Anda di halaman 1dari 26

2.

1 Dasar Hukum Pembentukan Koperasi


1. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2. Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

3. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah

4. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam oleh Koperasi

5. Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi.

6. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PPK No. 36/Kep/MII/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan
Penggabungan dan Peleburan Koperasi

7. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PKM No. 19/KEP/Meneg/III/2000 tentang Pedoman kelembagaan
dan Usaha Koperasi

8. Peraturan Menteri No. 01 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian
dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
Prinsip koperasi dalam UU No. 25 tahun 1992 mengenai Perkoperasian, sebagai berikut.
a. Pengelolaan koperasi dijalankan secara demokrasi
b. Pembagian sisa hasil usaha dilaksanakan secara adil sesuai dengan jasa yang di jual anggotanya .
c. Koperasi harus bersifat mandiri.
d. Balas jasa yang diberikan bersifat terbatas terhadap modal.

2.2 Syarat dan Tata Cara Pembentukan


Ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam mendirikan koperasi, diantara adalah;
2.2.1 Persyaratan Pembentukan Koperasi
Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu dalam Pasal 6 sampai dengan 8 disebutkan bahwa
persyaratan untuk pembentukan koperasi adalah sebagai berikut.
a. Persyaratan pembentukan koperasi didasarkan atas bentuk koperasi yang akan dibentuk, yaitu apakah koperasi
primer atau koperasi sekunder.
b. Untuk persyaratan pembentukan koperasi primer memerlukan minimal 20 orang anggota. Untuk persyaratan
pembentukan koperasi sekunder memerlukan minimal 3 koperasi yang telah berbadan hukum.
c. Koperasi yang dibentuk harus berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia.
d. Untuk pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat anggaran dasar.
e. Memiliki Anggaran dasar koperasi
2.2.2 Dasar Pembentukan Koperasi
Orang atau masyarakat yang mendirikan koperasi mengerti maksud dan tujuan koperasi serta kegiatan usaha yang
akan dilaksanakan oleh koperasi untuk meningkatkan pendapatan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mereka.
2.2.3 Persiapan Pembentukan Koperasi
Adapun persiapan-persiapan yang perlu dilakukan dalam upaya mendirikan koperasi adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan koperasi harus dipersiapkan dengan matang oleh para pendiri. Persiapan tersebut antara lain
meliputi kegiatan penyuluhan, penerangan maupun pelatihan bagi para pendiri dan calon anggota untuk
memperoleh pengertian dan kejelasan mengenai perkoperasian.
b. Yang dimaksud pendiri adalah mereka yang hadir dalam rapat pembentukan koperasi dan yang telah memenuhi
persyaratan keanggotaan serta menyatakan diri menjadi anggota.
c. Para pendiri mempersiapkan rapat pembentukan dengan cara antara lain penyusunan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.
2.2.4 Rapat Pembentukan Koperasi
Setelah semua upaya persiapan pembentukan koperasi dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
rapat pembentukan dengan memerhatikan ketentuanketentuan sebagai berikut.
a. Rapat anggota koperasi dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang untuk koperasi primer dan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi untuk koperasi sekunder.
b. Rapat pembentukan dipimpin oleh seseorang atau beberapa pendiri atau kuasa pendiri.
c. Yang disebut kuasa pendiri adalah beberapa orang dari pendiri yang diberi kuasa dan sekaligus ditunjuk oleh
untuk pertama kalinya sebagai pengurus koperasi untuk memproses pengajuan permintaan pengesahan akta
pendirian koperasi dan menandatangani anggaran dasar koperasi.
1
d. Apabila diperlukan dan atas permohonan para pendiri, penjabat dinas koperasi dapat hadir dalam rapat
pembentukan untuk membantu kelancaran jalannya rapat dan memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya.
e. Dalam rapat pembentukan tersebut perlu dibahas, antara lain mengenai keanggotaan, usaha yang akan dijalankan,
modal sendiri, kepengurusan dan pengelolaan usaha pengurusan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga.
f. Anggaran dasar harus memuat sekurang-kurangnya daftar nama hadir, nama dan tempat kedudukan, maksud dan
tujuan, bidang usahanya, ketentuan mengenai keanggotaan, rapat anggota, pengelolaan, jangka waktu berdiri,
pembagian sisa hasil usaha (SHU), dan ketentuan mengenai sanksi.
g. Rapat harus mengambil kesepakatan dan keputusan terhadap hal-hal sebagaimana dimaksud pada butir c) dan e)
dan wajib membuat berita acara rapat pembentukan koperasi.
2.2.5 Pengesahan Akta Pendirian Koperasi atau Badan Hukum Koperasi
Para pendiri atau kuasanya mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada pemerintah dengan bantuan
notaris.

2.2.6 Pertanggungjawaban Kuasa Pendiri Koperasi


Selama permintaan pengesahan akta pendiri koperasi masih dalam penyelesaian, kuasa pendiri dapat melakukan
kegiatan usaha atau tindakan hukum untuk kepentingan calon anggota atau calon koperasi.
Setelah akta pendirian koperasi disahkan maka pendiri harus segera mengadakan rapat anggota, baik rapat anggota
biasa maupun rapat anggota tahunan (RAT) untuk memutuskan menerima atau menolak tanggung jawab kuasa pendiri
atas kegiatan usaha atau tindakan hukum yang telah dilaksanakan.

2.3 Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi


a. Koperasi Primer
Koperasi Primer adalah badan usaha koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. Orang-
orang ini berkumpul untuk memikirkan bagaimana memecahkan masalah yang mereka hadapi secara bersama-
sama. Mereka ini tentunya terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan sama dan pandangan hidup yang
serupa. Koperasi primer ini dapat terbentuk sekurang-kurangnya oleh 20 orang yang masing-masing memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Mampu melakukan tindakan hukum, artinya sudah dewasa dan berakal sehat
2. Menerima landasan idiil, asas dan sendi dasar koperasi
3. Sanggup dan bersedia memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak anggota, sebagaimana diatur dalam UU No
25 tahun 1992, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan koperasi lainnya
b. Koperasi Sekunder
Adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas
dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi sekunder dapat dibagi menjadi Koperasi Pusat, Gabungan
Koperasi, dan Induk Koperasi.

1. Koperasi Pusat
Pusat koperasi adalah kumpulan dari sedikitnya 5 koperasi primer yang memiliki sifat atau bidang usaha sama
atau sejenis. Penggabungan ini dilakukan secara horisontal, artinya semua koperasi primer yang sama
bergabung menjadi satu. Penggabungan koperasi primer yang sama seperti ini dimaksudkan untuk
menggalang persatuan dan menghindari persaingan di antara koperasi yang melakukan kegiatan sejenis.
Misalnya koperasi penjualan hendaknya tidak melakukan persaingan yang mengarah kepada persaingan yang
tidak sehat. Dengan bergabung menjadi pusat koperasi, maka persaingan dapat diuubah menjadi kerjasama
dan saling menukar informasi. Pengurus koperasi pusat adalah wakil-wakil dari koperasi primer, ditambah
tenaga ahli yang digaji. Wilayah kerja pusat koperasi ini pada umumnya sama dengan wilayah kabupaten.
2. Gabungan Koperasi
Gabungan Koperasi gabungan terdiri atas paling sedikit 3 pusat koperasi yang telah berbadan hukum. Tugas
utama gabungan koperasi adalah menyediakan informasi bagi koperasi-koperasi anggotanya. Informasi-
informasi tersebut dapat berupa majalah atau bulletin lainnya. Selain itu, gabungan koperasi bertugas
menyelenggarakan lembaga-lembaga pendidikan bagi anggota, pengurus dan pegawai-pegawai yang bertugas
di koperasi. Anggota dari gabungan koperasi adalah pusat koperasi yang sejenis. Wilayah kerja gabungan
koperasi adalah sama dengan wilayah propinsi. Dengan demikian, pusat koperasi yang sejenis dari seluruh
kabupaten dalam satu propinsi dapat bergabung dalam gabungan koperasi. Jumlah anggota minimal dari
gabungan koperasi adalah tiga pusat koperasi.
3. Induk Koperasi
Induk koperasi terdiri atas paling sedikit 3 gabungan koperasi yang merupakan koperasi tingkat nasional.
Mengingat tingkatnya sudah nasional sifat dari anggota induk koperasi tidak harus sama. Induk Koperasi
seperti ini biasa dinamakan Induk Koperasi Nasional atau Pusat Koperasi nasional. Tugas utama induk
koperasi adalah:

2
1) Mengeluarkan majalah yang memuat pengumuman-pengumuman, peristiwa- peristiwa serta hal-hal lain
yang menyangkut koperasi dan perkembangan koperasi pada umumnya. Dalam majalah tersebut dimuat
tulisan-tulisan yang bersifat penyuluhan, bimbingan serta artikel koperasi lainnya.
2) Menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan dan bahkan pendidikan koperasi bagi anggota dan pengurus
koperasi.
3) Menyebarkan cita-cita dan semangat koperasi, terutama kepada anggota koperasi dan masyarakat pada
umumnya.
4) Mempertahankan kelangsungan hidup koperasi serta mengusahakan kemajuan dan perkembangan
koperasi.
5) Memelihara dan memajukan kerjasama di kalangan anggota koperasi.
2.3.2 Daerah Kerja Koperasi
Daerah Kerja Koperasi adalah luas-sempitnya wilayah yang dijangkau oleh suatu badan usaha Koperasi dalam
melayani kepentingan anggotanya atau dalam melayani masyarakat. Daerah kerja bisa diartikan sebagai wilayah menurut
administrasi pemerintahan atau bida juga dalam arti daerah kerja koperasi. Berdasarkan daerah kerja, koperasi bida
digolongkan menjadi Koperasi Primer, Koperasi Sekunder dan Koperasi Tersier.
a. Koperasi Primer
Koperasi ini beranggotakan orang-orang, yang biasanya didirikan pada lingkup kesatuan wilayah terkecil tertentu.
Koperasi primer yang bergerak dalam bidang konsumsi, anggotanya terutama berasal dari masyarakat yang tinggal
dalam jangkauan pelayanan koperasi yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat diartikan daerah kerjanya
terbatas dalam lingkungan wilayah tempat tinggal anggotanya. Demikian pula koperasi lainnya yang daerah
kerjanya hanya mencakup anggota yang berada dalam lingkungan koperasi tersebut.
b. Koperasi Sekunder
Koperasi sekunder atau Pusat Koperasi adalah Koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi primer, yang
biasanya didirikan sebagai pemusatan dari beberapa koperasi primer dalam suatu lingkup wilayah tertentu. Koperasi
Sekunder dapat memperkuat kedudukan ekonomi Koperasi Primer yang bergabung di dalamnya. Koperasi
Sekunder biasanya berkedudukan di Ibu Kota Propinsi.
c. Koperasi Tersier
Koperasi Tersier juga dapat disebut sebagai Induk Koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi sekunder.
Koperasi Tersier berkedudukan di Ibukota Negara, koperasi ini berfungsi sebagai ujung tombak koperasi-koperasi
primer yang menjadi anggotanya, dalam berhubungan dengan lembaga-lembaga nasional yang terkait dengan
pembinaan dan gerakan koperasi, koperasi sejenis di negara lain, atau nasional.

2.4 Struktur Intern dan Ekstern Organisasi Koperasi


2.4.1 Struktur Internal Organisasi Koperasi

Struktur internal organisasi koperasi melibatkan perangkat organisasi di dalam organisasi itu sendiri. Perangkat
organisasi koperasi adalah rapat anggota, pengurus, pengawas, dan pengelola. Di anatara rapat anggota, penggurus, dan
pengelola terjalin hubungan perintah dan tanggung jawab. Sedangkan pengawas hanya memiliki hubungan satu arah,
yaitu bertanggung jawab terhadap rapat anggota, tanpa memberikan perintah pada pengakat organisasi lainnya untuk lebih
jelasnya perhatikan gambar dibawah ini :

1. Anggota : setiap orang yang terdaftar sebagai peserta pemilik koperasi sesuai dengan persyaratan dalam anggaran
dasar.
2. Rapat Anggota : pemegang kekuasan tertinggi dalam organisasi koperasi.
3. Pengurus : melaksanakan keputusan keputusan yang ditetapkan oleh rapat anggota untuk menggerakkan roda
organisasi dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan.
4. Pengawas : bertugas melaksanakan pengawasan atas pekerjaan pengawasannya.
5. Pengelola : pelaksana harian kegiatan koperasi yang diangkat oleh pengurus koperasi atas persetujuan rapat
anggota.

2.4.2 Struktur Eksternal Organisasi Koperasi

Struktur eksternal organisasi koperasi berhubungan dengan adanya penggabungan koperasi sejenis pada
suatu wilayah tertentu. Penggabungan itu dibutuhkan untuk pembinaan, pelatihan, kemudian mendapat modal, dan
kebutuhan kemudahan lainnya. Berkaitan dengan itu, adanya koperasi induk, koperasi gabungan, koperasi pusat, dan
koperasi primer. Koperasi induk : gabungan dari paling sedikit 3 koperasi gabungan yang berkedudukan di ibukota
Negara.

1. Koperasi gabungan : gabungan dari paling sedikit 3 koperasi pusat dan berkedudukan di ibukota provinsi.
2. Koperasi pusat : gabungan dari paling sedikit 4 koperasi primer dan berkedudukan di ibokota kabupaten.
3
3. Koperasi primer : koperasi yang merupakan perkumpulan dari paling sedikit 20 orang yang bergabung dengan
tujuan yang sama.

Berdasarkan pengalaman praktek selama ini pelaksanaan saling membantu (gotong-royong, solidaritas,
dan perhitungan ekonomis) dalam koperas-koperasi bermekar dengan baik pada koperasi-koperasi yang mandiri
dan berhasil, karena penggerak-penggerak koperasi memegang prinsip-prinsip koperasi, yaitu:

1. Menolong diri sendiri (self help/autoaktivitas) yang tidak terlepas dari solidaritas bersama;
2. Memelihara anggota koperasi menjadi pemilik koperasi sekaligus menjadi klien ( customers) dari pelayanan-
pelayanan atau bisnis yang muncul dalam koperasi;
3. Mempromosikan anggota-anggota secara ekonomis dan sosial;
4. Meningkatkan efisiensi ekonomis dan sosial;
5. Meningkatkan citra otonomi dan koperasi;
6. Kegotongroyongan yang terbuka;
7. Menata keterbukaan manajemen dan control yang demokratis serta egalitarian;
8. Menjaga citra koperasi sebagai organisasi sukarela bukan organisasi komando yang digerakan oleh pihak-
pihak dari luar koperasi;
9. Meningkatkan distribusi yang adil dan merata dari hasil-hasil usaha koperasi ( patronage refund scheme);
10. Meningkatkan pemupukan dana cadangan;
11. Meningkatkan pendidikan yang bersinambungan bagi para anggota koperasi ( membership education);
12. Menjaga usaha-usaha koperasi yang muncul dari feltneed anggota-anggota, bukan kebutuhan dari pihak-
pihak luar;
13. Menata Rapat Anggota Tahunan yang teratur; dan
14. Memelihara ikatan pemersatu (common bond).

Tujuan koperasi sendiri dapat ditemukan dalam pasal 3 UU No. 25/1992, yang berbunyi: “koperasi
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan
makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945”. Berdasarkan pasal tersebut, tujuan koperasi pada garis
besarnya meliputi 3 hal yaitu:

1) Memajukan kesejahteraan anggotanya;


2) Memajukan kesejahteraan masyarakat;

3) Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

Peran koperasi dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari :


 Posisinya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor.
 Penyedia terbesar lapangan kerja.
 Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat.
 Pencipta pasar baru dan sumber inovasi.
 Berkontribusi dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
A. Sistem Ekonomi Koperasi
Ekonomi Koperasi terdiri dari dua kata yaitu “ekonomi” dan “koperasi”. Kata “ekonomi” berasal dari
bahasa Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah dan “nomos” yang berarti aturan. Jadi secara
ekonomi dapat diartikan sebagai “aturan rumah tangga”, Sehingga ekonomi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran.
Sedangkan koperasi adalah sebuah badan usaha bersama yang dibangun dengan modal bersama semua
anggotanya. Semua modal yang dimiliki oleh badan koperasi berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib,
dan penyisihan sisa hasil usaha dari semua anggotanya, namun ada juga bantuan modal dari pihak luar,
seperti pemerintah ataupun swasta. Koperasi merupakan suatu organisasi yang bersifat terbuka dan sukarela.
Tujuan koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan untuk mencapai tujuan tersebut anggota
koperasi mempunyai kewajiban, yakni membayar iuran simpanan pokok dan simpanan wajib.

Jadi bisa disimpulkan bahwa Ekonomi Koperasi adalah suatu organisasi bersama yang berasaskan
kekeluargaan yang bertujuan untuk mencari profit atau keuntungan baik untuk anggota itu sendiri dan juga
untuk masyarakat umum yang ada disekitarnya.

1. Ciri Khas Ekonomi Koperasi

4
Ada beberapa ciri khas yang di miliki koperasi yang tidak ada di perekonomian umum adalah :

1) Sistem Permodalan Gotong Royong.


Maksudnya adalah setiap anggota koperasi di berikan suatu kewajiban untuk membayar simpanan
wajib dan simpanan pokok yang sudah di tentukan bersama.
2) Sistem Pengelolaan dan Operasional Dilaksanakan dan Dipertanggungjawabkan Pada
Anggota.
Artinya kepemilikan koperasi adalah milik semua anggota, bukan hanya milik anggota tertentu saja,
sehingga memiliki kesetaraan dalam kedudukan pengelolaan dalam pengelolaan kegiatan
operasional koperasi.
3) Diperuntukkan dan Diprioritaskan Untuk Kepentingan Anggotanya.
Maksudnya adalah dalam rangka untuk memenuhi kepentingan anggotanya.

2. Prinsip ekonomi koperasi

Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Prinsip koperasi
menurut UU no. 25 t ahun 1992 adalah:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.


2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.
3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian.
6. Pendidikan perkoperasian.
7. Kerjasama antar koperasi.

1. Koperasi dalam Ekonomi Makro


Ada 4 kontribusi-kontribusi dalam beberapa bidang :

1) Politik
Kontribusi-kontribusi yang potensial terhadap pembangunan politik, sejumlah harapan dari dampak belajar
para anggota koperasi, yang berpartisipasi secara aktif dalam lembaga-lembaga kopersi yang diorganisasi
secara demokratis.
2) Sosial
Kontribusi-kontribusi yang potensial terhadap pembangunan social budaya. Wadah ini sebagai perkumpulan
yang bersifat sukarela dalam proses pembangunan dari bawah diharapkan akan bertitik tolak dari struktur
social yang ada, dan akan merangsang inovasi-inovasi tertentu yang dapat mengubah masyarakat tradisional
tanpa merusaknya.
3) Ekonomi Sosial
Jika koperasi berhasil meningkatkan pelayanannya secara efisiensi bagi para anggotanya yang secara social
ekonomis lemah dan miskin, maka ia telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap proses
integrasi ekonomi dan social.
4) Ekonomi
Kontribusi-kontribusi yang potensial terhadap pembangunan ekonomi :
a. Perubahan secara bertahap perilaku para petani dan pengusaha kecil dan menengah yang semula berpikir
tradisional menjadi termotivasi dan akan memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan sumber dayanya
sendiri.
b. Diversivikasi struktur produksi, perluasan usaha pengadaan bahan makanan dari bahan mentah.
c. Peningkatan pendapatan dan perbaikan situasi ekonomi para petani, pengrajin, dan pekerja lepas dapat
mengurangi kemiskinan di pedesaan.
d. Peningkatan kegiatan pembentukan modal dan perbaikan “modal manusia” melalui pendidikan latihan
manajer, karyawan, dan anggota.
e. Transformasi secara bertahap para petani yang orintasinya pada pemenuhan kebutuhan dasar ke dalam
suatu system ekonomi yang semakin berkembang, melalui pembagian kerja dan spesialisasi yang
semakin meningkat.
f. Pengembangan pasar, perbaikan stuktur pasar, perilaku pasar dan prestasi pasar, dan persaingan semakin
efektif akan memperbaiki koordinasi yang saling membantu dari berbagai rencana ekonomi konsumen
dan produsen berbagai barang dan jasa.

2. Koperasi sebagai Soko Guru Perekonomian Indonesia


5
Negara Indonesia mempunyai pandangan yang khusus tentang perekonomiannya. Hal ini termuat dalam
UUD 1945, Bab XIV Pasal 33 ayat (1) yang menyebutkan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan.” Menurut para ahli ekonomi, lembaga atau badan perekonomian yang paling
cocok dengan maksud Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 adalah koperasi.
Menurut M. Hatta sebagai pelopor pasal 33 UUD 1945 tersebut, koperasi dijadikan sebagai sokoguru
perekonomian nasional karena:
1) Koperasi mendidik sikap self-helping.
2) Koperasi mempunyai sifat kemasyarakatan, di mana kepentingan masyarakat harus lebih diutamakan
daripada kepentingan diri atau golongan sendiri.
3) Koperasi digali dan dikembangkan dari budaya asli bangsa Indonesia.
4) Koperasi menentang segala paham yang berbau individualisme dan kapitalisme.

“Koperasi adalah soko guru perekonomian Indonesia ”. Makna dari istilah koperasi sebagai sokoguru
perekonomian dapat diartikan bahwa koperasi sebagai pilaratau “penyangga utama” atau “tulang punggung”
perekonomian. Dengan demikian koperasi diperankan dan difungsikan sebagai pilar utama dalam sistem
perekonomian nasional. Keberadaannyapun diharapkan dapat banyak berperan aktif dalam mewujudkan
kesejahteraan dana kemakmuran rakyat. Namun di era reformasi ini keberadaannya banyak dipertanyakan,
bahkan seringkali ada yang mengatakan sudah tidak terlalu terdengar lagi dan apakah masih sesuai sebagai salah
satu badan usaha yang berciri demokrasi dan dimiliki oleh orang per orang dalam satu kumpulan, bukannya
jumlah modal yang disetor seperti badan usaha lainnya. Padahal Koperasi diharapkan menjadi soko guru
perekonomian nasional.

Tampaknya pembinaan Koperasi saat ini belum banyak membawa perubahan dan masih terobsesi kepada
pembinaan pola lama dengan menekankan kegiatan usaha tanpa didukung oleh SDM yang kuat dan kelembagaan
yang solid, upaya pembinaan terasa setengah hati, akibatnya kegiatan Koperasi seperti samar-samar
keberadaannya, tidak ada lagi Koperasi baru yang tumbuh bahkan ada Koperasi yang dulu besar semakin surut
keberadaannya.

Keanggotaan koperasi bersifat terbuka dan sukarela. Terbuka artinya anggota koperasi terbuka bagi siapa
saja sesuai dengan jenis koperasinya. Sukarela artinya keanggotaan koperasi tidak atas paksaan. Setiap anggota
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sesuai dengan pengertian koperasi bahwa koperasi merupakan
kegiatan ekonomi yang berasaskan kekeluargaan. Maka tujuan utama koperasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya.

Keuntungan koperasi bisa diperoleh antara lain dari laba penjualan dan jasa peminjaman. Meskipun
koperasi tidak mengambil laba penjualan atau jasa peminjaman yang besar. Namun apabila koperasi berjalan
dengan lancar keuntungan koperasi pun bisa menjadi besar pula. Keuntungan koperasi akan dikembalikan
kembali kepada anggota sebagai SHU (Sisa Hasil Usaha). Tentu saja setelah dikurangi biaya-biaya operasional.
Pembagian keuntungan atau sisa hasil usaha ini dibagi secara adil sehingga tidak ada yang dirugikan.

Yang terpenting adalah Koperasi dapat memberikan manfaat yang besar terhadapa para anggota koperasi
tersebut, karena harus ingat tujuan utama Koperasi adalah untuk mensejahterahkan anggotanya. Selain itu
pentingnya pendampingan dari hulu ke hilir yang dilakukan secara konsisten, mulai dari membina, mendapatkan
akses keuangan, proses produksi hingga pemasaran.

Jadi kesimpulannya, Koperasi Sebagai Sokoguru Perekonomian Indonesia berarti bahwa koperasi sebagai
pilar utama dalam sistem perekonomian nasional. Dengan tujuan utama koperasi yaitu meningkatkan
kesejahteraan anggotanya koperasi dapat menjadi penyangga dalam perekonomian anggotanya. Walaupun
disamping itu banyak yang menganggap bahwa keberadaan koperasi terlihat samar dikarenakan apakah badan
koperasi ini masih dimiliki oleh perorangan ataupun unit usaha yang dalam pelaksaannya banyak terjadi
keganjilan. Tetapi kenyataannya koperasi dapat memberikan manfaat manfaat yang luar biasa yaitu dapat
mengurangi pengangguran dan kemiskinan terutama di Indonesia. Jadi kalau Koperasi dapat dikelola dengan
baik, jelas, terbuka, dan sukarela atas asas kekeluargaan maka koperasi yang berjalan akan dapat memenuhi
tujuan utamanya. Peran pemerintah dalam mengembangkan koperasi ini juga tidak kalah penting. Mulai dari
pemerintah yang dapat mendukung perannya dalam koperasi ini masuk ke berbagai kota-kota besar maupun
daerah terpencil pun dengan pembinaan yang baik, dan jelas serta dapat dikelola dengan sangat baik niscaya
Koperasi Sebagai Sokoguru Perekonomian Indonesia tidak hanya sekedar pernyataan manis saja tapi itu benar-
benar bisa dibuktikan.

3. Koperasi dalam Trilogi Pembangunan

6
Trilogi pembangunan yaitu menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, serta stabilitas nasional yang dinamis dan strategis yang kemudian juga dijadikan
sebagai misi yang melekat pada masing-masing pelaku ekonomi, baik negara, swasta, maupun koperasi di dalam
sistem ekonomi nasional yang kita bangun. Rumusan kedudukan, peranan, dan hubungan antara pelaku ekonomi
dapat digambarkan sebagai berikut:
a) BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya ditempatkan pada posisi dan kedudukan yang setara. Hal ini
berarti, setiap pelaku ekonomi baik secara normatif maupun operasional memiliki hak hidup yang sama,
sesuai dengan misi yang diembannya.
b) BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya melakukan peranan masing-masing dengan memanfaatkan
keunggulan komparatif (Comparative advantage) yang dimilikinya. Keunggulan koperasi yang dimaksud
di sini ialah bahwa masing-masing pelaku ekonomi mempunyai suatu kelebihan di satu bidang jika
dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya.
Keunggulan komparatif tersebut dapat dilihat dari cita-cita organisasi masing-masing pelaku ekonomi
tersebut. BUMN dimiliki dan dikelola oleh pemerintah. BUMN bukan merupakan suatu perusahaan yang
mengejar keuntungan sebagai prioritas utama, akan tetapi merupakan alat pemerintah yang efektif dalam
melaksanakan pembangunan nasional. Dengan demikian, BUMN mengemban tugas melayani kepentingan umum
untuk memenuhi hajat orang banyak. Berbeda dengan sektor swasta yang dimiliki dan dikelola secara
perseorangan, keluarga, dan atau sekelompok kecil orang yang memiliki modal untuk mencapai tujuan memberi
keuntungan yang semaksimal mungkin.

1. VARIABEL KINERJA KOPERASI DAN PRINSIP PENGUKURAN KINERJA KOPERASI


1.1 Variabel Kinerja
Secara umum, variable kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan (growth)
koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per provinsi, jumlah koperasi per jenis/kelompok
koperasi, jumlah koperasi aktif dan nonaktif), keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha.

1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja.
Adapun faktor-faktor tersebut menurut Armstrong (1998:16-17) adalah sebagai berikut:
a. Faktor individu (personal factors). Faktor individu berkaitan dengan keahlian, motivasi, komitmen, dan
sebagainya.
b. Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan kualitas dukungan dan
pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua kelompok kerja.
c. Faktor kelompok/rekan kerja (team factors). Faktor kelompok/rekan kerja berkaitan dengan kualitas dukungan
yang diberikan oleh rekan kerja.
d. Faktor sistem (system factors). Faktor sistem berkaitan dengan sistem/metode kerja yang ada dan fasilitas yang
disediakan oleh organisasi.
e. Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan tekanan dan perubahan lingkungan,
baik lingkungan internal maupun eksternal.
1.3 Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh
program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran kinerja seringkali membutuhkan penggunaan
bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik
dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.
1.4 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja

Secara umum tujuan dilakukan pengukuran kinerja adalah untuk:


1. Meningkatkan motivasi karyawan dalam memberikan kontribusi kepada organisasi.
2. Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kinerja masing-masing karyawan.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan sebagai dasar untuk menyediakan kriteria
seleksi dan evaluasi program pelatihan dan pengembangan karyawan.
4. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan, seperti produksi, transfer dan
pemberhentian.
Pengukuran kinerja dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pengukuran. Tahap persiapan atas
penentuan bagian yang akan diukur, penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja, dan pengukuran kinerja
yang sesungguhnya. Sedangkan tahap pengukuran terdiri atas pembanding kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya dan kinerja yang diinginkan.
Manfaat sistem pengukuran kinerja adalah:

7
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggannya dan membuat seluruh personil terlibat dalam upaya pemberi
kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata-rantai pelanggan dan pemasok
internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan
tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategi yang masanya masih kabur menjadi lebih kongkrit sehingga mempercepat proses
pembelajaran perusahaan.

1.5 Prinsip Pengukuran Kinerja


Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:
a. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
b. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena tidak ada informasi yang bersifat obyektif
untuk menentukan nilainya.
c. Kerja yang tak diukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
d. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur.
e. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih sekedar mengetahui tingkat
usaha.
f. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan adalah cara manajer dan pengawas
untuk membuat penugasan kerja operasional.
g. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara periodik.
h. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan korektif yang segera dan tepat waktu.
i. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan untuk manajemen kendali yang efektif.
2. KELEMBAGAAN, KEANGGOTAAN, VOLUME USAHA, PERMODALAN, ASET DAN SISA HASIL
USAHA

2.1 Kelembagaan Koperasi


Sebelum membahas tujuan dan fungsi sebuah lembaga koperasi, secara garis besarnya lembaga koperasi merupakan
sebuah lembaga keuangan yang berazaskan kekeluargaan dan bergotong-royong. Dan tujuannya pun tak lain untuk
meningkatkan taraf ekonomi anggotanya dan masyarakat sekitar. Ada 3 hal penting tujuan sebuah lembaga didirikan :
a. Memaksimumkan keuntungan, sebuah lembaga harus mampu memaksimalkan keuntungan yang didapat untuk
meningkatkan kualitasnya, anggota maupun sekitarnya.
b. Memaksimumkan nilai perusahaan, setelah sebuah lembaga mendapatkan keuntungan maksimal, lembaga itupun
harus melaksanakan nilai-nilai yang diemban sejak didirikan.
c. Meminimumkan biaya, untuk melaksanakan kedua poin tersebut sebuah lembaga harus mampu memanfaatkan
resource yang ada ataupun yang terbatas untuk mengefisiensikan pelaksanaannya.
2.2 Keanggotaan Koperasi
Anggota koperasi merupakan pemilik dan juga pengguna jasa koperasi. Dalam koperasi ada pula anggota luar biasa.
Dikatakan luar biasa bila persyaratan untuk menjadi anggota tidak sepenuhnya dapat dipenuhi seperti yang ditentukan
dalam anggaran dasar.
1) Syarat Keanggotaan Koperasi:
a) Setiap warga negara Indonesia (WNI) yang mampu melakukan tindakan hukum atau badan hukum koperasi
yang memenuhi persyaratan.
b) Menerima landasan dan asas koperasi.

c) Bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak-haknya sebagai anggota.


2) Sifat Keanggotaan Koperasi:
a) Terbuka dan sukarela.
b) Dapat diperoleh dan diakhiri setelah syarat-syarat dalam anggaran dasar terpenuhi.

c) Tidak dapat dipindahtangankan.

3) Berakhirnya Keanggotaan Koperasi:


a) Meninggal dunia.
b) Meminta berhenti karena kehendak sendiri.

c) Diberhentikan pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan.

4) Kewajiban Anggota Koperasi tercantum dalam Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992.


a) Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah disepakati rapat anggota.
8
b) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.
c) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas kekeluargaan.

5) Hak Anggota Koperasi Menurut Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992.


a) Menghadiri dan menyatakan pendapat serta memberikan suara dalam rapat anggota.

b) Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas.

c) Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

d) Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta maupun
tidak diminta.

e) Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antar anggota.

f) Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam anggaran


dasar.

Permintaan Menjadi Anggota Koperasi


Setiap orang yang ingin menjadi anggota koperasi perlu mempelajari lebih dahulu maksud dan tujuan koperasi
tersebut, terutama mengenai syarat-syarat keanggotaan dan hak serta kewajibannya sebagai anggota.
1) Jika persyaratan sudah diterima, selanjutnya calon mengisi formulir pendaftaran di koperasi tersebut.
2) Jika pengurus menyetujui permintaan calon anggota, maka selanjutnya harus diberitahukan kepada yang
bersangkutan mulai saat tersebut dapat diterima menjadi anggota koperasi.
3) Bila permohonan seseorang menjadi anggota koperasi ditolak, maka pencalonannya sebagai anggota dapat
diajukan kembali dalam RA yang akan datang, dan keputusannya akan mengikat pengurus untuk memenuhinya.

Bukti Keanggotaan Koperasi


Buku daftar anggota merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UU Koperasi, karena buku daftar anggota memuat
tentang nama lengkap, umur, mata pencaharian, tempat tinggal, tanggal masuk menjadi anggota, cap ibu jari kiri atau
tanda tangan anggota, sebab diberhentikannya seorang anggota, tanda tangan ketua dan tanggal dibubuhinya tanda tangan
tersebut.

2.3 Volume Usaha


Volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dan barang dan/atau jasa pada suatu periode atau tahun
buku yang bersangkutan. Dengan demikian, volume usaha koperasi adalah akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa
sejak awal tahun buku (Januari) sampai dengan akhir tahun buku (Desember). Pada hakekatnya, aktivitas ekonomi
koperasi dapat dilihat dari besaran volume usaha koperasi itu sendiri.
Menurut Suwandi (1988:38), bahwa “Volume usaha merupakan totalitas kegiatan yang tercermin dalam bentuk nilai
uang dan merupakan titik sentral dari interaksi dari berbagai peubah dalam koperasi sehingga volume usaha merupakan
ukuran jumlah seluruh kegiatan yang diukur dalam satuan uang sekaligus dapat memberikan apa saja yang dilakukan
koperasi selama kurun waktu tertentu”. Aktivitas ekonomi koperasi pada hakekatnya dapat dilihat dari besarnya volume
usaha koperasi tersebut. Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya terutama bagi anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya. Usaha atau kegiatan yang dilakukan tersebut
dapat dilihat dari besarnya volume usaha yang nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba atau sisa hasil usaha
koperasi.
2.4 Permodalan Koperasi
1) Sumber – Sumber Modal Koperasi
 Modal Dasar
Tujuan utama mendirikan sebuah organisasi koperasi adalah untuk mengakumulasikan potensi keuangan para
pendiri dan anggotanya yang meskipun pada awalnya berjumlah kecil tetapi tetap ada.
 Modal Sendiri
a) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas koperasi oleh para pendiri atau
anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik kembali oleh anggota
koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat menjadi anggota koperasi.
b) Simpanan Wajib
Konsekuensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua anggota koperasi yang dapat disesuaikan
besar kecilnya dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan, arena itu akumulasi

9
simpanan wajib para anggota harus diarahkan mencapai jumlah tertentu agar dapat menunjang kebutuhan dana
yang akan digunakan menjalankan usaha koperasi.
c) Dana Cadangan
Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang tidak dibagikan kepad a
anggota; tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi
membutuhkan dana secara mendadak atau menutup kerugian dalam usaha
d) Hibah
Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma yang tida mengharapkan pengembalian atau
pembalasan dalam bentuk apapun. Siapa pun dapat memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk apapun
sepanjang memiliki pengertian seperti itu; untuk menghindarkan koperasi menjadi tergantung dengan pemberi
hibah sehingga dapat mengganggu prinsip-prisnsip dan asas koperasi.

 Modal Pinjaman
a) Pinjaman dari Anggota
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan sukarela anggota. Kalau
dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota. Sebaliknya
dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.
b) Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan usaha koperasi untuk saling
membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang
luas atau dalam lingkup yang sempit, tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.
c) Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi mendapat prioritas dalam persyaratan.
Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi sebetulnya merupakan komitmen pemerintah dari negara-negara
yang bersangkutan untuk mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.
d) Obligasi dan Surat Utang
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat utang kepada masyarakat investor
untuk mencari dana segar dari masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai persyaratan untuk menjual
obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.
e) Sumber Keuangan Lain
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang tidak sah dapat dijadikan
tempat untuk meminjam modal.

 Distribusi Cadangan Koperasi


Cadangan menurut UU No. 25/1992, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha
yang dimasukkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Sesuai
Anggaran Dasar yang menunjuk pada UU No. 12/1967 menentukan bahwa 25% dari SHU yang diperoleh dari
usaha anggota disisihkan untuk cadangan, sedangkan SHU yang berasal bukan dari usaha anggota
sebesar 60% disisihkan untuk cadangan. Banyak sekali manfaat distribusi cadangan, seperti contoh di bawah ini:
1. Memenuhi kewajiban tertentu
2. Meningkatkan jumlah operating capital koperasi
3. Sebagai jaminan untuk kemungkinan kemungkinan rugi di kemudian hari
4. Perluasan usaha
2.5 Aset dalam Koperasi
Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan operasional usaha. Aset merupakan
sumber daya yang dikuasai koperasi sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh koperasi. Aset yang diperoleh dari sumbangan, yang tidak terikat penggunaannya,
diakui sebagai aset tetap.
Komponen Aset
1) Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun. Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
 Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi
normal entitas;
 Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjualbelikan);
 Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
Aset lancar meliputi komponen perkiraan:
 Kas adalah nilai mata uang kertas dan logam, baik dalam rupiah maupun mata uang asing sebagai alat
pembayaran sah.
 Bank adalah simpanan koperasi pada bank tertentu yang likuid, seperti: tabungan, giro dan deposito serta
simpanan lainnya.
10
 Surat berharga adalah investasi dalam berbagai bentuk surat berharga, yang dapat dicairkan dan diperjualbelikan
dalam bentuk tunai setiap saat;
 Piutang Usaha adalah tagihan koperasi sebagai akibat penyerahan barang/jasa kepada pihak lain yang tidak
dibayar secara tunai.
 Piutang Pinjaman Anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi pemberian pinjaman (tunai/kredit
berupa barang/jasa) kepada anggota.
 Piutang Pinjaman Non anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi pemberian pinjaman (tunai/kredit
berupa barang/jasa) kepada non anggota.
 Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah penyisihan nilai tertentu, sebagai "pengurang nilai nominal" piutang
pinjaman atas terjadinya kemungkinan risiko piutang tak tertagih, yang dibentuk untuk menutup kemungkinan
kerugian akibat pemberian piutang pinjaman.
 Persediaan adalah nilai kekayaan koperasi yang diinvestasikan dalam bentuk persediaan, baik persediaan dalam
bentuk bahan baku, bahan setengah jadi, maupun barang jadi untuk diperdagangkan dalam rangka memberikan
pelayanan kepada anggota dan penyelenggaraan transaksi dengan non anggota;
 Biaya dibayar di muka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada pihak lain untuk memperoleh manfaat
barang/jasa tertentu.
 Pendapatan Yang Masih Harus Diterima adalah berbagai jenis pendapatan koperasi yang sudah dapat diakui
sebagai pendapatan tetapi belum dapat diterima oleh koperasi;
 Aset Lancar Lain-lain.

2) Aset Tidak Lancar


Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset, masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi,
dimiliki serta digunakan dalam kegiatan operasional dengan kompensasi penggunaan berupa biaya depresiasi
(penyusutan). Aset tidak lancar meliputi komponen perkiraan:
 Investasi Jangka Panjang, adalah aset atau kekayaan yang diinvestasikan pada koperasi sekunder, koperasi lain
atau perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun tidak dapat dicairkan, berupa simpanan atau penyertaan
modal.
 Properti Investasi, adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya)
yang dikuasai (oleh pemilik/koperasi atau lessee melalui sewa pembiayaan) dan dapat menghasilkan sewa atau
kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti investasi tidak digunakan untuk kegiatan produksi atau penyediaan
barang/jasa, tujuan administratif, atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
 Akumulasi Penyusutan Properti Investasi, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu properti investasi, sebagai
akibat penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal
penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.
 Aset Tetap, adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan produksi, atau penyediaan
barang/jasa untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan digunakan lebih dari satu periode.
Aset tetap mencakup perkiraan: Tanah/Hak Atas Tanah, Bangunan, Mesin dan Kendaraan, Inventaris dan
Peralatan Kantor.
 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu aset tetap yang dimiliki koperasi,
sebagai akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis selama
awal penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.
 Aset Tidak Berwujud, adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi namun tidak mempunyai wujud fisik.
Dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan produksi atau disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan
administratif. Contoh aset tidak berwujud antara lain: hak paten, hak cipta, hak pengusaha hutan, kuota
impor/ekspor, waralaba.
 Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu aset tidak berwujud yang
dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu.
 Aset Tidak Lancar Lain, adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana pada butir 1 sampai dengan 7 seperti
bangunan yang belum selesai dibangun.

2.6 Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi


SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue) atau biasa
dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu.
 SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh
masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan
keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
 Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.

11
 Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkan oleh Rapat Anggota
sesuai dengan AD/ART Koperasi.
 Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan
transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
 Semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan
diterima.
Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila beberapa informasi dasar diketahui
sebagai berikut:
1. SHU total kopersi pada satu tahun buku
2. bagian (persentase) SHU anggota
3. total simpanan seluruh anggota
4. total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota
5. jumlah simpanan per anggota
6. omzet atau volume usaha per anggota
7. bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
8. bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.

Rumus Pembagian SHU


Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1, yaitu:
 Mengatakan bahwa “pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang
dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi.
Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan”.
 Di dalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan koperasi 40%, jasa
anggota 40%, dana pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, dan asosial 5%, dana pembangunan
lingkungan 5%.
 Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini tergantung dari keputusan
anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.

Rumus Pembagian SHU : SHU Koperasi = Y + X

Keterangan :

SHU Koperasi : Sisa Hasil Usaha per Anggota

Y : SHU Koperasi yang dibagi atas Aktivitas Ekonomi

X : SHU Koperasi yang dibagi atas Modal Usaha

Dengan model matematika, SHU Koperasi per anggota dapat dihitung sebagai berikut:

SHU Koperasi AE : Ta/Tk (Y) | SHU Koperasi MU : Sa/Sk (X)

Keterangan :

Y : Jasa usaha anggota koperasi

X : Jasa modal anggota koperasi

Ta : Total transaksi anggota koperasi

Tk : Total transaksi koperasi

Sa : Jumlah simpanan anggota koperasi

Sk :Total simpanan anggota koperasi

Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:


1) SHU yang dibagi berasal dari anggota

12
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi, bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan
SHU yang sifatnya bukan berasal dari transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota, tetapi
dijadikan sebagai cadangan koperasi.
2) SHU anggota dibayar secara tunai
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi
membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
3) SHU anggota merupakan jasa modal dan transaksi usaha
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya
dan dari hasil transaksi yang dilakukan anggota koperasi. Oleh karena itu, dibutuhkan penentuan proporsi SHU
untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang akan dibagikan kepada para anggota koperasi.
4) SHU anggota dilakukan transparan
Proses perhitungan SHU per-anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara
transparan dan terbuka, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa besaran
partisipasinya kepada koperasi.

3. EFISIEN KOPERASI
Kunci utama efisiensi koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya. Koperasi yang dapat menekan biaya
serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh pelayanan yang baik dapat dikatakan usahanya tidak efisian di
samping tidak memiliki tingkat efektifitas yang tinggi, sebab dampak kooperatifnya tidak dirasakan anggota.
Untuk mengukur efisiensi organisasi dan usaha ada bebrapa rasio yang dapatdipergunakanyang didasarkan pada
kergaan koperasi yang bersangkutan. Sarana yang dapat digunakan adalah neraca dqn catatan keragaan lain yang dimiliki
koperasi. Hal itu lah yang dapat memberikan gambaran kuantitatif tentang keragaan koperasi.
Menurut Hanel (1988) efisiensi ekonomi usaha koperasi dapat diukur dengan mempergunakan ukuran:
1. Efisiensi dalam operasional usaha yang terlihat dari validitas keuangan (financial viability) dan keragaan
kewirakoperasian (entrepreneurship performance).
2. Efisiensi yang dihubungkan dengan pengembangan.
3. Efisiensi yang dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan anggota.

Pembahasan mengenai efisiensi, Thoby Mutis (1992) menunjukkan 5 lingkup efisiensi koperasi, yaitu efisiensi intern
masyarakat, efisiensi alokatif efisiensi ekstern, efisiensi dinamis dan efisiensi sosial. Pengertian efisiensi tersebut adalah:
1. Efisiensi intern masyarakat merupakan perbandingan terbaik dari akses biaya dengan biaya yang sebenarnya. Hal
ini dapat dikaitkan dengan perbandingan nilai bersih pemasukan dan nilai bersih pengeluaran
2. Efisiensi alokatif adalah efisiensi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya dan dana dari semua
komponen koperasi tersebut. Misalnya, penyaluran tabungan anggota untuk pinjaman anggota, penyaluran
simpanan sukarela untuk investasi jangka pan.lang dan pendek. Hal ini biasanya dilihat pada perbandingan
pertumbuhan simpanan sukarela dan modal sendiri dengan pertumbuhan pinjaman, silang pinjam atau investasi
tahunan. Sebagai dasar tingkat pengukuran efisiensi digunakan laporan keuangan koperasi sampel (neraca,
laporan rugi laba, dan laporan perubahaan modal) di samping tentu saja data-data lain vang diperlukan seperti
yang tercantum dalam laporan pertanggungjawaban pengurus.
3. Efisiensi ekstern menunjukkan bagaimana efisiensi pada lembaga-lembaga dan perseorangan di luar koperasi
yang ikut memacu secara tidak langsung efisiensi di dalam koperasi.
4. Efisiensi dinamis adalah efisiensi yang biasa dikaitkan dengan tingkat optiniasi karena adanya perubahan
teknologi yang dipakai. Setiap perubahan teknologi akan membawa dampak terhadap output yang dihasilkan.
Tentu saja teknologi baru akan dipakai jika menghasilkan produktivitas yang lebih baik dari semula.
5. Efisiensi sosial sering dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya dan dana secara tepat, karena tidak
menimbulkan biaya-biaya atau beban.

4. KLASIFIKASI KOPERASI
Klasifikasi jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan berbagai hal:
1) Pertama, penggolongan koperasi berdasarkan pada ketentuan pemerintah yang diberlakukan pada koperasi. Pada
penggolongan ini koperasi dibedakan sebagai berikut:
a. Koperasi Unit Desa (KUD).
Koperasi ini diarahkan khusus untuk masyarakat pedesaan.
b. Koperasi Umum.
Koperasi umum dapat didirikan oleh siapa saja dan dimana saja.
2) Kedua, berdasarkan banyaknya jenis usaha:
a. Koperasi Single Purpose.
Koperasi yang hanya mempunyai satu jenis usaha.
b. Koperasi Multi Purpose.
13
Koperasi yang mempunyai lebih dari satu macam jenis usaha yang dikelola secara bersamaan.
3) Ketiga, koperasi dibedakan menurut jenis lapangan usaha :
Secara umum, berdasarkan jenis lapangan usahanya koperasi dapat dibedakan menjadi empat, yakni terdiri atas
Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Konsumsi, dan Koperasi Produksi.
a. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota
dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi
peminjam dikenakan jasa. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan mengangsur. Besarnya jasa bagi penabung
dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh,
dan untuk anggota.”
b. Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang terdiri atas berbagai jenis usaha. Misalnya, melayani simpan
pinjam dan pelayanan jasa, menjual barang-barang hasil produksi anggota, unit pertokoan untuk melayani
kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit wartel.
c. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota.
Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga. Barang-barang
yang disediakan harganya lebih murah dibandingkan dengan toko-toko lainnya.
d. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual
secara bersama-sama yang merupakan hasil produksi anggota koperasi. Bagi para anggota yang memiliki usaha,
dapat memasok hasil produksinya ke koperasi, dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal
dan pemasaran.
Ada bermacam-macam koperasi produksi. Misalnya koperasi produksi para petani, koperasi produksi
peternak sapi, koperasi produksi pengrajin, dan sebagainya. Koperasi produksi membantu anggota menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam berusaha. Misalnya koperasi membantu menyediakan bahan baku untuk kerajinan,
menyediakan bibit dan pupuk untuk petani, dan lain-lain. Selain itu, anggota koperasi mencari jalan keluar dari
permasalah secara bersama-sama. Koperasi produksi juga menampung hasil usaha para anggotanya. Dengan
demikian, anggota tidak mengalami kesulitan menjual hasil usahanya. Anggota koperasi produksi dalam bidang
pertanian dapat menjual hasil bumi padi, jagung, kacang, kedelai, dan lai-lainnya ke koperasi. Demikian juga para
peternak dan pengrajin.
4) Keempat, didasarkan pada jenis anggota:
a. Koperasi Primer.
Koperasi yang anggotanya orang-perorang, jumlah minimal anggota koperasi ini dua puluh orang.
b. Koperasi Sekunder.
Koperasi yang beranggotakan beberapa koperasi. Koperasi sekunder meliputi:
 Pusat Koperasi
Pusat koperasi merupakan koperasi yang anggotanya oaling sedikit lima buah koperasi primer dan berada
di satu kabupaten/kota.
 Gabungan Koperasi
Gabungan koperasi merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit tiga buah pusat koperasi.
Wilayahnya meliputi satu provinsi atau lebih.
 Induk Koperasi
Induk koperasi merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit tiga buah gabungan koperasi.

5) Kelima, koperasi didasarkan pada status anggota :


Dilihat dari status keanggotaannya dikenal beberapa bentuk koperasi, antara lain koperasi petani, koperasi
pensiunan, Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), Koperasi Sekolah dan Koperasi Mahasiswa (Kopma),
Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Pasar (Koppas) antara lain sebagai berikut:
a. Koperasi Petani
Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang orang yang terlibat dalam usaha pertanian.
Koperasi pertanian melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, misalnya penyuluhan pertanian,
pengadaan bibit unggul, penyediaan pupuk, obat-obatan dan lain-lainnya.
b. Koperasi Pensiunan
Berbeda dengan Koperasi pertanian yang beranggotakan para petani, anggota Koperasi pensiunan berisikan
para pensiunan pegawai negeri. Koperasi ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan
menyediakan kebutuhan para pensiunan.
c. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

14
Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri baik pegawai pusat maupun daerah. Sebelum KPRI, koperasi
ini lebih dikenal dengan nama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama untuk meningkatkan
kesejahteraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan di lingkup department atau instansi.
d. Koperasi Sekolah dan Koperasi Mahasiswa (Kopma)
Koperasi Sekolah memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah
memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan
lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media
pendidikan bagi siswa antara lain latihan kepemimpinan, latihan tanggung jawab, latihan kejujuran, latihan
mengenal lingkungan, serta latihan belajar berorganisasi dalam bentuk usaha bersama. Koperasi sekolah
diusahakan diurus oleh siswa, hal ini dimaksudkan agar tujuan koperasi sebagai media pendidikan dapat tercapai.
Sama seperti koperasi sekolah, di tingkat universitas terdapat koperasi mahasiswa atau KOPMA, koperasi ini
beranggotakan para mahasiswa. Koperasi ini bertujuan untuk menyediakan kebutuhan mahasiswa terhadap sarana
dan prasarana penunjang perkuliahan di kampus. Selain itu, koperasi mahasiswa ini juga menyediakan simpan
pinjam, bagi para mahasiswa yang mempunyai kesulitan keuangan, usaha simpan pinjam ini akan sangat
membantu. Dengan adanya koperasi mahasiswa ini juga akan melatih serta meningkatkan tanggung jawab, dan
melatih kepemimpinan mahasiswa di dalam berorganisasi.
e. Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan
kegiatan usaha bidang ekonomi terutama yang berkaitan dengan pertanian atau perikanan (nelayan). Beberapa
usaha KUD, antara lain:
 Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti menyediakan pupuk, obat pemberantas hama, benih, alat
pertanian, dan memberi penyuluhan teknis pertanian.
 Memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas penyuluh lapangan kepada para petani. Di tingkat
kabupaten dan provinsi terdapat Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) yang bertugas memberikan
bimbingan kepada KUD-KUD. Di tingkat pusat terdapat Induk Koperasi Unit Desa (INKUD) yang
bertugas memberikan bimibingan kepada PUSKUD di seluruh Indonesia.
f. Koperasi Pasar (Koppas)
Koperasi ini beranggotakan para pedagang pasar. Pada umumnya pedagang di setiap pasar mendirikan
koperasi untuk melayani kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan para pedagang. Misalnya modal dan
penyediaan barang dagangan. Di tingkat kabupaten atau provinsi terdapat Pusat Koperasi Pasar (Puskoppas) yang
bertujuan memberikan bimbingan kepada koperasi pasar yang ada di wilayah binaannya.

Penilaian kinerja Koperasi yang merupakan salah satu program prioritas Kementerian Koperasi dan UKM Tahun
2005-2009 terkait dengan upaya pemberdayaan koperasi adalah Pengembangan Kelembagaan dalam rangka mewujudkan
70.000 unit koperasi berkualitas. Sampai dengan awal April 2007 pelaksanaan penilaian kinerja koperasi adalah melalui
Klasifikasi Koperasi, mengacu pada Permen KUKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002 tanggal 29 Nopember 2002).
Mulai April 2009 sampai saat ini pelaksanaan penilaian kinerja koperasi dilakukan melalui Pemeringkatan Koperasi,
mengacu pada Permen KUKM No. 22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007, dan Permen Nomor:
06/Per/M.KUKM/III/2008 tanggal 12 Maret 2008 tentang Perubahan atas Permen No. 22/KEP/M.KUKM/IV/2007
tanggal 16 April 2007 tentang Pemeringkatan Koperasi. Memasuki tahun anggaran 2010 s/d 2014, Program
Pemeringkatan Koperasi masih terus dilakukan baik melalui anggaran APBN maupun APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
Tujuan klasifikasi koperasi adalah:
1. Mengetahui kinerja koperasi dalam satu periode tertentu
2. Menetapkan peringkat kualifikasi koperasi
3. Mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah bisinis yang sehat.
Dengan kata lain, melalui upaya klasifikasi ini diharapkan secara internal koperasi mampu mempertegas jatidirinya
sebagai sokoguru perekonomian rakyat sebagaimana diamanatkan oleh International Cooperative Alliance (ICA) dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002, namun juga secara eksternal mampu tetap menunjukkan kinerjanya sebagai
pelaku bisnis yang kompetitif. Secara internal sudah jelas arti dan fungsi Koperasi namun secara eksternal inilah yang
menimbulkan terjadinya sedikit pergeseran sistem, dimana dinamisasi kondisi perekonomian terkadang berbanding
terbalik ataupun berbanding lurus dengan kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk mencari jalan keluar dari
sebuah permasalahan ekonomi.
Untuk itu, diperlukan penyesuaian/penyempurnaan terhadap sistem dan instrumen klasifikasi yang selama ini telah
digunakan agar mampu mengakomodasikan berbagai kepentingan, khususnya kepentingan setiap koperasi yang
bersangkutan dalam mengakses sumber pembiayaan dan sebagai alat pembinaan. Sistem pemeringkatan yang akan
dihasilkan ini diharapkan mampu memetakan kinerja koperasi dan menjadi prasyarat untuk mengakses sumberdaya
produktif serta dapat dimanfaatkan sebagai strategi pengelolaan.
Pedoman klasifikasi koperasi tersebut disempurnakan menjadi sistem pemeringkatan koperasi yang dilandasi dasar
hukum dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman
15
Pemeringkatan Koperasi danPeraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/III/2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman
Pemeringkatan Koperasi.
6.2 Tantangan, Kendala dan Peluang dalam Pembangunan Koperasi
6.2.1 Tantangan dalam Pembangunan Koperasi
Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan koperasi selama Pembangunan Jangka
Panjang Pertama, masih banyak pula masalah yang belum terselesaikan, yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan
penanganannya dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua, sebagai tantangan untuk mewujudkan cita-cita
perkoperasian seperti yang diamanat-kan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hingga saat ini, karena berbagai alasan
ekonomi dan nonekonomi, koperasi pada umumnya belum dapat melaksanakan sepenuhnya prinsip koperasi
sebagaimana yang telah dicita-citakan, sehingga koperasi sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat belum
dapat mengembangkan sepenuhnya potensi dan kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional dan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Di samping itu, berbagai kondisi struktural dan sistem yang ada masih
menghambat koperasi untuk sepenuhnya dapat menerapkan kaidah ekonomi guna meraih dan memanfaatkan
berbagai kesempatan ekonomi secara optimal.
Sementara itu, terbukanya perekonomian nasional terhadap perkembang-an perekonomian dunia diperkirakan
akan menghadirkan perubahan-perubahan besar dalam tatanan kehidupan ekonomi nasional. Persaingan usaha
akan makin ketat, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk mengantisipasi dan merencanakan masa depan meningkat pula. Kedudukan dan keberadaan
koperasi makin terintegrasi dan berperan menentukan ke dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, tantangan
dalam pembangunan koperasi adalah mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju, mandiri,
dan memiliki daya saing sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang berujung pada
meningkatnya perekonomian nasional. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik sebagai soko guru
perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral dari tatanan perekonomian nasional, peran koperasi sangat
penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Dalam hal ini, koperasi sebenarnya
memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas, terutama dalam hal yang menyangkut kepentingan kehidupan
ekonomi rakyat. Namun dalam kenyataannya, koperasi masih menghadapi beberapa hambatan struktural dan sistem
untuk dapat berfungsi dan berperan sebagaimana yang diharapkan, antara lain dalam memperkukuh perekonomian
rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional. Dengan demikian, yang menjadi tantangan
adalah mewujudkan koperasi, baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi rakyat agar mampu
berperan secara nyata dalam kegiatan ekonomi rakyat. Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang
berpartisipasi aktif dalam organisasi koperasi dan kesadaran masyarakat untuk bergabung dalam wadah koperasi.
Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi masih harus meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan dan
menampung peran serta masyarakat secara luas. Oleh karena itu, mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berakar dalam masyarakat juga merupakan tantangan dalam pembangunan koperasi di Indonesia.

6.2.2 Kendala dalam Pembangunan Koperasi


Pengalaman pembangunan koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah memberikan petunjuk
bahwa untuk menjawab berbagai tantangan dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua, masih terdapat beberapa
kendala yang membutuhkan perhatian dalam rangka menggariskan kebijaksanaan dan menyusun program untuk
mencapai sasaran yang dikehendaki. Adapun kendala-kendala yang dimaksud, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia koperasi yang pada umumnya belum memadai.
Kendala ini menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan koperasi dalam menjalankan fungsi dan peranannya
yang berakibat pada kurang efektif dan efisiennya organisasi dan manajemen koperasi. Hal ini tercermin pada
pengelolaan koperasi dan tingkat partisipasi anggota yang belum optimal.
2) Lemahnya struktur permodalan koperasi dan terbatasnya akses koperasi ke sumber permodalan dari luar.
3) Terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi koperasi, yang berpengaruh pada
rendahnya kemampuan koperasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahanya sehingga menyebabkan
pula terbatasnya daya saing koperasi.
4) Mekanisme kelembagaan dan sistem koperasi yang belum berjalan dengan baik. Hal ini dise babkan oleb
kurangnya kesadaran anggota akan hak dan kewajibannya serta belum berfungsinya mekanisme kerja antar
pengurus dan antar pengurus dengan pengelola koperasi secara menyeluruh.
5) Masih kurangnya kepercayaan dalam bekerja sama bagi terwujudnya jaringan usaha antara koperasi dengan
pelaku ekonomi lainnya.
6) Kurang memadainya sarana dan prasarana yang tersedia di wilayah tertentu, terutama kelembagaan keuangan baik
bank maupun bukan bank, produksi dan pemasaran, khususnya di daerah tertinggal.
7) Kurang efektifnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program pembinaan koperasi antarsektor dan
antardaerah.

16
8) Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang koperasi, serta kurangnya kepedulian dan
kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, yang tercermin pada masih rendahnya peran serta dan dukungan
masyarakat dalam pembangunan koperasi.
6.2.3 Peluang dalam Pembangunan Koperasi
Selaras dengan perkembangan pembangunan yang dinamis dan pertumbuhan ekonomi dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun Keenam, terbuka berbagai peluang usaha yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan
koperasi. Pembangunan nasional dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua khususnya Rencana Pembangunan
Lima Tahun Keenam yang mendahulukan aspek pemerataan akan membuka peluang yang lebih besar bagi
pembangunan koperasi. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai landasan hukum baru,
juga memberikan peluang yang diharapkan akan mampu mendorong koperasi agar dapat tum buh dan berkembang
menjadi lebih kuat dan mandiri. Koperasi primer yang berskala kecil diharapkan berhimpun dalam koperasi
sekunder secara lebih mantap, sehingga lebih terkonsolidasi menjadi kekuatan ekonomi yang besar dan tangguh
serta mampu memanfaatkan peluang keterbukaan perekonomian Indonesia terhadap perekonomian dunia. Selain
itu, terdapat juga berbagai peluang lainnya dalam pembangunan koperasi dalam Rencana Pembangunan Lima
Tahun Keenam, di antaranya adalah kemauan politik yang kuat dari pemerintah dan berkem bangnya tuntutan
masyarakat untuk lebih banyak membangun koperasi dalam rangka mewujudkan perekonomian yang sehat yang
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai hasil pembangunan yang berkelanjutan akan menciptakan
peluang bagi berkembangnya usaha koperasi di masa depan. Sementara itu, makin terbukanya perekonomian dunia
turut pula menciptakan berbagai peluang baru bagi koperasi, diantaranya adalah makin terbukanya pasar internasional
bagi hasil produksi koperasi Indonesia serta makin terbukanya kesempatan kerja sama internasional antargerakan
koperasi di berbagai bidang. Perubahan struktur perekonomian nasional menciptakan peluang untuk lebih
berkembangnya koperasi pedesaan atau Koperasi Unit Desa (KUD) yang berusaha di bidang agrobisnis, agroindustri,
dan industri pedesaan lainnya. Sementara undang-undang tentang sistem budidaya tanaman akan mendorong
diversifikasi usaha koperasi sesuai dengan kepentingan masyarakat s etempat. Dalam Pembangunan Jangka
Panjang Kedua, tuntutan terhadap perlindungan dan jaminan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi tenaga kerja,
yang telah mulai dirasakan saat ini, diperkirakan akan semakin meningkat. Di samping itu, akan diperkirakan pula
terjadi pertumbuhan yang pesat di sektor industri yang akan meningkatkan jumlah dan jenis perusahaan. Keadaan ini
menciptakan peluang bagi tumbuhnya peluang kerja bagi calon karyawan baru.
6.3 Arahan, Sasaran dan Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi
6.3.1 Arahan Pembangunan Koperasi
Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar semakin memiliki kemampuan
untuk menjadi badan usaha yang efisien serta menjadi gerakan rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat
agar mampu memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Pembangunan koperasi juga diarahkan menjadi gerakan
ekonomi rakyat yang didukung oleh jiwa dan semangat yang tinggi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan hal tersebut, koperasi di pedesaan
khususnya perlu dikembangkan mutu dan kemampuannya serta ditingkatkan peranannya dalam kehidupan ekonomi
di pedesaan. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan semangat kebersamaan
dan manajemen yang lebih profesional. Selain itu, peran aktif masyarakat dalam menumbuhkembangkan koperasi juga
perlu terus ditingkatkan dengan meningkatkan kesadaran, kegairahan, dan kemampuan berkoperasi di seluruh lapisan
masyarakat melalui upaya penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan.
Fungsi dan peran koperasi juga menjadi tanggung jawab lembaga gerakan koperasi sebagai wadah perjuangan
kepentingan dan pembawa aspirasi gerakan koperasi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai pembina dan
pelindungnya. Pengembangan koperasi didukung melalui pemberian kesempatan berusaha yang seluas-luasnya di
segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan menciptakan iklim usaha yang
mendukung kemudahan memperoleh permodalan. Kerja sama antar koperasi, antara koperasi dengan usaha negara dan
usaha swasta sebagai mitra usaha dikembangkan secara lebih nyata untuk mewujudkan semangat dan asas
kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha dan kesetiakawanan, serta saling mendukung dan saling
menguntungkan. Potensi koperasi untuk tumbuh menjadi usaha skala besar terus ditingkatkan, antara lain melalui
perluasan jaringan usaha koperasi, pemilikan saham, serta keterkaitan usaha dengan usaha hulu dan usaha hilir,
baik dalam usaha negara maupun usaha swasta.
6.3.2 Sasaran Pembangunan Koperasi
Garis-garis Besar Haluan Negara 1993 menetapkan bahwa sasaran koperasi dalam Pembangunan Jangka
Panjang Kedua (PJPK II) adalah terwujudnya koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri serta sebagai soko guru perekonomian nasional yang merupakan
wadah untuk menggalang kemampuan ekonomi rakyat di semua kegiatan perekonomian nasional, sehingga mampu
berperan utama dalam meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

17
Sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita
VI) di antaranya adalah tertata serta mantapnya kelembagaan dan sistem koperasi agar koperasi makin efisien
serta berperan utama dal a m perekonomian rakyat dan berakar dalam masyarakat. Sesuai dengan sasaran tersebut
di atas, maka pemerintah kemudian menetapkan sasaran operasional pembangunan koperasi dalam R epelita VI,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Makin meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang berdampak pada makin meningkatnya
kemampuan organisasi dan manajemen koperasi.
2) Makin meningkatnya pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan teknologi tepat guna.
3) Makin kukuhnya struktur permodalan dan jaringan usaha koperasi secara horizontal dan vertikal.
4) Makin berfungsi dan berperannya lembaga gerakan koperasi.

Dengan demikian, diharapkan daya saing koperasi dan kesejahteraan anggota koperasi makin meningkat.
Selain sasaran operasional yang bersifat umum tersebut, ditetapkan juga sasaran pengembangan koperasi di
pedesaan dan perkotaan. Sasaran pengembangan koperasi di pedesaan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Makin berkembangnya koperasi di pedesaan atau Koperasi Unit Desa yang mampu memberikan kesempatan dan
menumbuhkan prakarsa masyarakat pedesaan untuk meningkatkan usaha yang sesuai dengan kebutuhan dan
sekaligus mampu memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan.
2) Makin menyebarnya Koperasi Unit Desa yang mandiri di seluruh pelosok tanah air.
3) Makin meningkatnya kualitas Koperasi Unit Desa mandiri yang ada.
4) Makin meningkatnya kemampuan usaha dan peran koperasi di pedesaan atau Koperasi Unit Desa untuk
mendorong berkembangnya agribisnis, agroindustri, industri pedesaan, jasa keuangan, dan jasa lainnya
termasuk penyediaan kebutuhan pokok.
5) Makin berkembangnya koperasi sekunder yang menangani komoditas tertentu, terutama yang mempunyai
nilai komersial tinggi untuk pasar dalam dan luar negeri sesuai dengan potensi masyarakat setempat.
6) Makin meningkatnya kualitas pelayanan usaha koperasi di pedesaan atau Koperasi Unit Desa kepada para
anggotanya dan masyarakat di daerah tertinggal, terisolasi, terpencil di perbatasan dan permukiman
transmigrasi.
7) Makin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antar koperasi dan kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya.
Selanjutnya, yang menjadi sasaran pengembangan koperasi di perkotaan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Makin berkembangnya koperasi berbasis konsumen yang mampu melayani kebutuhan pokok para anggota dan
masyarakat di daerah permukiman rakyat.
2) Makin berkembangnya koperasi karyawan, koperasi pegawai negeri, dan koperasi di lingkungan TNI atau Polri.
3) Makin berkembangnya koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam koperasi dan koperasi jasa keuangan
lainnya.
4) Makin berkembangnya koperasi jasa di berbagai bidang.
5) Makin meningkatnya kualitas pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat di daerah perkotaan yang
tertinggal.
6) Makin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antar koperasi dan kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya.
6.3.3 Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi
Secara umum, kebijaksanaan umum pembangunan koperasi dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam
adalah meningkatnya prakarsa, kemampuan, dan peran gerakan koperasi melalui peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pemanfaatan, pengembangan, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
mengembangkan dan memantapkan kelembagaan, usaha, dan sistem koperasi untuk mewujudkan peran utamanya di segala
bidang kehidupan ekonomi rakyat. Secara khusus, kebijaksanaan pembangunan koperasi dalam Rencana Pembangunan
Lima Tahun Keenam adalah meningkatkan akses dan pangsa pasar yang dilakukan melalui beberapa cara,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan keterkaitan usaha, kesempatan usaha dan kepastian usaha, memperluas akses terhadap informasi
usaha, mengadakan pencadangan usaha, membantu penyediaan sarana dan prasarana usaha yang memadai, serta
menyederhanakan perizinan. Upaya ini ditunjang dengan menyusun berbagai peraturan perundang-undangan yang
mendukung pengembangan koperasi dan menghapus peraturan perundang-undangan yang menghambat
perkembangan koperasi serta mengembangkan sistem pelayanan informasi pasar, harga, produksi, dan distribusi
yang memadai.
2) Memperluas akses terhadap sumber permodalan, memperkukuh struktur permodalan dan meningkatkan
kemampuan pemanfaatan modal koperasi, antara lain dengan meningkatkan jumlah jenis pinjaman untuk
koperasi, mendorong pemupukan dana internal koperasi, menciptakan berbagai kemudahan untuk memperoleh
pembiayaan dan jaminan pembiayaan, mengembangkan sistem perkreditan yang mendukung dan sesuai dengan
kepentingan koperasi pada khususnya dan perekonomian rakyat pada umumnya, mengembangkan sistem
pembiayaan termasuk lembaga pengelola yang sesuai untuk itu, dalam rangka menyebarkan dan mendayagunakan
sumber dana yang tersedia bagi koperasi dan gerakan koperasi, yaitu antara lain yang berasal dari penyisihan laba
18
bersih Badan Usaha Milik Negara, penyertaan modal pemerintah, imbalan jasa (fee) yang diterima Koperasi Unit
Desa dari pelaksanaan program pemerintah, serta dana lainnya yang berasal dari gerakan koperasi, serta
mengembangkan berbagai lembaga keuangan yang mendukung gerakan koperasi, antara lain Perum PKK,
lembaga asuransi usaha koperasi, lembaga pembiayaan koperasi dan lembaga modal ventura, agar makin
mampu melayani kebutuhan keuangan untuk pengembangan usaha anggota koperasi. Kebijaksanaan ini
mencakup upaya pendayagunann lembaga-lembaga keuangan lainnya yang sudah ada.
3) Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, antara lain dengan meningkatkan kemampuan
kewirausahaan dan profesionalisme para anggota, pengurus, pengawas dan karyawan koperasi.
4) Mendorong koperasi agar benar-benar menerapkan prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi, mendorong
proses pengembangan karier karyawan koperasi, mendorong terwujudnya tertib organisasi dan tata hubungan
kerja yang efektif, mendorong berfungsinya perangkat organisasi koperasi, meningkatkan partisipasi anggota,
mendorong terwujudnya keterkaitan antar koperasi, baik secara vertikal maupun horizontal dalam bidang
informasi, usaha dan manajemen.
5) Meningkatkan kemampuan memperjuangkan kepentingan dan membawa aspirasi koperasi dan meningkatkan
pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat koperasi melalui peningkatan pendidikan, pelatihan dan
penyuluhan perkoperasian, baik bagi anggota koperasi, pengelola koperasi maupun masyarakat.
6) Meningkatkan akses terhadap teknologi dan lainnya dengan meningkatkan kegiatan penelitian dan
pengembangan, pemanfaatan hasil penelitian atau pengkajian lembaga lain, meningkatkan kegiatan alih
teknologi, memberikan kemudahan untuk modernisasi peralatan, serta mengembangkan dan melindungi
teknologi yang telah dikuasai oleh anggota koperasi secara turun-temurun.
7) Mengembangkan kemitraan, antara lain dengan mengembangkan kerja sama antar koperasi, baik secara
horizontal, vertikal maupun kerja sama internasional; mendorong koperasi sekunder agar lebih mampu
mengonsolidasi dan memperkukuh jaringan keterkaitan dengan koperasi primer serta mendorong kemitraan
usaha dengan badan usaha lainnya, baik dengan bentuk dagang, subkontrak, usaha patungan maupun bentuk
kemitraan lainnya, yang dilandasi oleh prinsip yang saling membutuhkan, saling menun jang, dan saling
menguntungkan.
Mengingat lingkup pembangunan koperasi sangat luas dan terkait dengan berbagai sektor pembangunan
lainnya, maka pelaksanaan dan kebijaksanaan di atas hendaknya dilakukan secara terpadu dan selaras dengan
pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan perkoperasian di sektor tersebut.
7.1 Masalah-Masalah Usaha dengan Non Koperasi
Masalah yang dihadapi di dalam dunia usaha dan dialami oleh pengusaha menengah umumnya dan
golongan ekonomi lemah pada khususnya berkisar pada masalah permodalan, kemampuan dan ketrampilan beroperasi
serta management, bentuk perusahaan dan terbatasnya pasaran. Masalah permodalan yang dihadapi pengusaha dalam
negeri khususnya golongan ekonomi lemah mencakup aspek sumber permodalan, masalah pembiayaan usaha, dan masalah
pengerahan modal.
Permodalan dan pembiayaan usaha dapat diperoleh dari beberapa sumber, antara lain:
1. Modal sendiri dari pemilik saham atau pemilik perusahaan,
2. Modal sendiri berupa bagian laba yang ditanam kembali,
3. Kredit investasi dari bank, dan
4. Pinjaman dari pihak ketiga yang dapat diperoleh dengan mengeluarkan surat-surat berharga, dari dalam maupun luar
negeri.
Keempat sumber tersebut memang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha untuk meningkatkan kegiatannya,
namun bagi pengusaha golongan ekonomi lemah dirasa sulit untuk memenuhi persyaratan yang diperlukan. Hal ini
disebabkan karena perusahaan golongan ekonomi lemah umumnya adalah perusahaan perorangan atau perusahaan
tertutup.
Masalah kekurangan keahlian, ketrampilan dan pengalaman mengurus dan memimpin perusahaan merupakan
masalah kedua yang dihadapi pengusaha swasta nasional umumnya dan pengusaha pribumi khususnya. Pada umumnya
timbulnya masalah tersebut berhubungan dengan pemilikan perusahaan oleh perorangan atau kelompok keluarga
sehingga kemampuan mereka dalam mengelola perusahaannya sangat terbatas. Demikian juga ketrampilan
dalam teknik produksi serta keahlian dalam memasarkan hasil produksinya sangat terbatas pula. Kelangsungan
hidup perusahaan umumnya semata-mata berdasar pada pertimbangan-pertimbangan jangka pendek dan tradisionil serta
hanya berdasar pengalaman-pengalaman yang ada.
Letak masalahnya yang demikian ada pada struktur usaha yang pada dirinya mempunyai kelemahan di bidang
permodalan dan keahlian management dan teknis. Kecilnya perusahaan serta cara beroperasi secara tertutup sangat
menghambat usaha untuk memperbesar perusahaan, termasuk membatasi kemampuan mobilisasi dana dan kemam-
puan meningkatkan pemasaran hasil produksinya. Volume usaha yang kurang efisien menyebabkan biaya usaha
rnenjadi tinggi.
Masalah pemasaran hasil produksi golongan ekonomi lemah berkisar pada hal-hal sebagai berikut: terbatasnya
pemasaran oleh karena terbatasnya modal dan sarana, kekurangan pengetahuan para pengusaha mengenai prospek
19
pemasaran, pola konsumsi masyarakat dan pola ekspor, serta beratnya per saingan dari perusahaan-perusahaan besar
dalam dan luar negeri.

7.2 Alasan Menjadi Anggota Koperasi


Setiap orang memilih menjadi anggota koperasi, karena didasari kebutuhan yang dapat diperoleh dari koperasi.
Dari segi ekonomi, kebutuhan fisiologis yang harus utama dipenuhi, misalnya makan dan minum. Sedangkan dari segi
non ekonomi adalah kebutuhan cinta kasih, penghargaan, keamanan dan aktualisasi diri.
Setiap anggota mengharapkan sesuatu manfaat dari koperasi, seperti :
1. Keuntungan Ekonomis
 Peningkatan Skala Usaha
Koperasi memberikan kepada anggota untuk menjual atau membeli barang atau jasa secara bersama-sama,
sehingga biaya yang timbul menjadi rendah.
 Pemasaran
Koperasi menampung hasil produksi anggota dan menjualnya ke pasar sehingga biaya yang dikeluarkan oleh
setiap anggota menjadi lebih rendah dibanding menjual sendiri.
 Pengadaan Barang dan Jasa
Koperasi menyediakan barang dan jasa kebutuhan anggota, sehingga memungkinkan anggota untuk mendapatkan
barang dan jasa dalam jumlah yang baik dan harga yang lebih murah.
 Fasilitas Kredit
Koperasi memberikan kemudahan bagi anggota yang membutuhkan fasilitas kredit dalam bentuk proses yang
cepat, jaminan yang ringan dan bunga yang rendah. Hal ini dapat dilakukan karena anggota adalah pemodal
(pemilik) yang sekaligus pengguna.
 Simpanan Anggota
Jika dibandingkan dengan menabung di bank, dana yang relatif kecil maka tabungan kita akan mendapat
potongan biaya administrasi. Bunga yang didapatkan pun tidak besar, terutama jika jumlah tabungan kecil. Yang
ada, uang kita akan terus digerogoti dan habis hanya karena biaya administrasi.
Sementara, jika menabung di koperasi, kita bisa mendapatkan bunga 10%, bahkan jika setoran dananya hanya
sebesar Rp. 25.000,-. Dengan koperasi, anggota yang terlilit utang pun akan bisa tertolong. Jika anggota yang
dalam suatu koperasi banyak, ambil contoh kurang lebih 1000 orang, maka dana yang terkumpul di koperasi pun
akan banyak dan itu bisa digunakan untuk mengembangkan usaha lainnya dan memutarkan uang. Koperasi yang
dikelola dengan baik akan mampu menyejahterakan anggotanya.
 Pembagian Hasil Usaha
Sebagai anggota, pembagian SHU dihitung berdasarkan transaksi dan partisipasi modal yang telah kita lakukan
terhadap koperasi.
2. Keuntungan Sosial
 Keuntungan Berkelompok
Gerakan Koperasi memiliki potensi untuk mempengaruhi kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pengambil
keputusan.
 Pendidikan dan Pelatihan
Dalam koperasi produksi khususnya, dpat memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan anggota, sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan berbisnis anggotanya.
 Program Sosial Lainnya
Agar terpupuk rasa kesetiakawanan antar anggota, maka koperasi dapat menyelenggarakan kegiatan asuransi, jasa
kesehatan, tunjangan hari tua dan lain sebagainya, jika koperasi sudah maju.
Namun, manfaat koperasi tidak secara instan dapat diperoleh, tetapi harus diperjuangkan oleh setiap anggota.

7.3 Partisipasi Anggota pada Koperasi

Partisipasi pada dasarnya merupakan keikutsertaan seseorang baik secara mental maupun emosional terhadap
kegitan tertentu. Partisipasi anggota adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk
memberikan sumbangan terhadap proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan di mana
keterlibatan pribadi yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya melakukan hal tersebut.
Isbandi (2007:27) mengemukakan bahwa partisipasi anggota adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif
solusi untuk mengenai masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Partisipasi anggota memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan koperasi. Partisipasi anggota dapat
menimbulkan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban mereka sebagai pemilik koperasi.
20
Kurangnya partisipasi anggota akan mengakibatkan kemiskinan ide-ide dari anggota yang pada akhirnya akan
menghambat perkembangan koperasi.
Widianti (1996:199) mengemukakan bahwa partisipasi anggota dapat diukur dari kesediaan anggota untuk memikul
kewajiban dan menjalankan hak keanggotaannya secara bertanggung jawab, dengan demikian maka partisispasi anggota
dapat dikatakan baik. Akan tetapi jika ternyata hanya sedikit anggota yang menunaikan kewajiban dan melaksanakan
haknya secara bertanggung jawab maka partisipasi anggota dapat dikatakan rendah.
Partisipasi anggota merupakan keterlibatan mental dan emosional dari anggota koperasi dalam memberikan insentif
terhadap kegiatan yang dilakukan koperasi dalam rangka mencapai tujuan koperasi.
7.3.1 Jenis-jenis Partisipasi Anggota Koperasi
Pendapat mengenai partisipasi anggota dalam koperasi. Kartasapoetra (2003:126) mengemukakan bahwa
partisipasi anggota koperasi dapat diwujudkan dalam bentuk hal-hal sebagai berikut:
a. Membayar iuran wajib secara tertib dan teratur
b. Menabung secara sukarela sehingga akan dapat menambah modal koperasi
c. Memanfaatkan jasa koperasi dalam bentuk menggunakan barang atau jasa yang disediakan koperasi
d. Memanfaatkan dana pinjaman koperasi dengan taat mengangsur
e. Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif
Winardi (1996:63) bahwa beberapa indikasi yang muncul sebagai ciri-ciri anggota yang berpartisipasi secara baik
adalah:
a. Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib dan teratur
b. Membantu modal koperasi di samping simpanan pokok dan simpanan wajib sesuai dengan kemampuan masing-
masing
c. Menjadi langganan koperasi yang setia
d. Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif
e. Menggunakan hak untuk mengawasi jalannya usaha koperasi menurut Anggaran Dasar Rumah Tangga, peraturan-
peraturan lainnya dan keputusan-keputusan bersama lainnya.
Rusidin (1992:18) bahwa partisipasi anggota berdasarkan statusnya dapat dirincikan menjadi:
a. Partisipasi anggota dalam RAT
b. Partisipasi anggota dalam penanaman modal melalui berbagai macam simpanan
c. Partisipasi anggota dalam memanfaatkan pelayanan yang disediakan oleh koperasi (sebagai pelanggan)
1. Partisipasi Anggota Dalam Demokrasi Ekonomi Koperasi
Partisipasi anggota dalam demokrasi ekonomi koperasi dapat dilakukan dalam rapat anggota, baik rapat anggota
tahunan maupun rapat-rapat anggota yang dilakukan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Dalam koperasi rapat anggota
merupakan kekuasaan tertinggi di mana dalam rapat ini semua anggota berhak menghadirinya. Menurut Undang-Undang
No.25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, bahwa dalam rapat anggota menetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Anggaran dasar
b. Kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi
c. Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas
d. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi serta pengesahan laporan keuangan
e. Pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam melaksanakan tugasnya
f. Pembagian sisa hasil usaha
g. Penabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi.
Rapat anggota itulah para anggota koperasi menggunakan hak demokrasinya untuk mengemukakan pendapat dan
gagasannya demi perbaikan, kemajuan, dan perkembangan koperasi sebagai wahana yang baik untuk kemakmuran dan
kesejahteraan bersama.
Partisipasi anggota dalam mengikuti rapat anggota tahunan (RAT) secara tidak langsung dapat menentukan jumlah
sisa hasil usaha (SHU) yang diperoleh koperasi. Hal ini disebabkan karena setiap keputusan yang diambil melalui rapat
anggota tahunan (RAT) dapat mempengaruhi sikap anggota dalam menggunakan jasa/layanan yang disediakan koperasi.
Bila keputusan diambil sesuai dengan keinginan anggota, maka anggota akan berpatisipasi aktif dalam menggunakan
jasa/layanan yang disediakan koperasi sehingga dapat meningkatkan jumlah SHU yang diperoleh koperasi, sebaliknya
jika keputusan yang diambil tidak sesuai dengan keinginan anggota, maka partisipasi anggota dalam menggunakan
jasa/layanan yang disediakan koperasi akan berkurang, sehingga dapat mengurangi jumlah SHU yang diperoleh koperasi.
2. Partisipasi Anggota Dalam Permodalan
Permodalan koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat bersumber dari
simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota
koperasi lainnya, penerbitan obligasi dan surat utang lainnya atau sumber-sumber lain yang sah.
Bentuk partisipasi anggota dalam permodalan dapat dilakukan melalui berbagai simpanan yang ada dalam
koperasi. Menurut Swasono (1996:83) simpanan-simpanan tersebut antara lain:
21
a. Simpanan pokok
b. Simpanan sukarela
c. Simpanan wajib
d. Cadangan-cadangan
Partisipasi anggota dalam penanaman modal secara tidak langsung dapat menentukan jumlah sisa hasil usaha
(SHU) yang diperoleh koperasi. Hal ini disebabkan karena dengan tersedianya jumlah modal yang cukup memungkinkan
bagi koperasi untuk melayani para anggotanya, serta dapat memungkinkan bagi koperasi untuk memberikan jumlah kredit
sesuai dengan pemohonan yang diajukan anggotanya. Dengan meningkatkan aktivitas usaha yang dikelola koperasi, maka
jumlah hasil usaha (SHU) yang diperoleh koperasi pun akan semakin meningkat.
3. Partisipasi Anggota Dalam Menggunakan Jasa Koperasi
Menurut Soesilo dan Swasono (1996:84) bahwa prinsip kegiatan koperasi adalah berorientasi pada kepentingan
anggota. Hal ini sangat berkaitan dengan fungsi ganda anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan dari
koperasi. Fungsi ganda koperasi ini merupakan ciri khas suatu koperasi yang membedakan dengan perusahaan lain non
koperasi.
Partisipasi anggota dalam menggunakan jasa/layanan yang disediakan koperasi sangat diperlukan untuk
meningkatkan keberhasilan usaha koperasi. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatkan partisipasi anggota dalam
menggunakan layanan yang disediakan oleh koperasi, maka jumlah sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi pun
akan semakin meningkat. Selain itu fungsi anggota dalam koperasi selain sebagai pemilik juga sebagai pelanggan ,
sehingga diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam menggunakan jasa/layanan yang telah disediakan.
Sukamdiyo (1996:102) menjelaskan bahwa salah satu tujuan pendidikan perkoperasian yaitu mengubah perilaku
dan kepercayaan serta menumbuhkan kesadaran pada masyarakat, khususnya para anggota koperasi tentang arti penting
atau manfaat untuk bergabung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha dan pengambilan keputusan koperasi sebagai
perbaikan terhadap kondisi sosial ekonomi mereka.

7.3.2 Peranan Partisipasi Anggota Koperasi


Kartasapoetra (2003:128) menjelaskan bahwa partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan organisasi dan
usaha koperasi. Secara harfiah, partisipasi merupakan peran serta yang mempunyai visi dan misi yang sama bagi
perkembangan organisasi maupun usaha koperasi. Pendirian koperasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan anggota,
artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan anggotanya, perhatian dan bertanggung jawab
terhadap perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut menanggung resiko usaha
koperasi, serta secara proaktif ikut serta dalam berbagai bentuk maupun proses pengambilan keputusan usaha koperasi.
Prinsip identitas ganda (dual identity), yaitu anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai
pemilik, anggota wajib berpartisipasi dalam penyertaan modal, pegawasan dan membuat keputusan; sedangkan sebagai
pengguna/pelanggan, anggota koperasi wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang, maupun jasa yang disediakan oleh
koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan perusahaan koperasi atau sebaliknya akan menentukan baik
buruknya perkembangan organisasi maupun usaha koperasi, sehingga koperasi merasakan manfaat keberadaan koperasi
dan koperasi semakin sehat berkembang sebagai badan usaha atas dukungan anggota secara penuh. Koperasi
memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi langsung maupun tidak langsung bagi anggota, dan anggota
mendukung, berinteraksi, dan proaktif bagi perkembangan usaha koperasi (Winardi, 1996:72).
Swasono (1996: 82) mengemukakan bahwa koperasi sebagai perusahaan harus mampu meningkatkan partisipasi
anggotanya dengan cara memenuhi kebutuhan anggota dengan berbagai variasinya maupun keterpercayaan jarak anggota
dalam proses pelayanan atas kebutuhan anggota. Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-
anggotanya, mengingat pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan dari organisasi perusahaan lain (non
koperasi). Jika perusahaan koperasi memberi pelayanan kepada anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih
prima dibanding dengan dari perusahaan non koperasi, maka koperasi akan mendapat partisipasi penuh dari anggota.
Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam memanfaatkan segala layanan barang, jasa, yang
tersedia dikoperasi pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik dan prima oleh perusahaan
koperasi.
Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa partisipasi anggota sangat penting bagi keberhasilan usaha
koperasi, sehingga pengurus koperasi harus mampu memberikan pelayanan secara maksimal untuk meningkatkan
partisipasi anggotanya.

7.3.3 Faktor-Faktor Positif dan Negatif yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota.


Berdasarkan pengalaman di Indonesia, dikemukakan bahwa beberapa koperasi yang berhasil dalam
mempertahankan partisipasi anggota dimunculkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut, yaitu :
1. Perasaan kelompok yang kuat.
2. Latihan bersinambungan bagi calon anggota dan anggota.

22
3. Kunjungan-kunjungan lapangan dari para penggerak koperasi yang bersinambungan, dialog informal dengan
anggota setempat.
4. Para anggota dan pengurus melaksanakan rapat-rapat dengan berhasil baik, membuat kartu anggota dan pembukuan
yang benar, menerbitkan laporan keuangan bulanan.
5. Menanamkan dan memepertahankan sikap-sikap mental yang baru/kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan
aneka simpanan pemberian pinjaman dan aspek-aspek lain untuk bekerja sama dalam koperasi.
6. Para anggota membuat rencana koperasi
7. Penerbitan publikasi yang teratur disebarluaskan kepada para anggota koperasi.
8. Latihan bagi para anggota untuk memahami, menganalisis koperasi-koperasi, mengadakan perjanjian, persatuan,
pada saat permulaan.
Lalu kurangnya partisipasi anggota dalam beberapa koperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor negatif, yaitu :
1. Kurangnya anggota dan calon anggota, antara lain dalam bentuk latihan anggota dan calon anggota yang sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi lokal.
2. Feodalisme dan paternalisme dari para pengurus koerasi dalam hubungan dengan para anggota.
3. Kurangnya tindak lanjut yang konsisten dan pengamatan dari rencana-rencana organisasi yang telah disepakati
bersama.
4. Manipulasi yang dibuat oleh bermacam-macam individu menyebabkan timbulnya erosi rasa ikut serta memiliki
dari para anggota terhadap koperasi mereka masing-masing.
5. Kartu anggota tidak dibuat dengan baik menimbulkan ketidak jelasan transaksi antar-anggota dengan koperasinya
ataupun sebaliknya.
6. Kurangnya manajemen yang teratur dan keterampilan manajerial dari pengurus koperasi.
7. Kurangnya rencana pengambangan professional untuk mengimbangi perkembangan dinamika kebutuhan para
anggota.
8. Kurangnya penyebaran informasi tentang penampilan koperasi, seperti neraca, biaya, manfaat, dan laporan
statistik yang lain.
9. Pengalaman-pengalaman dan praktek-praktek koperasi yang buruk dimasa lampau.
10. Ketidakcakapan para pengurus koperasi untuk menata pembukuan.
7.4 Kegiatan Usaha Koperasi
Kegiatan Koperasi utamanya bergerak di bidang ekonomi. Tujuannya adalah untuk kesejahteraan dan
kepentingan bersama anggota koperasi tersebut. Sehingga tidak ada satu pihakpun yang merasa dirugikan. Ada begitu
banyak sekali kegiatan koperasi. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan anggota koperasi dan diawasi oleh pemerintah
yang biasanya menugaskan beberapa perangkatnya menjadi koperasi unit desa (KUD).
Kegiatan-kegiatan koperasi diantaranya adalah
a. Produksi Barang Kegiatan koperasi dibidang produksi barang umumnya adalah usaha kecil sampai menengah. Para
produsen dikumpulkan dalam wadah koperasi agar ada komunikasi yang intens tentang usaha anggota-anggotanya.
Sehingga produk yang mereka hasilkan kualitasnya semakin bagus dan usaha mereka semakin maju karena adanya
dukungan dan kerja sama dengan sesama anggota.
b. Simpan Pinjam Modal Kegiatan koperasi yang paling banyak dilakukan dan diminati masyarakat adalah peminjaman
modal. Begitu banyak masyarakat yang ingin mendirikan suatu usaha namun tidak mempunyai modal. Oleh karena
itu koperasi memberi solusi dengan menyediakan pinjaman kepada meraka tanpa bunga.
c. Jual Beli Produk Kegiatan lain dari koperasi adalah jual beli produk dengan harga yang jauh lebih murah daripada di
pasaran.misalnya, beras yang di beli di koperasi harganya lebih murah daripada harga beras di toko-toko.
Contoh lain:
- Transaksi biaya listrik dan telepon
- Arisan antar anggota koperasi
- Memasarkan hasil produksi barang
7.5 Tujuan dan Nilai Koperasi
Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal ini diperoleh dengan adanya pembagian
Sisa Hasil Usaha(SHU) kepada para anggotanya. Tujuan koperasi ini membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya.
Secara umum badan usaha lainnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar- besarnya.
Tujuan utama Koperasi Indonesia adalah mengembangkan kesejahteraan anggota, pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya. Koperasi Indonesia adalah perkumpulan orang-orang, bukan perkumpulan modal sehingga
laba bukan merupakan ukuran utama kesejahteraan anggota. Manfaat yang diterima anggota lebih diutamakan daripada
laba. Meskipun demikian harus diusahakan agar koperasi tidak menderita rugi. Tujuan ini dicapai dengan karya dan jasa
yang disumbangkan pada masing-masing anggota.
Keanggotaan Koperasi Indonesia bersifat sukarela dan didasarkan atas kepentingan bersama sebagai pelaku
ekonomi. Melalui koperasi, para anggota ikut, secara aktif memperbaiki kehidupannya dan kehidupan masyarakat melalui
karya dan jasa yang disumbangkan. Dalam usahanya, koperasi akan lebih menekankan pada pelayanan terhadap

23
kepentingan anggota, baik sebagai produsen maupun konsumen. Kegiatan koperasi akan lebih banyak dilakukan kepada
anggota dibandingkan dengan pihak luar. Oleh karena itu, anggota dalam koperasi, bertindak sebagai pemilik sekaligus
pelanggan.”(SAK,1996:27.1)
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 3 tujuan koperasi Indonesia adalah “koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945”.
Adapun tujuan koperasi misalnya :
1. Memaksimalkan keuntungan (maximize profit)
Kegiatan koperasi yang berada dalam tujuan ini adalah kegiatan koperasi yang dilakukan benar-benar untuk mencapai
keuntungan maksimal dalam usaha ini.
2. Memaksimalkan nilai perusahaan (maximize the value of the firm)
Kegiatan koperasi yang berada dalam tujuan ini adalah kegiatan koperasi yang dilakukan sebagian besar untuk
memajukan nama serta kualitas dan nilai dari perusahaan ini saja.
3. Meminimumkan biaya (minimize cost)
Kegiatan koperasi yang berada dalam tujuan ini adalah kegiatan koperasi yang dilakukan dengan benar-benar sangat
hemat serta tidak mengeluarkan banyak biaya, tetapi bisa mendapatkan laba yang besar, tujuan ini hampir sama
dengan tujuan yang pertama (maximize profit).
Koperasi juga didirikan berasaskan nilai-nilai. Nilai terdiri tersebut dari nilai berdikari, bertanggungjawab pada
diri sendiri, demokrasi, kesamaan atau keadilan, perpaduan, kesetiaan dan bersatu hati. Anggota koperasi juga menerima
nilai-nilai etika, termasuk sadik, amanah, ketelusan, tanggung jawab sosial serta prihatin terhadap orang lain. Nilai
koperasi juga dibedakan menjadi nilai etis dan nilai fundamental. Nilai etis koperasi yaitu kejujuran dan keterbukaan.
Nilai fundamental diantaranya menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokrasi , persamaan, keadilan dan
solidaritas.
Nilai-nilai Koperasi adalah nilai egaliterian, kesamaan, kekeluargaan, self help, peduli terhadap sesama dan
kemandirian salah satunya. Koperasi indonesia berangkat dari nilai koletivisme yang tercermin dengan budaya gotong
royong. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 3, tujuan koperasi Indonesia adalah: “Koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.”
Tujuan koperasi sebagai perusahaan atau badan usaha tidaklah semata-mata hanya pada orientasi laba (profit
oriented), melainkan juga pada orientasi manfaat (benefit oriented). karena itu, dalam banyak kasus koperasi, manajemen
koperasi tidak mengejar keuntungan sebagai tujuan perusahaan karena mereka bekerja didasari dengan pelayanan (service
at cost). Untuk koperasi di Indonesia, tujuan badan usaha koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya ( UU No. 25/1992 pasal 3 ). Tujuan ini dijabarkan dalam berbagai aspek
program oleh manajemen koperasi pada setiap rapat anggota tahunan.

1. Bagaimana cara meningkatkan kewirausahaan anggota atau pengurus koperasi?


2. Bagaimana cara untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi koperasi baik internal maupun eksternal?
Hambatan Eksternal
 Keterlibatan pemerintah yang berlebihan (yang sering kali karena desakan pihak donor)
 Terlalu banyak yang diharapkan dari koperasi atau terlalu banyak fungsi yang dibebankan kepada koperasi
melebihi fungsi atau tujuan koperasi sebenarnya.
 Kondisi yang tidak kondusif, seperti distorsi pasar, kebijakan ekonomi seperti misalnya kebijakan proteksi
yang anti-pertanian, dan sebagainya
 Kurangnya kerjasama pada bidang ekonomi dari masyarakat kota sehingga koperasi semakin terkucilkan
Hambatan Internal
o Termasuk keterbatasan anggota atau partisipasi anggota
o Kinerja anggotanya yang kurang berkompeten
o Isu-isu struktural
o Perbedaan antara kepentingan individu dan kolektif
o Lemahnya manajemen koperasi
o Rendahnya tingkat kecerdasan rakyat Indonesia
o Kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi
o Kurangnya Modal Kerja
Solusi dalam Mengatasi Masalah yang Menghambat Perkembangan Koperasi di Indonesia
1. Adanya sosialisasi kepada masyarakat sehingga pengetahuan masyarakat tentang koperasi akan bertambah.
Masyarakat dapat mengetahui bahwa sebenarnya koperasi merupakan ekonomi rakyat yang dapat
menyejahterakan anggotanya. Sehingga mereka berminat untuk bergabung dengan koperasi tersebut

24
2. Perlu dilakukan pengarahan tentang koperasi kepada generasi muda melalui pendidikan agar mereka dapat
berpartisipasi dalam koperasi. Partisipasi merupakan faktor yang penting dalam mendukung perkembangan
koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif.
3. Melakukan trik-trik khusus melalui harga barang/jasa, sistem kredit dan pelayanan yang maksimum. Mungkin
koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini dapat dilakukan dengan cara sistem kredit, yang
pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu mingguan ataupun bulanan tergantung perjanjian. Dengan adanya
hal seperti ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat untuk menjadi anggota.
4. Pemberian modal koperasi oleh pemerintah dan juga masyarakat yang memiliki dana dapat menyimpan uang
mereka dikoperasi supaya memperluas usahanya agar dapat bertahan dan bisa berkembang.
5. Pemerintah hendaknya membuat kebijakan-kebijakan dan dukungan yang dapat membantu perkembangan
koperasi.
6. Membenahi kondisi internal koperasi.
7. Penyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan koperasi yang efektif.
8. Perlu adanya pengelolaan dengan menggunakan sarana teknologi yang lebih efektif, sehingga mampu bersaing
dengan perusahaan-perusahaan besar

a. Permasalahan Internal

1. Kebanyakan pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas;

2. Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga “rangkap jabatan” ini menimbulkan akibat
bahwa focus perhatiannya terhadap pengelolaan koperasi berkurang sehingga kurang menyadari adanya
perubahan-perubahan lingkungan;

3. Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam memulihkannya;

4. Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan fasilitas (mesin-mesin), padahal
teknologi berkembang pesat; hal ini mengakibatkan harga pokok yang relative tinggi sehingga
mengurangi kekuatan bersaing koperasi;

5. Administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu sehingga menyediakan data untuk
pengambilan keputusan tidak lengkap; demikian pula data statistis kebanyakan kurang memenuhi
kebutuhan;

6. Kebanyakan anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi di lain pihak anggota banyak berhutang kepada
koperasi;

7. Dengan modal usaha yang relative kecil maka volume usaha terbatas; akan tetapi bila ingin memperbesar
volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki tidak mampu menanggulangi usaha besar-besaran; juga
karena insentif rendah sehingga orang tidak tergerak hatinya menjalankan usaha besar yang kompleks.

b. Permasalahan Eksternal

1. Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas memasuki bidang usaha yang
sedang ditangani oleh koperasi;
2. Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi menjalankan usahanya dengan baik,
misalnya usaha penyaluran pupuk yang pada waktu lalu disalurkan oleh koperasi melalui koperta
sekarang tidak lagi sehingga terpaksa mencari sendiri.

3. Tanggapan masyarakat sendiri terhadap koperasi; karena kegagalan koperasi pada waktu yang lalu tanpa
adanya pertanggungjawaban kepada masyarakat yang menimbulkan ketidakpercayaan pada masyarakat
tentang pengelolaan koperasi;

4. Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan sekarangtidak dapat
dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru menciutkan usaha.

Adapun Solusinya adalah sbb :


1. Faktor kuncinya adalah kesadaran kolektif dan kemandirian. Dengan demikian masyarakat tersebut harus pula
memahami kemampuan yang ada pada diri mereka sendiri sebagai ‘modal’ awal untuk mengembangkan diri. Faktor
eksternal dapat diperlakukan sebagai penunjang atau komplemen bagi kemampuan sendiri tersebut.
25
2. Hal ini secara khusus mengacu pada pemahaman anggota dan masyarakat akan perbedaan hak dan kewajiban serta
manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota atau tidak menjadi anggota. Jika terdapat kejelasan atas
keanggotaan koperasi dan manfaat yang akan diterima anggta yang tidak dapat diterima oleh non-anggota maka akan
terdapat insentif untuk menjadi anggota koperasi. Pada gilirannya hal ini kemudian akan menumbuhkan kesadaran
kolektif dan loyalitas anggota kepada organisasinya yang kemudian akan menjadi basis kekuatan koperasi itu sendiri.
3. Penyediaan insentif dan fasilitasi dalam rangka pengembangan jaringan kerjasama usaha antarkoperasi;
4. Pemberian dukungan dan kemudahan untuk pengembangan infrastruktur pendukung pengembangan koperasi di bidang
pendidikan dan pelatihan.

3. Apa yang dapat dilakukan oleh koperasi terhadap anggota untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya?
4. Jelaskan perkembangan koperasi di Indonesia setelah jaman reformasi?
Sejarah koperasi di Indonesia berawal dari berdirinya “Hulp en Spaar Bank” pada tahun 1896 yang didirikan oleh R
Aria Wiria Atmadja di Purwokerto. Pada awalnya lembaga ini didirikan dengan tujuan untuk membantu pegawai
pemerintah pribumi atau pejabat pribumi dalam birokrasi pemerintahan kolonial. Usaha ini dilanjutkan oleh Asisten
Residen W.P.D. de Wolf van Westerrode, dan pengembengan koperasi diperluas tidak hanya meliputi kelompok
priyayi, melainkan juga kelompok masyakarat umum khususnya petani
5. Bagaimana cara pembagian SHU agar adil bagi para anggotanya?
6. Apa yang menyebabkan kurangnya partisipasi anggota terhadap koperasi dan bagaimana cara untuk meningkatkan
partisipasi para anggota tersebut?
7. Tujuan koperasi salah satunya adalah menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional. Jelaskan pernyataan tersebut.
8. Apa perbedaan koperasi simpan pinjam dengan BPR?
9. Jelaskan sumber modal koperasi dan apa hak serta kewajiban anggota koperasi?
10. Apa alas an menjadi anggota koperasi? Jelaskan
11. Apa permasalahan yang dihadapi koperasi di Indonesia saat ini? (eksternal dan internal)
12. Apa saja prinsip-prinsip yang dimiliki koperasi?
13. Mampukah koperasi sebagai sokoguru perekonomian rakyat?
14. Apa peluang dan tantangan koperasi dalam menghadapi MEA?
15. Apa perbedaan antara koperasi dan non koperasi?
16. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pengembangan perkoperasian di Indonesia?
17. Mengapa koperasi sulit berkembang dinegara maju dibandingkan dinegara berkembang?

26

Anda mungkin juga menyukai