LEACHING
(Munoz, 2013).
Penentuan waktu kesetimbangan bertujuan untuk mengetahui penyerapan ion
Fe(III) oleh RSBE sudah stabil atau konstan. Waktu kesetimbangan merupakan waktu
tidak terjadi lagi penjerapan ion Fe(III) oleh RSBE atau daya jerap RSBE sudah konstan.
Hal ini ditunjukan dari tidak terjadinya lagi perubahan konsentrasi dalam larutan terhadap
pertambahan waktu pengontakan.
XA
kg B
kg solute
overflow liquid …………………… (3.2)
kg A kg C kg solution
YA
kg B
kg solute
liquid in slurry …………………..…(3.3)
kg A kg C kg solution
Di mana:
XA = berat fraksi dari larutan A (overflow liquid)
XA = berat fraksi dari A di dalam B (padat)
Di mana:
L0 = umpan masuk V1 = rafinat
LN = ekstrak VN+1 = pelarut
XAN+1 = konsentrasi YAN = absorbansi
(Geankoplis, 1997).
Massa jenis atau sering disebut densitas (density) merupakan masa suatu benda per satuan
volumenya. Massa jenis dilambangkan dengan huruf yunani ρ dibaca (“rho”). Rumus
masa jenis
ρ = m/v ............................................................. (3.8)
Di mana:
m = Massa
v = Volume
(Antika, 2012).
Tahapan yang berlangsung selama proses ekstraksi padat-cair dapat diuraikan sebagai
berikut:
- Pelarut bercampur dengan padatan inert sehingga permukaan padatan dilapisi oleh
pelarut.
- Terjadi difusi massa pelarut pada permukaan padatan inert ke dalam pori padatan inert
tersebut. Laju difusi ini tergolong lambat karena pelarut harus menembus dinding sel
padatan.
- Solute yang terdapat dalam padatan larut dalam pelarut.
- Campuran solute dalam pelarut berdifusi keluar dari permukaan padatan inert dan
bercampur dengan pelarut sisa (Christalina, 2014).
Beberapa aplikasi dari leaching adalah:
- Analisis mikronutrien terpilih sebelum dan sesudah leaching pada bayam dan bayam
gangeticus, diproses dengan metode memasak berbeda (Yasmin, 2013).
- Salah satu cara pengambilan minyak dalam daun cengkeh adalah ekstraksi dengan
pelarut yang mudah menguap, seperti kloroform, eter, aseton, heksana atau alkohol.
Pada proses leaching, terjadi difusi minyak dari dalam daun cengkeh ke fasa cair yaitu
pelarut dan minyak akan terjadi keseimbangan dimana pada keadaan ini minyak dalam
daun cengkeh tidak dapat mendifusi lagi ke pelarut (Bangkit, 2012).
- Ekstraksi terhadap daun Salam India dengan menggunakan pelarut etanol, heksana, dan
air. Dari ketiga jenis pelarut etanol, heksana dan air pelarut yang paling baik digunakan
adalah pelarut etanol, karena etanol dapat melarutkan kandungan alkaloid dari daun
salam India (Aziz, 2014).
- Leaching bijih dolomitic-copper menggunakan asam sulfat dalam kondisi terkendali
(Ntengwe, 2010).
- Single stage leaching dapat digunakan untuk ekstraksi bahan seperti kobalt dan tembaga
(Munnik, 2003).
- Multi stage leaching dapat digunakan untuk ekstraksi bahan alami untuk natrium
klorida (Mac Kinnon, 1966).
3.3. Variabel Percobaan
A. Variabel tetap :
- Jumlah bahan (bayam merah) : 100 gram
- Volume pelarut (air) :2L
B. Variabel berubah :
- Waktu ekstraksi : 10, 15, 20, 25, 30 menit
- Suhu pelarut : 50 °C dan 80 °C
3.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
- Beakerglass
- corong
- kolom ekstraktor
- neraca digital
- piknometer
- pompa
- spektrofotometer
- Stopwatch
- tangki penampung (pemanas)
- Thermometer
B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Aquadest (H2O)
- bayam merah
3.5. Prosedur Percobaan
A. Persiapan bahan
- Menyiapkan bayam merah dipotong kasar sebanyak 100 gram
- Memasukkan pelarut air sebanyak 2 L ke dalam tangki pemanas.
B. Prosedur proses ekstraksi warna
- Memasukkan air sebagai pelarut pada tangki pemanas sebanyak 2 L dan
memanaskan sampai suhu mencapai 50 oC
- Memasukkan bahan ke dalam kolom ekstraktor sebanyak 100 gram
- Membuka valve (globe valve) dari tangki pemanas ke dalam kolom ekstraktor
setelah pelarut (air) mencapai suhu 50 oC
- Menghidupkan pompa dan motor ekstraktor, mengalirkan pelarut ke dalam
kolom ekstraktor dengan menggunakan spray
- Mengeluarkan larutan warna yang telah terbentuk dari kolom ekstraktor dengan
membuka valve dari tangki ekstraktor ke dalam tangki penampung
- Kemudian mengulangi prosedur diatas dengan waktu : 10, 15, 20, 25, 30 menit
- Dan mengulang kembali pada waktu yang sama dengan suhu 80 oC.
C. Menghitung densitas larutan warna
- Menimbang piknometer kosong dan mencatat berat serta volume piknometer
kosong.
- Mengambil beberapa mL larutan warna dan memasukkannya ke dalam
piknometer sampai penuh.
- Menimbang piknometer yang telah terisi dengan larutan warna dan mencatatnya.
- Menghitung massa jenisnya dengan menggunakan rumus:
(berat piknometer isi - berat piknometer kosong)
ρ=
Volume piknometer
D. Menghitung absorbansi
- Kalibrasi kuvet menggunakan Aquadest
- Mengisi kuvet dengan hasil ekstraksi yang telah didapatkan
- Membaca absorbansi (A) menggunakan alat spektrofotometer.
Keterangan gambar:
1. Thermo Controler
2. Tombol pompa
3. Tombol Heater
4. Tombol motor penggerak
5. Box control
6. Gate valve
7. Baut penyambung
8. Sprayer
9. Kolom ekstraktor
10. Keranjang (tempat bahan)
11. Globe valve
12. Pompa
13. Check valve
14. Tangki pemanas
15. Heater
16. Flowmeter.
SPEKTRO
UV/VIS
TRANS
ABSORBAN
FACT
CONC
1.2
y = 0,1015x + 0,087
1 R² = 0,9999
Absorbansi (A)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi Fe (ppm)
Grafik 3.2. Hubungan antara absorbansi dan lama waktu pada suhu 50 oC
1.2
y = 0,0197x + 0,416
1
R² = 0,9036
Absorbansi (A)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Lama Waktu (Menit)
Grafik 3.3. Hubungan antara absorbansi dan lama waktu pada suhu 80 oC
11.2
11 y = 0,0502x + 9,38
Konsentrasi Fe (ppm)
10.8 R² = 0,4515
10.6
10.4
10.2
10
9.8
9.6
0 5 10 15 20 25 30 35
Lama Waktu (Menit)
Grafik 3.4. Hubungan antara kadar Fe dan lama waktu pada suhu 50 oC
12
10
y = 0,1944x + 3,2408
Konsentrasi (ppm)
R² = 0,9036
8
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Lama Waktu (ppm)
Grafik 3.5. Hubungan antara kadar Fe dan lama waktu pada suhu 80 oC
3.10. Pembahasan
- Hubungan antara konsentrasi larutan (x) dan absorbansi (y) dalam penentuan
persamaan mencari konsentrasi Fe didalam larutan. Berdasarkan hasil
percobaan, pada grafik 3.1. didapatkan persamaan linier y = 0,1015x + 0,087
Persamaan linier tersebut akan digunakan untuk menentukan berapa konsentrasi
Fe didalam larutan ekstrak.
- Hubungan antara absorbansi dan lama waktu pada suhu 50 oC, yang seharusnya
berbanding lurus antara semakin lama waktu yang digunakan maka semakin
besar juga nilai absorbansi yang akan didapatkan, akan tetapi berbeda dengan
hasil praktikum, karena berdasarkan hasil percobaan pada grafik 3.2. dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara absorbansi dan lama waktu berbanding
terbalik, karena ada beberapa titik yang nilai absorbansinya tidak berbanding
lurus, yaitu pada waktu 15 menit didapatkan nilai absorbansi 1,07, pada waktu
20 menit didapatkan nilai absorbansi 1,09 dan pada waktu 25 menit didapatkan
nilai absorbansi 1,13. Hal ini kemungkinan terjadi karena diakibatkan adanya
kesalahan pada saat praktikum yaitu, waktu yang tidak sesuai dengan variabel
yang telah ditentukan pada saat pengambilan hasil ekstraksi, dan kesalahan pada
saat menghitung absorbansi menggunakan alat spektrofotometer, dikarenakan
keadaan alat spektrofotometer yang tidak akurat lagi.
- Hubungan antara absorbansi dan lama waktu pada suhu 80 oC. Berdasarkan hasil
percobaan pada grafik 3.3. dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
absorbansi dan lama waktu berbanding lurus.
- Hubungan antara konsentrasi larutan dan lama waktu pada suhu 50 oC. Apabila
sesuai dengan teori yang seharusnya semakin lama waktu maka konsentrasi
larutan yang didapatkan maka akan semakin tinggi. Berbanding terbalik dengan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan, yang telah tertera pada grafik 3.4.
karena didapatkan tiga nilai yang turun, yaitu pada waktu 15 menit didapatkan
nilai konsentrasi 9,718 dan pada waktu 20 menit didapatkan nilai konsentrasi
9,882. Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan ada beberapa kesalahan pada
saat praktikum, dan keadaan alat yang sudah tidak efektif lagi yang digunakan
dalam menghitung absorbansi.
- Hubungan antara konsentrasi larutan dan lama waktu pada suhu 80 oC. Apabila
sesuai dengan teori yang seharusnya semakin lama waktu maka konsentrasi
larutan yang didapatkan maka akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil yang
didapatkan dari grafik 3.5. dapat disimpulkan semakin lama waktu maka
semakin tinggi konsentrasi larutan yang akan didapatkan.
3.11. Kesimpulan
- Dapat diketahui bahwa hubungan antara waktu ekstraksi yang digunakan dengan
nilai absorbansi yang seharusnya berbanding lurus antara keduanya karena
semakin lama waktu ekstraksi makan akan semakin tingi nilai absorbansi yang
didapatkan, akan tetapi tidak berbanding lurus dengan hasil praktikum yang
diperoleh, dikarenakan ada beberapa nilai yang tidak linear pada 50 oC.
- Dapat diketahui bahwa hubungan suhu ekstraksi terhadap absorbansi yang
seharusnya berbanding lurus antara keduanya, dimana semakin besar suhu yang
digunakan maka nilai absorbansi yang didapatkan akan semakin tinggi, akan
tetapi hal ini tidak berbanding lurus dengan hasil praktikum yang diperoleh,
karena nilai absorbansi pada suhu 80 oC lebih rendah daripada pada suhu 50 oC.
Tabel 3. 11. Data hasil perhitungan konsentrasi Fe (ppm) suhu 50 oC.
t (menit) A rata-rata x rata-rata
10 1,14 10,374
15 1,07 9,718
20 1,09 9,882
25 1,13 10,913
30 1,23 11,031
Tabel 3. 12. Data hasil perhitungan konsentrasi Fe (ppm) suhu 80 oC.
t (menit) A rata-rata x rata-rata
10 0,6633 5,678
15 0,6767 5,809
20 0,79 6,926
25 0,8567 7,583
30 1,0667 9,652
DAFTAR PUSTAKA
Coulson., Richardson’s . 1955. Chemical Engineering Volume 2 Fifth Edition Particle
Technology And Separation Processes. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Geankoplis, C. J. 1993. Transport Process and Unit OperationThird Edition. Boston:
Allyn and Bacon Inc.
Treybal, Robert E. 1981. Mass-Transfer Operation Third Edition. Singapore: McGraw-
Hill Book Co.
Munoz, Andres G., dkk. 2013. Thermodynamic Data for Iron (II) in High-Saline
Solutions at Temperatures up to 90 °C. Gesellschaft für Anlagen- und
Reaktorsicherheit (GRS) mbH.
Antika, L., dkk. 2012. Pengukuran (Kalibrasi) Volume dan Massa Jenis Alumunium.
Prodi Pendidikan Fisika Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta. (Diakses pada
Tanggal 26 April 2018).
Aziz, Tamzil, dkk. 2009. Pengaruh Pelarut Heksana dan Etanol, Volume Pelarut, dan
Waktu Ekstraksi Terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Kopi. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. (Dikakses pada Tanggal 20 April 2018).
Bangkit, Tagora P. S, dkk. Penentuan Kondisi Keseimbangan Unit Leaching pada
Produksi Eugenol dari Daun Cengkeh. Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara. (Diakses pada Tanggal 22 April).
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi 3. Penerbit Erlangga. Jakarta
Christalina, Ivonne, dkk. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Alami Ekstrak Fenolik
Biji Pepaya. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya
Mandala, Surabaya. (Diakses pada Tanggal 22 April 2018).
Fajriati, Imelda, dkk. 2011. Studi Ekstraksi Padat Cair Menggunakan Pelarut HF dan
HNO3 pada Penentuan Logam Cr dan Cu dalam Sampel Sedimen Sungai di Sekitar
Calon PLTN Muria. Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta. (Diakses pada Tanggal 22 April 2018).
Ghorbani, Yousef, dkk. 2015. Heap leaching technology – current state, innovations and
future directions: A review. Camborne School of Mines, College of Engineering,
Mathematics & Physical Sciences (CEMPS), University of Exeter, Penryn campus,
Cornwall, TR10 9EZ, UK. (Diakses pada Tanggal 22 April 2018).
Kurniawan, Mhd Taufik,, dkk. 2015. Penentuan Kesetimbangan Adsorpsi Regenerated
Spent Bleaching Earth (RSBE) terhadap Ion Fe (III). Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau. (Diakses Pada Tanggal 22 April 2018).
MacKinnon, Charles E., dkk. 1966. Production of high purity sodium chlo. Ride brine by
multistage leaching. United States Patent Office. USA.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar. (Diakses
pada Tanggal 21 April 2018).
Munnik, E., dkk. 2003. Development and implementation of a novelpressure leach
process for the recovery ofcobalt and copper at Chambishi, Zambia. The South
African Institute of Mining and Metalurgy. Afrika Selatan.
Ntengwe, Felix W. 2010. The Leaching of Dolomitic-Copper Ore Using Sulphuric Acid
Under Controlled Conditions. Copperbelt University, School of Technology,
Chemical Engineering Department, 4662 Jambo Drive, Riverside, Kitwe, Zambia.
(Diakses pada Tanggal 22 April 2018).
Nurhaini, Rahmi, Affandi, Arief. 2016. Analisa Logam Besi (Fe) di Sungai Pasar Daerah
Belangwetan Klaten dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. DIII Farmasi
Stikes Muhammadiyah Klaten. (Diakses pada Tanggal 22 April 2018).
Parasetia, Dany E. 2012. Pengambilan Zat Warna Alami dari kayu Nangka. Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. (Diakses pada Tanggal 21
April 2018).
Pramudono, Bambang, dkk. 2008. Ekstraksi Kontinyu dengan Simulasi Batch Tiga
Tahap Aliran Lawan Arah: Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan
Pelarut N-Hexane dan Iso Propil Alkohol. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
UNDIP Semarang. (Diakses pada Tanggal 22 April 2018).
Putra, Bawa A. A., dkk. 2014. Ekstraksi Zat Warna Alam dari Bonggol Tanaman Pisang
(Musa Paradiasciaca L.) dengan Metode Maserasi, Refluks, dan Sokletasi. Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. (Diakses pada Tanggal 26
April 2018).
Saiful, Hadi. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil)
Menggunakan Pelarut N-Heksana dan Benzena. Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. (Diakses pada Tanggal 10 April
2018).
Santosa, Imam., Sulistiawati, Endah. 2014. Ekstraksi Abu Kayu dengan Pelarut Air
Menggunakan Sistem Bertahap Banyak Beraliran Silang. Program StudiTeknik
Kimia Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. (Diakses pada Tanggal 20 April
2018).
Yasmin, Ms. A, Rajam. Mrs. Varalakshmi A. 2013. Analysis of Selected Micronutrients
Before And After Leaching of Spinach and Amaranth gangeticus,Processed by
Different Cooking Methods. Assistant Professor, Department of Clinical Nutrition
and Dietetics, Ethiraj College for Women, Chennai. (Diakses pada Tanggal 22 April
2018).