Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara global kematian setiap tahunya lebih dari 36 juta orang disebabkan

oleh PTM (penyakit tidak menular). Penyakit tidak menular dikaitkan dengan

berbagai faktor resiko seperti kurang aktifitas fisik, pola makan yang tidak sehat

dan tidak seimbang,gaya hidup yang tidak sehat,gangguan mental emosional (

stres). Pada penyakit tidak menular yaitu kardiovaskuler merupakan penyebab

paling banyak . Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskuler

dan diperkirakan menyebabkan 45% dari penyakit secara global (Kemenkes

2010).

Hipertensi menjadi masalah yang serius dan sangat banyak. Di samping

prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di setiap tahunya,

hipertensi merupakan gangguan kesehatan di mana keadaan ini tidak dapat di

sembuhkan tetapi dapat di kontrol dengan pola hidup yang sehat. Hipertensi

sebagai salah satu faktor resiko utama menyebabkan serangan jantung dan

sroke. Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah umur,

jenis kelamin, riwayat keluarga,genetik ( faktor yang tidak dapat diubah/

dikontrol),kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,

penggunaan jelantah, kebiasaan menkonsumsi minuman beralkohol,

obesitas,kurang aktifitas fisik,strees ( Kowalski 2007).

1
5

Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun 1998 dalam indira dkk,(2010) yaitu

mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Hipertensi yang khas

ditemukan pada lansia adalah isolated systolic hypertension (ISH), dimana

tekanan sistoliknya saja yang tinggi (diatas 140 mmHg), namun tekanan

diastolik tetap normal (dibawah 90 mmHg) Lansia sering terkena hipertensi

disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung

meningkat. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai

kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa

muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh (Mardiana, 2014).

WHO 2007 menetapkan hipertensi sebagai faktor resiko nomor tiga

penyebab kematian didunia, hipertensi bertanggung jawab terhadap 62 %

timbulnya kasus stroke, 49 % timbul serangan jantung, 7 juta kematian

prematur tiap tahun disebabkan oleh hipertensi. Prevalensi hipertensi di

indonesia yang di diagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 26,5%

(Riskesdas,2013).

Berdasarkan data dinas kota malang tahun 2014 hipertensi memasuki

sepuluh besar penyakit terbanyak di kota malang. Menduduki peringkat kedua

dari penyakit terbanyak. Penderita hipertensi sebanyak 50.612 jiwa. prosentase

penderita hipertensi masih tinggi dari tahun 2012 sampai 2014.

Faktor lingkungan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi

diantaranya adalah stres. Stres dan aktivasinya pada sistem saraf simpatis, salah

satu bagian dari sistem saraf otonom (tidak disadari), yang mendominasi saat

stres, memegang peran penting dalam menciptakan tekanan darah tinggi. Telah

menjadi semakin jelas bahwa perubahan gaya hidup bisa menurunkan kadar
5

kotekolamin, bahan kimia yang berpotensi negatif yang meningkat saat stres.

Kecemasan dan stres emosional meningkatkan tekanan darah pada banyak

orang. Srees mempercepat produksi senyawa berbahaya, meningkatkan

kecepatan denyut jantung dan kebutuhan akan suplai darah, dan tidak lama

kemudiann akan meningkatkan tekanan darah serta menimbulkan serangan

jantung dan stroke ( Kowalski 2007).

Gangguan emosioanl (Stres) merupakan suatu keadaan yang megidindikasi

individu mengalami suatu berubahan emosional yang dapat berkembang

menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut. prevalensi gangguan mental

emosional ( stres) meningkat sejalan dengan usia. Prevalensi sangat tinggi

berdasarkan kelompok umur 75 keatas yaitu (33,7%) (Riskesdas 2013).

Dari hasil penelitian Prisillia (2016) di dapatkan hubungan signifikan

antara kejadian strees dengan kejadian hipertensi pada lansia karena, setiap

lansia memiliki latar belakang kehidupan dan alasan yang berbeda-beda

menjadikan, kondisi strees dari masing-masing stresor tergantung pada

individu itu pula. Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali

emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari

dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik, seperti

misalnya hipertensi. Jadinya dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor-faktor

yang menyebabkan hipertensi bukan hanya dari umur, jenis kelamin, riwayat

keluarga,genetik ( faktor yang tidak dapat diubah/ dikontrol),kebiasaan

merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,

kebiasaan menkonsumsi minuman beralkohol, obesitas,kurang aktifitas fisik.

Faktor lingkungan yang diantaranya gangguan emosional (stres) juga


5

mempengaruhi hipertensi. Maka dari itu pengobatan hipertensi tidak hanya

mengandalkan obat-obat dari dokter maupun mengatur diet semata, namun

penting pula untuk mengontrol emosi membuat tubuh kita selalu dalam

keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak kita.

Berbagai terapi telah diketahui dapat memberikan stimulus positif pada otak

kita, seperti misalnya meditasi, yoga, maupun terapi musik.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2016

dalam wawancara pada penduduk RT 18 RW 02 kelurahan turen. Dengan

responden yang menderita hipertensi sebanyak 5 orang pada wawancara

terdapat 4 orang merasakan tekanan darah tinggi naik ketika mereka dalam

keadaan stress emosional misalnya sedang ada masalah yang berat. Berdasarkan

kasus di atas tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“ Hubungan pengaruh srees dengan kejadian hipertensi pada lansia di

puskesmas kecamatan Turen ”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pengaruh stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di

puskesmas kecamatan Turen?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengaruh

strees pada lansia dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas

kecamatan Turen
5

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengetahui strees pada lansia di puskesmas kecamatan Turen

1.3.2.2 Mengetahui kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas

kecamatan Turen

1.3.2.3 Mengetahui hubungan pengaruh strees dengan kejadian

hipertensi di puskesmas kecamatan Turen.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Dari hasil penetian ini diharapkan menjadi referensi dan masukan

bagi perkembangan ilmu keperawatan serta menambah kajian ilmu

keperawatan terutama.

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Bagi Responden

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan membuka

wawasan bagi penderita hipertensi untuk mengontrol

keadaan strees emosional.

1.4.2.2 Bagi pelayanan kesehatan

Dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

peningkatan pelayanan kesehatan terutama pendidikan bagi

penderita hipertensi yang diharapkan dapat mengontrol

keadaan strees emosional.

1.4.2.3 Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai literatur untuk pengetahuan

kurikulum dalam pembahasan hipertensi terutama yang


5

membahas tentang hubungan strees dengan kejadian

hipertensi.

1.4.2.4 Bagi peneliti selanjutnya

Dari data penelitian ini dapat berguna sebagai literatur dan

memberikan informasi serta dapat dijadikan sebagai

perbandingan untuk melakukan penelitian tentang

hipertensi.

1.5 Batasan penelitian

Batasan dalam penelitian ini yaitu responden lansia dengan batasan

umur 45-80 tahun dan berdomisili diwilayah kecamatan Turen.

Instrumen yang digunakan berupa tensimeter, stetoskop dan kuisioner.

Hipertensi yang dimaksut dalam penelitian ini adalah tekanan darah

yang pada sistolik ≥ 160 dan diastolik ≥ 90.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
5

2.1 Konsep dasar

2.1.1 Hipertensi

2.1.1.1 pengertian hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah (TD), persisten

dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di

atas 90 mmHg (Aspiani 2010).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesaktian (mordibitas) dan angka kematian (mortalitas)

(Khushariyadi, 2008).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam

arteri. Suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi

di dalam arteri menyebabkan meningkatkan risiko terhadap

stroke,aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal

(Anies 2006).

2.1.1.2 Penyebab dan jenis Hipertensi

Menurut Aspiani (2010) Hipertensi dibagi menjadi 3

kelompok :

1. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer yaitu hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya. Diderita sekitar 95%. Oleh sebab itu, penelitian dan

pengobatan lebih ditujukan bagi penderita esensial.


5

Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor-faktor

sebagai berikut:

1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang

akan memiliki resiko lebih besar untuk hipertensi

jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang dapat menimbulkan

hipertensi yaitu, umur (jika umur bertambah tua

maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (

resiko hipertensi pada laki-laki lebih tinngi dari pada

perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak

dari kulit putih).

3. kebiasaan hidup

kebiasaan yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih

dari 30g), kegemukan, stres, merokok, mimum

alkohol, minum obat-obatan.

2. Hipertensi skunder

Hipertensi skunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu

contohnya yaitu:
5

1. hipertensi vaskular renal yaitu terjadi akibat stenosis arteri

renal. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat

aterosklerosis.

2. Feokromositoma yaitu tumor penghasil epineprin di kelenjar

adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut

jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing.

3. Hipertensi akibat kehamilan atau gestasional

Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah (≥140

mmHg pada sistolik ≥ 90 mmHg diastolik) terjadi setelah kehamilan

20 minggu pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu

pascapartum.

2.1.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC7 (Joint National

Committee 7) pedoman yang memberikan petunjuk revolusioner yang

mengulas pentingnya pengendalian tekanan di setiap tahap.Untuk pasien

dewasa (umur ≥ 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan

darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan

darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah

sistolik (TDS)

< 120 mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg.


5

Table. 2.1. Klasifikasi Hipertensi untuk dewasa ≥ 18 tahun menurut JNC7

Tekanan darah sistolik, Tekanan darah


Klasifikasi tekanan
mmHg diastolik, mmHg
darah

ss< 120 < 80


Normal

120-139 80-89
Prehipertensi

140-159 90-99
Hipertensi stage 1

≥ 160 ≥ 100
Hipertensi stage 2

2.1.1.4 Tanda dan gejala Hipertensi

2.1.1.5 Patofisiologi Hipertensi

2.1.1.6 Pemeriksaan diagnostik

2.1.1.7 Penatalaksanaan

1. Non famakologi

2. Farmakologi

2.1.1.8 Epidemiologi Hipertensi

2.1.2 Stres

2.1.2.1 Pengertian stres

Stres adalah apabila seseorang mengalami ketidakseimbangan

antara tuntutan dan sumberdaya yang dimiliki individu,semakin tinggi


5

kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami individu,

dan akan terancam. Stres adalah tanggapan/reaksi tubuh terhadap berbagai

tuntutan atau beban atasanya yang bersifat nonspesifik. Namun, disamping itu

stres dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari

suatu gangguan atau penyakit. Tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka

hal ini yang dinamakan distres. Tubuh akan berusaha menyelaraskan

rangsangan atau manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-

pengaruh pengalaman stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dari energi

penyesuaian diri untuk dipakai dan di isi kembali bilamana perlu (Yosep,2007)

2.1.2.2 Psikologi stres

Menurut shelly (2009) stres merupakan tanggapan non spesefik

terhadap setiap tuntutan yang di berikan kepada suatu organisme yang

digambarkan sebagai GAS (General Adaptation Syndrome). Konsep ini

menunjukkan reaksi stres dalam 3 fase, yaitu fase sinyal (alarm), fase

perlawanan (resistance), dan fase keletihan (exhaustion). Ilustrasi dari

ketiga fase tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 1. Fase reaksi stres

A B C

Alarm Resistance Exhaustion


5

Dikutip dari : (Taylor, 1991)

Tahap sinyal adalah mobilisasi awal dimana badan menemui

tantangan yang diberikan oleh penyebab stres. Ketika penyebab stres

ditemukan, otak mengirimkan suatu pesan biokimia kepada semua sistem

tubuh. Pernafasan meningkat, tekanan darah naik, anak mata menjadi

membesar, ketegangan otot naik, dan seterusnya, jika penyebab stres terus

aktif, GAS (General Adaptation Syndrome) beralih ke tahap perlawanan.

Tanda-tanda masukya tahap perlawanan termasuk keletihan, ketakutan, dan

ketegangan.

Pribadi yang mengalami tahap tersebut selanjutnya melawan

penyebab stres. Sementara perlawanan terhadap suatu penyebab stres

khusus mungkin tinggi selama tahap ini, perlawanan terhadap stres lainnya

mungkin rendah, seseorang hanya memiliki sumber energi terbatas,

konsentrasi dan kemampuan untuk menahan penyebab-penyebab stres.

Induvidu-individu sering lebih mudah sakit selama priode stres ketimbang

pada waktu lainnya.

Tahap terakhir GAS (General Adaptation Syndrome) adalah

keletihan. Perlawanan terhadap penyebab stres yang sama dalam jangka

panjang dan terus menerus mungkin akhirnya menaikkan penggunaan

energi penyesuaian yang bisa dipakai, dan sisitem menyerang penyebab

stres menjadi letih.

2.1.2.3 Penyebab stres dan stresor psikososial


5

Menurut Yosep (2009), Stresor psikososial adalah setiap keadaan

atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang

(anak, remaja, atau dewasa), sehingga orang itu terpaksa mengadakan

adaptasi atau menaggulangi stresor yang timbul. Namun, tidak semua

mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga

timbulah keluhan-keluhan kejiwaan, antara lain depresi. Pada umumnya

jenis stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Perkawinan

Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang

di alami seseorang, misalnya pertengkaran, perpisahan (saparation),

perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan, dan lain

sebagainya. Stresor perkawinan ini dapat menyebabkan seseorang jatuh

dalam depresi dan kecemasan.

b. Problem orang tua

Permasalahan yang dihadapi orangtua, misalnya tidak punya anak,

kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit, hubungan yang tidak baik

dengan mertua, ipar, besan, dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut

di atas merupakan sumber stres yang pada gilirannya seseorang dapat

jatuh dalam depresi dan kecemasan.

c. Hubungan interpersonal

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang

mengalami konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dan bawahan,


5

dan lain sebagainya. Konflik hubungan interpersonal ini dapat

merupakan sumber stres bagi seseorang, dan yang bersangkutan dapat

mengalami depresi dan kecemasan karenanya.

d. Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah

perkawinan. Banyak orang yang menderita depresi dan kecemasan

karena masalah pekerjaan ini, misalkan pekerjaan telalu banyak,

pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun,

kehilangan, pekerjaan (PHK), dan lain sebagainya.

e. Lingkungan hidup

Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan

seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal,

penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan (kriminalitas) dan

lain sebagainya. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat

mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup, sehingga tidak jarang

orang jatuh ke dalam depresi dan kecemasan.

f. Keuangan

Masalah keuangan (kondisi sosial ekonomi) yang tidak sehat,

misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat

hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain sebagainya. Problem

keuangan amat berpengaruh tehadap kesehatan jiwa seseorang dan


5

seringkali masalah keuangan ini merupakan faktor yang membuat

sesorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.

g. Hukum

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan

sumber stres pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan

lain sebagainya. Stres dibidang hukum sesorang jatuh dalam depresi dan

kecemasan.

h. Perkembangan

Yang di maksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik

maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa,

menopouse, usia lanjut, dan lain sebagainya. Kondisi setiap perubahan

fase-fase tersebut diatas, untuk sebagian individu dapat menyebabkan

depresi atau kecemasan, terutama pada mereka yang mengalami

menopause atau usia lanjut.

i. Penyakit fisik atau cidera

Sumber stres yang dapat menimbulkan kecemasan dan depresi disini

antara lain ; penyakit, kecelakaan, operasi/pembedahan, aborsi, dan lain

sebagainya. Dalam hal ini penyakit yang banyak menimbulkan depresi

dan kecemasan adalah penyakit kronis, jantung, kanker, dan sebagainya.

j. Faktor keluarga
5

Yang di maksud disini adalah faktor stres yang dialami oleh anak

dan remaja yang di sebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik

(yaitu sikap orang tua), misalnya :

1. Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau

acuh tak acuh.

2. Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk bersama

dengan anaknya.

3. Komunikasi antara orang tua dan anaknya tidak baik.

4. Kedua orang tua berpisah atau bercerai.

5. Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa/kepribadian.

6. Orangtua dalam pendidikan anak kurang sabar, pemarah, keras, dan

otoriter, dan lain sebagainya.

k. Lain-lain

Stresor kehidupan lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan

kecemasan adalah antara lain, bencana alam, kebakaran, pemerkosaan,

kehamilan di luar nikah, dan lain sebagainya.

2.1.2.4 Tahapan stres

Menurut Yosep (2009), gangguan stres biasanya timbul secara lamban,

tidak jelas kapan timbulnya dan seringkali kita tidak menyadari. Namun

meskipun demikian dari pengalaman praktik psikiatrik, parah ahli mencoba


5

membagi stres tersebut dalam enam tahapan. Setiap tahapan

memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang di rasakan oleh yang

bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali

gejala stres sebelum memeriksakannya ke dokter. Petunjuk-petunjuk

tahapan stres tersebut sebagai berikut :

1. Stres tingkat 1

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan bisa

disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

a. Semangat besar.

b. Penglihatan tajam tidak sebagai mana biasanya.

c. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan

lebih dari biasanya.

Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah

semangat, tapi tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya

sedang menipis.

2. Stres tingkat II

Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai

menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi

tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering

dikemukakan sebagai berikut :


5

a. Merasa letih sewaktu bangun pagi.

b. Merasa lelah sesudah makan siang.

c. Merasa lelah menjelang sore hari.

d. Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus,

perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar.

e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang

leher).

f. Perasaan tidak bisa santai.

3. Stres tingkat III

Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan

gejala-gejala :

a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke

belakang)

b. Otot-otot terasa lebih tegang.

c. Perasaan tegang yang semakin meningkat.

d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun di malam hari dan

sukar tidur kembali,, atau bangun terlalu pagi).

e. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh

pingsan)
5

Pada tahap ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter,

kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan harus di kurangi, dan

tubuh dapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi, guna

memulihkan suplai energi.

4. Stress tingkat IV

Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk yang

ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit.

b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.

c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial,

dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.

d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan, dan seringkali

terbangun dini hari.

e. Perasaan negativistik.

f. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam.

g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengetahui

mengapa.

5. Stress tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV

di atas, yaitu :
5

a. Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaition )

b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang

mampu.

c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering,

sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke

belakang.

d. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik.

6. Stress tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan

gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini dibawa ke

ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan :

a. Debar jantung terasa amat keras,hal ini disebabkan zat adrenalin

yang dikeluarkan, karena stress tersebut sangat tinggi dalam

peredaran darah.

b. Nafas sesak, megap-megap.

c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.

d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi,

pingsan, atau collaps


5

2.1.2.5 Reaksi tubuh terhadap stres

2.1.2.6 Cara mengukur tingkat stres

2.1.2.7 Dampak stres

2.1.2.8 Hubungan stres dengan tingkat kejadian hipertensi

2.1.2.9 Kerangka konsep

2.1.2.10 Hipotesis

Anda mungkin juga menyukai