. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan akan
tanah. Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput tebal atau rimba
tanah.
4. Tanah, terdapat berbagai tipe tanah dengan kepekaan terhadap erosi yang
berbeda – beda. Kepekaan erosi tanah adalah fungsi berbagai interaksi sifat-
sifat fisik dan kimia tanah. Sifat – sifat fisik dan kimia tanah yang
berupa tanah, batu, timbunan batuan atau campuran dari material lain
(Hardiyatmo, 2012).
material yang longsor. Jatuhan terjadi tanpa adanya bidang longsor, dan
banyak terjadi pada lereng terjal atau tegak yang terdiri dari batuan yang
terjadi bila material mudah tererosi terletak di atas tanah yang lebih tahan
erosi
b. Robohan (topple), gerakan material roboh dan biasanya terjadi pada lereng
yang berakibat batuan lepas dari permukaan lerengnya. Faktor utama yang
longsor, massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah – pecah.
melengkung ke atas, dan sering terjadi pada massa tanah yang bergerak
tanah lempung, translasi terjadi di sepanjang lapisan tipis pasir atau lanau,
khususnya bila bidang lemah tersebut sejajar dengan lereng yang ada.
dapat disebabkan oleh tekanan air pori yang tinggi dalam pasir atau lanau
tersebut.
seperti cairan kental. Gerakan material terjadi pada banyak bidang geser yang
berbeda-beda dan massa yang bergerak mempunyai kadar air yang sangat
tinggi. Aliran sering terjadi dalam bidang geser relatif sempit. Material yang
terbawa oleh aliran dapat terdiri dari berbagai macam partikel tanah (termasuk
C”, dan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No 43 Tahun 1996 Tentang
1.4.6. Reklamasi
sesuai peruntukannya.
menjadi lahan yang masih bisa dimanfaatkan kembali fungsi bagi lingkungan
berikut :
1. Persiapan Lahan
direklamasi.
dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air limpasan (run off), erosi dan
2. Pengendalian erosi
karena proses penghanyutan tanah oleh air dan angin, terjadinya endapan
terjadinya erosi oleh air adalah curah hujan, kemiringan lereng (topografi),
Maksud dari pengelolaan ini yaitu untuk mengatur dan memisahkan tanah
pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini penting karena tanah merupakan
media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk
4. Revegetasi
tanaman yang dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim
dengan baik dan kegiatan perbaikan tanah melalui kualitas tanah yang
pengadaan bibit.
pertumbuhan tanaman.
28
sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini reklamasi harus disesuaikan dengan
3). Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan
5). Mengembalikan lahan pada keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan
peruntukannya.
7). Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan.
8). Permukaan yang padat harus digemburkan dan bila tidak memungkinkan
9). Lahan pasca tambang yang diperuntukan bagi revegetasi segera dilakukan
10). Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
29
teknis, rekayasa biotis, dan kombinasi antara rekayasa teknis dan rekayasa
vegetatif.
1. Rekayasa Teknis
Rekayasa teknik atau mekanik merupakan perlakuan fisik atau mekanis yang
vegetatif atau biotis sudah tidak efektif lagi digunakan untuk melindungi tanah
dari erosi (kemiringan di atas 15o atau curam). Pengendalian erosi dengan cara
dengan pengaturan timbunan tanah yang terdiri dari tanah pucuk dan tanah
jumlah tanah penutup dan tanah pucuk yang ada tersedia dalam jumlah yang
relatif banyak dan memadai untuk menutupi seluruh permukaan lahan bekas
saat penimbunan kembali, lapisan tanah pucuk berada di bagian atas tanah
30
Pertambangan, 1996).
lereng pada dinding galian merupakan perbaikan lereng yang relatif murah,
namun bergantung ruang bebas yang tersedia. Metode ini cocok digunakan
untuk perbaikan longsoran kecil di kaki lereng, sebagai akibat erosi kaki
lereng atau bekas aktivitas penggalian. Hal penting yang harus diperhatikan
2006).
dinding galian secara umum dibatasi maksimum 50% dan harus dibuat
dinding galian tidak lebih curam dari 50% (Keputusan Menteri Negara
meliputi :
1).Teras Bangku dibuat dengan cara menggali tanah pada lereng dan
atau bangku. Teras bangku dapat diterapkan pada lereng yang memiliki
2).Teras Kebun, Teras kebun yang merupakan bagian dari teras bangku
pada jalur tanaman, sehingga pada bebarapa areal tidak terdapat rekayasa
2. Rekayasa Biotis
butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan
tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, melindungi tanah
bentuk mulsa dan pupuk hijau. Dalam bentuk mulsa, sisa – sisa tanaman
anah, baik secara merata atau dalam jalur-jalur tertentu (Arsyad, 2012).
1989 (Arsyad, 2012). Geotekstil terbuat dari bahan alami tidak tahan
padi atau jagung, sabut kelapa atau kapas yang akan akan ditenun
sehingga membentuk seperti jala, selimut atau jaring laba laba sebagai
teknis dengan rekayasa vegetatif untuk daerah yang lebih luas. Rekayasa teknis
berkisar antara 775 – 1.150 meter di atas permukaan laut (mdpl). Luas daerah
penelitian kurang lebih 28,3 Ha, dengan kondisi medan bukit dan daratan.
Lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada peta administrasi Peta 1.1, dan
pada peta citra google earth Peta 1.2. Secara administrasi daerah lokasi
Glembengan
Kecamatan Garung.
Wonosobo.
Kota Yogyakarta menuju arah barat laut sejauh kurang lebih 90 Km dengan
waktu tempuh 2 (dua) sampai 3 (tiga) jam. Jalur menuju daerah penelitian
melalui jalur utama jalan nasional antara Provinsi Yogyakarta dengan Provinsi
penambangan yang negatife maupun positif dengan luas batas daerah penelitian
28,3 Ha. Peta batas daerah penelitian dapat dilihat pada Peta 1.2.
apabila masih belum menerapkan penambangan yang baik dan benar dengan
37
tertentu yang sudah mapan, sesuai dengan proses dinamika sosial suatu
dampak negatif maupun positif. Batas Sosial dapat dilihat pada peta citra Peta
1.2.
penambangan batu andesit. Batas ekologis diantaranya jalan, dan kebun. Batas