Anda di halaman 1dari 13

PROSPOSAL PENELITIAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN


UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA ACE
HARDWARE INDONESIA TBK

GHINA AZMI AYUNINGRUM

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting
bagi perusahaan. Untuk melihat sehat atau tidaknya suatu perusahaan tidak
hanya dapat dinilai dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung,
pembangunan atau ekspansi. Faktor terpenting untuk dapat melihat
perkembangan suatu perusahaan terletak dalam unsur keuangannya, karena
dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang
ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum, mengingat sudah begitu
kompleksnya permasalahan yang dapat menyebabkan kebangkrutan
dikarenakan banyaknya perusahaan yang akhirnya gulung tikar karena
faktor keuangan yang tidak sehat. Dengan keadaan sekarang ini, dimana
persaingan ketat dibidang perekonomian sudah mulai masuk ke negara
Indonesia, maka jika seorang manajer perusahaan tidak memperhatikan
faktor kesehatan keuangan dalam perusahaannya, mungkin saja akan terjadi
kebangkrutan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Analisis
keuangan pada dasarnya ingin melihat prospek dan risiko perusahaan.
Prospek bisa dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas) dan risiko bisa
dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau
mengalami kebangkrutan.
Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak
pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai
kondisi keuangan suatu perusahaan. Meskipun laporan keuangan adalah
suatu hasil dari proses akuntansi yang disajikan dalam bentuk kualitatif
dimana informasi-informasi yang diberikan dapat membantu dalam
pengambilan keputusan bagi perorangan maupun perusahaan. Laporan
keuangan yang terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, catatan atas laporan keuangan, laporan perubahan modal serta
laporan arus kas.
Dengan menggunakan rasio keuangan dalam menganalisa pos-pos
neraca akan dapat diketahui atau diperoleh gambaran posisi keuangan suatu
perusahaan, sedangkan analisa terhadap laporan laba rugi akan memberikan
gambaran tentang hasil dan perkembangan perusahaan.
Laporan keuangan pada umumnya digunakan secara luas baik oleh
pihak intern maupun oleh pihak ekstern perusahaan. Pihak intern adalah
pihak yang membutuhkan informasi dari hasil analisis laporan keuangan
untuk membantu mereka dalam mengelola, merencanakan dan
mengendalikan kegiatan perusahaan. Pihak intern perusahaan terdiri dari
manajemen perusahaan, para pembuat keputusan di perusahaan dan staf
perusahaan. Keputusan yang diambil oleh pihak intern akan secara langsung
mempengaruhi kegiatan perusahaan. Pihak ekstern adalah pihak yang
membutuhkan informasi dari hasil analisis laporan keuangan suatu
perusahaan untuk pengambilan keputusan yang menyangkut hubungan
mereka dengan perusahaan tersebut. Pihak ekstern terdiri dari para investor,
kreditor, pemerintah dan masyarakat umum.
Untuk mengetahui apakah laporan keuangan suatu perusahaan dalam
keadaan baik dapat dilakukan berbagai analisis rasio, antara lain rasio
likuiditas, solvabilitas, dan profabilitas. Yang dijadikan dasar untuk
menghitung analisis rasio adalah neraca dan laporan laba rugi.
Secara umum, rasio likuiditas, solvabilitas, dan profabilitas
merupakan salah satu indikator penting dari laporan keuangan. Sehingga
apabila rasio likuiditas, solvabilitas, dan profabilitas suatu perusahaan
menunjukkan hasil yang baik, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut
menunjukkan hasil yang baik pula.
Saat ini di Indonesia sudah banyak perusahaan yang sudah go public
dalam rangka mencari dana untuk menambah modal perusahaan, laporan
keuangan sangat dibutuhkan untuk para pemegang saham dalam mengetahui
kondisi keuangan perusahaan yang mereka tanami modal. Salah satu jenis
perusahaan yang sudah melakukan go public adalah industri ritel. Kebijakan
pemerintah akan keberadaan industri ritel yang memberikan kemudahan
terhadap investor lokal maupun asing mengakibatkan industri ini semakin
menjanjikan. Dasar hukum yang menjadi acuan para peretail selama ini
adalah Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang secara
operasionalnya diatur dalam Permendag No. 53 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern. Adanya 2 kebijakan pemerintah ini, memberikan payung
hukum yang jelas bagi pelaku industri ritel di Indonesia baik dari segi
perizinan, pendirian dan pengoperasian. Melihat potensi ini, investor selaku
salah satu stakeholder perekonomian berlomba-lomba menanamkan
investasinya di bidang ritel. Perusahaan ritel baru baik asing maupun lokal
bermunculan, hal ini mengakibatkan persaingan yang semakin ketat.
Salah satu perusahaan go public yang bergerak di bidang ritel ini
adalah Ace Hardware Indonesia. Ace Hardware merupakan perusahaan
yang berasal dari Amerika Serikat dan masuk ke Indonesia pada tahun 1995
dengan bekerja sama dengan Grup Kawan Lama, dimana kedua belah pihak
sepakat untuk mendirikan PT Ace Hardware Indonesia (ACES). Pada
tanggal 30 Oktober 2007, ACES memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)
ACES kepada masyarakat sebanyak 515.000.000 dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp820,- per saham. Saham-
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06
November 2007.

Tabel 1.1 Sejarah Pencatatan Saham PT Ace Hardware Indonesia


(ACES)
Tanggal
Jenis Pencatatan Saham
Pencatatan
Saham Perdana @Rp820,- 515.000.000 06 November 2007
Pencatatan Saham Pendiri
1.200.000.000 06 November 2007
(Company Listing)
Pemecahan Saham (Stock Split) 15.435.000.000 01 November 2012
Sumber: www.britama.com
Pada awalnya saham PT Ace Hardware Indonesia di pegang 100%
oleh pihak Grup Kawan Lama, namun setelah go public Grup Kawan Lama
hanya memegang 60% saham ACES sedangkan 40% saham lainnya
dipegang oleh investor public.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
proposal penelitian ini dengan judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN
SEBAGAI ALAT PENILAIAN UNTUK MENGUKUR KINERJA
KEUANGAN PADA ACE HARDWARE INDONESIA TBK”.

1.2. Perumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah di uraikan
sebelumnya, maka permasalahan pada penelitian ini adalah ―Bagaimana
kinerja keuangan pada Ace Hardware Indonesia Tbk dilihat dari analisis
rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas?‖

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah diatas adalah:
1. Mengetahui posisi dan kinerja keuangan pada Ace Hardware Indonesia
Tbk berdasarkan analisis laporan keuangan yang dilakukan.
2. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada Ace Hardware
Indonesia Tbk dengan menggunakan analisis rasio likuiditas,
solvabilitas, dan profitabilitas.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini memberikan suatu pengetahuan dan sebagai
bahan masukan mengenai manfaat rasio keuangan. Penelitian ini juga
merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah
Metode Penelitian Manajemen,
2. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangan pemikiran mengenai analisa rasio keuangan, sehingga dapat
menjalankan organisasinya secara efisien dan efektif agar mampu
bersaing dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan
perbandingan atau referensi dalam mempelajari sumber tambahan dan
pemahaman mengenai manfaat rasio keuangan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitin ini difokuskan pada bagaimana kinerja keuangan Ace
Hardware Indonesia Tbk dari tahun 2010-2014 menggunakan analisis rasio
likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ritel dan Industri Ritel Indonesia


Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi
barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi.
Sementara, industri ritel didefinisikan sebagai industri yang menjual produk
dan jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, keluarga, kelompok, atau pemakai akhir.
Menurut Asosiasi Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel di
Indonesia mulai berkembang pada 1980an seiring dengan mulai
dikembangkannya perekonomian Indonesia. Penyebabnya adalah
meningkatnya pertumbuhan yang terjadi pada masyarakat kelas menengah
yang menyebabkan 13 timbulnya permintaan terhadap supermarket atau
departement store di wilayah perkotaan.
Hal lain yang mendorong perkembangan bisnis ritel adalah adanya
perubahan gaya hidup, terutama di kawasan perkotaan yang cenderung
memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern. Berkembangnya usaha di
industri ritel juga diikuti dengan persaingan yang semakin ketat antara
sesama peritel lokal maupun dengan peritel asing yang mulai banyak
bermunculan di Indonesia. Ramainya industri ritel di Indonesia ditandai
dengan pembukaan gerai-gerai baru oleh peritel asing yang tersebar di kota-
kota besar seperti Jakarta, Makassar, Semarang, Bandung dan Yogyakarta.

2.2. Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang memberikan
informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya,
serta hasil yang dicapai selama periode tertentu. Laporan keuangan dapat
dijadikan media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan
perusahaan, dimana laporan keuangan tersebut terdiri dari neraca,
perhitungan rugi laba, ikhtisar laba ditahan dan laporan posisi keuangan.
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan (SAK): Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti, misalnya : sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral ari
laporan keuangan. Di samping itu juga ternasuk skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal : informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009).
Tujuan dari disusunnya laporan keuangan antara lain, 1) Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi, 2) Laporan keuangan disusun
memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya yang secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan
3) Laporan keuangan yang menunjukkan apa yang dilakukan manajemen
atau pertanggung jawaban manajemen atas, sumberdaya yang di percayakan
kepadanya.
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor
potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah seta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.

2.2.1. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang dan
modal dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Jadi posisi neraca
untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal
tertentu, biasanya pada waktu di mana suatu akhir tahun fiskal atau tahun
kalender, sehingga sering disebut balance sheet. Dalam neraca terdapat
komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan,
sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukan bagaimana
seluruh sumber daya perusahaan itu didanai.

2.2.2. Laporan Laba-Rugi


Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan
yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-
sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya
dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah
pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi.
Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan
laba. Sebaliknya bila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya maka
perusahaan dikatakan rugi.

2.2.3. Laporan Perubahan Modal


Laporan perubahan modal adalah bagian dari laporan dengan yang
mencatat informasi tentang penyebab bertambah atau berkurangnya modal
selama kurun waktu tertentu.
Unsur-unsur laporan perubahan modal biasanya dari modal awal,
laba/rugi bersih, prive, penambahan modal, dan hasil akhir (perubahan
modal akhir per periode = modal awal + (laba bersih — prive)).
Modal awal adalah keseluruhan dana yang diinvestasikan untuk
perkembangan atau kemajuan perusahaan mulai dari awal perusahaan
tersebut berdiri sampai waktu tertentu di mana belum terjadi penambahan
modal. Laba/rugi bersih adalah selisih dari semua penghasilan dengan
jumlah semua beban, sebagaimana yang tercatat di dalam laporan laba/rugi.
Prive adalah penarikan sejumlah modal oleh direktur (pemilik perusahaan)
atau pihak-pihak yang menanam modal untuk keperluan pribadi atau
keperluan lain di luar kegiatan usaha utama perusahaan. Penambahan modal
adalah selisih antara laba bersih dengan prive.

2.2.4. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan yang
menyajikan informasi yang relevan dan memperlihatkan pengaruh dari arus
kas masuk dan arus kas keluar terhadap ketiga aktivitas yaitu aktivitas
operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan pada suatu periode
tertentu.

2.3. Analisis Laporan Keuangan


Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk
mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup
analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial
akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan
prospeknya di masa datang. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan
akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil
yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama periode tertentu, keadaan
inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan.

2.3.1. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan


Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu;
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan perusahaan;
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan untuk penilaian kinerja manajemen

2.3.2. Langkah-Langkah Dalam Analisis Laporan Keuangan


Langkah yang dilakukan dalam menganalisis sebuah laporan
keuangan adalah:
1. Mengumpulkan laporan keuangan dan data yang diperlukan selengkap-
lengkapnya;
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan
dengan rumus-rumus tertentu.
3. Melakukan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran;
4. Membuat laporan tentan posisi keuangan perusahaan;
5. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil
analisis tersebut

2.4. Bentuk Rasio Keuangan


2.4.1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar
lainnya dengan kewajiban lancar. Posisi likuiditas perusahaan akan sangat
berhubungan dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka
pendeknya.

a. Current Ratio
Current ratio adalah rasio yang mebandingkan antara aktiva
lancar dengan hutang jangka pendek. Dari contoh laporan keuangan di
atas bisa dihitung besarnya current ratio sebagai berikut :
Dari perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa setiap Rp 1,00
hutang lancar dijamin dengan Rp 2,41 aktiva lancar. Semakin tinggi
nilai current ratio semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutangnya.

b. Rasio Cepat (Acid Test Ratio)


Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan persediaan.
Quick ratio = Aktiva lancar – Persediaan Hutang lancar Dari contoh
laporan keuangan diatas dapat dihitung besarnya quick ratio :

Dari perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa setiap Rp 1,00


hutang lancar dijamin dengan Rp 1,51 aktiva yang paling lancar.

c. Cash ratio
Rasio kas adalah rasio yang membandingkan antara kas dengan
aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar.

Dari contoh laporan keuangan didepan dapat dihitung besarnya


cah ratio sebagai berikut :

Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp


1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,75 uang kas dan yang segera
menjadi kas.

2.4.2. Rasio Solvabilitas


Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva
sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar
beban utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya.
Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Baik kewajiban jangka
pendek maupu jangka panjang jika perusahaan dibubarkan, atau dilikuidasi.
Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang tinggi memiliki
resiko kerugian yang lebih besar daripada perusahaan dengan rasio
solvabilitas yang rendah.

a. Debt to Asset Ratio


Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan
total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat
ditutupi oleh aktiva.

Dari perhitungan tersebut bahwa aktiva perusahaan 42,68%


dibelanjai dengan hutang. Semakin tinggi debt ratio menunjukkan
perusahaan semakin beresiko. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang
rendah sebab tingkat keamanan dananya semakin baik.

b. Debt to Equity Ratio


Debt to equity ratio atau rasio hutang modal menggambarkan
sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang
kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh
mana perusahaan dibiayai dari hutang.

Nilai rasio 35% menunjukkan bahwa perusahaan dibiayai oleh utang


yang nilainya 35% dari total ekuitas.
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang
dimiliki oleh perusahaan. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang
harus dipenuhi kepada pihak lain.

2.4.3. Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.
Rasio profitabilitas dapat diukur dengan bebarapa indikator yakni :
a. Profit Margin
Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Rasio yang bisa digunakan adalah sebagai berikut.

b. Return on Asset
Return on asset sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis
yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilakan
laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan.

Berarti perusahaan mampu menghasilkan tingkat keuntungan


sebesar 14,31% dari total aktiva yang digunakan.

c. Return on Equity
Return on equity (ROE) sering disebut sebagai rate of return on
net worth merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilakan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki
perusahaan.

d. Return on Investment
Return on investment (ROI) merupakan ukuran perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup
investasi yang dikeluarkan.
e. Earning Per share
Earning per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan
ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per
lembar saham pemilik.

2.5. Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Putri Fika Hidayansyah (2013) yang
berjudul ―Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT. XYZ‖.
Dalam analisis rasio profitabilitas dapat dilihat bahwa rataan nilai net profit
margin yang dicapai selama 4 tahun (2008-2011) dinilai tidak baik, karena
nilai ini lebih rendah dibandingka dengan rataan nilai SBI (Suku Bunga
Bank Indonesia) dan juga tingkat laba yang diharapkan para investor jauh
dibawah yang diharapkan. Nilai ROA dan ROE pada perusahaan ini pun
masih dikategorikan kurang baik jika dibandingkan dengan rataan nilai SBI.
Dari keseluruhan kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio profitabilitas,
atau tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba masih kurang
baik. Pada analisis rasio likuiditas, nilai pada current ratio terlihat sudah
cukup baik walaupun ada beberapa tahun yang memiliki nilai dibawah rata-
rata, dan kinerja keuangan dlihat dari nilai quick ratio tingkat solvensi
jangka pendek perusahaan ini masih kurang baik, akibat tingginya tingkat
persediaan yang merupakan asset kurang likuid. Perusahaan ini harus
memperbaiki kinerja keuangannya terlebih dahulu sebelum melakukan go
public dan juga harus mengontrol kembali kinerja para manajernya melalui
system pengawasan internal.
Penelitian Putri Anugrah (2011) yang berjudul ―Analisis kinerja
keuangan pada PP London Sumatra Indonesia, Tbk Periode 2005-2009‖
menunjukan berdasarkan perhitungan rasio keuangan berupa ROE dan
Earning Per Share (EPS) nilai yang dicapai selama periode 2005-2009
cenderung meningkat. Hal ini berarti kinerja perusahaan meningkat dan
menghasilkan laba atas penggunaan aktiva, maupun laba per saham. Namun,
nilai kerja ROE selama periode 2005-2009 menurun. Hal ini menunjukkan
kinerja perusahaan yang menurun dalam menghasilkan laba di atas
penggunaan ekuitas, atau modal sendiri.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian


Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang dapat diperdagangkan, mulai dari surat utang (obligasi),
saham, reksa dana, intrumen derivatif dan instrumen lainnya serta sebagai
sarana untuk berinvestasi. Perusahaan-perusahaan yang tercatat di dalam pasar
modal adalah perusahaan yang telah melakukan go public. Guna memutuskan
pembelian saham untuk investasi, seorang investor perlu melakukan analisis
terhadap perusahaan yang akan dijadikan sebagai tempat investasi. Analisis
dilakukan dengan melihat kinerja keuangan perusahaan.
Salah satu perusahaan yang tercatat dalam pasar modal adalah PT. Ace
Hardware Indonesia Tbk. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai
kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran terhadap kinerja keuangan
merupakan hal utama untuk menilai seberapa baik kemampuannya untuk
menghasilkan laba dan meningkatkan kekayaan perusahaan. Untuk mengetahui
kinerja keuangan perusahaan dilakukan pengevaluasian terhadapa kinerja
perusahaan serta kinerja pasar. Analisis kinerja keuangan pada PT. Ace
Hardware Indonesia Tbk ini didasarkan pada laporan keuangan selama 4
(empat) periode terakhir (2010-2014). Metode analisis yang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan adalah analisis rasio likuiditas, solvabilitas,
dan profitabilitas.
Analisis rasio likuiditas yang digunakan untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya dari aset lancar yang
dimiliki dengan analisis current ratio dan quick ratio. Pada analisis rasio
solvabilitas digunakan untuk melihat seberapa besar beban utang yang
ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya dan juga
sebagai ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Baik kewajiban jangka pendek maupu
jangka panjang jika perusahaan dibubarkan, atau dilikuidasi yang dilihat
dari debt to asset ratio dan debt to equity ratio.
Dan perhitungan rasio keuangan Profitabilitas (NPM, ROA, ROE,
ROI, dan EPS) untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan,atau
prestasi operasi di masa lalu dan menunjukkan risiko dan peluang yang
melekat pada perusahaan bersangkutan. Analisis rasio NPM, ROA, ROE,
ROI, dan EPS dapat menunjukkan bagaimana perusahaan menghasilkan
laba dari penggunaan modal yang akan berdampak pada kinerja keuangan
perusahaan. Hasil kinerja keuangan dapat dijadikan informasi oleh investor
untuk melakukan investasi di pasar modal. Secara lengkap kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
PT ACE HARDWARE
INDONESIA TBK

Kinerja Keuangan

Kinerja
Perusahaan

Rasio Rasio Rasio


Likuiditas Solvabilitas Profitabilitas

Debt to Debt to NPM, ROA,


Current Quick
asset equity ROE, ROI, dan
ratio Ratio
ratio ratio EPS

Kemampuan Besarnya Kemampuan


membayar beban utang menghasilkan
hutang jangka dibandingkan profit dari
pendek dari dengan aktiva penggunaan
aset lancar modal

Analisis Kinerja Keuangan


PT. Ace Hardware Indonesia Tbk

Pemegang saham, kreditur

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Anda mungkin juga menyukai