Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI PEMERINTAH INDONESIA

EKA 121 A

KELOMPOK 6

CHRISTINE OCTO D L 0906305139

MALINDA NUR AFFIFAH 1506305001

NI PUTU PRADNYAWATI 1506305027

NIKETUT MODI PITRIANI 1506305027

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

0
DAFTAR ISI

(Pertemuan Kelima)

Pembahasan .............................................................................................. 1

1. Dasar Hukum ................................................................................. 1


2. Pengertian Investasi ....................................................................... 1
3. Klasifikasi Investasi ....................................................................... 1
4. Pengakuan Investasi ....................................................................... 4
5. Pengakuan Hasil Investasi ............................................................. 4
6. Pengukuran Investasi ..................................................................... 5
7. Metode Penilaian Investasi ............................................................ 6
8. Pelepasan dan Pemindahan Investasi ............................................. 9
9. Pengungkapan ................................................................................ 9

Kesimpulan ............................................................................................... 10

Daftar Rujukan ........................................................................................ 11

i
I. PEMBAHASAN

AKUNTANSI INVESTASI
1. Dasar Hukum
Akuntansi investasi pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
24 Tahun 2005 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 06 (PSAP
06) tentang Akuntansi Investasi.

2. Pengertian Investasi
Investasi adalah asset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomis seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial yaitu manfaat
yang tidak dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada
peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan
masyarakat tertentu sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah melakukan investasi dengan beberapa alasan antara lain
memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka
panjang, dan memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi jangka
pendek dalam rangka manajemen kas.
Ada beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau
dokumen lain yang serupa. Investasi dapat berupa pembelian surat hutang baik
jangka pendek maupun jangka panjang serta instrument ekuitas.

3. Klasifikasi Investasi
Investasi pemerintah dibagi atas dua jenis yaitu investasi jangka pendek
dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok asset
lancer sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok asset non-lancar.
1) Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera
dicairkan menjadi kas dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua
belas) bulan atau kurang. Investasi jangka pendek harus memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
a. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan
b. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya
pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan
kas

1
c. Berisiko rendah
Pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi bagi
pemerintah karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga
tidak termasuk dalam investasi jangka pendek. Jenis investasi yang tidak
termasuk dalam kelompok investasi jangka pendek antara lain adalah:
a. Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan
suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk
menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha
b. Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan
kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat
berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri
maupun luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah
c. Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicarikan dalam
memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek,
antara lain terdiri atas:
a. Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dana tau yang
dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits)
b. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh
pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).

2) Investasi Jangka Panjang


Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang dibagi
menurut sifat penanaman investasinya, yaitu permanen dan non-permanen.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan investasi non-permanen
adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
tidak berkelanjutan.
Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau
menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah
kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)

2
bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk
memperjualbelikan atau menarik kembali.
Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah
investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk
mendapatkan dividend dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka
panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen ini
dapat berupa:
a. Penyertaan modal pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan
internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara.
Misalnya, investasi pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT INTI,
PT PAL, PT Garuda Indonesia, PT Angkasa Puta, PT BAT, PT
Dirgantara Indonesia, dan lainnya.
b. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk
menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Misalnya investasi dalam hutan wisata, terminal, dermaga
dan lainnya.
Investasi non-permanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara
lain dapat berupa:
a. Pembelian obligasi atau surat jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah
b. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga
c. Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat
seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok
masyarakat
d. Investasi non-permanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan
untuk dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan
modal yang dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan
perekonomian. Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat
berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga
yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan
yang bukan perseroan.
e. Investasi permanen lainnya yang tidak bias dimasukkan ke penyertaan
modal, surat obligasi jangka panjang yang dibeli oleh pemerintah, dan
penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan

3
kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam property yang tidak
tercakup dalam pernyataan ini.
4. Pengakuan Investasi
Suatu pengeluaran kas atau asset dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi salah satu kriteria:
a. Kemungkinan manfaat ekonomis dan manfaat social atau jasa potensial di
masa yang akan dating atas suatu investasi dapat diperoleh pemerintah
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable)
Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai
pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan
realisasi anggaran, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka
panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau asset memenuhi
kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat
kepastian mengalirnya manfaat ekonomis dan manfaat sosial atau jasa potensial di
masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat
pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa
manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang akan diperoleh
memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat dari
asset tersebut dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul.
Kriteria pengakuan investasi sebagaimana dinyatakan pada butir b,
biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran atau pembelian yang
didukung dengan bukti yang menyatakan/mengidentifikasikan biaya
perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu investasi mungkin diperoleh bukan
berdasarkan biaya perolehannya atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal
perolehan. Dalam kasus yang demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak
dapat digunakan.

5. Pengakuan Hasil Investasi


Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain
berupa bunga deposito, bunga obligasi dan deviden tunai (cash dividend) dicatat
sebagai pendapatan. Hasil investasi berupa deviden tunai yang diperoleh dari
penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya,
dicatat sebagai pendapatan hasil investasi.

4
Investasi yang menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh
oleh pemerintah akan dicatat mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak
dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Kecuali untuk deviden dalam bentuk
saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana
yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama.

6. Pengukuran Investasi
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk
nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar dipergunakan sebagai
dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar
yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan
obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan investasi
meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli,
jasa bank dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan tersebut. Apabila
investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka
investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu
sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk
memperoleh investasi tersebut.
Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk
deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. Investasi
jangka panjang yang bersifat permanen misalnya penyertaan modal pemerintah,
dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi itu sendiri
ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investai tersebut.
Investasi nonpermanent misalnya dalam bentuk pembelian obligasi jangka
panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki berkelanjutan,
dinilai sebesar nilai perolehannya. Sedangkan investasi dalam bentuk dana
talangan untuk penyehatan perbankan yang akan segera dicairkan dinilai sebesar
nilai bersih yang dapat direalisakan. Investasi nonpermanen dalam bentuk
penanaman modal di proyek-proyek pembangunan pemerintah (seperti Proyek
PIR) dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk
perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek
sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran asset
pemerintah, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah adalah sebesar biaya
perolehan atau nilai wajar investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada.

5
Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam rupiah
dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah bank sentral) yang berlaku pada
tanggal transaksi.

7. Metode Penilaian Investasi


Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode, yaitu:
1) Metode Biasa
Metode biasa yaitu suatu metode akuntansi yang mencatat nilai
investasi berdasarkan harga perolehan, dan penghasilan atas investasi
tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak
mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang
terkait.
Contoh: Pada 20 Februari 2007 Pemda A membeli 15% dari saham
PT BCG dengan harga beli sebesar Rp.50.000.000.000,- komisi pembelian
Rp.10.000.000,-dan biaya jasa lainnya adalah Rp.15.000.000,- Pada 25
April 2008 memperoleh uang sebagai dividen 2007 sebesar
Rp.2.500.000.000,- Maka nilai dan pencatatannya adalah sebagai berikut:
Per 20 Februari 2007
Harga beli saham Rp.50.000.000.000,-
Komisi pembelian 10.000.000,-
Biaya jasa perolehan lainnya 15.000.000,-
Total nilai investasi Rp.50.025.000.000,-
Ayat jurnalnya adalah:
Dr. Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal Rp.50.025.000.000,-
Cr. Kas Rp.50.025.000.000,-
Untuk mencatat investasi dilakukan dengan jurnal kolorary sebagai
berikut:
Dr. Investasi Permanen Lainnya Rp.50.025.000.000,-
Cr. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp.50.025.000.000,-
Per 25 April 2008
Sedangkan uang yang diterima 25 April 2008 sebagai dividen
diperlakukan sebagai pendapatan, dan tidak mengurangi nilai investasi
karena kepemilikan hanya 15%, sehingga pencatatan nilai investasi
menggunakan metode biaya. Oleh karena itu ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut:

6
Dr. Kas Rp.2.500.000.000,-
Cr. Pendapatan Lainnya-dari investasi Rp.2.500.000.000,-

2) Metode Ekuitas
Metode ekuitas yaitu suatu metode akuntansi yang mencatat nilai
investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut
kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan
bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi
sesudah perolehan awal investasi.
Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat
investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi
sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian
laba kecuali deviden dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan
mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai
pendapatan. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk
mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya
perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset
tetap
Contoh: Pada 20 Pebruari 2007 Pemda A membeli 25 % dari
saham PT.BCG dengan harga beli sebesar Rp. 50.000.000.000,- komisi
pembelian Rp. 10.000.000,- dan biaya jasa lainnya adalah Rp.
15.000.000,- Pada 25 April 2008 memperoleh uang sebagai deviden 2007
sebesar Rp. 2.500.000.000,- Maka nilai dan pencatatannya adalh sebagai
berikut:
Per 20 Februari 2007
Harg beli saham Rp. 50.000.000.000,-
Komisi pembelian 10.000.000,-
Biaya Jasa Perolehan Lainnya 15.000.000,-
Total nilai investasi Rp. 50.025.000.000,-
Ayat Jurnalnya adalah:
Dr. Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal Rp. 50.025.000.000,-
Cr. Kas Rp. 50.025.000.000,-
Untuk mencatat investasi dilakukan dengan jurnal kolorary sebagai
berikut:
Dr. Investasi Permanen Lainnya Rp. 50.025.000.000,-

7
Cr. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp. 50.025.000.000,-
Per 25 April 2008
Sedangkan uang yang diterima 25 April 2008 sebagai deviden
diperlakukan sebagai pengurang investasi karena kepemilikan 25%,
sehingga pencatatan nilai investasi menggunakan metode ekuitas. Oleh
karena itu ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr. Kas Rp. 2.500.000.000,-
Cr.Investasi Permanen Lainnya Rp. 2.500.000.000,-
Jika deviden senilai Rp. 2.500.000.000,- diatas berupa saham maka ayat
jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr. Investasi Permanen Lainnya Rp. 2.500.000.000,-
Cr. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp. 2.500.000.000,-

3) Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan


Metode ini digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan
dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat. Contoh: Pemda A membangun
sebuah pasar, dengan biaya pembebasan lahan tanah sebesar Rp.20 Milyar
dan biaya pengurugan/perataan tanah senilai Rp. 5 milyar, bahan
bangunan Rp. 150 milyar, tenaga kerja Rp. 50 milyar dan biaya-biaya lain
sebesar Rp.20 milyar; biaya konsultan perencanaan Rp. 3 milyar, biaya
konsultan manajemen dan pegawai sebesar Rp. 10 milyar.Bsangunan
tersebut akan diserahkan kepada PT Pasar Raya seharga Rp. 250 milyar
sebagai investasi jangka panjang; maka nilai fantasi adalah sebagai
berikut:
Biaya Bangunan Rp. 150.000.000.000,-
Tenaga kerja Rp. 50.000.000.000,-
Biaya Lain Pembangunan Rp. 20.000.000.000,-
Biaya Konsultan Perencanaan Rp. 3.000.000.000,-
Biaya Konsultasi Manajemet Pengawasan Rp 10.000.000.000,-
Nilai Perolehan Investasi Pembangunan Rp. 233.005.000.000
Sedangkan nilai kontrak (dapat direakisasikan) adalah sebesar Rp.
250,- milyar, oleh Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya prosentase
kepemilikan saham bukan merupakan faktor yang menentukan dalam
pemilihan metode penilaian investasi , tetapi yang lebih menentukan

8
adalah tingkat pengaruh (the degree of influence) atau pengendalian
terhadap peruhaan investee, antara lain:
1) Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris
2) Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi
3) Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi
perusahaan investee
4) Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam
rapat/pertemuan dewan direksi

8. Pelepasan dan Pemindahan Investasi


Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, dan
pelepasan hak karena peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Penerimaan dari
penjualan investsi jangka pendek diakui sebagai penerimaan kas pemerintah dan
tidak dilaporkan sebagai pendapatan dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan
penerimaan dari pelepasan investasi jangka panjng diakui sebagai penerimaan
pembiayaan. Pelepasan sebagian dari investasitertentu yang dimiliki pemerintah
dinilai dengan menggunakan nilai rata-rata yang diperoleh dengan cara membagi
total nilai investasi terhadap total jumlah saham yang dimiliki oleh pemerintah.

9. Pengungkapan
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporn keuangan pemerintah
berkaitan dengan investasi pemerintah , antara lain:
1) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi
2) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen
3) Perubahan harga saham, baik yang jangka pendek mupun tidak
4) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut
5) Investasi yang dinilai, dengan nilai wajar
6) Perubahan pos investasi.

9
II. KESIMPULAN

1. Akuntansi investasi pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)


Nomor 24 Tahun 2005 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
No. 06 (PSAP 06) tentang Akuntansi Investasi.
2. Investasi adalah asset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomis seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial.
3. Investasi pemerintah dibagi atas dua jenis yaitu investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang.
4. Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau asset memenuhi
kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat
kepastian mengalirnya manfaat ekonomis dan manfaat sosial atau jasa
potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
pada saat pengakuan yang pertama kali.
5. Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain berupa
bunga deposito, bunga obligasi dan deviden tunai (cash dividend) dicatat
sebagai pendapatan.
6. Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk
nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar dipergunakan
sebagai dasar penerapan nilai wajar.
7. Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode, yaitu: metode
biasa, metode ekuitas dan metode nilai bersih yang direalisasikan.
8. Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, dan pelepasan
hak karena peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Penerimaan dari
penjualan investsi jangka pendek diakui sebagai penerimaan kas pemerintah
dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan dalam laporan realisasi anggaran,
sedangkan penerimaan dari pelepasan investasi jangka panjng diakui sebagai
penerimaan pembiayaan.
9. Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporn keuangan pemerintah
berkaitan dengan investasi pemerintah yaitu kebijakan akuntansi, jenis-jenis
investasi, perubahan harga saham, penurunan nilai investasi yang signifikan
dan penyebab penurunan tersebut, investasi yang dinilai, dengan nilai wajar,
serta perubahan pos investasi

10
DAFTAR RUJUKAN

Mursyidi.2009.Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama

11

Anda mungkin juga menyukai