Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata – mata
sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada
hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan
tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya,
berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra
lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan
eksistensi dirinya.

Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang
termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair,
pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.

Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang.
Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater.
Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang
menggambarkan kehidupan makhluk hidup.

Selain itu, seni drama juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal
ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta
menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran
harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat berkembang terus.

Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna membantu
para pembaca yang ingin menekuni dunia drama. Selain tentang pengertian dan unsur
– unsur drama, makalah ini juga memuat catatan tentang manfaat drama serta
dilengkapi juga dengan panduan bagaimana akting yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah drama itu?


2. Bagaimana cirri-ciri dari drama itu?
3. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur drama?
4. Jenis drama apa saja yang ada?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama

Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Drama adalah hidup yang
dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.
Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG
Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.

Drama (Yunani Kuno) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian
untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti
“aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas
panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan
musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.

Berdasarkan etimologi (asalusul bentuk kata), kata drama berasal dari bahasa
Yunani dram yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan
(dialog) dan gerak-gerik para pemain (akting) di panggung. Percakapan dan gerak-
gerik itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton
dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan. Hal ini
akan tampak nyata bila kita bandingkan dengan cerita pendek atau novel. Pembaca
cerita pendek atau novel harus aktif membayangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi,
gerak-gerik tokoh, dan percakapannya. Namun, dalam drama hal itu tidak perlu
dilakukan oleh penonton karena semuanya sudah diperagakan/ditampilkan secara
lengkap di atas panggung.

Drama sering disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa
Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti
ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Mengapa? Karena
lakon drama sebenarnya mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi
penontonnya. Penonton menemukan ajaran itu secara tersirat dalam lakon drama.
Misalnya, orang yang mcnebar kejahatan akan menuai kehancuran.

Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang
diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka
tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama
adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting – meskipun
mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan
mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering

2
diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan
lakon absurd.

Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan,
cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan
balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat
kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah
drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya
berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli,
dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya
disebut nebentext atau tek sampingan.

Contoh : Sariasih ( bergegas masuk, membawa berita bagus ); Pikisa ! ( ia


mengucapkan Pikisa, dengan tekanan pada i ) Pikisa ! ( ia menunjuk labolatorium,
berharap menemukan Pikisa disitu ) Mengapa, di mana….! (Pikisa menoleh kedalam
ruangan).

Fase-fase dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk sutradara dan
pemain. Ini memandu para aktor dan sutradara maupun tetang penataan perlengkapan
panggung. George Bernard Shaw ( 1856 – 1950 ), pelopor realisme dalam sejarah
drama Inggris, memberi petunjuk secara panjang lebar pada nebentext-nya yang
ditemukan dalam kebanyakan naskahnya karena ia tidak ingin interprestasi lakon-
lakonnya menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia kehendaki.

Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang,
dengan menghubunkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan
iringan musik, menciptakan suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi dunia
yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan melalui dialog
antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada puisi, daya ekpresi dan irama
mentepati posisi yang dominan. Oleh karena itu, puisi tidak bercerita. Jika balada
bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada adalah kisah, atau cerita yang
dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana dalam bentuk tembang. Puisi
yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti yang dilakukan Rendra, aktor
baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama kadang dianggap diambil dari kata
dramen yang berarti sesuatu untuk dimainkan.”Mungkin drama memperoleh hampir
semua efektivitasnya dari kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan
pengalaman manusia. Oleh karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada
umumnya, dapat dianggap sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur
dasar drama-perasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama
pengalaman manusia.

3
Dalam kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut merupakan
kumpulan berbagai kesan yang saling ada hubungannya. Bagaimanapun juga, dalam
drama, penulis lakon mampu mengorganisir semua pengalaman ini ke dalam satu pola
yang bisa dipahami. Penonton melihat materi kehidupan nyata yang disajikan dalam
bentuk yang padat makna dengan menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi
tekanan kepada hal-hal yang penting.

Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan
membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi ucapan dan action
yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting, yang tanpa itu drama
bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama mewujudkan action,
emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-dialog itu. Adalah satu
keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum memanggugkan
drama itu.

Dari penjelasan di alas agaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa drama dalam
masyarakat kita mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam
arti sempit. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung
cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah
kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung,
disajikan dalam hentuk dialog dan gerak berdasarkan naskah, didukung tata
panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata husana. Dengan kata lain, drama
dalam arti luas mencakup teater tradisional dan teater modern, sedangkan drama
dalam arti sempit mengacu pada drama modern saja.

B. Ciri-ciri Drama

Pada umumnya, drama mempunyai ciri-ciri yang berikut :

 Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah untuk dibaca
dan dipentaskan.
 Naskah drama boleh berbentuk prosa atau puisi.
 Drama terdiri dari dialog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang
diwujudkan.
 Pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui dialog watak-wataknya.
 Konflik ialah unsur penting dalam drama. Konflik digerakkan oleh watak-watak
dalam plot, elemen penting dalam sesebuah skrip drama.
Sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebuah drama
yang baik.
 Gaya bahasa dalam sebuah drama juga penting kerana ia menunjukkan latar
masa dan masyarakat yang diwakilinya, sekali gus drama ini mencerminkan
sosiobudaya masyarakat yang digambarkan oleh pengarang

4
C. Unsur-unsur Drama

Unsur dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi dua unsur yaitu unsur
intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut
juga unsur dalam adalah unsur yang tidak tampak. Unsur intrinsik (unsur dalam)
diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Tokoh

Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita
atau pemain drama disebut actor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam cerita fiksi
atau drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan
keadaan kejiwaan. Tokoh dalam drama diklasifikasikan menjadi:

a) Berdasarkan sifatnya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:

 Tokoh protagonist yaitu tokoh utama yang mendukung cerita.


 Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh
utama yang menetang cerita.
 Tokoh tritagonis yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonist maupun
tokoh antagonis.

b) Berdasarkan peranannya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:

 Tokoh sentral yaitu tokoh yang paling menentukan dalam drama. Tokoh
sentral merupakan penyebab terjadinya konflik. Tokoh sentral meliputi tokoh
protagonis dan tokoh antagonis.
 Tokoh utama yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga
sebagai perantara tokoh sentral atau dalam hal ini adalah tokoh tritagonis.
 Tokoh pembantu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau
tambahan dalam mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut
kebutuhan cerita saja. Jadi tidak semua drama menampilkan kehadiran tokoh
pembantu.

Contoh:
Dalam cerita Romeo dan Juliet tokoh protagonist yang sekaligus juga tokoh sentral
adalah Romeo dan Juliet. Tokoh utama sekaligus juga tokoh tritagonis adalah pendeta
Lorenso dan wakil keluarga Capulet. Tokoh-tokoh lain, seperti tentara pangeran,
inang, wakil-wakil Montage, dan wakil-wakil Capulet yang lain adalah tokoh-tokoh
pembantu.

5
2. Perwatakan atau Penokohan

Perwatakan disebut juga penokohan. Perwatakan atau Penokohan adalah


penggambaran efek batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Watak pada
tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional). Penggambaran itu
berdasarkan keadaan fisik biasanya dilukiskan paling awal, baru kemudian sosialnya.
Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan
perkembangan lakon.

 Keadaan Fisik

Yang termasuk dalam keadaan fisik tokoh adalah umur, jenis kelamin, cirri-ciri
tubuh, cacat jasmani, cirri khas yang menonjol,, suku, bangsa, raut muka, kesukaan,
tinggi/pendek, kurus/gemuk. Misalnya seseorang yang berleher pendek mempunyai
watak mudah tersinggung, seseorang yang berleher panjang mempunyai watak sabar.

 Keadaan Psikis

Keadaan psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mental, standar moral,


temperanmen, ambisi, psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.

 Keadaan Sosiologis

Keadaan sosiologis tokoh meliputi: jabatan, pekerjaan, kelas social, ras, agama,
dan ideology. Contoh penampilan pegawai bank akan berbeda dengan penampilan
makelar, kendatipun keadaan social ekonominya sama. Penampilan istri bupati, akan
berbeda dengan penampilan istri gubernur atau istri lurah. Perwatakan tokoh-tokoh
dalam drama digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh.

3. Setting

Setting diciptakan penulis/pengarang untuk memperjelas satuan peristiwa dalam


cerita agar menjadi logis atau konkretisasi sebuah tempat agar penonton, pembaca
mempunyai pembayangan yang tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain
itu, setting juga diciptakan untuk menggerakan emosi atau kejiwaan pembaca atau
penonton. Secara emottif penonton atau pembaca diharapkan mempunyai daya khayal
yang lebih dalam sesuai dengan kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya.
Misalnya pelaku yang berada diantara deretan pedagang-pedagang kaki lima, bukan
di sebuah plasa atau supermarket, pembaca atau penonton akan menagkap kesan
kesedihan, bahkan kemiskinan. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut juga
latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi :

6
a. Setting tempat

Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat
tidak dapat berdiri sendiri. Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan
waktu.

b. Setting waktu

Setting waktu adalah waktu atau zaman atau periode sejarah terjadinya cerita
dalam drama. Setting waktu juga terjadi di waktu pagi, siang, sore, atau malam.

c. Setting ruang

Setting ruang juga dapat berarti ruang dalam rumah atau latar rumah, hiasan,
warna, dan peralatan dalam ruang akan memberi corak tersendiri dalam drama yang
dipentaskan. Misalnya di ruang tamu keluarga modern yang kaya akan berbeda
dengan ruang tamu keluarga tradisional yang miskin.

4. Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah
drama. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan
yang memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog. Tema yang bisa
diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik social, kemiskinan,
kesenjangan social, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotism, dan
renungan hidup.

5. Alur atau plot

Alur atau plot adalah jalan cerita. Dalam alur sebuah naskah drama bukan
permasalahan maju-mundurnya sebuah cerita seperti yang dimaksudkan dalam
karangan prosa, tetapi alur yang membimbing cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai
dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh dan penokohan), adanya masalah
(konflik), konflikasi (masalah baru), krisis (pertentangan mencapai titik puncak-
klimak s.d. antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending
(keputusan). Ada pula yang menggambarkan alur dalam sebah naskah drama itu
pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau resolusi-keputusan.

6. Amanat atau pesan pengarang

Seorang pengarang drama baik sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan
amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada
pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat yang hendak disampaikan
pengarang melalui drama harus ditentukan atau dicari sendiri oleh pembaca atau

7
penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam menafsirkan
amanat drama.

Amanat bersifat kias subjektif dan umum sedangkan tema bersifat lugas,
objektif, dan khusus. Amanat sebuah drama akan lebih mudah ditafsirkan, jika drama
itu dipentaaskan. Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Amanat drama selalu berhubungan dengan tema drama.

Contoh : Drama Romeo dan Juliet bertema masalah percintaan yang berakhir
dengan kematian, berdasarkan temanya drama Romeo dan Juliet memiliki amanat:

 Meskipun manusia begitu cermat dan teliti merencanakan sesuatu, Tuhan


jugalah yang menetukan apa yang terjadi.
 Manusia tidak kuasa melawan garis nasib yang ditetapkan oleh Tuhan.
Amanat drama yang dipaparkan diatas adalah versi penulis. Amanat drama
Romeo dan Juliet dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh penonton atau
pembacanya. Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar) dalam drama adalah unsur
yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini
bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti,
tokoh, sutradara, dan penonton.

D. Jenis-jenis Drama

Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Berdasarkan isi ceritanya

 Drama tragedy (drama duka)

Tragedy atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang
besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana atau masalah yang
besar. Drama tragedy menceritakan pertentangan antara tokoh protagonist
dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainya. Pertentangan ini berakhir dengan
keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagonis.

Contoh: Drama Romeo dan Juliet, film Ttitanic.

 Melodrama

Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan (sentimental),


mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan sehingga
kurang meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah tokoh-
tokoh yang hitam putih dan bersifat tetap (stereotip). Seorang tokoh jahat adalah
seluruh wataknya jahat, tidak ada sisi baik sedikkitpun, sebaliknya, tokoh hero
atau tokoh protagonist adalah tokoh pujaan yang luput dari kekurangan,

8
kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero ini pada akhirnya akan
memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada. Tokoh-tokoh
dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang
terjadi. Biasanya sinentron dan film Indonesia merupakan melodrama.
Contoh:
Film Ada Apa Dengan Cinta, sinetron Cinta Fitri.

 Komedi (drama ria)

Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan didalamnya


terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan
kebahagiaan. Drama komedi menampilkan tokoh tolol, konyol, atau tokoh
bijaksana tapi lucu. Penilaian penonton terhadap drama komedi dapat berbeda.
Ada yang dapat tertawa saat menonton drama komedi, ada juga yang tidak.
Perbedaan penilaian ini disebabkan oleh perbedaan budaya dan pengalaman.
Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan dalam drama
komedi akan tertawa jika melihat drama tersebut.

Contoh: Film Mister Bean, sinetron Bajaj Bajuri

 Dagelan

Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi cerita dagelan biasanya kasar,
lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat kesetiaan terhadap alur cerita.
Irama permainan dapat melantur dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-
tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang berubah-ubah dari awal sampai
akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan
disebut juga banyolan, sering disebut tontonan konyol atau tontonan murahan.

Contoh: Teater Srimulat, Ketoprak Humor, Opera Van Java, dan Opera
Anak

b) Berdasarkan cara penyajianya

 Closed Drama (drama untuk dibaca)

Closed drama adalah drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan hanya
indah untuk dibaca. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang panjang dan
menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak
mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.

 Drama treatikal (Drama yang dipentaskan)

Drama treatikal adalah drama yang dapat dipentaskan. Drama treatikal


dipentaskan di atas pentas atau panggung.

9
 Drama radio

Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui


radio. Drama radio mementingkan dialog yang diucapkan melalui media radio.
Drama radio biasanya direkam melalui kaset. Misalnya, selingan music, sound
effect, dan jenis suara. Adegan dan babak dalam drama radio dapat diganti
sebanyak mungkin karena tidak perlu menyiapkan pergantian dekor. Misalnya
sahur sepuh.

 Drama televise

Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui


media televisi. Kelebihan drama televisi adalah dalam melukiskan flashback
(kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk scenario . drama televisi
ditampilkan dalam bentuk film, sinetron, atau telenovela.

c) Berdasarkan bentuknya

 Sandiwara

Sandiwara berasal dari dua kata bahasa jawa, yaitu sandi yang berarti rahasia
dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti suatu pengajaran yang
diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.

 Teater rakyat

Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang dipertunjukan di depan orang
banyak dan bersifat kerakyatan. Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa
timur, arja dari bali, lenong dari Jakarta, dan sebagainya.

 Opera

Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music pada saat
pementasanya. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut
drama musical.

 Sendratari

Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog dari pemainanya.
Suasana dan adegan dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari. Sendratari
sebagian besar diangkat dari cerita-cerita klasik, seperti Ramayana dan
mahabarata.

10
 Pantomim

Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang hanya dimainkan


dengan gerak dan ekspresi wajah biasanya diiringi music.

 Operet atau Operette

Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.

 Tableau

Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik
anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan
pelaku hanya mengandalkan gerak patah-patah.

 Passie

Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau religius.

 Wayang

Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.

 Minikata

Drama dengan cakapan singkat yang mengandalkan gerak treatikal.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Drama dalam masyarakat kita mempunyai dua
arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas, drama
adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan
orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam
masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam hentuk dialog dan
gerak berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias,
dan tata husana. Dengan kata lain, drama dalam arti luas mencakup teater tradisional
dan teater modern, sedangkan drama dalam arti sempit mengacu pada drama modern
saja..

Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu unsur intrinsik (unsur


dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur-unsur intrinsik yaitu tokoh,
penokohan, setting, tema, alur atau plot, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik
dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan.
Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti
panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.

Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan berdasarkan isi ceritanya (drama


tragedy, melodrama, komedi dagelan). Berdasarkan cara penyajiannya (closed drama,
drama treatikal, drama radio, drama televisi). Berdasarkan bentuknya (sandiwara,
teater rakyat, opera, sendratari, pantomim, operet, tableau, passie, wayang, minikata).
Dan menurut masanya drama ada drama baru dan drama lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu prolog, epilog, monolog, dan dialog. Selain itu
juga ada tata panggung, pemeran, kostum, dan suara yang perlu diperhatikan.

B. Saran

Hendaknya pihak sekolah menambah kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni


drama, agar siswa mendapat bimbingan dan lebih dapat mengekspresikan bakatnya.
Hendaknya sekolah mengadakan pagelaran / pertunjukan drama, agar siswa lebih
matang dalam mengembangkan bakat seni dramanya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Maryati, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang:

CV. Aneka Ilmu

Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo

Yulieti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten:

Intan Pariwara

13

Anda mungkin juga menyukai