Alva Kurniawan1
Abstraksi
Mineral lempung merupakan mineral sekunder yang memiliki sifat yang sangat unik yaitu
memiliki resistivitas yang rendah. Pemahaman tentang nilai resistivitas rendah mineral
lempung sangat penting dikaji dalam interpretasi data geolistrik. Metode yang digunakan
dalam karya ilmiah ini adalah dengan studi pustaka terhadap penelitian-penelitian tentang
mineral lempung sebelumnya. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, sifat
resistivitas mineral lempung yang rendah disebabkan oleh adanya muatan listrik negatif dan
polarisasi membran pada mineral lempung. Muatan listrik negatif muncul karena polaritas
ion yang terkandung pada mineral lempung sebagai hasil dari bentuk dan struktur ikatan
antar ion penyusun mineral lempung. Polarisasi membran terjadi karena akumulasi ion yang
terjebak pada butiran mineral lempung yang sangat halus akibat diaplikasikannya medan
listrik pada mineral lempung. Sifat resistivitas yang rendah pada mineral lempung berkaitan
erat dengan bentuk, struktur, dan komposisi mineral lempung.
1. Pendahuluan
a. Latar belakang
Pemahaman sifat resistivitas material sangat penting dalam interpretasi data
geolistrik. Setiap material memiliki sifat resistivitas yang berbeda-beda (Serway &
Jewett, 2004). Sifat resistivitas material ditentukan oleh jenis material dan kondisi
material (Loke, 2000). Aplikasi geolistrik pada investigasi airtanah memerlukan
pemahaman yang mendalam mengenai lapisan dan tipe batuan, mineralogi dan
struktur batuan, serta struktur geologi (Kirsch, 2006). Faktor-faktor tersebut sangat
penting untuk diperhatikan karena merupakan kunci interpretasi data geolistrik
dalam kaitannya dengan distribusi akuifer dan keberadaan airtanah.
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |1
Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-2
Gambar 1. Berbagai macam bentuk mineral Lempung dilihat dengan Transmission Electron
Micrograph; kode A, C, D diambil dari (Lombardi et al., 1987); kode B diambil dari Keller & Stevens
(1983); kode E, F, G diambil dari Lanson et al., (2002), kode H diambil dari Krekeler (2004).
b. Tujuan
Karya ilmiah ini disusun untuk mengetahui mengapa mineral lempung
memiliki sifat resistivitas yang rendah.
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |2
Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-2
2. Metode
Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah dengan studi pustaka
terhadap penelitian-penelitian tentang mineral lempung sebelumnya. Penelitian-
penelitian sebelumnya yang dijadikan dasar penyusunan karya ilmiah ini adalah buku-
buku referensi dan sumber ilmiah lainnya.
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |3
Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-2
Material utama penyusun mineral lempung terdiri atas alminum, silikat, oksigen,
dan hidroksil. Mineral lempung dengan bentuk lembaran oktahedral tersusun oleh
oksigen, hidroksil dan aluminum (Gambar 3) (Murray, 2007). Lembaran oktahedral
mengandung kation yang pada umumnya adalah kation Al3+, Fe3+, Fe2+, dan Mg2+
(Bergaya et al., 2006). Mineral lempung dengan bentuk lembaran tetrahedral tersusun
oleh oksigen dan silika (Gambar 3) (Murray, 2007). Lembaran tetrahedral mengandung
kation yang pada umumnya adalah kation Si4+, Al3+, dan Fe3+ (Bergaya et al., 2006).
Struktur mineral lempung terdiri atas struktur 1:1 dan struktur 2:1 (Gambar 4)
(Meunier, 2005). Struktur mineral lempung 1:1 adalah struktur dimana 1 lembaran
tetrahedral terikat pada 1 lembaran oktahedral (Meunier, 2005). Struktur mineral
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |4
Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-2
lempung 2:1 adalah struktur dimana 1 lembaran oktahedral terikat menyisip diantara
dua lembaran tetrahedral (Meunier, 2005). Perbedaan struktur mineral lempung
menyebabkan terjadinya perbedaan kapasitas tukar kation yang ada pada mineral
lempung. Mineral lempung dengan struktur 1:1 memiliki kapasitas tukar kation yang
lebih rendah dibandingkan 2:1 (Murray, 2007). Kapasitas tukar kation yang rendah
merepresentasikan kandungan muatan yang lebih rendah (Murray, 2007).
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |5
Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-2
& Alberty, 1966; Loke, 2000; Lowrie, 2007; Milsom, 2003). Beberapa hasil penelitian
memberikan kisaran nilai resistivitas mineral lempung yang lebih rendah yaitu antara 1
hingga 50 Ωm (McDowell et al., 2002; Kearey et al., 2002) serta kisaran nilai resistivitas
yang lebih tinggi yaitu antara 1 hingga 150 Ωm (Campana & Piro, 2009; Reynolds,
1998).
Sifat resistivitas yang rendah pada mineral lempung pada dasarnya disebabkan
oleh dua hal yaitu kandungan ion pada mineral lempung dan terjadinya polarisasi
membran (Gambar 6). Pada dasarnya mineral lempung memiliki muatan listrik yang
negatif (Milsom, 2003). Muatan listrik yang negatif merupakan pengaruh dari interaksi
antar ion penyusun mineral lempung. Interaksi antar ion penyusun mineral lempung
menyebabkan terjadinya polarisasi (Sainz-Diaz et al., 2001). Besar kecilnya muatan
yang terkandung dalam lempung dipengaruhi oleh ion penyusun, bentuk, dan struktur
dari lempung (Bergaya et al., 2006; Meunier, 2006; Murray, 2007). Polarisasi membran
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |6
Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-2
adalah terjadinya akumulasi ion pada mineral lempung akibat diaplikasikannya medan
listrik pada mineral lempung (Telford et al., 1990). Aplikasi medan listrik dilakukan
dengan injeksi arus listrik ke bawah permukaan Bumi (geolistrik). Butiran mineral
lempung yang sangat halus dan bermuatan listrik menarik (Lowrie, 2007) serta
menjebak ion-ion saat medan listrik diaplikasikan (Milsom, 2003; Kearey et al., 2002).
Akumulasi ion yang terjebak menyebabkan bertambahnya muatan listrik pada lempung
sehingga beda potensial dari medan listrik yang diaplikasikan berkurang.
Berkurangnya beda potensial menyebabkan berkurangnya nilai resistivitas (Chapman,
2002).
5. Kesimpulan
Mineral lempung memiliki sifat resistivitas yang rendah karena mineral lempung
memiliki kandungan muatan negatif dan adanya fenomena membran polarisasi pada
mineral lempung saat medan listrik diaplikasikan pada mineral lempung.
6. Daftar Pustaka
Allred, B.J., J.J. Daniels, & M.R. Ehsani. (2008). Handbook of Agricultural Geophysics. Boca
Raton: CRC Press.
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |7
Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-2
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |8
Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-2
Telford, W.M., L.P Geldart, & R.E. Sheriff. (2004). Applied Geophysics, 2nd Edition.
Cambridge: Cambridge University Press.
Wentworth, C. K. (1922). A Scale of Grade and Class Terms for Clastics Sediments. J.
Geol., 30, p. 377-392.
1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi UGM P a g e |9