Anda di halaman 1dari 3

4.2.

2 Inokulum

Beras merupakan substrat atau media yang dipakai dalam proses inokulasi

bakteri dan ragi. Menurut Yusuf (1985) nasi merupakan salah satu substrat yang

paling sesuai untuk pertumbuhan inokulum. Karakteristik dasar yang harus

dimiliki oleh inokulum bakteri Menurut Ohmommo (2002) adalah mampu

beradaptasi pada bahan dengan kadar air tinggi, suhu lingkungan yang tinggi,

toleransi terhadap keasaman, menghasilkan bakteriosin, dan berperan sebagai

probiotik. Beras yang sudah dimasak menjadi nasi adalah media selektif untuk

inokulum karena mengandung amilase. Menurut Richana (2000), amilase pada

beras mempunyai kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan

glikogen. Menurut Mercubuana (2013) inokulum adalah bahan padat atau cair

yang mengandung mikrobia/spora/enzim yang ditambahkan kedalam substrat atau

media fermentasi, yang pada praktikum ini mikroba yang ditambahkan adalah

bakteri Bacillus lichiniformes dan ragi Saccaromyces cerevisae. Tujuan penyiapan

media untuk inokulum antara lain menyediakan nutrisi bagi pertumbuhan sel,

yang pada hal ini adalah amylase, amilopektin dari beras.

Penyiapan inokulum menurut Mercubuana (2013) dapat dilakukan dengan

cara pertama mengambil inokulum dari kultur stock yang disimpan dalam agar

slant, melakukan rekonstitusi (diremajakan), tempatkan pada cawan agar,

mengambil mikrobia pada cawan agar dengan jarum ose, goreskan pada cawan

agar lain, hal ini hampir sama dengan yang dilakukan pada saat praktikum yaitu

dengan mengambil kultur bakteri dan ragi menggunakan ose lalu memasukannya

pada substrat nasi, namun pada saat praktikum untuk kultur bakteri ditambahkan

bahan kimia berupa kalium sulfat dan untuk ragi ditambahkan sodium fosfat, hal

ini dimaksudkan untuk dapat menarik bakteri masuk kedalam gel, mengingat sifat
bakteri yang menyukai sulfat dan ragi yang menyukai unsur fosfor. Menurut

Purwoko (2007) Saccharomyces cerevisiae dalam bentuk ragi dapat langsung

digunakan sebagai inokulum pada fermentasi.

Tujuan utama Inokulum bakteri menurut Mercubuana (2013) adalah

memperoleh sejumlah massa sel aktif pada fase logaritmik panjang fase

logaritmik ditentukan jumlah dan keadaan fisiologis inokulum. Suhu pada saat

praktikum pada inoculum bakteri menunjukkan nilai yang konstan pada hari ke-0

sampai hari ke-1 yaitu 26oC lalu turun pada hari ke-2 menjadi 24oC dan naik

kembali pada hari ke-3 menjadi 25oC hal ini masih sesuai dengan pendapat

Haetami (2008), yang menyatakan bahwa untuk bakteri Bacillus licheniformis

suhu maksimum pertumbuhannya adalah 50 – 55oC dan suhu minimumnya 15oC.

pH pada hasil pengamatan bakteri menunjukkan kisaran pH yang netral yaitu 6.5

pada hari ke-1 hingga 7.1 pada hari ke-2 hingga hari ke-3 hal ini sesuai dengan

Suhartono (1989) B. licheniformis memiliki pH netral yaitu 6.5 - 7.5. Untuk berat

tidak terjadi perubahan yang begitu signifikan, pada penimbangan awal berat ragi

adalah 220 gram lalu turun pada hari terakhir menjadi 218 gram, hal ini

dikarenakan pada saat pengukuran pH dan suhu diambil sedikit sebagai sampel

dan meyebabkan terjadi sedikit penurunan berat.

Suhu menurut Waluyo (2004) merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi pertumbuhan, perbanyakan, dan daya tahan hidup jasad renik,

sehingga dibutuhkan suhu yang optimal, namun pada praktikum dengan inokulum

ragi Saccharomyces cerevisae didapatkan hasil pengamatan suhu sebesar 25oC

pada hari ke-0 hingga hari ke-1 lalu turun pada hari ke-2 menjadi 24oC sedangkan

menurut Kosaric (1983) Saccharomyces dapat tumbuh secara optimum pada suhu
28-35°C. pada awal pengamatan menunjukkan nilai yang netral yaitu 7, lalu

terjadi perubahan yang fluktuatif yaitu mejadi 6.7 (hari ke-1), 6.9 (hari ke-2) dan

kembali menjadi netral pada hari ke-3 hal ini masih sesuai dengan pendapat

Kosaric (1983) pada umumnya Saccharomyces cerevisae dapat tumbuh dan secara

efisien melakukan fermentasi etanol pada pH 3-8,5 dan bersifat fakultatif aerobic.

Untuk berat tidak terjadi perubahan yang begitu signifikan, pada penimbangan

awal berat ragi adalah 254 gram lalu turun menjadi 253 gram pada hari ke-2 dan

hari terakhir sebesar 251 gram, hal ini dikarenakan pada saat pengukuran pH dan

suhu diambil sedikit sebagai sampel dan meyebabkan terjadi sedikit penurunan

berat.

Anda mungkin juga menyukai