Anda di halaman 1dari 5

OUTLINE

Keterangan : studi literatur , observasi, wawancara

1. Pendahuluan
a. Tentang slum area dan infrasnya
b. Kenapa butuh penelitian ini
2. Deskripsi Area
a. Peta delineasi
b. Jumlah penduduk, KK, RT/RW
c. Kehidupan Sosial
3. Studi Literatur
a. Definisi
b. Sistem secara umum
c. Jenis-jenis
4. Kondisi Area
a. Sejarah perkembangan
(wawancara kelurahan/BKM ttg program PNPM bagian infras drainase dan
wastewater)
b. Bagaimana bentuk sistemnya
c. Skala sistem
d. Bagaimana kepemilikan dan sistem pembiayaan
5. Persepsi Masyarakat
a. Alasan kenapa memilih sistem seperti yang ada
b. Pemahaman masyarakat akan topik (bagusnya gmn, kondisinya gmn)
c. Harapan masyarakat
6. Program terkait
Ada program ttg topik tersebut spt biopori/petugas gober dll
7. Kesimpulan
8. Rekomendasi
a. Menganalisis basic need
b. Bagaimana pemecahan masalah yang ada disana
YANG PERLU DITANYAKAN

1. Apakah salah satu stormwater/wastewater atau 22nya?


2. Delineasinya segimana? RW atau semuanya?

SURVEY YANG DIBUTUHKAN

1. Wawancara
a. BKM
b. Kelurahan
c. Masyarakat
d. RT/RW
2. Observasi
a. Sistem
b. Program terkait
3. Data Sekunder
a. Gambaran umum penduduk
b. Data perkembangan dll
Latar Belakang

Air limbah dan stormwater merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh suatu
kota, khususnya di negara berkembang seperti di Indonesia. Air limbah (domestik) yang tidak
ditangani akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat, yang secara tidak langsung akan
menurunkan produktivitas masyarakat. Data menunjukkan bahwa sebanyak 760.000 balita
meninggal karena diare yang disebabkan oleh sanitasi dan air minum yang tidak layak
(WHO dalam Tobias, dkk, 2016). Hal tersebut banyak terjadi di kawasan-kawasan informal
di negara-negara berkembang, yang umumnya sulit untuk mengembangkan sistem sanitasi
yang memadai. Selain berdampak pada kesehatan, pengelolaan sanitasi yang tidak layak
juga berdampak pada pencemaran lingkungan, khususnya kontaminasi air tanah. Masalah
lain yang dihadapi di sebuah kota di negara berkembang adalah air hujan, yang ketika
tidak tidak terserap dengan baik ke dalam tanah akan menimbulkan genangan.
Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi semakin kompleks ketika terjadi di kawasan
permukiman dengan kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk yang tinggi, seperti di
Kelurahan Lebak Siliwangi, Kota Bandung. Di daerah dengan kepadatan penduduk dan
bangunan yang tinggi seringkali masyarakatnya tidak memiliki akses sanitasi yang aman.
Terlebih ketika sebagian besar menggunakan sistem sanitasi on-site, pencemaran air tanah
menjadi semakin mudah terjadi. Di sisi lain, kepadatan bangunan yang tinggi juga
berimplikasi pada penurunan daerah resapan air, sehingga kemungkinan terjadi genangan
semakin besar. Berdasarkan SSK Kota Bandung 2015, kelurahan Lebak Siliwangi termasuk ke
dalam kategori area berisiko tinggi, baik untuk pengelolaan sanitasi maupun pengelolaan
drainase. Untuk itu, perlu mempelajari bagaimana pengelolaan sanitasi maupun pengelolaan
drainase di Kelurahan Lebak Siliwangi, khususnya dalam mendukung Program 100-0-100
yang harus tercapai di tahun 2019.
Gambaran Umum
Kelurahan Lebak Siliwangi memiliki luas wilayah 100 Ha, dengan jumlah penduduk 4943
(kepadatan 49 orang/ha). Secara umum, kepadatan tersebut tergolong rendah, kepadatan
tersebut merupakan kepadatan penduduk rata-rata. Konsentrasi kepadatan penduduk tidak
merata di semua lokasi. Kepadatan tersebut
Persentase penduduk berdasarkan
mata pencaharian di Kelurahan Lebak terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu
Siliwangi (khususnya daerah permukiman) yang
PNS
menyebabkan kepadatan penduduk di
abri/polri
Kelurahan Lebak Siliwangi tergolong cukup
9% pegawai swasta
18% tinggi. Sebagian besar penduduk yang
7% 1%
pedagang
tinggal di kelurahan tersebut adalah
pelajar
19% 14% pelajar dengan persentase sebesar 23%
mahasiswa
9% pensiunan
(974 jiwa). Selain kepadatan penduduk,
23%
lainnya kepadatan bangunan di Kelurahan ini juga
sangat tinggi, sebesar 100% penggunaan
Sumber:Kecamatan Coblong dalam Angka 2017
lahan untuk perumahan dan pekaranga.

Berdasarkan SSK Kota Bandung 2015, kelurahan Lebak Siliwangi termasuk ke dalam
kategori area berisiko tinggi, baik untuk pengelolaan sanitasi maupun pengelolaan drainase.
Berikut ini adalah gambaran umum akses sanitasi di Keluarahan Sanitasi berdasarkan
prorgram STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) oleh Kementrian Kesehatan.

Baseline Kemajuan
JSP JSSP Sharing BABS JSP JSSP Sharing BABS
579 0 0 447 579 0 0 447
Keterangan:

JSP = Akses jamban sehat permanen Sharing = Masih numpang ke jamban sehat
JSPP = Akses jamban sehat semi permanen BABS = Masih buang air besar sembarangan
Sumber: STBM-indonesia.org

Anda mungkin juga menyukai