Anda di halaman 1dari 18

Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –

6885

UJI MUTU FISIK DAN FISIOLOGIS BENIH POHON PENGHASIL


GAHARU (Aquilaria microcarpa Baill.) BERDASARKAN
FENOTIPE POHON INDUK DI KHDTK SAMBOJA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Mira Kumala Ningsih1, Maya Preva Biantary2, dan Jumani3


1
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia.
2
Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75124, Indonesia.
E-Mail: mirakumala@yahoo.co.id

ABSTRAK

Uji Mutu Fisik Dan Fisiologis Benih Pohon Penghasil Gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.)
Berdasarkan Fenotipe Pohon Induk Di KHDTK Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui fenotipe pohon induk jenis Aquilaria microcarpa Baill. yang ada di Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja, untuk mengetahui mutu fisik benih (kadar air, berat 1000
butir benih dan kisaran kemurnian benih), mutu fisiologis benih (persen hidup dan daya kecambah benih)
serta untuk mengetahui hubungan antara mutu fisik dan fisiologis benih dengan fenotipe pohon induk.
Terdapat 4 (empat) pohon induk jenis Aquilaria microcarpa Baill. di KHDTK Samboja yang sedang berbuah.
Masing-masing pohon induk diberi nomor SBJ 01, SBJ 02, SBJ 03 dan SBJ 04. Hasil pengamatan fenotipe
pohon induk/tegakan dikatakan bahwa hasil scoring tertinggi adalah pada pohon nomor SBJ 02 dan yang
terendah adalah pohon nomor SBJ 03. Skor yang tertinggi dikatakan bahwa kandungan atau potensi gaharu
yang terdapat pada suatu pohon penghasil gaharu lebih banyak dan skor terendah mempunyai kandungan
gaharu sedikit. Namun secara keseluruhan pohon dikatakan tumbuh baik dan belum memperlihatkan
terganggu pertumbuhannya atau merana.
Uji mutu fisik dilaksanakan di laboratorium Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam
(Balitek KSDA) Samboja sedangkan uji mutu fisiologis benih dilaksanakan di rumah kaca (green house)
Balitek KSDA Samboja. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 (sembilan) minggu yaitu dari dari minggu
kedua bulan Maret sampai dengan minggu kedua bulan Mei 2014. Pelaksanaan kegiatan pengujian
disesuaikan dengan prosedur yang dikemukakan oleh Thomsen dan Diklev (2004) dan mengacu pada
International Seed Testing Association (ISTA). Data daya kecambah dan persen hidup masing-masing
dianalisis dengan analysis of variance (anova).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih jenis Aquilaria microcarpa yang dikumpulkan dari empat pohon
induk di KHDTK Samboja termasuk benih rekalsitran dengan kisaran kadar air antara 33,45% sampai
dengan 52,48%. Benih rekalsitran adalah benih yang tidak bisa disimpan lama. Berdasarkan hasil pengolahan
data dapat diketahui bahwa persentase kemurnian benih berkisar antara 64,3 % hingga 90,5 % dengan berat
1000 butir benih rata-rata adalah 37,0102 gram dengan kisaran antara 32,3984 hingga 44,1686 gram.
Hasil uji jarak berganda BNJ menunjukkan benih dari pohon induk SBJ 04 memiliki kualitas fisiologis
terbaik dengan daya kecambah benih 64 % dan persen kecambah 75,5 %, pada tingkat kepercayaan 95%.
Mutu fisik dan fisiologis benih erat hubungannya dengan faktor genetis, pertumbuhan dan lingkungan.
Kualitas fisiologis benih yang dihasilkan berbanding terbalik dengan potensi gaharu, dengan kata lain pohon
induk yang mempunyai skor penilaian fenotipe tertinggi akan menghasilkan persen hidup kecambah yang
kecil.
Kata kunci : Mutu, Benih, Gaharu

ABSTRACT
Physical and physiological quality test of eaglewood tree (Aquilaria microcarpa Baill.) seeds based on
mother tree phenotype from KHDTK Samboja, Kutai Kartanegara Regency.The objective of this
research was to find out mother tree phenotype of Aquilaria microcarpa Baill. species in KHDTK Samboja,
to find out seed physical quality (moisture content, 1000 seeds weight and range of seeds purity), seed
physiological quality (seeds viability and vigor), and to find out the relationship between both quality with

221
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

the mother tree phenotype in KHDTK Samboja. There were four mother tree from Aquilaria microcarpa
Baill. species in KHDTK Samboja that bear fruit. Each mother tree numbered with SBJ 01, SBJ 02, SBJ 03
and SBJ 04. The results of observation to mother tree/stands phenotype was tree number SBJ 02 had the
highest score and SBJ 03 had the lowest score. The highest score tend to have more eaglewood content and
lowest score had little eaglewood content. But overall the trees grow well and did not show disturbance in
growth.
Physical quality test was conducted in laboratory of BPTKSDA Samboja, whereas physiological quality test
was conducted in green house of BPTKSDA Samboja. This research was conducted during nine weeks from
March until May 2014. The test procedure was adapted from Thomsen dan Diklev (2004) and refer to
International Seed Testing Association (ISTA). The data of each viability and vigor was analyzed by analysis
of variance (anova).
The result shows that seeds of A. microcarpa that collected from 4 (four) mother tree in KHDTK Samboja
included in recalcitrant seed with moisture content between 33,45% until 52,48%. Recalcitrant seed was
seeds that could not stored in longer time. According to the result of data analyze ascertainable that
percentage of seed purity between 64,3 % until 90,5 % with average of 1000 seeds weight was 37,0102 with
renge between 32,3984 hingga 44,1686 grams.
The result of multiple range test LSD shows that seeds from mother tree 4 had the best physiological quality
with seeds viability as 64% and seeds vigor as 75,5% at confidence level 95%. Seeds physical and
physiological quality was closely related to genetics factor, growth and environment. Seeds physical and
physiological quality that resulted was inversely proportional with eaglewood potential, in other words seeds
mother tree that had the highest score will result small vigor.
Key words : quality, seed, eaglewood tree

1. PENDAHULUAN pengetahuan menyangkut ciri dan sifat


fisiologis pohon yang telah bergaharu dan
Gaharu merupakan produk
lebih bersifat spekulatif dan setiap pohon
kehutanan yang memiliki nilai ekonomi
yang ditemukan langsung ditebang, dan
yang sangat tinggi. Gaharu bukanlah
kondisi tersebut mengakibatkan potensi
nama tumbuhan, tetapi sebagai hasil dari
pohon sesuai jenis mengalami
pohon atau kayu tertentu, berwarna
kemunduran. Siran (2008), menyatakan
cokelat sampai kehitam-hitaman dan jika
bahwa sejak tahun 2004, seluruh jenis
dibakar menimbulkan bau harum yang
Aquilaria dimasukkan ke dalam
terdapat pada bagian kayu atau akar dari
Appendix II CITES yang berarti jenis ini
jenis tumbuhan penghasil gaharu yang
termasuk tumbuhan langka sebagai akibat
telah mengalami proses perubahan kimia
dari eksploitasi secara berlebihan, karena
dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis
itu perlu dilindungi serta penebangan atau
jamur. Oleh sebab itu tidak semua
ekspornya harus dibatasi demi
tanaman penghasil gaharu menghasilkan
kelestariannya.
gaharu.
Zobelt dan Talbert (1984),
Sulit untuk melihat kandungan isi
menjelaskan bahwa ciri atau sifat yang
gaharu pada suatu tegakan. Masyarakat
sering ditampilkan setiap individu tidak
pencari gaharu apabila menemukan
lepas dari pengaruh lingkungan dan
pohon atau tegakan yang merupakan
genetik. Apabila kualitas fenotipe bagus
pohon penghasil gaharu langsung
maka kita mengetahui bahwa pohon
ditebang kemudian dicacah bagian
tersebut memiliki potensi genetik untuk
batang, cabang dan ranting bahkan akar
tumbuh bagus (Schmidt, 2000).
untuk mencari bagian mana yang
Noorhidayah (2005), mengemukakan
mengandung gaharu. Sumarna (2002)
bahwa keturunan pertama dari pohon
juga menambahkan bahwa secara
induk kayu kuku yang berfenotipe terbaik
tradisional pemungutan gaharu oleh
juga menampilkan fenotipe terbaik dalam
masyarakat kurang didukung oleh
hal tinggi dan diameter.

222
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –
6885

Susunan dasar genetik atau hidup dan daya kecambah benih. Untuk
pewarisan yang dibawa oleh benih mengetahui hubungan antara mutu fisik
menentukan potensi penampilan dan fisiologis benih dengan fenotipe
keturunannya (Schmidt, 2000). Dalam pohon induk.
penelitian ini mencoba untuk melihat
hubungan antara fenotipe pohon induk 2. METODA PENELITIAN
dengan benih yang dikecambahkan.
Karena menurut penilaian masyarakat 2.1. Tempat dan Waktu
Samboja, pohon penghasil gaharu yang Buah/benih diunduh untuk penelitian
mengandung gaharu salah satunya diunduh di KHDTK Samboja. Uji
dicirikan oleh anakan yang di bawah mutu fisik dilaksanakan di
pohon induk sedikit. Oleh karena itu,
laboratorium Balai Penelitian
perlu dilakukan penelitian uji kualitas
benih yang dihasilkan dari barbagai Teknologi Konservasi Sumber Daya
fenotipe pohon induk. Untuk menentukan Alam (Balitek KSDA) Samboja
mutu benih perlu dilakukan pengujian sedangkan uji mutu fisiologis benih
benih. dilaksanakan di rumah kaca (green
Pengujian benih ditujukan untuk house) Balitek KSDA Samboja, yang
mengetahui mutu atau kualitas dari suatu secara administratif terletak di
jenis atau kelompok benih (Sutopo,
Kelurahan Sungai Merdeka,
2002). Mutu benih dibedakan menjadi
tiga yaitu mutu fisik, mutu fisiologis dan Kecamatan Samboja, Kabupaten
mutu genetis. Mutu fisik dan fisiologis Kutai Kartanegara, Provinsi
benih-benih tanaman hutan umumnya Kalimantan Timur. Pada Bulan
lebih mudah dimengerti dibandingkan Maret-Mei 2014.
dengan mutu genetis. Mutu fisik dan
fisiologis benih menggambarkan 2.2. Bahan dan Peralatan
kemampuan benih untuk disimpan dan Bahan yang digunakan adalah pohon
tumbuh sebagai kecambah normal (Balai penghasil gaharu jenis A.
Teknologi Perbenihan Bogor, 2000) microcarpa, buah dan benih yang
Di Kawasan Hutan Dengan diunduh serta kecambah yang
Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja untuk dihasilkan. Media perkecambahan
jenis pohon penghasil gaharu, terdapat pada bak tabur yang dilakukan di
pohon benih yang sehat, pohon yang rumah kaca adalah pasir steril.
telah mendapatkan perlakuan Adapun alat yang digunakan dalam
penyuntikan dan pohon yang telah kegiatan ini antara lain : Peralatan
mengandung gaharu. Salah satu jenis yang digunakan di lapangan adalah
pohon penghasil gaharu yag terdapat di haga meter, phi-band, GPS, parang,
KHDTK Samboja adalah Aquilaria spidol permanen, label, tali raffia,
microcarpa Baill. Tujuan penelitian ini table scoring fenotife pohon induk,
adalah Untuk mengetahui fenotipe pohon tally sheet, dan pensil; Peralatan di
induk jenis Aquilaria microcarpa Baill. laboratorium: Peralatan yang
yang ada di KHDTK Samboja. Untuk digunakan di laboratorium adalah
mengetahui mutu fisik benih yang Nyiru, timbangan analitik, oven, alat
meliputi uji kadar air, uji berat 1000 butir tumbuk, kamera, pnset, lembaran
benih dan kisaran kemurnian benih yang aluminium foil, pensil, cawan
dihasilkan. Untuk mengetahui mutu aluminium foil, label tally sheet,
fisiologis benih yang meliputi persen cawan petri dan plastic; Peralatan di

223
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

rumah kaca: Peralatan yang jenis A. microcarpa serta


digunakan di rumah kaca adalah berasal dari KHDTK Samboja.
kamera, bak kecambah, label pensil,
tally sheet, pasir, wajan besi, tungku 2.3.3. Jenis data yang dikumpulkan
dan kayu bakar, korek api dan a. Data lapangan
spayer. Data lapangan yang
dikumpulkan yaitu data karakter pada
2.3. Prosedur Penelitian 4 (empat) pohon induk penghasil
gaharu (Aquilaria microcarpa Baill)
2.3.1 Survei lapangan yang sedang berbuah. Data yang
Survei lapangan dilaksanakan dikumpulkan yaitu berupa data tinggi,
di KHDTK Samboja. Survei diameter dan karakter pohon induk.
lapangan dilakukan untuk Pengukuran tinggi pohon
mencari jenis A. microcarpa menggunakan haga meter, diameter
yang sedang berbuah. pohon diukur menggunakan phi-band
pada ketinggian 130 cm dari
2.3.2. Penentuan pohon induk permukaan tanah. Selanjutnya
Pohon induk yang diambil dilakukan skoring untuk menilai
adalah pohon induk yang fenotipe pohon induk dapat dilihat
sedang berbuah dan merupakan pada Tabel 1.

Tabel 1. Skoring Untuk Penilaian Fenotipe Pohon Induk


Nilai
No Karakter
4 3 2 1
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A Daun Daun banyak (sebagian Daun rontok (kurang Daun rontok sedikit Daun segar dan
besar) rontok dan lebih 50%) dan saja tidak rontok
menguning menguning
B Tajuk Tajuk pohon kecil dan Tajuk pohon agak kecil Tajuk pohon kurang Tajuk pohon
tipis dan sedikit tipis besar dan agak lebat besar dan
seimbang
C Percabangan Ranting dan cabang Ranting dan cabang Ranting dan cabang tidak ada atau
banyak (sebagian besar) banyak (kurang lebih yang patah sedikit hampir tidak ada
yang patah 50%) yang patah ranting dan
cabang patah
D Permukaan Banyak terdapat benjolan Agak banyak benjolan Ada benjolan dan Relatif mulus
Batang dan lekukan dan lekukan lekukan
E Kesan raba Kasar sekali Kasar Agak kasar Mulus
batang Batang
F Tanda adanya Banyak terdapat lubang Agak banyak lubang Ada lubang semut Relatif mulus
lubang semut semut semut relatif sedikit
G Kulit Kulit kayu kering dan Kulit agak kering dan Kulit agak kering Kulit sehat dan
rapuh serta bila ditarik mulai mulai rapuh serta segar
mudah putus ditarik agak mudah
putus
H Warna kulit Beralur cokelat Cokelat bergaris putih Putih keabuan Putih
Dalam kehitaman
I Bau ketika Wangi sekali Wangi, sudah tercium Ada bau, hanya Tidak ada bau
dibakar pada jarak agak jauh tercium pada jarak
dekat
J Informasi Tumbuh merana Agak terganggu Agak terganggu Tumbuh baik
pertumbuhan pertumbuhannya tetapi relatif tumbuh
pohon baik

224
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –
6885

b. Data di laboratorium Ekstraksi benih dilakukan


Pengambilan data yang dengan cara dikeringanginkan di
dilakukan di laboratorium meliputi udara terbuka selama 2 (dua) hari dan
data kisaran kadar air benih, buah merekah dengan sendirinya dan
persentase kemurnian benih yang benih mudah dikeluarkan. Cara ini
meliputi persen berat komposisi suatu disebut dengan ekstraksi kering.
contoh benih, identifikasi benih lain Ekstraksi kering umumnya diterapkan
dan kotoran yang terdapat dalam pada buah yang tidak berdaging,
benih serta penentuan berat 1000 berbentuk polong, follicles, kapsul
butir benih. dan kerucut/bersisik (Sudrajat dan
c. Data pengamatan di rumah kaca Nurhasybi, 2009). Hal ini juga sesuai
Pengambilan data di rumah dengan cara yang dilakukan oleh
kaca meliputi data persen hidup dan Sudrajat (2003) untuk jenis A.
daya kecambah benih yang disemai. malacensis.
Data persen hidup diambil dari c. Seleksi dan sortasi
jumlah kecambah yang hidup sampai Seleksi dan sortasi dilakukan
akhir pengamatan dan data daya setelah benih dikeluarkan dari buah,
kecambah diambil terhadap jumlah selanjutnya dilakukan pembersihan
kecambah normal yang hidup sampai dari kotoran, yaitu pemisahan dari
akhir pengamatan. . ranting, daun atau benih lain yang
tercampur saat ekstraksi. Selain itu
2.4. Metode Pengumpulan Data dilakukan pula pemilihan benih-
a. Pengunduhan benih yang sudah rusak, baik rusak
Pengunduhan dilaksanakan di mekanik (patah, pecah, dll) atau yang
Kawasan Hutan Dengan Tujuan sudah busuk dan membuangnya
Khusus (KHDTK) Samboja. Jenis karena dapat menjadi jalan masuk
yang diunduh adalah A. microcarpa. hama atau cendawan (Brasmasto,
Pengunduhan atau pengumpulan 2008).
buah/benih dilakukan dengan cara d. Penarikan contoh
memanjat atau memetik langsung Penarikan contoh dilakukan
buah dari pohon. Pengunduhan dengan tujuan untuk mendapatkan
dilakukan pada saat ± 75% buah contoh benih yang mewakili
sudah mencirikan masak atau lebih kelompok benih dalam jumlah yang
dari 25 % buah sudah merekah di cukup untuk keperluan informasi
atas pohon atau tegakan. produksi benih. Contoh didapatkan
Pengunduhan dilakukan pada buah dari kelompok benih dengan cara
yang belum merekah. Hal ini mengambil secara acak sebagian
dilakukan untuk menghindari benih kecil benih kemudian
keluar dari buah sebelum diunduh. menggabungkannya.
Buah/benih yang jatuh pada bagian e. Pengujian Laboratorium
lantai hutan (tanah) tidak diambil Pengujian mutu fisik benih
karena buah/benih yang sudah dilaksanakan sebelum pengujian
terkena kontak dengan tanah mutu fisiologis. Pelaksanaan
khawatir telah terinfeksi hama dan kegiatan pengujian disesuaikan
cendawan atau jamur (Brasmoto, dengan prosedur yang dikemukakan
2008). Buah atau benih yang diunduh oleh Thomsen dan Diklev (2004) dan
segera dibawa dan diproses. mengacu pada metode pengujian
b. Ekstraksi Buah

225
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

yang tercantum dalam International Persentase Kemurnian = 100 – Benih


Seed Testing Association (ISTA). Lain – Kotoran
1) Kadar air
3) Berat 1000 butir
Wadah yang digunakan
Berat benih berdasarkan
untuk penentuan kadar air adalah
peraturan ISTA dilakukan terhadap
cawan aluminium foil yang tahan 1000 butir benih dengan
panas dan diberi label pohon. menimbang 100 benih sebanyak
Sebelum digunakan, cawan dan delapan ulangan. Banyaknya
label ditimbang terlebih dahulu. ulangan secara efisien ditentukan
Sebelum ditimbang benih berdasarkan nilai Koefisien
diretakkan dengan cara ditumbuk keragaman (Ck). Berat 1000 butir
untuk menyempurnakan benih ditimbang dari benih murni.
pengeringan pada bagian dalam Penentuan berat benih Aquilaria
benih. Benih yang telah microcarpa dihitung dengan
diretakkan ditempatkan pada menggunakan rumus :
cawan dan ditimbang dengan
berat contoh kerja sebanyak  5 B1000  10  X
gram untuk setiap kelompok 8
benih. Penimbangan diulang X  ( x )/8
sebanyak 4 kali dengan contoh i 1
kerja yang berbeda. Dimana : B1000 = berat 1000
Setelah ditimbang cawan butir benih
ditutup dengan aluminium foil X = berat rata-rata
dan ditempatkan di dalam oven seratus butir benih
X1-i = berat 100 butir
pada suhu 103C  2 selama 17 benih setiap ulangan
jam  1 dan didinginkan selama
30-45 menit. Setelah dingin, Penentuan berat 1000 benih
tutup aluminium foil dibuka dan harus diulang apabila koefisien
cawan ditimbang kembali. Kadar keragaman lebih dari 4. Rumus
air benih diukur dengan rumus yang digunakan :
sebagai berikut : S
Ck   100
X
(M2) - (M3) n( X i2 )  ( X) 2
m .c   100 %
(M2 - M1) S
N(n  1)
Dimana :
m.c = kadar air (%) Dimana :
M1 = berat wadah (gr) Ck = koefisien keragaman
M2 = berat segar benih + wadah (gr) S = galat baku
M3 = berat kering benih + wadah (gr) X = berat rata-rata seratus butir benih
X1= berat 100 butir benih setiap ulangan
N= ulangan
2) Kemurnian benih
Persentase kemurnian
f. Pengamatan Rumah Kaca
dihitung dengan rumus :
Pengujian dilakukan di rumah
Rata - rata berat benih lain
Benih Lain (%)  kaca
100 % dengan tahapan pengujian
Rata - rata berat total sebagai berikut:
Rata - rata berat kotoran benih 1) Penyiapan contoh Uji
Kotoran (%)   100 % Contoh uji perkecambahan
Rata - rata berat total
yang dilakukan di rumah kaca.

226
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –
6885

Contoh uji benih berjumlah 4 dilakukan setiap dua hari sekali


(empat) ulangan @ 50 butir benih. dengan mengamati jumlah benih
Contoh uji ini disiapkan dengan yang berkecambah.
menghitung benih secara manual. 5) Evaluasi kecambah
2) Penyiapan Media Evaluasi kecambah normal
Media yang digunakan dilakukan setelah 40 hari benih
adalah pasir yang disterilkan ditabur. Kriteria kecambah normal
dengan cara menggoreng pasir yang tepat adalah kriteria
tanpa minyak (disangrai) selama  kecambah yang siap untuk
1 jam. Hal ini dimaksudkan disapih. Ciri-ciri kecambah
untuk meminimalisir potensi normal adalah kecambah yang
serangan jamur yang mudah sudah berdaun minimal dua helai
menyerang biji sehingga dapat daun, kecambah terlihat kokoh
menghasilkan kecambah yang dan sehat.
sehat. Setelah pasir didinginkan 6) Pengolahan data
kemudian dimasukkan ke dalam Untuk mengetahui daya
bak perkecambahan berbentuk berkecambah dan persen hidup
nampan plastik yang sudah digunakan rumus sebagai berikut :
dilobangi dengan ketebalan media Jumlah kecambah normal
 5 cm, selanjutnya diratakan yang Tumbuh
Daya berkecambah (DB) 
disiram dengan sprayer sehingga Jumlah Benih yang ditabur
air yang menimpa media
berbentuk butiran halus dan Jumlah Kecambah yang Hidup
permukaan media tetap rata dan sampai Akhir Pengamatan
tidak berubah. Persen Hidup   100%
Jumlah Benih yang Ditabur
3) Penanaman Benih
Penanaman benih
dilakukan dengan cara
menancapkan ujung benih yang 7) Rancangan Percobaan
runcing ke dalam media hingga Rancangan percobaan
2/3 bagian masuk ke dalam media dibuat untuk uji perkecambahan
dan flasenta benih berada di atas. di rumah kaca. Rancangan yang
Perkecambahan dilakukan pada digunakan adalah Rancangan
proporsi benih murni. Acak Lengkap (RAL) dan pohon
induk asal benih merupakan
4) Pemeliharaan dan pengamatan perlakuan yang diuji yang terdiri
Pemeliharaan dilakukan dari 4 (empat) pohon induk. Tiap
dengan cara menyiram media pohon induk terdiri dari 4
dengan sprayer secara teratur (empat) ulangan dan tiap ulangan
untuk menjaga kelembaban terdiri dari 50 benih.
media. Penggunaan sprayer
sewaktu penyiraman dimaksudkan 2.5. Analisis Data
untuk menghindari kerusakan Data daya kecambah dan persen
semai atau benih terangkat. hidup masing-masing dianalisis
Penyiraman dilakukan setiap pagi dengan analysis of variance
hari. Pembersihan gulma (anova). Model linier RAL untuk
dilakukan apabila ada gulma yang penelitian ini adalah :
tumbuh pada media. Pengamatan ij
Y =µ+τ + ε
i ij

227
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

Dimana : Hal ini sama dengan yang dikemukakan


i = perlakuan
j = ulangan
oleh Sunarti, dkk (2005) bahwa pohon
i, j =1, 2, 3,…,n induk yang berada di dalam kawasan
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan mempunyai karakter yang berbeda.
ke-j
µ = rataan umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
B. Pengujian Mutu Fisik Benih
εij = galat percobaan perlakuan ke-i ulangan Kegiatan pengujian mutu fisik
ke-j benih, penimbangan bahan uji dengan
menggunakan timbangan digital atau
Apabila hasil analisis ragam
timbangan analitik yang sudah
menunjukkan perbedaan antar
pohon induk, maka dilakukan uji dikalibrasi. Timbangan ini digunakan
jarak berganda Tukey HSD (Beda karena tingkat ketelitiannya yang tinggi
Nyata Jujur (BNJ)). dan dapat menggambarkan berat sampai
empat decimal dan alat ini sama dengan
3. HASIL PENELITIAN DAN yang disarankan dalam ISTA.
PEMBAHASAN
1. Kadar Air
A. Penilaian Fenotipe Pohon Induk Kadar air adalah hilangnya bobot
Terdapat 4 (empat) pohon induk ketika benih dikeringkan sesuai teknik
yang sedang berbuah, masing-masing atau metode tertentu (Sudrajat dan Suita,
diberi nomor SBJ 01, SBJ 02, SBJ 03 dan 2009). Metode yang digunakan adalah
SBJ 04. Setiap kelompok benih diberi dengan pengeringan oven pada suhu
nomor pohon, lokasi pengunduhan, dan 103C2 selama 17 jam 1.
Kadar air diketahui bahwa pohon
waktu pengunduhan.
SBJ 03 memiliki kadar air benih tertinggi
Fenotipe suatu tegakan atau pohon yaitu sebesar 52,48%, sedangkan pohon
nomor SBJ 02 memiliki kadar air benih
merupakan hasil interaksi antara
terendah sebesar 33,45%. Dari hasil
genotype dan lingkungannya (Schmidt, pengujian kisaran kadar air benih
2000). Hasil pengamatan fenotipe pohon Aquilaria microcarpa menunjukkan
induk/tegakan dikatakan bahwa hasil bahwa benih ini merupakan benih
scoring tertinggi adalah pada pohon rekalsitran. Hal ini serupa dengan jenis
nomor SBJ 02 dengan skor 19 dan yang A. malaccensis yang juga termasuk benih
terendah adalah pohon nomor SBJ 03 rekalsitran sehingga tidak bisa disimpan
lama pada kadar air rendah (Sudrajat,
dengan skor 14. Skor yang tertinggi 2003 dan Subiakto dkk, 2010)
dikatakan bahwa kandungan atau potensi Nurhasybi dan Sudrajat (2003)
gaharu yang terdapat pada suatu pohon menguraikan bahwa umur pohon
penghasil gaharu lebih banyak dan skor berpengaruh terhadap mutu benih.
terendah mempunyai kandungan gaharu Tegakan benih yang lebih tua cenderung
sedikit. Namun secara keseluruhan pohon memiliki kadar air yang lebih rendah
dibandingan dengan tegakan benih yang
dikatakan tumbuh baik dan belum
lebih muda. Hal ini disebabkan karena
memperlihatkan terganggu pada umur pohon lebih muda, cadangan
pertumbuhannya atau merana. Akan makanan yang tersedia masih
tetapi keempat pohon induk tersebut terkonsentrasi untuk pertumbuhan
mempunyai karakteristik yang berbeda. vegetatif. Disamping itu terjadinya

228
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –
6885

persaingan antara daun muda dengan penanaman, setelah buah diunduh dan
daun tua dalam memperoleh cahaya, air diekstraksi, sebaiknya segera ditanam
dan hara mineral untuk fotosintesis. untuk menghindari menurunnya viabilitas
Adanya persaingan ini dapat menurunkan benih. Kadar air merupakan faktor utama
kapasitas fotosintesis karena daun-daun yang mempengaruhi viabilitas benih
muda belum dapat menjalankan karena pada kadar air tertentu viabilitas
fotosintesis secara sempurna. Hal ini benih dapat mencapai maksimum
menyebabkan proses-proses (Rohandi dan Widyani, 2011).
pembentukan biji kurang memadai
sehingga sebagian besar biji masih terisi 2. Kemurnian
air dalam kadar air yang cukup tinggi dan Berat contoh kerja untuk uji
pada umur yang lebih muda pertumbuhan kemurnian dilakukan dengan cara
pohon berlangsung cepat yang memisahkan benih berupa benih dari
berpengaruh terhadap daya serap kotoran benih, benih kosong dan benih
makanan termasuk air, sehingga terdapat jenis lain. Tujuan analisis kemurnian
kecendrungan meningkatnya kadar air adalah menentukan persen berat
biji. Umur pohon penghasil gaharu yang komposisi suatu contoh benih lain serta
terdapat di kawasan KHDTK Samboja materi padat yang terdapat dalam contoh
tidak diketahui karena tumbuh di hutan benih (Sudrajat dan Nurhasybi, 2009).
alam. Berat setiap komponen dinyatakan dalam
Yuniarti dkk (2009) satu desimal. Persen dihitung
mengemukakan bahwa pada jenis benih berdasarkan jumlah berat total dari
gaharu (Aquilaria malaccensis) teknik masing-masing komponen dan bukan dari
pengemasan yang terbaik selama berat contoh kerja, kemudian jumlah
transportasi yang dalam berat dari masing-masing komponen
pengangkutannya memerlukan waktu ± dibandingkan dengan contoh kerja untuk
30 jam sebaiknya benih yang dimasukkan mengetahui kesalahan. Jumlah prosen
ke dalam besek dengan media serbuk semua komponen penyusun benih harus
sabut kelapa yang dimasukkan ke dalam 100 %. Berdasarkan hasil pengolahan
kantong plastik berlubang. Benih data dapat diketahui bahwa persentase
rekalsitran akan mengalami kerusakan kemurnian benih berkisar antara 64,3 %
apabila dikeringkan. Untuk keperluan hingga 90,5 % (Tabel 2).
Tabel 2. Persentase Kemurnian Benih
Rata-rata Rata-rata berat Rata-rata berat
Nomor Benih Kotoran Kemurnian
berat total benih kotoran lain
Pohon Lain (%) (%) (%)
(gram) lain(gram) (gram)
SBJ 01 12,4151 0 2,7284 0 22,0 78,0
SBJ 02 22,8805 0 2,1722 0 9,5 90,5
SBJ 03 15,5257 0 3,4874 0 35,7 64,3
SBJ 04 15,5257 0 1,9423 0 12,5 87,5

Hasil pengujian terlihat bahwa persentase kemurnian benih ini


tidak terdapat benih lain dari contoh disebabkan oleh banyak benih yang
kerja. Persentase kemurnian benih pada terserang hama seperti ulat. Ulat pada
pohon nomor SBI 01 dan SBI 03 lebih benih dianggap sebagai kotoran benih.
kecil dibandingkan pada pohon nomor Karena benih murni termasuk benih
SBI 02 dan SBI 04 (Gambar 8.). Kecilnya hidup maupun mati, dan benih rusak,

229
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

maka kemurnian benih tidak 3. Berat 1000 Butir


menggambarkan kejelasan mengenai Penentuan berat benih A.
viabilitasnya (Schmidt, 2000). Sudrajat microcarpa dimaksudkan untuk
dan Nurhasybi (2009) juga menambahkan mengetahui berat 1000 butir contoh
sesuai yang berlaku di ISTA bahwa benih benih. Berat 1000 butir benih dihitung
murni adalah benih utuh dan potongan
dari benih murni (Sudrajat dan
benih yang besarnya lebih dari setengah
benih utuh. Nurhasybi, 2009). Benih yang akan
Pada saat seleksi dan sortasi dihitung diambil secara acak dari semua
benih, hama atau ulat bawaan benih tidak kelompok benih dalam jumlah yang
terlihat, namun pada saat pengujian cukup dan mewakili kelompok benih.
kemurnian yaitu pemisahan atau Jumlah benih dihitung secara manual
pembuangan plasenta dari benih, ulat atau
kemudian ditimbang berdasarkan
hama yang menyerang benih pun keluar.
Hal ini menyebabkan kemurnian dari peratukan ISTA. Pengolahan data
pengujian benih kurang. Maka untuk dilakukan berdasarkan rumus yang telah
benih yang dikecambahkan dilakukan ditetapkan dan disajikan dalam Tabel 3.
kegiatan seleksi dan sortasi benih ulang.

Tabel 3. Hasil Penentuan Berat 1000 Butir Benih


Ck
Nomor Berat rata-rata 100 butir S
Berat 1000 butir (gram) (koefisien
Pohon (gram) (galat baku)
keragaman)
SBJ 01 3,7308 37,3083 3,7388 0,1395
SBJ 02 4,4169 44,1686 0,5925 0,0262
SBJ 03 3,2398 32,3984 0,1583 0,0051
SBJ 04 3,4166 34,1655 3,5271 0,1205
Rerata 3,7010 37,0102 2,0042 0,0728

Dari Tabel 3 di atas dapat tumbuhan juga berhubungan erat dengan


disimpulkan bahwa benih yang ketersediaan cadangan makanan untuk
dikumpulkan dan diuji beratnya dari pertumbuhan embrio. Dengan kata lain
setiap pohon induk Aquilaria semakin besar ukuran benih maka
microcarpa yang berada di KHDTK semakin besar pula berat benihnya.
Samboja bervariasi. Pengujian tidak perlu
diulang karena nilai koefisien keragaman C. Hubungan Antara Uji Mutu Fisik
tidak ada yang lebih dari empat. dengan Fenotipe Pohon Induk
Dari hasil kegiatan pengujian
dapat disimpulkan bahwa berat 1000 1. Kadar air
butir benih rata-rata adalah 37,0102 gram Kadar air benih erat hubungannya
dengan kisaran antara 32,3984 hingga dengan umur pohon. Dari hasil pengujian
44,1686 gram. Pada pohon nomor SBJ diketahui bahwa pohon SBJ 03 memiliki
02 memiliki ukuran buah dan benih yang kadar air benih tertinggi yaitu sebesar
lebih besar dibandingkan pohon SBJ 01, 52,48%, sedangkan pohon nomor SBJ 02
SBJ 03 dan SBJ 04. Menurut Suita dan memiliki kadar air benih terendah sebesar
Sudrajat (2003) dalam Ningsih dan 33,45%. Umur pohon tidak diketahui
Sidiyasa (2009) berat benih suatu karena tumbuh di hutan alam. Namun

230
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –
6885

kita dapat melihat dari ukuran (diameter) antara ukuran pohon dengan persentasi
pohon induk atau tegakan. Perbandingan kadar air benih disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Antara Ukuran Pohon Induk dengan Persentasi Kadar air Benih
No. Pohon Diameter (cm) Tinggi Pohon (m) Persentasi Kadar Air Benih (%)

SBJ 01 42,8 15 48,88

SBJ 02 53,6 25 33,45

SBJ 03 31,2 16 52,48

SBJ 04 64,9 18 36,45

Dari Tabel di atas ukuran diameter atau ketahanan benih terhadap serangan
pohon terbesar adalah pohon nomor SBJ hama dan penyakit dipengaruhi oleh
04 yaitu 64,9 cm dan pohon nomor SBJ genotif, tingkatan perkembangan dan
03 adalah yang paling kecil yaitu 31,2 lingkungan, serta interaksi antara faktor-
cm. Ukuran diameter pohon tidak bisa faktor tersebut. Aquilaria microcarpa
dijadikan acuan untuk menentukan umur digolongkan dalam buah yang berbentuk
suatu pohon/tegakan karena diduga polong. Schmidt (2000) mengemukakan
dipengaruhi oleh faktor lainnya. beberapa contoh dari tumbuhan hutan
Persentasi kadar air yang terkandung jenis polong-polongan seperti Acacia,
dalam benih berhubungan erat dengan Prosopis, dan Albizia spp., tingkat variasi
faktor genetis, umur pohon, ketersediaan terhadap serangan serangga oleh
cadangan makanan dalam embrio serta bruchids yang kemungkinan besar
faktor lingkungan. keragaman genetik juga ada dalam jenis-
jenis tersebut karena ketahanan yang
2. Persentase kemurnian benih disebabkan oleh perbedaan unsur kimia
Kemurnian benih merupakan dan struktur kulit biji bersifat variable
salah satu ukuran mutu fisik benih dan dan berubah-ubah.
benih murni adalah benih yang tidak Hal ini menunjukkan bahwa
tercampur dengan kotoran yang terbawa beberapa pohon Aquilaria microcarpa
ataupun benih-benih yang tidak utuh yang diuji tingkat serangan hamanya
(Suita dan Sudrajat, 2003). Dari empat tidak sama. Artinya tingkat ketahanan
pohon yang dikumpulkan benihnya, (resistensi) terhadap serangan hama
terdapat benih yang terserang hama ulat berbeda-beda pada setiap pohon atau
bruchids. tegakan. Pohon nomor SBJ 02 dan SBJ
Benih merupakan bahan yang 04 lebih tahan terhadap serangan hama
memiliki nutrisi tinggi seperti ulat bruchid dibandingkan dengan pohon
karbohidrat, protein dan lemak adalah nomor SBJ 01 dan SBJ 03. Apabila kita
sumber makanan yang menarik bagi melihat perbandingan antara persentasi
sejumlah organisme. Hama bawaan benih kemurnian dengan fenotipe pohon induk
menunjukkan ketahanan benih secara tidak terdapat hubungan antara keduanya.
individual terhadap hama dan penyakit Perbandingan antara persentasi
berbeda-beda pada setiap pohon. Schmidt kemurnian dengan fenotipe pohon induk
(2000) menyebutkan bahwa kerentanan disajikan dalam Tabel 5. berikut
:

231
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

Tabel 5. Perbandingan Antara Persentasi Kemurnian dengan Fenotipe Pohon Induk


Skoring Persentase
No. Pohon
penilaian fenotipe pohon kemurnian benih (%)
SBJ 01 18 78,0
SBJ 02 19 90,5
SBJ 03 14 64,3
SBJ 04 17 87,5

Tingkat resistensi yang kurang tersebut genetik, iklim, kemasakan buah dan
diduga diakibatkan oleh faktor genetik proses penanganan benih (Nurhasybi
dan lingkungan. dkk., 2002). Dari beberapa pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa berat
3. Berat 1000 butir benih benih erat hubungannya dengan fenotipe
Kemampuan sumber benih untuk
pohon induk. Pernyataan tersebut dapat
menghasilkan benih dalam jumlah dan
dilihat dari hasil pengujian berat 1000
kualitas yang baik dipengaruhi oleh
butir benih yang dikumpulkan dari pohon
beberapa faktor diantaranya adalah umur
induk yang terdapat di KHDTK Samboja
dan ukuran pohon, kekuatan pohon, tajuk
(Tabel 6).

Tabel 6. Perbandingan Antara Hasil Penilaian Fenotipe Pohon Induk dengan Berat 1000 Butir Benih

No. Pohon Skoring Penilaian Fenotipe Pohon Induk Berat 1000 Butir Benih (gram)

SBJ 01 18 37,3083
SBJ 02 19 44,1686
SBJ 03 14 32,3984
SBJ 04 17 34,1655

Perbandingan hasil pengujian D. Pengujian Mutu Fisiologis Benih


berat 1000 butir benih dengan skor hasil 1. Perkecambahan Benih
penilaian fenotipe pohon induk tertinggi Pengecambahan hanya dilakukan
yaitu pada pohon nomor SBJ 02 akan pada benih murni (Sudrajat dan
menghasilkan berat 1000 butir benih Nurhasybi, 2007). Benih mulai
tertinggi dan begitu pula dengan skor berkecambah pada hari ke 7 setelah benih
hasil penilaian fenotipe pohon induk ditabur (Gambar 1). Hal ini juga sama
terendah yaitu pada pohon nomor SBJ 03 dengan yang dinyatakan oleh Rayan
akan menghasilkan berat 1000 butir benih (2006) bahwa benih tumbuhan penghasil
terendah. Hal ini berarti perbandingan gaharu jenis Aquilaria microcarpa di
skor hasil penilaian fenotipe dengan berat persemaian BP2KK Samarinda mulai
1000 butir benih pada setiap pohon berkecambah pada hari ke 7 dan terakhir
adalah sama. hari ke 22 dengan rata-rata kecepatan
berkecambah selama 14 hari.

232
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –
6885

Gambar 1. Perkecambahan Benih

Proses perkecambahan benih kadang bersamaan dengan kulit benih,


merupakan suatu rangkaian kompleks kotiledon kemudian secara normal
dari perubahan-perubahan morfologi, terpisah satu sama lain dan menjadi daun
fisiologi dan biokimia (Utomo, 2006). pertama yang melakukan fotosintesis
Perkecambahan dimulai dengan (Schmidt, 2000). Oleh karena itu, tipe
penyerapan air. Penyerapan adalah perkecambahan
kondisi awal proses metabolisme yang A. microcarpa termasuk tipe
mengarah pada penyelesaian proses perkecambahan epigeal. Setelah muncul
perkecambahan (Schmidt, 2000). Setelah dua helai daun dan kecambah kelihatan
biji menyerap air, maka embrio menjadi kokoh dan sehat maka kecambah sudah
aktif, oleh karena itu biji mengalami dikatakan normal.
pertambahan volume dan menyebabkan
kulit benih pecah. Selanjutnya calon akar 2. Evaluasi Kecambah
Berdasarkan hasil pengujian pada
(radicula) keluar dan selanjutnya akhir pengamatan terdapat benih rusak,
berkembang menjadi batang utama benih bagus (bernas), kecambah tidak
(hipokotil) benih terangkat atau hipokotil normal dan kecambah normal. (Gambar
tumbuh dan mendorong kotiledon ke atas 2.) dan hasil evaluasi kecambah disajikan
dalam Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Hasil Evaluasi Kecambah
Nomor Pohon Kecambah Normal Bernas Rusak Kecambah Belum Normal
SBJ 01 73 6 90 31
SBJ 02 91 22 87 0
SBJ 03 81 8 68 43
SBJ 04 128 7 42 23

Hasil uji kecambah pada akhir menunjukkan abnormalitas atau


pengamatan menunjukkan bahwa tidak penampilan yang tidak sehat dan
terdapat kecambah yang tidak normal. kecambah normal adalah jumlah
Kecambah tidak normal artinya jumlah kumulatif benih yang telah berkembang
kumulatif benih yang telah berkecambah menjadi normal dan sehat dalam
selama masa pengujian, namun semainya penampilannya dan memiliki semua

233
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

struktur penting suatu semai. Jumlah 04. Benih rusak adalah benih yang
kecambah normal yang tumbuh paling menunjukkan tanda-tanda dekomposisi
banyak adalah pada benih yang atau busuk
dihasilkan dari pohon nomor SBJ 04 dan Apabila kecambah sudah
yang paling sedikit adalah pada benih dikatakan normal maka kecambah sudah
yang dihasilkan dari pohon nomor SBJ siap untuk disapih atau dipindah ke
01 sedangkan jumlah terbanyak polybag. Kecambah normal berpotensi
kecambah yang belum normal adalah tumbuh menjadi tanaman sempurna jika
pada benih yang dihasilkan dari pohon ditanam pada tanah, kelembaban, suhu
nomor SBJ 03 dan pada benih yang dan cahaya yang memenuhi syarat.
dihasilkan dari pohon nomor SBJ 02
tidak terdapat kecambah yang belum 3. Hasil Pengujian
normal. Hasil pengujian menyebutkan
Benih bagus (bernas) adalah benih bahwa daya kecambah dan persen hidup
yang semua struktur dalam benih masih benih atau persen kecambah tertinggi
dalam kondisi baik tetapi pada akhir adalah pada nomor SBJ 04 yaitu dengan
pengujian benih belum berkecambah. daya kecambah benih 64 % dan persen
Jumlah benih bernas terbanyak adalah kecambah 75,5 %. Daya kecambah
pada benih yang dihasilkan dari pohon terendah adalah pada nomor SBJ 01 yaitu
nomor SBJ 02 dan jumlah benih bernas 36,5 % sedangkan persen kecambah
yang paling sedikit adalah pada benih terendah adalah pada nomor SBJ 02 yaitu
yang dihasilkan dari pohon nomor SBJ 45,5 persen.
01. Sedangkan jumlah benih rusak Hasil anova menunjukkan pohon
terbanyak adalah pada benih yang induk berpengaruh terhadap daya
dihasilkan dari pohon nomor SBJ 01 dan kecambah dan persen hidup benih gaharu
yang paling sedikit adalah pada benih pada tingkat kepercayaan 95% (Tabel 8).
yang dihasilkan dari pohon nomor SBJ

Tabel 8. Hasil Anova Terhadap Daya Kecambah dan Persen Hidup Benih
Source Sum of Squares Df Mean Square F-Ratio P-Value
Daya Kecambah
Between groups 1772.75 3 590.917 18.04*) 0.0001
Within groups 393.0 12 32.75
Total (Corr.) 2165.75 15
Persen Hidup
Between groups 2049.0 3 683.0 9.09*) 0.0021
Within groups 902.0 12 75.1667
Total (Corr.) 2951.0 15

Keterangan: *)berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%

Hasil uji jarak berganda BJN induk lain. Artinya secara statistik benih
menunjukkan benih dari pohon induk dari pohon penghasil gaharu nomor SBJ
SBJ 04 memiliki rata-rata daya kecambah 04 yang mempunyai kualitas fisiologis
dan persen hidup lebih tinggi terbaik. Hasil uji jarak berganda BNJ
dibandingkan dengan benih dari pohon disajikan pada Tabel 9.

234
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –
6885

Tabel 9. Hasil Uji Jarak Berganda BNJ Terhadap Daya Kecambah dan Persen Hidup Benih
No Pohon Induk Daya Kecambah (%) Persen Hidup (%)
1 SBJ01 36.5 a 52.0 a
3 SBJ02 45.5 a 45.5 a
2 SBJ03 40.5 a 62.0 ab
4 SBJ04 64.0 b 75.5 b
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan secara statistik pada tingkat kepercayaan
95%

Rayan (2006) menyatakan bahwa genotif dan selain itu kondisi


pada jenis tumbuhan penghasil gaharu perkecambahan seperti suhu dan
jenis Aquilaria microcarpa di persemaian kelembaban harus optimal. Suhu tempat
BP2KK Samarinda daya kecambah benih pengujian perkecambahan di rumah kaca
rata-rata 77,67%, namun dalam (green house) berkisar antara 23º s/d 35º
tulisannya beliau juga mengemukakan C. Kelembaban berkisar antara 85 % s/d
perpedaan pendapatnya dengan 99 %. Kondisi ini sudah dikatakan
Salampessy (2003) yang menyebutkan optimal untuk perkecambahan.
bahwa persentasi jenis tumbuhan
penghasil gaharu lebih rendah yaitu 50 E. Hubungan Antara Uji Mutu
%. Perbedaan-perpedaan pendapat ini Fisiologis Benih Terhadap Fenotipe
diduga terjadi akibat dari proses Pohon Induk
penanganan benih, faktor genotif dan
keadaan lingkungan. Hal ini sama dengan Perbandingan hasil scoring
yang diungkapkan oleh Schmidt (2000) penilaian fenotipe pohon induk dengan
bahwa perkecambahan dan pertumbuhan hasil uji mutu fisiologis benih dapat
dapat secara langsung dipengaruhi oleh dilihat dalam Tabel 10.

Tabel 10. Perbandingan Hasil Scoring Penilaian Fenotipe Pohon Induk Dengan Hasil Uji Mutu Fisiologis
Benih
Hasil Uji Mutu Fisiologis Benih
Skoring
No. Pohon Daya Kecambah Persen Hidup
Penilaian Fenotipe Pohon Induk
(%) (%)
SBJ 01 18 36,5 52,0
SBJ 02 19 45,5 45,5
SBJ 03 14 40,5 62,0
SBJ 04 17 64,0 75,5

Pada benih yang dihasilkan dari gaharu dengan persentasi kecambah


pohon penghasil gaharu nomor SBJ 01 benih yang dihasilkan. Pada pohon nomor
proses pematangan buah tidak merata SBJ 02 mempunyai skor hasil penilaian
sehingga terdapat benih yang masih fenotipe pohon induk tertinggi dengan
muda, oleh karena itu persentasi daya hasil persentasi hidup atau persentasi
kecambahnya kecil bila dibandingkan kecambah terendah. Schmidt (2000)
dengan benih dari pohon penghasil mengemukakan hubungan kualitas
gaharu nomor SBJ 02, SBJ 03 dan SBJ genetik benih akan berpengaruh terhadap
04. Terdapat hubungan yang terbalik pertumbuhan tanaman dalam jangka
antara fenotipe pohon induk penghasil panjang. Nurhasybi dan Sudrajat (2008)

235
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

juga menambahkan bahwa perbedaan fenotipe tertinggi akan menghasilkan


antar populasi disebabkan oleh banyak persen hidup kecambah yang kecil.
faktor seperti umur, lingkungan atau
genetik.
DAFTAR PUSTAKA

4. KESIMPULAN [1] Balai Teknologi Perbenihan Bogor.


2000. Pedoman Standarisasi
Berdasarkan hasil penelitian dan Uji Mutu Fisik dan Fisiologis
pembahasan dapat Benih Tanaman Hutan.
disimpulkansebagai berikut: Hasil Bogor.
pengamatan fenotipe pohon
induk/tegakan dikatakan bahwa hasil [2] Brasmoto, B. 2008. Teknik
scoring tertinggi adalah pada pohon Penanganan Benih Tanaman
nomor SBJ 02 dengan skor 19 dan Hutan Hasil Panen. Mitra
yang terendah adalah pohon nomor Hutan Tanaman. Vol. 3 : 2
SBJ 03 dengan skor 14. Secara Hal. 131 – 140. Pusat
keseluruhan pohon dikatakan tumbuh Penelitian dan Pengembangan
baik dan belum memperlihatkan Hutan Tanaman. Bogor.
terganggu pertumbuhannya atau
merana. Akan tetapi keempat pohon [3] Ningsih, M.K. dan K. Sidyasa.
induk tersebut mempunyai 2009. Beberapa Sifat Dasar
karakteristik yang berbeda. Aquilaria dari Pohon Penghasil Gaharu
microcarpa yang kumpulkan dari (Aquilaria microcarpa Baill.)
empat pohon induk di KHDTK di KHDTK Samboja,
Samboja termasuk benih rekalsitran Kalimanatan Timur. Mitra
dengan kisaran kadar air antara Hutan Tanaman. Vol. 4 No. 2.
33,45% sampai dengan 52,48%, Pusat Penelitian dan
dengan persentase kemurnian benih Pengembangan Hutan
berkisar antara 64,3 % hingga 90,5 % Tanaman. Bogor.
dengan berat 1000 butir benih rata-
rata adalah 37,0102 gram dengan [4] Noorhidayah. 2005. Study
kisaran antara 32,3984 hingga Kualitas Bibit Kayu Kuku
44,1686 gram. Hasil uji jarak dari Tegakan Benih
berganda BNJ menunjukkan benih Teridentifikasi. Wana Benih.
dari pohon induk SBJ 04 memiliki Vol.6 : 2 Hal. 47 – 57Pusat
kualitas fisiologis terbaik dengan Penelitian dan Pengembangan
daya kecambah benih 64 % dan Hutan Tanaman. Bogor
persen kecambah 75,5 %, pada
tingkat kepercayaan 95%. Mutu fisik [5] Nurhasybi, D. J. Sudrajat,
dan fisiologis benih erat hubungannya Buharman dan N. Kurniati.
dengan faktor genetis, pertumbuhan 2002. Produksi dan Mutu
dan lingkungan. Kualitas fisiologis Benih Pinus merkusii Jungh
benih yang dihasilkan berbanding et de Vriese Pada Berbagai
terbalik dengan potensi gaharu, Umur Pohon di RPH
dengan kata lain persentasi kecambah Cijambu, KPH Sumedang,
benih yang dihasilkan dari pohon Jawa Barat. Buletin
induk yang mempunyai skor penilaian Teknologi Perbenihan. Vol. 9

236
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 –
6885

: 2. Hal. 31 – 40. Balai Pengembangan Peningkatan


Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan. Bogor.
Teknologi Perbenihan.
Bogor. [10] Schmidt, L. 2000. Pedoman
Penanganan Benih Tanaman
[6] Nurhasybi dan D. J. Sudrajat. Hutan Tropis dan Sub Tropis.
2003. Hubungan Umur Terjemahan Direktorat
Pohon dengan Parameter Jenderal Rehabilitasi Lahan
Pertumbuhan, Potensi dan Perhutanan Sosial,
Produksi dan Mutu Benih Kementerian Kehutanan.
Gmelina arborea. Buletin Jakarta.
Teknologi Perbenihan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan [11] Siran, S.A.2008. Gaharu komoditi
Bioteknologi dan Pemuliaan Hasil Hutan Bukan Kayu
Tanaman Hutan. Vol. 10 : 2. Andalan Kalimantan Timur.
Makalah dalam Seminar
[7] Nurhasybi dan D. J. Sudrajat. Agenda 21
2008. Eksplorasi Benih Balikpapan,Nasionalisme
Tanaman Hutan Untuk Konservasi dan Investasi
Konservasi dan Hijau, 20-22 Agustus
Pembangunan Sumber Benih. 2008.Balikpapan.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan [12] Sudrajat, D. J. 2003. Teknik
Tanaman. Bogor. Pembibitan Gaharu
(Aquilaria malaccensis
[8] Rayan. 2006. Perlakuan Media Lamk). Info Benih Vol. 8 No.
Kecambah Terhadap Benih 2 Desember 2003 hal. 101-
Tumbuhan Penghasil Gaharu 108. Pusat Penelitian dan
(Aquilaria microcarpa) di Pengembangan Bioteknologi
Persemaian BP2KK dan Pemuliaan Tanaman
Samarinda. Prosiding Hutan. Bogor.
Seminar Bersama Hasil-Hasil
Penelitian. Pusat Penelitian [13] Sudrajat, D. J. dan Nurhasybi.
dan Pengembangan Hutan 2007. Produksi dan Pengujian
dan Konservasi Alam. Bogor. Mutu Benih Tanaman Hutan.
Prosiding Seminar
[9] Rohandi, A. Dan N. Widyani. 2011. “Teknologi Perbenihan Untuk
Analisis Perubahan Fisiologi Peningkatan Produktifitas
dan Biokimia Benih Hutan Tanaman Rakyat di
Tengkawang Selama Sumatera Barat”. Pusat
Pengeringan (Analyze on Penelitian dan Pengembangan
Physiological and Hutan Tanaman. Bogor.
Biochemical Tengkawang
Seeds During Dessication). [14] Sudrajat, D. J. dan Nurhasybi.
Jurnal Penelitian Hutan 2009. Penentuan Standar
Tanaman Vo. 8 : 1 Hal. 31 - Mutu Fisik dan Fisiologis
40. Pusat Penelitian dan Benih Tanaman Hutan. Info
Benih Vol. 13 No. 1 Juni

237
Uji Mutu Fisik … Mira Kumala Ningsih et al.

2009 hal.147 – 158. Pusat [18] Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih.


Penelitian dan Pengembangan Fakultas Pertanian
Hutan Tanaman. Bogor. UNBRAW. Jakarta.

[15] Sudrajat, D.J. dan Suita, E. 2009. [19] Thomsen, K., dan S. Diklev. 2004.
Metode Pengujian Mutu Fisik Manual Laboraturium Untuk
dan Fisiologis Benih Pulai Studi Dasar- Dasar Benih
(Alstonia scholaris). Jurnal Pohon. Indonesia Forest Seed
Penelitian Hutan Tanaman. Project. Bandung.
Vol. 6 : 2. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan [20] Utomo, B. 2006. Ekologi Benih.
Tanaman. Bogor. Karya Ilmiah. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
[16] Suita, E. dan D.J. Sudrajat. 2003.
Uji Mutu Fisik dan Fisiologis [21] Yuniarti, N., D. Syamsuwida, E.
Benih Agathis loranthifolia Suita, E. Rohani dan A.
Salibs. Info Benih. Vol. 8 : 1 Rahmat. 2009. Pemilihan
Hal 1 - 12. Pusat Penelitian Teknik Pengemasan yang
dan Pengembangan Tepat untuk Mempertahankan
Bioteknologi dan Pemuliaan Viabilitas Benih gaharu
Tanaman Hutan. Bogor. (Aquilaria malaccensis
Lamk.). Tekno Hutan
[17] Sunarti, S., Sumaryana dan Marlan. Tanaman Vo. 2 : 2 Hal. 53 -
2005. Produksi Benih 58. Pusat Penelitian dan
Mangium Berdasarkan Posisi Pengembangan Hutan
Tajuk di Plot Uji Persilangan Tanaman. Bogor.
Interspesifik Mangiunm X
Formis (Seed Production of
Mangium Based on Crown
Position Observed at
Interspecific Crossing Plot
Tests of Mangium x Formis).
Wana Benih. Vol.6 : 2 Hal.
41 – 45. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan
Tanaman.

238

Anda mungkin juga menyukai