PEMBUATAN LARUTAN
oleh :
AFRIDIANTO RASID
ALVIKA DEA SIDIKI
ANGGRAINI GOBEL
FERONIKA BAKARI
NURJANNAH MOPANGGA
FATMAWATI UMAR
SRI AYUMI M BECERANG
PIDYAASTUTI PAKAYA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,daninayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas praktikum dengan materi organ tumbuhan.Laporan ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyakterima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam Pembuatan laporan
ini.Terlepasdari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya Bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
Kami dapat memperbaiki laporan ini.Akhir kata kami berharap semoga laporan
tentang”Larutan”dapat Memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
4.2 pembahasan................................................................................................... 6
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Satuan kimia
X Fraksi mol
F Formal
M Molal
N Normal
M Molar
1. Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah
total mol dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang mengandung 1 mol alkohol dan
3 mol air, maka fraksi mol alkohol adalah ¼ dan air ¾ (syukri, 1999).
Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut + fraksi mol pelarut) sama dengan 1
(Hiskia Achmad, 2007).
2. Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya
dinyatakan dengan huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M, bararti bahwa
larutan dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada air yang cukup dan kemudian
volume larutan dibuat menjadi satu liter (Hiskia Achmad, 2007).
3. Molalitas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per satu kilogram solvent.
Molalitas biasanya ditulis dengan hurup kecil m. Tulisan 6,0 m HCl dibaca 6,0 molal,
dan menyatakan suatu larutan yang dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada
satu kilogram air (Hiskia Achmad, 2007).
4. Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan.
Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N KMnO4 dibaca 0,25 normal,
dan menyatakan larutan yang mengandung 0,25 gram ekuifalen dari kalium
permanganat per liter larutan(syukri, 1999).
5. Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen berat atau persen volume. Sebagai
contoh, 3% berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram larutan. Sedangkan 12%
volulme adlah suatu larutan yang dibuat dari 12 ml alkohol dan solvent ditambahkan
hingga volume menjadi 100 ml (syukri, 1999).
2.3 Uraian bahan
1. Amoniak(Farmakope Indonesia Hal : 86)
Nama Resmi : AMMONIA
Nama Lain : Amonia
Rumus Kimia : NH4OH
BM : 35,05
Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna,bau khas menusuk
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.Aquadest(Farmakope Indonesia Hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air suling,Air murni
Rumus Kimia : H2O
BM : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai
rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3.Asam Klorida(HCL) (Farmakope Indonesia Hal : 53)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
3.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, Neraca analitik, Labu
takar 250 ml, Gelas kimia 100 ml, Batang pengaduk,Pipet tetes,Corong, Gelas Ukur,
Botol.
3..2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, Amoniak, NaCl,
NaOH, HCl Aquadest.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, terdapat dua percobaan. Percobaan yang dilakukan
adalah pembuatan larutan. Percobaan pertama adalah pembuatan dengan
berdasarkan konsentrasi tertentu dari campuran zat cair dengan zat cair, dimana
digunakan Amoniak sebagai zat terlarut dan aquades sebagai pelarut. Pada
percobaan kali dilakukan pengenceran larutan. Pengenceran merupakan perlakuan
untuk mendapatkan konsentrasi larutan yang lebih rendah dari yang sebelumnya.
Percobaan ini menggunakan Amoniak sebagai larutan yang akan diencerkan
sekaligus merupakan zat terlarut dan menggunakan aquades sebagai pelarut.
pembuatan larutan harus terdiri dari zat terlarut dan pelarut,zat terlarut amoniak dan
pelarut aquadest. Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah
aquadest (H2O), selain air yang berfungsi pelarut alkohol, amoniak, klrofrom,
benzene, minyak, asam asetat (Syurki,1999). Pada praktikum kali ini zat pelarut
yang digunakan aquadest karena menurut (Syurki,1999) aquades merupakan pelarut
pada setiap pembuatan larutan. selanjutnya kita menghitung konsentrasi yang ada
pada amoniak. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan Amoniak 1 % sebanyak
100ml dari Amoniak 10 %. kemudian tambahkan aquadest sebanyak 75 ml atau
sehingga batas meniscus bawah pada labu takar. Selanjutnya,masukkan dalam botol
menggukan corong kemudian dikocok hingga homogen.sehingga mendapatkan
hasil larutan yang cair dan bening,bau khas karena terdapat campuran amoniak pada
larutan.
Pembuatan NaOH dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah bahan
kimia yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaOH 6 M sebanyak 50 mL dengan
cara pertama menghitung jumlah mol zat terlarut per liter larutan. Setelah itu
kalikan jumlah mol zat terlarut tersebut dengan massa relatif NaOH. Setelah hasil
akhir di dapatkan yaitu 12 gram, bahan ditimbang dengan menggunakan gelas kimia
pada timbangan analitik dan dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan
dengan aquadest hingga miniskus bawah. Aduk dengan batang pengaduk.
Homogenkan dan masukkan kedalam botol kaca. Hal ini sesuai dengan Baroroh
(2004) yang menyatakan larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara
dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi.
Pengenceran larutan HCl dapat dilakukan dengan menghitung jumlah bahan
kimia yang dibutukan untuk membuat larutan HCl 3% sebanyak 50 ml. Dihitung
menggunakan rumus pengenceran, yaitu molaritas akhir dikali volume akhir
kemudian dibagi dengan nilai molaritas awal. Didapatkan hasil 4,05. Setelah itu
timbang HCl sebanyak 4,05. Bahan yang sudah di timbang dimasukkan ke dalam
labu ukur kemudian tambahkan aquadest hingga batas tera. setelah itu homogenkan
dan dimasukkan ke dalam botol kaca lalu diberi label. Hal ini sesuai dengan Brady
(2000) yang menyatakan pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar.
Konsentrasi HCl yang di buat adalah 3% sebanyak 50ml dan konsentrasi pada
NaOH adalah 6 M sebanyak 50 mL yang nantinya akan diencerkan dengan
menggunakan aquades. Hal ini sesuai dengan Anonim (2014) yang menyatakan
konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut
di dalam larutan. Pencampuran dapat dilakukan dengan memipet larutan.
HCl 0,35 M sebanyak 20 mL dan masukkan kedalam labu takar. Kemudian
ambil HCl 0,1 M dipipet sebanyak 30 mL dan dimasukkan kedalam labu takar yang
sama dengan larutan HCl 0,35 M tadi. Setelah itu homogenkan larutan tadi dan
pindahkan kedalam botol uc atau botol kaca. Hitung molaritas larutan hasil
pencampuran itu dengan menggunakan rumus pencampuran. Molaritas dari
pencampuran itu adalah 0,2 M. Hal ini sesuai dengan Salirawati (2007) yang
menyatakan bahwa pencampuran adalah merupakan penggabungan dua zat atau
lebih yang jenisnya sama, tetapi konsentrasinya berbeda. Pelarut dalam pembuatn
100ml NaCl 0,1 M, yang digunakan adalah aquadest sedangkan zat tersebut zat
terlarut. Dalam pembuatan larutan tersebut semua bahan terlarut dalam aquadest.
Setelah penambahan aquadest atau pelarut di dalam labu volumetrik dan adanya
pengocokan maka campuran itu sudah dinamakan larutan. Perlakuan selanjutnya
adalah mengencerkan larutan yang telah dibuat tadi. Proses pengencerannya hanya
mengambil sampel dari 100 ml larutan dari masing-masing bahan tersebut 10 ml
kemudian ditambahkan 90 ml air untuk mengencerkannya. Sehingga terjadi
perubahan volume dan perubahan konsentrasi. Dari semua hasil perhitungan
ternyata konsentrasi dari ketiga larutan tersebut ketika diencerkan konsentrasinya
menjadi lebih rendah atau kecil dari konsentrasi mula-mula atau mengalami
penurunan konsentrasi sehingga larutannya lebih encer dari semula. Bisa dilihat
larutan garam dapur mulanya berkonsentrasi 0,1 M kemudian setelah pengenceran
konsentrasinya menjadi 0,01 M, begitu pula larutan glukosa mulanya konsentrasi
sebesar 0,2 M setelah ditambahkan 90 ml air konsentrasinya turun menjadi 0,02 M
dan pada larutan sukrosa atau gula pasir juga demikian awalnya berkonsentrasi 0,02
M setelah diencerkan konsentrasinya berubah menjadi 0,002 M. dan untuk
volumenya, mulanya volume larutan yang diambil untuk proses pengenceran hanya
sebesar 10 ml/larutan dan setelah penambahan 90 ml air volumenya menjadi 100
ml. sedangkan untuk jumlah zatnya (mol) tetap. Oleh karena itu, percobaan
pembuatan larutan dengan pengenceran hasil yang didapat adalah sesuai dengan
teori yang mendasari,yakni bahwa mengencerkan larutan yaitu memperkecil
konsentrasi larutan dengan jalan menambahkan sejumlah tertentu pelarut.
Pengenceran menyebabkan volume dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah
zat terlarut tidak berubah.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Praktikan sudah mampu membuat larutan. dimana nantinya akan berguna
menyatakan komposisi larutan secara kuantatif digunakan kosentrasi didefinisikan
sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap larutan atau pelarut. dan kami juga mampu
membuat larutan dengan pengenceran sebagai kosentrasi. proses pembuatan larutan
suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran.
5.2. Saran
Ketika mengukur volume larutan, pada saat cairan amper mendekati titik batas ukur,
sebaiknya kita menambahkan larutan yang kita buat menggunakan pipet tetes
sehingga didapat larutan yang memiliki volume yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA