Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin bertambahnya tingkat pengangguran di Indonesia mengakibatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin meningkat.
Perusahaan dan instansi pemerintahan juga memiliki kriteria tersendiri untuk
menyaring karyawan yang akan bekerja. Mulai dari ketrampilan, pengalaman
kerja dan jenjang pendidikan tertentu merupakan kriteria atau syarat yang di
berikan kepada pelamar pekerjaan. Apa lagi di era global seperti sekarang ini
persaingan pekerjaan tidak hanya berasal dari dalam negeri melainkan dari luar
negeri. Maka dari itu masyarakat Indonesia harus mempersiapkan diri untuk
mengikuti persaingan tersebut, dan salah satunya dengan cara belajar ke jenjang
yang lebih tinggi agar dapat memiliki keahlian dan ketrampilan yang mumpuni
untuk bersaing di dunia kerja.
Dalam menghadapi masalah di atas pemerintah dan swasta hendaknya
menyediakan sarana dan prasarana gedung perkuliahan yang lebih agar dapat
menampung calon mahasiwa yang semakin banyak. Salah satu kampus swasta di
Kabupaten Sukoharjo yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dari
tahun ke tahun memiliki pendaftar yang terus bertambah. Akan tetapi terus
bertambahnya pendaftar dan tidak di barengi dengan bertambahnya sarana dan
prasarana akan mengakibatkan kapasitas pendaftar yang di terima juga sedikit.
Dari permasalahan tersebut pada tugas Akhir ini akan merencanakan Gedung
Kuliah 5 Lantai dengan sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Pembangunan
gedung kuliah tersebut diharapkan mampu untuk menampung lebih banyak
mahasiswa yang mendaftar di UMS.
Gedung Kuliah direncanakan 5 Lantai + ( I Basement ) dengan
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) di wilayah
Sukoharjo (SNI 2847-2013), dan dalam perhitungan struktur menggunakan
software SAP 2000 versi 15.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada bagian latar belakang di atas, maka
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana menganalisis beban gempa yang terjadi pada gedung 5 Lantai + (
I Basement ) berdasarkan peta respons spektrum percepatan gempa di
wilayah Sukoharjo berdasarkan peraturan SNI Gempa-2012 ?
2) Bagaimana merencanakan sebuah gedung 5 Lantai + ( I Basement ) dengan
menggunakan sistem rangka pemikul momen Khusus (SRPMK) di wilayah
Sukoharjo berdasarkan peraturan SNI 2847-2013 ?

C. Tujuan Perencanaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan adalah:
1) Mendapatkan desain gedung 5 Lantai + ( I Basement ) yang mampu menahan
beban gempa berdasarkan peta respons spektrum percepatan gempa di
wilayah Sukoharjo sesuai dengan peraturan SNI Gempa-2012.
2) Mendapatkan desain struktur bangunan 5 Lantai + ( I Basement ) dengan
sistem rangka pemikul momen Khusus (SRPMK) yang mampu mendukung
beban perlu sesuai dengan kombinasi beban yang ditentukan menurut
peraturan peraturan SNI 2847-2013.

D. Manfaat Perencanaan
Manfaat dari Perencanaan adalah sebagai berikut :
1) Secara teoritis, Perencanaan Gedung kuliah 5 Lantai + ( I Basement )
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memeperdalam kajian ilmu
Teknik Sipil khususnya dalam bidang struktur gedung dengan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) berdasarkan peraturan SNI 2847-2013.
2) Secara praktis, penyajian Perencanaan dengan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK) ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pertimbangan penggunaan sistem untuk membangun gedung yang lain di
Sukoharjo, dilihat dari nilai luas tulangan terpasang (As,t) dan dimensi
fondasi, sloof, kolom, dan balok.
3

E. Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah dalam perencanaan gedung Kuliah 5 Lantai + (1
Basement) ini adalah sebagai berikut :
1) Gedung yang direncanakan adalah gedung Kuliah 5 Lantai + (1 Basement) di
wilayah Sukoharjo.
2) Perhitungan struktur mencakup perhitungan struktur atap (kuda-kuda baja)
dan struktur beton bertulang (pelat atap, pelat lantai, pelat tangga, perhitungan
balok, kolom dan fondasi) dengan sistem rangka pemikul momen khusus
(SRPMK).
3) Spesifikasi struktur atap :
a) Model rangka = Truss
b) Profil baja gording = Profil C
c) Profil baja kuda-kuda = Profil L
d) Mutu baja gording = BJ41
e) Mutu baja kuda-kuda = BJ41
4) Spesifikasi struktur:
a) Mutu beton f’c = 30 MPa
b) Mutu baja fy = 400 MPa (tulangan longitudinal)
c) Mutu baja fyt = 240 MPa (tulangan geser/begel)
5) Ketinggian kolom setiap lantai adalah 4,00 m.
6) Tebal pelat atap 90 mm dan tebal pelat lantai 120 mm.
7) Dimensi awal kolom 600/600 mm, balok 300/550 mm, balok anak 200/300
mm dan sloof 250/400 mm.
8) Struktur fondasi direncanakan menggunakan fondasi tiang pancang
9) Perhitungan analisis struktur menggunakan portal 3 dimensi.
10) Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan adalah sebagai
berikut:
a) SNI 1726:2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
b) SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.
4

c) SNI 1727:2013, Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung


dan Struktur Lain.
F. Keaslian Tugas Akhir

Penyusunan tugas akhir tentang perencanaan gedung ini bukan merupakan


yang pertama melainkan sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dalam tugas akhir
ini membahas tentang perencanaan gedung Kuliah 5 lantai + ( 1 Bassement )
dengan sistem rangka pemikul momen Khusus (SRPMK) di wilayah Sukoharjo .
Tugas akhir ini mengambil referensi dari tugas akhir sebelumnya dengan
judul : “Perencanaan Gedung Rawat Inap Rumah Sakit Kanker Empat Lantai (+1
Bassement) dengan Sistem Dektail Parsial Di Surakarta” . ( Sekar Budiarti, Raras
2010 ).
Perbedaan dari tugas akhir ini dengan tugas akhir sebelumnya yaitu :
1) Spesifikasi struktur menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus
dan fungsi bangunan sebagai gedung kampus.
2) Lokasi pembangunan di Sukoharjo.
3) Jenis pondasi yang digunakan.
4) Peraturan yang digunakan dalam perencanaan yaitu SNI Gempa-2012 dan
SNI Beton-2013.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Rangka Pemikul Momen


Bagian paling penting dari struktur gedung dengan bahan beton bertulang,
yaitu struktur rangka (portal) dari gedung yang bersangkutan portal merupakan
struktur rangka utama dari gedung yang terdiri atas komponen-komponen balok
dan kolom yang saling bertemu / berhubungan pada titik-titik simpul (buhul atau
joint), dan berfungsi sebagai penahan beban dari gedung. Jadi, portal merupakan
suatu ‘Sistem Ranga Pemikul Momen’ (SRPM) sebagai penahan beban yang
bekerja pada gedung, baik berupa beban horizontal maupun beban vertikal
(Asroni. A, 2015:9). Sistem ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu SRPMB (Sistem
Rangka Pemikul Momen Biasa), SRPMM (Sistem Rangka Pemikul Momen

4
5

Menengah), dan SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus) (Pasal 3.53
SNI 1726-2012).
Struktur gedung yang di desain sebagai SRPMK ini selain di pasang sendi
plastis pada kedua ujung balok dan kedua ujung kolom, juga harus dapat
menjamin bahwa kolom lebih kuat dari pada balok. Usaha dilaksanakan misalnya
dengan memperbesar momen sehingga jumlah momen-momen kolom yang
bertemu pada joint dibuat lebih besar atau sama dengan jumlah momen-momen
balok di sekitar joint, dan di desain agar joint harus lebih kuat daripada kolom
maupun balok. Dengan demikian, desain portal ini dianggap berperilaku dektail
penuh (bersifat liat penuh) bila terlanda gempa. Desain portal SRPMK secara
detail ditentukan dalam pasal 21.5 dan Pasal 21.6 SNI Beton-2013.
Menurut Pasal 7.2.2 SNI 1726 -2012 , desain beban gempa yang bekerja
pada portal SRPMK ini cukup kecil, yaitu dengan koefisien modifikasi respons R
sebesar 8 dari persamaan beban gempa V = (C.Ie/R).Wt (Asroni. A, 2018: 220).

B. Pembebanan Struktur
1. Kekuatan komponen struktur
Struktur dan komponen struktur harus didesain agar mempunyai kekuatan
desain di semua penampang paling sedikit
5 sama dengan kekuatan perlu yang
dihitung untuk beban dan gaya terfaktor dalam kombinasi sedemikian rupa seperti
ditetapkan dalam SNI 2847-2013.
2. Kekuatan perlu
Perencanaan elemen-elemen balok dan kolom mengikuti ketentuan
Standard Tata Cara Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 2847-2013,
mengenai kuat perlu Pasal 9.2.1. Kekuatan perlu U harus paling tidak sama
dengan pengaruh beban terfaktor dalam kombinasi pembebanan berikut:
1) U = 1,4.D (II.1a)
2) U = 1,2.D + 1,6.L + 0,5.(Lr atau R) (II.1b)
3) U = 1,2.D + 1,6.(Lr atau R) + (1,0.L atau 0,5.W) (II.1c)
4) U = 1,2.D + 1,0.W + 1,0.L + 0,5.(Lr atau R) (II.1d)
5) U = 1,2.D + 1,0.E + 1,0.L (II.1e)
6

6) U = 0,9.D + 1,0.W (II.1f)


7) U = 0,9.D + 1,0.E (II.1g)
dengan:
U = Kuat perlu (kN, kN/m’ atau kNm)
D = Beban mati (kN, kN/m’ atau kNm)
L = Beban hidup (kN, kN/m’ atau kNm)
Lr = Beban hidup atap (kN, kN/m’ atau kNm)
R = Beban air hujan (kN, kN/m’ atau kNm)
W = Beban angina (kN, kN/m’ atau kNm)
E = Beban gempa
3. Faktor reduksi kekuatan (ϕ)
Kekuatan desain yang disediakan oleh suatu komponen struktur,
sambungannya dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan
dengan lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil sebesar kekuatan
nominal dihitung sesuai dengan persyaratan dan asumsi dari SNI 2847-2013, yang
dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan ϕ dalam Pasal 9.3, sebagai berikut:
1). Pasal 9.3.2.1: Struktur dengan penampang terkendali tarik, misalnya balok.ϕ
= 0,90 (II.2a)
2). Pasal 9.3.2.2: Struktur dengan penampang terkendali tekan:
3). ϕ = 0,75 untuk komponen struktur dengan tulangan spiral (II.2b)
4). ϕ = 0,65 untuk komponen struktur dengan tulangan lainnya (II.2c)
5). Pasal 9.3.2.3: ϕ = 0,75 untuk gaya geser dan torsi (II.2d)
6). Pasal 9.3.2.4: ϕ = 0,65 untuk tumpuan pada beton (II.2e)

C. Beban Gempa

Menurut Pasal 12.4.1 SNI 1726:2012 pembangunan gedung kuliah 5 lantai


+ ( I Basement ) ini memiliki tinggi bangunan lebih dari 19,8 meter yaitu ±24
meter sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan analisa respons dinamis.
7

III. LANDASAN TEORI

A. Perencanaan Struktur Atap Rangka Baja

1. Perencanaan gording
Proses perencanaan gording disajikan pada Gambar III.1.

Gambar III.1. Skema perencanaan gording


2. Perencanaan kuda-kuda
Struktur atap dalam perencanaan kuda-kuda harus mampu memikul semua
beban kombinasi sebagai berikut:

7
8

Mulai

Pilih profil batang dan mutu baja


Tidak Tidak
Menentukan beban kapasitas rencana

Batang tarik Analisa SAP Batang tekan

σt = 0,75.σ

Menghitung luas
tampang batang
(lihat tabel baja)

Untuk
maka ω = 1
0,25 < < 1,2 maka ω =
2
> 1,2 maka ω = 1,25

Ya Ya
Selesai

Gambar III.2. Skema perenanaan kuda-kuda


3. Perencanaan sambungan
Pada perencanaan ini menggunakan sambungan Las, proses perencanaan
sambungan las pada kuda-kuda baja disajikan pada Gambar III.3.

Mulai Data perencanaan Perencanaan sambungan las

Syarat tebal Las : Syarat Panjang Las :

Hitung amin < a < amax Llas =


Panjang Las
Rel = ϕ.te.(0,6.fuw) L2 = (ey/h).Llas

Rplat = ϕ.te.(0,6.fu) L1 = Llas – L2


Selesai

Gambar III.3. Skema perenanaan sambungan las


9

B. Perencanaan Strukur Pelat Lantai dan Tangga


1. Perencanaan pelat lantai
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja adalah tegak
lurus pada bidang tersebut. Proses perencanaan pelat disajikan pada Gambar III.4.

Gambar III.4. Skema perhitungan tulangan pelat


10

C. Perencanaan Balok
1. Perhitungan tulangan longitudinal
Tulangan longitudinal dipasang searah panjang batang balok (sehingga
disebut tulangan memanjang), dan berfungsi menahan momen perlu balok.
Tulangan longitudinal dihitung berdasarkan momen perlu (Mu) yang bekerja pada
balok, dipilih nilai Mu yang terbesar.
Proses perencanaan tulangan longitudinal balok dapat dilihat pada Gambar
III.6.
11

Mulai

Data : dimensi balok (b, h, d, ds, ds’),


mutu bahan (f’c, fy), dan beban
Mu ≤ ϕ.Mn dengan ϕ = 0,9

M Mn
u atau 
K
2 2
 .b.d b.d

382,5.β1 .f' c .(600  f y  225.β1 )


K 
maks 2
(600  f y )

Ya Tidak
Balok tulangan tunggal K ≤ Kmaks (?) Balok tulangan rangkap

 2.K  K1 = 2/3. K
a  1  1  .d
 0,85.f c'  K1 ≤ Kmaks

 2.K1 
Dipilih As,u yang terbesar : a  1  1  .d
 0,85.f c ' 
0,85.f c' .a.b
A s, u 
fy
1,4.b.d 2
A s, u  0,85.f' c .a1 .b (K  K1 ).b.d
fy A1  ; A2 
fy (d  d' s ).f y
'
0,25 f .b.d
A s, u  c

fy
Tulangan tarik perlu, As,u = A1 + A2
Tulangan tekan perlu, A’s,u = A2

Ditambahkan Tulangan tekan


A’s sebanyak 2 batang

Selesai

Gambar III.6. Skema perhitungan tulangan memanjang balok


portal SRPMK (Asroni. A, 2016)
12

2. Momen kapasitas balok (Mkap)


Momen kapasitas balok (Mkap) dihitung berdasarkan tulangan terpasang
pada balok dengan menganggap kuat tarik tulangan fkap sebesar 1,25 kali kuat
leleh fy.
Prosedur hitungan momen kapasitas balok dapat dilihat pada Gambar II.3.

Mulai

Data : dimensi balok (b,h,d,ds,d's), mutu bahan (f'c,fy),


dan tulangan terpasang (As, A's)

Ditetapkan fkap = 1,25.fv, dihitung nilai a a'kp dan amaks,kp :

(As - A's )fkap 600 . β1.d's 600.β1.ds


a= : a'kap = ; amaks,kap =
0,85 . f'c . b 600 - fkap 600 + fkap

Untuk a ≥a'kap, tegangan Untuk a < a'kap, tegangan tulangan tekan


tulangan tekan sudah mencapai belum mencapai kapasitas (f's<fkap), jadi
kapasitas (f's = fkap) nilai a dan f's dihitung lagi :

Syarat : a harus ≤ amaks,kap 600.A's - As.fkap 600.β1 - d's.A's


p= :p=
1,7.f'c.b 0,85.f'c.b
Mke = 0,85.f'c.a.b.(d - a/2)
a - β1.d's
a = ( √p2 +q )-p ; f's = 600 x
Mks = A's.fkap.(d - d's) a

Syarat : a harus ≤ amaks,kap

Mke = 0,85.f'c.a.b.(d - a/2

Mks = A's.f's.(d - d's)

Dihitung momen kapasitas, Mkap = Mke + Mks

Gambar III.7. Skema perhitungan momen kapasitas balok


portal SRPMK (Asroni. A, 2016)
13

3. Perhitungan tulangan geser balok


Pemasangan begel balok di daerah sendi plastis (sepanjang 2h dari muka
kolom) dibuat lebih rapat daripada di bagian tengah bentang balok. Disamping itu,
balok harus dirancang agar tidak gagal oleh pengaruh gaya geser, sebelum gagal
oleh momen. Oleh karena itu, begel balok harus diperhitungkan agar mampu
menahan momen kapasitas dari balok tersebut.

Proses perhitungan tulangan geser (begel) balok dapat dilihat pada Gambar
III.8.

Mulai

Data : dimensi balok (b, h, d, ds, d’s), mutu bahan


(f’c, fy, fyt), gaya geser (Vu, Vn)

Dipilih Vu yang terbesar : s - 0,5.hk - d


Vu = 1,4.VD Vud = Vut +. (Vu2 – Vut)
s
Vu = 1,2.VD + 1,6.VL
Vu = 1,2.VD + VL + VE(+/-) s - 0,5.hk - 2h
Vu = 0,9.VD + VE(+/-)
Vu2h = Vut +. (Vu2 – Vut)
s

Gaya geser yang ditahan begel,


ϕ.Vc = ϕ .0,17.λ.√f’c.b.d
Vs ≤ Vs,maks
ϕ = 0,75

 Untuk sepanjang 2h, Vs =Vud/


ϕ Dihitung luas begel perlu per meter
 Diluar 2h, Vs = (Vu2h – panjang balok (Av,u) yang besar:
ϕ.Vc)/ϕ Av,u = Vs.S/(fyt.d)
Av,u = 0,35.b.S/fyt
 Vs,maks = 0,66.√f’c.b.d
Av,u = 0,062.√f’c.b.S/fyt
dengan S = 1000 mm

Dihitung jarak begel (s): s = n.(1/4.π.dp2).S/Av,u , dan dikontrol :


Untuk begel sepanjang 2h : Untuk begel di luar 2h:
Begel pertama, s ≤ 50 mm Vs ≤ 1/2Vs,maks, maka s ≤ d/2 dan s ≤ 600 mm
s ≤ d/4 ; s ≤ 6. Dterkecil Vs ≤ 1/2Vs,maks, maka s ≤ d/4 dan s ≤ 300 mm
s ≤ 150 mm
Untuk begel sambungan : s ≤ d/4 dan s ≤ 100 mm

. Selesai

Gambar III.8. Skema perhitungan tulangan geser (begel) balok


portal SRPMK (Asroni. A, 2016)
14

D. Perencanaan Kolom
1. Persyaratan desain
Beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam perencanaan
kolom portal SRPMK adalah sebagai berikut.
1) Mutu beton f’c≥20 MPa, baja tulangan fy dan fyt ≤420 MP (II.4a)
2) Luas tulangan kolom, Ast (Pasal 21.6.3.1 SNI 2847:2013)
Ast ≥ 0,01.Ag dan Ast ≤ 0,06.Ag (II.4b)
3) Persyaratan kolom (struktural yang memikul beban lentur dan aksail) sebagai
berikut:
a) Gaya aksial tekan terfaktor pada kolom, Pu,k boleh > 0,1.f’c.Ag dengan Ag
adalah luad bruto penampang kolom (Pasal 21.6.1) (II.4c)
b) Luas kolom b harus ≥300 mm (Pasal 21.6.1.1) (II.4d)
c) Perbandingan b dan h, b≥0,4 h (Pasal 21.6.1.2) (II.4e)
4) Gaya aksial perlu terfaktor, Pu,k atau Nu,k
Nu,k = 1,4.ND,k (II.5a)
Nu,k = 1,2.ND,k + 1,6.NL,k (II.5b)
Nu,k = 1,2.ND,k + NL,k +NE,k(+/-) (II.5c)
∑ 𝐌𝐤𝐚𝐩,𝐛𝐚𝐥𝐨𝐤
Nu,k = ∑ ( 𝐈 )+∑ 𝐍𝐠,𝐤 (II.5d)
𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡,𝐛𝐚𝐥𝐨𝐤

dengan : Ng,k = gaya aksial akibat gravitasi = 1,2.ND,k+NL,k


5) Momen perlu kolom, Mu,k :
Mu,k = 1,4.MD,k (II.6a)
Mu,k = 1,2.MD,k + 1,6.ML,k (Pasal 9.2.1) (II.6b)
Mu,k = 1,2 MD,k + ML,k + ME,k(+/-) (II.6c)
𝐈 𝑰 𝑰
Mu,k= 1,2.αk,a/b.𝐈𝐮.(𝑰 𝒃,𝒌 𝑴𝒌𝒂𝒑,𝒊 + 𝑰 𝒃,𝒂 𝑴𝒌𝒂𝒑,𝒂 ) (Pasal 21.6.2.2) (II.6d)
𝐤 𝒏𝒃,𝒌 𝒏𝒃,𝒂

αk,a/b = ME,ka/b / (ME,ka+ME,kb) (II.6e)


6) Gaya geser perlu kolom Vu,k dipilih yang terbesar :
Vu,k = 1,4.VD,k (II.7a)
Vu,k = 1,2.VD,k + 1,6.VL,k (Pasal 9.2.1) (II.7b)
Vu,k = 1,2 VD,k + VL,k + VE,k(+/-) (II.7c)
Vu,k = (Mkap,ka + Mkap,kb)/Iu (Pasal 21.6.2.2) (II.7d)
15

7) Jarak begel (s) pada kolom :


a) Begel pada daerah sendi plastis (sepanjang Io dari muka joint) (Pasal
21.6.4.3):
s ≤ b/4 ; s ≤ 6.Dterkecil (II.8a)
𝟑𝟓𝟎−𝐡𝐱
s ≤ 100 + (II.8b)
𝟑

s ≤ 150 mm tetapi s ≥ 100 mm (II.8c)


dengan : hx = jarak antara kaki begel diukur dari as ke as, mm.
b) Begel di luar Io :
s ≤ 16.D ; s ≤ 48.Øbegel (II.8d)
Jika Vs < 0,033.√𝐟′𝐜.b.d : s ≤ d/2 ; dan s ≤ 600 mm (II.8e)
Jika Vs > 0,033.√𝐟′𝐜.b.d : s ≤ d/4 ; dan s ≤ 300 mm (II.8f)

2. Perhitungan tulangan longitudinal kolom


Hitungan tulangan longitudinal kolom untuk portal SRPMK dapat
dilakukan dengan dengan cara analisis.
1) Dihitung Nu,k dan Mu k padasaat tidak ada gempa :
Nu,k = 1,4 . ND Mu,k = 1,4 . MD
Dihitung tulangan kolom pada ujung atas dan bawah, sehingga diperoleh
Ast,1 dan Ast,2.
Nu,k = 1,2.ND+1,6.NL Mu k = 1,4.MD+1,6.ML
Dihitung tulangan kolom (ujunga atas dan bawah) sehingga diperoleh Ast,3
dan Ast,4.
2) Dihitung Nu,k dan Mu k pada saat terjadi gempa :
Nu,k = 1,2.ND,k + NL,k + NE(+/-) Mu,k = 1,2.MD,k + ML,k + ME(+/-)
Dihitung tulangan kolom sampai diperoleh Ast,5 dan Ast,6 untuk gempa ke
kanan, serta Ast,7 dan Ast,8 untuk gempa ke kiri.
∑ Mkap,balok
Nu,k = ∑ (I )+ ∑ Ng,k
bersih,balok

Iu I Ib,a
Mu,k = 1,2.αk,a/b.Ik .(I b,i . Mkap,i + . Mkap,a )
nb,i Inb,a
16

Dihitung tulangan kolom sehingga diperoleh Ast,9 dan Ast,10 untuk gempa
ke kanan, serta Ast,11 dan Ast,12 untuk gempa ke kiri.
Agar lebih jelas, hitungan longitudinal kolom yang direncanakan dengan
portal SRPMK dapat dilihat pada Gambar II.5 dan Gambar II.6.

Mulai

Data portal : dimensi dan penulangan balok (bb, hb,


As, As’), dimensi dan beban kolom (bk, hk, PD, PL,
PE(+/-)), momen kapasitas balok (Mkap,b(+/-)).

Jika tidak terjadi gempa Jika terjadi gempa

Dihitung : 1). Dihitung: Nu,k = 1,2.ND,k + NL,k + NE(+/-)


Mu,k = 1,2.MD,k + ML,k + ME(+/-)
Nu,k = 1,4 . ND
Dihitung tulangan kolom sampai diperoleh Ast,5 dan
Mu,k = 1,4 . MD
Ast,6 untuk gempa ke kanan, serta Ast,7 dan Ast,8
Dihitung tulangan kolom pada ujung untuk gempa ke kiri.
atas dan bawah, sehingga diperoleh
Ast,1 dan Ast,2.
∑ Mkap,balok
Dihitung : 2). Nu,k = ∑ (I )+ ∑ Ng,k
bersih,balok

Nu,k = 1,2.ND+1,6.NL Iu I Ib,a


Mu,k = 1,2.αk,a/b.Ik .(I b,i . Mkap,i + Inb,a
. Mkap,a )
nb,i
Mu k = 1,4.MD+1,6.ML

Dihitung tulangan kolom (ujung Dihitung tulangan kolom sehingga diperoleh Ast,9
atas dan bawah) sehingga dan Ast,10 untuk gempa ke kanan, serta Ast,11 dan
diperoleh Ast,3 dan Ast,4. Ast,12 untuk gempa ke kiri.

Dipilih yang paling besar dari Ast,1 sampai Ast,12

Gambar III.9 Skema perhitungan tulangan longitudinal kolom


portal SRPMK (Asroni. A, 2016)
17

TULANGAN TEKAN SEMUA


I. Beban sentris
KONDISI BETON TEKAN MENENTUKAN
1,25.Pu / ∅ -0,85.f'c.b.h
As = A's =
2.(fy - 0,85.f'c)
ab1 = 600.β1.d / (600 -
fy) R1 = - (ab + ap1 +h)
II. Tulangan e = Mu/Pu
tekan kiri R2 = 2.ab.d + ac.(ap1 + 2.e)
(600 - fy).(d - d's) R3 = -ab.ac.(d - d's +2.e)
belum ap1 =
600 + fy
leleh
a.(Pu / ∅ -0,85.f'c.a.b)
f(a): a3 + R1.a2 + R2.a + R3 = 0 As = A's =
(600 + fy).a - 600.β1.d
ab2 = β1.d
R4 = - (ab + ap2)

ADA TULANGAN TARIK (KIRI) DAN TEKAN (KANAN)


III. Tulangan e = Mu/Pu
R5 = 2.ab.d + ac.(h - ap1 + 2.e)
tarik kiri
belum 2.fy. d's + 1200.d R6 = -ab.ac.(d - d's +2e)
ap2 =
leleh 600 + fy
a.(Pu / ∅ -0,85.f'c.a.b)
f(a): a3 + R4.a2 + R5.a + R6 = 0 As = A's =
(600 + fy).a - 600.β1.d
KONDISI
BALANE

ab1 = 600.β1.d / (600 -


fy)

IV. Tulangan 0,5.Pu / (2.e - h + ac)


tekan kanan e = Mu/Pu ; As = A's =
(600 + fy).a - 600.β1.d
sudah leleh
KONDISITULANGAN TARIK MENENTUKAN

at1 = 600.β1.d's / (600 -


fy) R7 = ab3 - at1
V. Tulangan e = Mu/Pu R8 = ac. (2.e - h - ap3) + (2 +
tekan kanan
2.fy. d - 1200.ds at1. d's )
belum leleh ap3 = R 9 = ac.at1.(d - d's +2e)
600 - fy
a.(Pu / ∅ -0,85.f'c.a.b)
f(a): a3 + R7.a2 + R8.a + R9 = 0 As = A's =
(600 + fy).a - 600.β1.d

at2 = β1.d's
TUL. TARIK SEMUA

VI. Dihitung Pada kondisi VI, karena eksentrisitas e sangat


seperti besar, maka momen lenturnya juga sangat besar
balok dan gaya aksialnya menjadi relatif kecil
(diabaikan). Jadi kolom tersebut dianggap hanya
menahan momen lentur saja dan tulangan dihitung
0

seperti balok.
)
Gambar III.10 Skema perhitungan tulangan longitudinal pada berbagai
kondisi penampang kolom (Asroni. A, 2018)
18

3. Perhitungan tulangan geser kolom


Begel kolom dihitung berdasarkan kombinasi gaya geser yang bekerja pada
kolom akibat beban mati, beban hidup, dan beban gempa, serta dengan
mempertimbangkan terbentuknya sendi plastis (momen kapasitas , Mkap,k) pada
ujung-ujung kolom.
Proses perhitungan tulangan geser (begel) kolom dapat dilihat pada Gambar
III.11.
Mulai

Data : dimensi kolom (b, h, d, ds, ds’), mutu bahan


(f’c, fy, fyt), gaya geser (VD, VL, VE(+/-))

1). Dipilih gaya geser Vu,k yang kecil dari (a) atau (b) :
Mkap,ka+Mkap,kb
(a) . Vu,k = ; (b). Vu,k = 1,2 VD,k + VL,k + 4.VE,k(+/-)
Iu
2). Syarat : Vu,k ≥ 1,4. VD,k dan Vu,k ≥ 1,2. VD,k + 1,6. VL,k

Dihitung gaya geser yang Gaya geser yang ditahan bege,Vs < Vsmaks
ditahan beton (ϕ.Vc) : Untuk sepanjang λo, Vs =Vu/ ϕ.
ϕ.Vc = 0,17.λ.√f’c.b.d Diluar λo, Vs = (Vu/ ϕ. Vc) / ϕ
dengan ϕ = 0,75
Vs,maks = 2/3. .√f’c.b.d

Dihitung luas begel perlu per meter kolom


Av,u (pilih yang besar) :
1). A  Vs .S ; 2). A  0,062 . f ' . b.S
v v c
f yt .d f yt

3). A  0,35. b.S ; dengan S = 1000 mm


v
f yt

Dihitung jarak begel (s): s = n.(1/4.π.dp2).S/Av,u , dan dikontrol :


Untuk begel sepanjang λo : Untuk begel di luar λo:
s ≤ b/4 ; s ≤ 6. D Vs ≤ 16.D: s ≤ 48. ϕ begel
s ≤ 100 + (350-h+2.ds)/3 Vs ≤ d/2 ; s ≤ 600 mm Jika Vs ≤ 1/2. Vsmaks
s ≤ 150 mm tetapi s ≥ 100 mm Vs ≤ d/2 ; s ≤ 300 mm Jika Vs ≤ 1/2. Vsmaks

Selesai

.Gambar III.11 Skema perhitungan tulangan geser (begel) kolom


portal SRPMK (Asroni. A, 2016)
19

E. Perencanaan Tulangan Geser Joint


1. Persyaratan desain
Beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam desain joint
untuk portal SRPMK adalah sebagai berikut :
1) Lebar efektif joint harus disesuaikan dengan dimensi balok maupun kolom
yang merangkap pada joint.
2) Tegangan tarik tulangan balok disekitar joint :
fkap = 1,25.fy (Pasal 21.7.2.1) (II.9a)
3) Tinggi penampang kolom :
hk ≥ 20.Dterbesar, balok (Pasal 21.7.2.3) (II.9b)
4) Balok yang merangkap pada joint :
(bb.hb) harus ≥ 3/4.(bj.Ij) (Pasal 21.7.4.1) (II.9c)
2. Tulangan geser joint horizontal
Proses hitungan tulangan geser joint horizontal dari portal SRPMK dapat
dilihat pada Gambar II.8.

Mulai

Dipilih gaya geser kolom (Vkol) yang terkecil dari :

1). Vkol = 1,2.VD,k + VL,k + VE,k(+/-)


(Ib,i /Inb,i ).Mkap,i +(Ib,a /Inb,a ).Mkap,a
2). Vkol =
0,5(Ik,a +Ik,b )

Dihitung Tki dan Cki pada balok di kiri-kanan joint:

Mkap,a Mkap,a
Tki = Cki = , dan Cka = Tka =
Zi Za

Dihitung gaya geser joint horizontal (Vjh) :

Vjh = Tki + Cka - Vkol

A
20

Menentukan lebar joint, bj :

Jika bb ≤ bk → bj = bb+0,5.hk dan bj ≤ bb+2.x

Jika bb> bk → bj = bk+0,5.hk dan bj ≤ bk+2.x

Dikontrol tegangan geser joint horizontal (Vjh) :

vjh = Vjh/(bj/hj) → umumnya hj = hk

Syarat : Jika joint dikekang dengan

4 sisi, maka vjh hrs ≤ 1,7.√f′c

3 sisi 2 sisi berlawanan vjh hrs ≤ 1,25.√f′c

Kekangan lain, vjh hrs ≤ 1,0.√f′c


Dihitung gaya geser horizontal yang ditahan beton (Vch):

Jika Nu,k/Ag< 0,1.f’c → Vch = 0

Jika Nu,k/Ag ≥ 0,1.f’c → Vch = 0,66.√(Nu,k /Ag ) − 0,1. f′c .bj.hk

Gaya geser yang ditahan begel (Vsh), dan luas begel joint
(Ash) :

Vsh = Vjh-Vch ; dan Ajh = Vsh/fyt ; dengan syarat :

Ajh ≥ 0,3.(Ag/Ach-1).sbc.f’c/fyt dan Ajh ≥ 0,09.sbc.f’c.fyt


Dihitung jumlah lapis begel pada joint (x):

x = Ajh / (n.1/4.π.dp2)

Selesai

Gambar III.12. Skema desain tulangan geser joint horizontal


portal SRPMK (Asroni. A, 2016)
21

3. Tulangan geser joint vertikal


Proses hitungan tulangan geser joint vertikal dari portal SRPMK dapat
dilihat pada Gambar II.9.

Mulai

Dihitung gaya geser vertical yang ditahan beton, Vcv :

A′s,k N
Vcv = .Vjv.(0,6+A u,k )
As,k .f′
g c

Gaya geser yang ditahan tulangan vertikal (Vsv) dan luas tulangan (Ajv) :

Vsv = Vjv – Vcv ; dan Ajv = Vsv / fy

Dihitung luas tulangan antara (Aan) dan tulangan khusus (Ak) :

Aan = n.1/4.π.D2 dengan n = jumlah tulangan antara (kanan & kiri).

Jika Aan ≥ Ajv→ Ak = 0

Jika Aan< Ajv→ Ak = Ajv - Aan


- Dihitung jumlah tulangan khusus, x = Ak/(1/4.π.D2)

- Dikontrol jarak tulangan geser vertical, s harus ≤ 200 mm

- Jika s > 200 mm → disisipkan lagi tulangan vertikal khusus sehingga s ≤


200 mm.

Selesai

Gambar III.13. Skema desain tulangan geser joint vertikal


portal SRPMK (Asroni. A, 2016)
22

F. Perencanaan Fondasi
1. Perencanaan fondasi tiang pancang .
Proses hitungan daya dukung izin tiang pancang dan jumlah tiang yang
diperlukan dapat dilihat pada gambar III.14.

Mulai

Data tiang pancang lingkaran:


Ap = π.D
Ast= ¼.π.D2
Mutu baja (σ’b)

Kekuatan tanah

Daya dukung izin tiang berdasarkan N


qc +Ap ΣIi .fi .Ast
SPT :Pa = SF1
+ SF2

Jumlah tiang yang diperlukan


puk
:n𝑝 = pa

Beban max tiang pada kelompok tiang

pu My . X max Mx . ymax
puk = + ±
np ny . Σx 2 ny . Σy 2

Tidak
Pmax < Pa Pembesaran
dimensi
Ya

Selesai

Gambar III.14. Skema perhitungan kebutuhan tiang pancang


23

2. Perhitungan tulangan tiang pancang


Proses hitungan tulangan longitudinal dan tulangan geser tiang pancang
dapat dilihat pada Gambar III.15 dan Gambar III.16.

Mulai

Data: Mu,maks, D, Ukuran tiang


f’c, fy pancang
diperbesar
Menghitung nilai K :
Mu
K
 .b.d 2

Mencari nilai a:
 2.K 
a  1  1  .d
 0,85. f 'c 

Menghitung luas tulangan :


0,85. f c '.a.b
As =
fy
A s, min = (1,4.b.d) / f y 3.
As, min =0,25. √f'c.b.d/fy
.
dipilih yang besar.

Menghitung jumlah tulangan :


As ,u
n=
0,25. .D 2

Tidak
A s  A s ,u

Ya

Selesai

Gambar III.15. Skema perhitungan tulangan longitudinal tiang pancang


24

Mulai

Perbesar
Ditetapkan : D, h, Nu, Vu, f´c, dimensi
fy

 N u, k  Vs,max= 0,66. f' c .b.d


Vc = 0,17  1  . f c '..b.d
 14.A 
 g 
Ya
Vu, k  φ.Vc
Vs, k = Vs > Vs,max
φ

Tidak

Pilih yang besar dari Av,u


A v  0,35.b.S / fyt Pilih begel n kaki
A v,min  0,062 . fc .b.S / fyt

1 2
n   π.dp .S
s
 
4
A v, u

Kontrol jarak begel s


s< 48 dp
s< 16D
s< d/2 ; s<600mm

Selesai

Gambar III.16. Skema perhitungan tulangan geser tiang pancang.

3. Perencanaan poer
Proses hitungan poer dapat dilihat pada Gambar III.17 dan Gambar III.18.
25

Mulai

Data :L, B, hpoer, Pu,k,


Mx, My,n

Gaya geser pada penampang kritis


Satu arah :
Vu = ∑Pu 1 arah
Dua arah :
Vu = ∑Pu 2 arah

Tegangan geser satu arah : Tegangan geser dua arah


.Vc = .0,17 f'c .B.d  2 
Vc = 0,17.1    fc .bo .d
 c 
  d 
Vc = 0,083.  s  2   fc .bo .d
 bo 

Vc = 0,33  f'c .bo .d

Pilih VC yang kecil

Tidak poer
Vu≤ . Vc
dipertebal
Ya
Selesai

Gambar III.17. Skema kontrol tegangan geser poer.


26

Mulai

Data :Mu,tiang, Mu,poer, B, L, hpoer, d

Mu = Pu.Ix,y
Mu
K  K max
2
.B.d

Dihitung tinggi blok tegangan tekan beton (a) :


 2.K 
a  1  1  .d
 0,85.f c ' 

Hitung jarak tulangan pokok (s) :


Hitung luas tulangan bagi perlu
1/4. .D 2 .S
s (Asb,u)
A s, u Asb = 20%.As,u
s  2h Asb,min = 0,0018.b.h
s  450 mm pilih yang besar
dipilih yang kecil.

Hitung luas tulangan pokok Hitung jarak tulangan pokok (s) :


perlu (As,u)
1/4. .D 2 .S
0,85.f' c .a.B s
As  ; A s, u
fy
s  2h
1/4  B  d s  450 mm
As 
fy dipilih yang kecil.
pilih yang besar
Tidak
Asb ≥ Asb,u
Tidak
As ≥ As,u

Ya Ya

Seles
ai

Gambar III.18. Skema perhitungan penulangan plat poer.


27

IV. METODE PERENCANAAN

A. Data Perencanaan
Data yang ditentukan untuk perencanaan gedung adalah sebagai berikut:
1) Gedung kampus 5 lantai + (1 Basement) di wilayah sukoharjo dengan Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
2) Gedung terdiri dari 5 Lantai + (1 Basement) dengan atap terbuat dari rangka
baja.
3) Spesifikasi struktur atap :
a. Model rangka = Truss
b. Profil baja gording = Profil C
c. Profil baja kuda-kuda = Profil L
d. Mutu baja gording = BJ41
e. Mutu baja kuda-kuda = BJ41
4) Spesifikasi struktur:
a. Mutu beton f’c = 30 MPa
b. Mutu baja fy = 400 MPa (tulangan longitudinal)
c. Mutu baja fyt = 240 MPa (tulangan geser/begel)
5) Tebal pelat atap 90 mm dan tebal pelat lantai 120 mm.
6) Berat beton γc = 25 kN/m3
7) Dimensi awal kolom 600/600 mm, balok 300/550 mm, balok anak 200/300
mm dan sloof 250/400 mm.
Dimensi balok dan kolom di atas hanyalah perencanaan awal dan bisa berubah
sesuai dengan perhitungan dimensi yang paling optimal.

27
28

B. Alat Bantu Perencanaan


Alat bantu perencanaan berupa:
1) Program SAP 2000 V. 15
Program ini digunakan untuk perhitungan analisis struktur.
2) Diagram Desain Kolom
Diagram ini digunakan untuk menghitung luas tulang longitudinal kolom.
3) Program AutoCad
Program ini digunakan dalam penggambaran detail-detail struktur seperti
gambar penampang balok, kolom dan pelat, maupun penggambaran denah
portal dan tampak.
4) Program Microsoft Office Word
Program ini adalah program komputer yang digunakan untuk membuat
laporan, bagan alir, analisa data, dan juga untuk membuat tabel.
5) Program Microsoft Office Excel
Program ini adalah program komputer yang digunakan untuk membuat tabel,
dan sebagai alat bantu perhitungan tulangan pada struktur.
29

C. Tahapan Perencanaan
Untuk tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar IV.3.

Mulai Survey Desain Gambar


Tahap I

Perencanaana atap

Perencanaan pelat Perencanaan tangga

Beban Gempa

Asumsi dimensi awal:


- Kolom
- Balok

Pembebanan Tahap II

Beban Mati Beban Hidup Beban Gempa


Tidak Tidak

Analisa Mekanika

Kontrol kecukupan Kontrol kecukupan


Penentuan beban kombinasi
dimensi kolom dimensi balok

Ya Ya
Hitungan tulangan kolom Hitungan tulangan balok

Asumsi dimensi fondasi

Tahap III
Cek: fondasi aman?
Tidak
Ya

Hitungan tulangan fondasi

Gambar Perencanaan
Tahap IV
Selesa
i
Gambar IV.1. Tahapan perencanaan tugas akhir
30

D. Jadwal Kegiatan
Untuk memudahkan dalam perencanaan, maka dibuatlah jadwal kegiatan
tugas akhir. Hal ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan tugas akhir sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Tabel IV.1. Jadwal perencanaan tugas akhir
Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan 2018 2018 2018 2018 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survey Lapangan
Desain Gambar
Penyusunan Proposal
Perencanaan Atap
Perencanaan Pelat
Perencanaan Tangga
Beban Gempa
Perencanaan Balok
Perencanaan Kolom
Perencanaan Pondasi
Gambar Perencanaan
Sem. Pra Pendadaran
Revisi
Pendadaran

Anda mungkin juga menyukai