Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
di PT. Guardian Pharmatama di Kawasan Industri Manis Jl. Manis Raya Km 8,5,
Jatiuwung, Tangerang. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Guardian
Pharmatama dilaksanakan pada bulan 7 Februari – 28 Maret 2013 dan merupakan
salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar Apoteker.
Proses PKPA ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun materil. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Pj.S Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013;
3. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., sebagai Ketua Program Studi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
4. Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Studi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan Desember 2013;
5. Ibu Dra. Anni M. Wulandari, Apt., selaku Plant Manager, yang telah
mengizinkan dan memberikan fasilitas kepada mahasiswa Praktek Kerja
Profesi Apoteker.
6. Bapak Dr. Hasan Rachmat M, Apt. selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama melaksanakan PKPA dan menyusun tugas
akhir.
7. Ibu Dra. Nani Suryani, Apt., selaku QA Manager PT. Guardian Pharmatama.
8. Ibu Rita Luthviana, S.Si., Apt., selaku QC Manager Bahan Awal dan IPC PT.
Guardian Pharmatama.
9. Bapak Vicky Zulfikar, S.Si., Apt selaku QC Manager Bahan Kemas PT.
Guardian Pharmatama.
v
Penulis
2014
vi
ix Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 2
x Universitas Indonesia
4. PEMBAHASAN ................................................................................. 80
4.1 Manajemen Mutu ........................................................................ 82
4.2 Personalia ................................................................................... 82
4.3 Bangunan dan Fasilitas ............................................................... 83
4.4 Peralatan ..................................................................................... 84
4.5 Sanitasi dan Higiene ................................................................... 85
4.6 Produksi...................................................................................... 86
4.7 Pengawasan Mutu ....................................................................... 88
4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit Persetujuan Pemasok ......... 89
4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali .......
Produk ........................................................................................ 90
4.10 Dokumentasi ............................................................................... 91
4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ............................ 91
4.12 Kualifikasi dan Validasi .............................................................. 92
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi apoteker di PT. Guardian Pharmatama agar calon
apoteker:
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri
farmasi yang berhubungan dengan CPOB serta mengetahui penerapan CPOB
di PT. Guardian Pharmatama.
b. Mendapatkan informasi dan memahami tugas, fungsi, tanggung jawab dan
wewenang apoteker dalam industri farmasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (BPOM RI, 2006; BPOM RI,
2009; BPOM RI, 2012)
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu.
Universitas Indonesia
2.2.1.1.Pemastian Mutu
Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB
ditambah dengan faktor lain seperti desain dan pengembangan produk.
2.2.1.3.Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu.
Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai
hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu
dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.
Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara
lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan
kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat
aktif dan produk jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang
terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan
Universitas Indonesia
2.2.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat
sensitisasi.
Universitas Indonesia
2.2.4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai
dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,
produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas
yang ditentukan. Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada
jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi
kekeliruan dan kecampurbauran produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat
dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan
nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk
peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam
catatan bets.
Universitas Indonesia
2.2.6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas
yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan disamping itu pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dari peredaran dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat
mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta
berisiko terhadap kesehatan.
2.2.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Proses
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan,
Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal
dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi
pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi
tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengeoperasian peralatan. Catatan
menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan
yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
Universitas Indonesia
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing
pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yanng menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
Universitas Indonesia
21 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(keamanan) dari produk yang telah di buat. Tugas Departemen Quality Assurance
(QA) yaitu menjamin semua produk sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). Pemastian mutu (Quality Assurance) adalah totalitas semua
pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan
dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Struktur organisasi departemen QA dapat di lihat pada lampiran 2.
Manager dari departemen QA PT. Guardian Pharmatama membawahi Assistant
QA Manager, Assistant Manager Validasi dan Stabilitas, dan Assistant Manager
GMP Compliance.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Produk tahunan yang akan dikaji hanya untuk produk yang minimal
diproduksi 3 batch dalam tahun tersebut. Pengkajian tersebut meliputi: bahan
baku, bahan kemas, sistem HVAC, pengawasan mutu, produksi, pemantauan
lingkungan, pengendalian perubahan, stabilitas, evaluasi keluhan produk dan
barang kembalian serta rekomendasi tindak lanjut. Produk yang dikaji akan
dimasukkan dalam laporan pengkajian produk tahunan.
f. Pembuatan Certificate of Analysis (COA)
QA akan membuat COA produk jadi dari setiap produk yang diproduksi.
COA yang dibuat berdasarkan data-data hasil analisis yang dilakukan oleh
departemen terkait yang dipakai sebagai dokumen yang sah untuk menjamin
kualitas dan khasiat obat yang dibuat.
Universitas Indonesia
2) Validasi pembersihan
Validasi pembersihan adalah suatu kegiatan pembuktian yang
terdokumentasi dan sesuai SOP dengan tujuan untuk memastikan bahwa
jumlah kontaminan berupa residu zat aktif, mikrobiologi, dan sisa
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Stabilitas
Pemenuhan uji stabilitas untuk registrasi obat baru dilakukan oleh bagian
R&D analisa untuk 3 batch produksi pertama. Selanjutnya setelah lebih dari 3
batch menjadi tanggung jawab QA. Stabilitas ini dilakukan sebagai
monitoring untuk produk existing maupun produk pengolahan ulang (Rework)
yang beredar di pasaran. Uji stabilitas dari masing-masing produk diambil 1
batch pertahunnya sampai ED + 1. Interval analisanya yaitu 12 bulan, 24
bulan, 36 bulan, 48 bulan dan 60 bulan untuk produk existing. Khusus untuk
produk rework, analisa diperketat menjadi tiap 6 bulan karena produk
tersebut diluluskan untuk release dengan pengecualian. Kondisi untuk uji
stabilitas dilakukan disuhu 30oC ± 2oC, kelembaban 75% ± 5% dalam
climatic chamber. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran produk
yang sudah ada di pasaran, memastikan produk yang ada di pasaran masih
memenuhi syarat sampai dengan waktu expired date dan dapat juga untuk
memperpanjang expired date untuk produk selanjutnya. QA juga melakukan
uji stabilitas post market di mana sampel diambil langsung dari apotek oleh
pihak marketing. Uji stabilitas ini dilakukan untuk beberapa produk yang
mengalami masalah di stabilitas on going atau dengan zat aktif yang sensitif
atau kurang stabil.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Pengendalian perubahan
Pengendalian perubahan terutama berhubungan dengan mutu produk baik
langsung maupun tidak langsung. Departemen yang ingin melakukan
perubahan mengisi form KTP (Kontrol Terhadap Perubahan) yang berisi
perubahan yang dilakukan, alasan perubahan beserta dampak perubahan.
Kemudian diedarkan ke semua departemen yang terkait untuk minta
persetujuan perubahan. Jika disetujui maka perubahan dapat dilakukan dan
apabila sudah disetujui maka acuan yang digunakan selanjutnya untuk proses
kegiatan mengikuti hasil perubahan tersebut.
Universitas Indonesia
nomor kontrol terdapat kode RA (Raw Active) untuk zat aktif dan RT (Raw
Tambahan) untuk eksipien. Nomor kontrol itu sendiri merupakan nomor BPB
sesuai dengan urutan bahan yang datang pada bulan tersebut. Setelah bahan awal
dianalisa dan mendapatkan status dari departemen QC, maka rangkap ketiga dari
BPB akan diberikan kepada departemen QC.
Pihak QC akan melakukan pemeriksaan kesesuaian antara BPB dengan
label bahan awal, kesesuaian antara CoA dengan label bahan awal dan kesesuaian
antara CoA yang datang dengan CoA pada kedatangan sebelumnya. Data-data
tersebut kemudian didokumentasikan pada form checklist kedatangan barang. Jika
disetujui, maka QC bahan awal mengeluarkan form pengambilan sampel.
Bila dokumen yang telah lengkap tersebut diterima dan disetujui, maka
pihak QC akan melakukan analisa mutu terhadap bahan tersebut. Jika terdapat
ketidaksesuaian, maka pihak QC bahan awal membuat surat keluhan yang akan
diberikan kepada departemen purchasing yang nantinya akan diteruskan ke pihak
supplier. Pihak supplier memiliki kewajiban untuk memberikan tanggapan atau
jawaban terhadap surat tersebut dan berdasarkan jawaban tersebut dapat diterima
atau tidak oleh pihak QC. Follow up kepada pihak supplier dilakukan setiap awal
minggu. Penyimpangan didokumentasikan sebagai resume untuk masing-masing
supplier nantinya.
Sampel yang diambil oleh pihak QC bahan awal digunakan untuk analisis
kimia dan analisis mikro (pada bahan awal tertentu). Berdasarkan pada literatur
jumlah sampling ditentukan berdasarkan :
a. Pola n, digunakan untuk bahan baku existing atau hanya jika bahan yang akan
diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok yang
disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari wadah namun
umumnya pada bagian atas, dimana rumus pola n yaitu
N = 1 + √n
dimana N adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil; n adalah jumlah wadah
yang diterima. Apabila n ≤4 maka sampel diambil tiap wadah.
b. Pola p, digunakan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui
dan tujuan utama adalah pengujian identitas. Rumusnya yaitu:
P = 0,4 √n
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TDS ini berfungsi untuk merecord history data bahan kemas tersebut. TDS
berisi tanggal datang dan hasil pemeriksaan.
Setelah analisa hasil spesifikasinya sesuai dengan persyaratan maka
QC mencap release pada HPBK (Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas) dan BPB
(Bukti Penerimaan Bahan) dan ditempel label “Release” pada kemasannya.
Kemudian dilakukan input data pada aplikasi GIS (Guardian Information
System) sehingga bagian produksi mengetahui kemasan yang statusnya sudah
release.
b. IPC pengemasan primer dan sekunder
IPC dilakukan setiap dua jam sekali selama proses pegemasan primer (filling,
blistering, dan stripping). IPC pengemasan sekunder dilakukan setiap dua jam
sekali dan diperiksa kelengkapannya.
c. Inspeksi secara visual untuk sediaan larutan steril
Dilakukan oleh personel yang terlatih. Dilakukan dalam ruangan gelap,
dilakukan pengamatan di bawah lampu dengan kekuatan minimal 1000 LUX
dengan menggunakan latar hitam untuk melihat partikel asing berwarna putih
dan menggunakan latar putih untuk melihat partikel asing berwarna hitam.
d. Menyimpan retain sample produk jadi
Diambil sebanyak kebutuhan tiga kali pemeriksaan lengkap. Disimpan pada
suhu yang sesuai dengan yang tertera pada etiket, terdapat dua suhu
penyimpanan yakni suhu 150-250 C dan suhu 250-300C. Penyimpanan produk
jadi dilakukan dalam kemasan utuh (kemasan primer dan kemasan sekunder).
Penyimpanan dilakukan selama dalam rentang daluarsa ditambah satu tahun
(ED + 1).
e. Melakukan audit supplier bahan kemas
Dilakukan pemeriksaan terhadap kriteria penerimaan, jika supplier memenuhi
kriteria penerimaan dapat dimasukkan dalam daftar supplier tetap. Untuk
supplier baru pihak purchasing akan menilai kesesuaian harga terlebih dahulu
sebelum melakukan pemesanan bahan kemas. Audit terhadap supplier bahan
kemas dilakukan oleh QC Bahan Kemas bekerja sama dengan QA dan
purchasing packaging. Audit terhadap supplier bahan kemas dilakukan setiap
tiga tahun. Hal yang diperiksa antara lain:
Universitas Indonesia
Bahan kemas terdiri atas dua macam, yakni printed dan non printed.
Bahan kemas non printed contohnya botol volume 60 ml, vial, dan ampul. Bahan
kemas printed merupakan bahan kemas yang memberikan penandaan dan ciri
khas tertentu kepada suatu produk hasil produksi suatu pabrik (artwork).
Spesifikasi dari bahan kemas tersebut telah ditentukan oleh R&D formulasi.
Kemudian untuk desain bahan kemas printed akan dibuat oleh artwork designer
yang berada di bawah Bussiness Development Manager (BDM). Desain tersebut
disosialisasikan kepada semua bagian dan dilakukan konsultasi antara R&D
formulasi dengan marketing untuk merampungkan desain kemasan menjadi Final
Artwork (FA). FA didistribusikan kepada departemen R&D Formulasi, marketing,
purchasing dan QC bahan kemas. Purchasing akan mencari supplier pembuat
kemudian supplier tersebut akan mengirimkan proofprint sebagai contoh.
Proofprint merupakan berkas yang dibuat oleh supplier untuk memastikan bahwa
supplier mampu memproduksi bahan kemas sesuai dengan kualitas yang diminta
oleh PT. Guardian Pharmatama. Proofprint berisi bentuk bahan kemas minimum,
bahan kemas standar dan bahan kemas maksimum. Ketiga bentuk ini adalah
sebagai rentang perbedaan kemasan (misal pada warna yang berbeda tipis) yang
masih dapat diterima oleh perusahaan. FA yang diterima oleh bagian QC bahan
kemas selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pembuatan Spesifikasi
Pemeriksaan Bahan Kemas (SPBK) dan Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas
(HPBK). Kemudian HPBK dan proofprint menjadi acuan dalam penerimaan
bahan kemas. Kesesuaian antara HPBK dan proofprint merupakan indikator
penerimaan (masuk dalam spesifikasi). Apabila bahan kemas yang didapat dari
Universitas Indonesia
pemasok tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, pihak PT. Guardian
maka dinyatakan adanya penyimpangan. Penyimpangan itu sendiri terbagi 3 yaitu:
a. Minor, penyimpangan yang dapat diabaikan.
b. Mayor, penyimpangan yang masih bisa diterima tapi cukup mengganggu dan
PT. Guadian pharmatama mengirimkan surat keluhan kepada supplier.
c. Kritikal, penyimpangan tidak dapat ditoleransi dan bahan kemas tersebut di
tolak.
Proofprint kemudian dikirim ke bagian marketing, QC Bahan Kemas dan
purchasing sebagai arsip.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada trial skala pilot dan 3 batch pertama produksi, sampel produk jadi
diambil untuk uji stabilitas dipercepat pada suhu 40oC ± 10C dan RH 75% ± 5%
selama 6 bulan. Sedangkan uji stabilitas real time pada suhu 30oC ± 10C dan RH
75% ± 5% selama 2 tahun. Data yang diperoleh lewat uji stabilitas tersebut
digunakan sebagai data dalam menentukan expire date (ED) untuk keperluan
bagian sub departemen R&D registrasi.
Universitas Indonesia
c. Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, objektif dan tidak
menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional
dan aman.
d. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
e. Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan dibandingkan
dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia. Dan untuk kontrasepsi
atau obat lain yang digunakan dalam program nasional dapat dipersyaratkan
uji klinik di Indonesia.
Registrasi obat produksi dalam negeri dilakukan oleh pendaftar yang harus
memenuhi persyaratan yaitu memiliki izin industri farmasi dan memiliki sertifikat
CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang
diregistrasi.
Pelaksanaan evaluasi untuk registrasi obat melalui 2 tahapan, yaitu :
a. Tahap pra registrasi
Sebelum dilakukan pra registrasi dilakukan pendaftaran secara online ke
website BPOM untuk mendapatkan no urut. Setelah mendapatkan nomor
urut, perusahaan akan memasukkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan
untuk tahap pra registrasi. Tahap pra registrasi adalah prosedur awal untuk
penapisan registrasi obat, penentuan kategori registrasi, penentuan jalur
evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat.
Dokumen yang disertakan adalah sertifikat CPOB dan ringkasan informasi
mengenai produk. Paling lama dalam jangka waktu 40 hari sejak diterimanya
permohonan Kepala Badan POM memberikan Hasil Pra Registrasi (HPR).
HPR berlaku selama satu tahun sejak tanggal dikeluarkan. Setelah
mendapatkan HPR, pendaftar dapat menyusun dan melengkapi dokumen
registrasi. Jika dibutuhkan penambahan data maka BPOM akan memberikan
surat permintaan tambahan data dan selambat-lambatnya 20 hari pendaftaran
harus menyampaikan tambahan data. Setelah mendapat HPR pendaftar
diwajibkan membayar biaya evaluasi.
Universitas Indonesia
b. Tahap registrasi
Pengajuan registrasi dilakukan dengan melampirkan dokumen pra registrasi
yang telah dilengkapi dengan dokumen registrasi. Dokumen registrasi terdiri
dari:
1) Bagian I : Dokumen administratif, informasi produk dan penandaan
2) Bagian II : Dokumen mutu
3) Bagian III : Dokumen non klinik (untuk obat baru)
4) Bagian IV : Dokumen klinik (untuk obat baru)
Pada saat dokumen registrasi dievaluasi oleh BPOM, bagian registrasi harus
melakukan follow up terhadap berkas-berkas registrasi ke BPOM. Setelah
data tentang semua produk selesai dievaluasi (safety, quality, and efficacy),
BPOM akan mengeluarkan Nomor Izin Edar. Produk yang telah mendapatkan
NIE (Nomor Izin Edar) siap untuk diproduksi dan dipasarkan. NIE ini berlaku
selama 5 tahun dan harus dilakukan registrasi ulang setelah 5 tahun. Pendaftar
yang sudah mendapatkan izin edar wajib memproduksi dan mengedarkannya
selambat-lambatnya 12 bulan setelah tanggal persetujuan izin edar
dikeluarkan. Registrasi variasi dilakukan jika ada perubahan terkait dengan
mutu obat. Dokumen yang diserahkan ke BPOM, disesuaikan dengan jenis
perubahan yang terjadi.
Universitas Indonesia
dikalkulasi dan ditentukan. Lead time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengolah suatu produk yaitu sejak bahan awal keluar dari gudang untuk
ditimbang hingga produk jadi masuk gudang. Lead time untuk suatu produk
berbeda-beda.
Rencana produksi dibuat pertama kali lewat estimasi rencana produksi 6
bulanan, kemudian akan dibuat lebih spesifik lagi yaitu rencana produksi bulanan
dan kemudian rencana produksi per minggu sesuai dengan lead time dari masing-
masing produk. Rencana produksi bulanan memiliki ketepatan sekitar 80-90%
untuk dijalankan pada proses produksi. Rencana produksi bulanan ini dikeluarkan
satu minggu sebelum bulan berjalan. Rencana produksi per minggu tersebut akan
dibuat semakin spesifik lagi oleh departemen produksi yaitu rencana produksi
harian oleh scheduler dengan mempertimbangkan lead time produk, satuan batch
size, dan tanggal butuh masuk gudang. Rencana packing bulanan merupakan
sebagai penandaan akhir yang digunakan sebagai panduan barang memasuki
gudang dan diberikan setiap awal bulan. Rencana produksi mingguan memiliki
tingkat ketepatan 99% untuk dijalankan sebagai proses produksi. Rencana
produksi mingguan ini disesuaikan dengan kedatangan material yang biasanya
dikeluarkan setiap hari kamis.
Untuk batch file formula pengolahan batch, formula pengemasan batch,
manufacturing direction, dan packaging direction dibuat oleh departemen R&D
formulasi dan salinannya diberikan ke PPIC. Copy MFD dan PAD diberikan
kepada bagian produksi 1 hari sebelum penimbangan dan FPB dan FKB dibuat 3
salinan yaitu untuk bagian accounting, gudang dan melekat pada batch file. Batch
file ini dikeluarkan sesuai dengan schedule harian yang ditentukan oleh bagian
produksi (scheduler).
Departemen PPIC bertanggung jawab dalam mengendalikan tenggat
waktu proses produksi dengan tanggal butuh. Tanggal butuh merupakan waktu
deadline ketika produk jadi harus masuk ke gudang. Informasi tersebut diberikan
oleh departemen PPIC ke departemen produksi berupa rencana packing bulanan.
Rencana produksi bulanan akan direkap selama 1 tahun ke dalam GIS (Guardian
Information System).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3.7.1.Proses produksi
a. Proses produksi tablet/kaplet
Metode pembuatan tablet yang digunakan di PT. Guardian
Pharmatama ada dua metode yaitu metode granulasi basah dan kempa
langsung. Metode granulasi basah digunakan apabila zat aktif tahan terhadap
lembab, tahan air, namun kompresibilitas dan laju alirnya kurang baik. Proses
granulasi bertujuan untuk memperbaiki sifat aliran bahan tablet,
meningkatkan sifat kohesi bahan sehingga sifat kohesi lebih kuat daripada
sifat adhesinya, menghomogenkan bahan berkhasiat dengan bahan tambahan
tablet, mengurangi fines atau serbuk yang dapat membuat tablet menjadi
rapuh, serta memperkecil sudut kontak sehingga tablet mudah dibasahi dan
memenuhi syarat waktu hancur.
Proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah diawali dari
penimbangan terhadap bahan baku kemudian bahan baku tersebut diayak
dengan mesh tertentu. Tujuan dari pengayakan adalah untuk memperkecil
ukuran partikel zat aktif dan zat tambahan. Semakin besar ukuran partikel
maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat
menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Selanjutnya dilakukan
mixing dengan menggunakan “Diosna Mixer”. Tujuan pencampuran ini
adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan homogen.
Setelah itu dilakukan penambahan dan pencampuran larutan pengikat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tablet salut gula merupakan suatu sediaaan tablet inti yang dilapisi
dengan suatu lapisan gula berwarna atau lapisan gula tak berwarna. Lapisan
salut gula melindungi obat terhadap lingkungan dan memberikan penghalang
rasa yang kurang enak atau bau yang tidak sedap. Salut tersebut juga dapat
meningkatkan penampilan tablet kompresi dan sebagai informasi identitas
produsen. Tablet salut enterik merupakan penyalutan tablet inti dengan suatu
polimer. Teknik ini dirancang untuk meningkatkan resistensi obat di dalam
lambung, dan kemudian tablet akan hancur terdisolusi dan diserap di dalam
usus. Pelapisan enterik dilakukan apabila substansi obat tidak stabil dalam
asam lambung atau sangat mengiritasi mukosa lambung atau untuk
meningkatkan penyerapan obat yang diserap di usus. Tablet salut tipis,
merupakan tablet inti kompresi yang dilapisi dengan lapisan tipis dari polimer
yang mampu membentuk kulit seperti film. Lapisannya biasanya berwarna
dan memiliki keuntungan lebih baik dibandingkan salut gula yaitu lebih tahan
lama, lebih kecil massanya, dan kurang memakan waktu. Dengan komposisi
yang sesuai, lapisan ini dirancang untuk pecah dan mengekspos tablet inti di
lokasi yang diinginkan dalam saluran pencernaan.
Proses pembuatan tablet salut yaitu tablet inti yang akan disalut harus
telah lulus uji dari departemen QC. Pemeriksaan yang dilakukan pada tablet
inti selain sesuai dengan persyaratan umum untuk tablet, juga perlu
diperhatikan hal-hal lainnya, yaitu permukaannnya halus, bebas debu dan
kerapuhannya serendah mungkin. Proses penyalutan dilakukan dalam ruang
coating menggunakan mesin Narong Rama Cota.
c. Proses produksi kapsul
Proses pengolahan dimulai dari penimbangan bahan baku yang
diluluskan oleh departemen QC. Ada dua metode pengolahan kapsul, yaitu
pencampuran langsung serbuk menggunakan mixer atau melalui proses
granulasi basah. Pada metode granulasi basah dilakukan proses seperti pada
pembuatan tablet, kemudian granul yang dihasilkan diperiksa kadar airnya
dan dicampur dengan bahan lainnya. Pemeriksaan kadar air bertujuan untuk
menjamin stabilitas zat aktif dalam sediaan. Selanjutnya dilakukan proses
pengisian dengan mesin filling kapsul (Chin Yi tipe ACF-52). Kapsul yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Proses produksi dilakukan di ruang kelas E. Kondisi ruang kelas E ada PT.
Guardian Pharmatama adalah sebagai berikut:
a. Bangunannya kokoh, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan
langit-langit) licin, menggunakan cat epoksi, mudah dibersihkan dan tidak
membentuk sudut.
b. Bebas dari retakan dan sambungan.
c. Memiliki ventilasi dengan sistem pengendali udara HVAC (Heating
Ventilation Air Conditioning) yang mendukung persyaratan ruang kelas E.
Universitas Indonesia
Setiap personil yang bekerja di dalam atau hendak masuk ke dalam ruang
kelas E harus memiliki persyaratan:
a. Menggunakan pakaian pelindung, penutup kepala, sarung tangan, masker dan
sepatu khusus untuk ruang kelas E.
b. Tidak menggunakan arloji, perhiasan atau aksesori dan kosmetika yang
berlebihan.
c. Dalam kondisi sehat, dapat melaksanakan tugas dengan baik yang didukung
dengan data medical check up secara periodik.
d. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan mengeringkannya sebelum
memasuki ruang kelas E.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3.7.2.Proses Pengemasan
Pegemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi produk
jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu produk
berfungsi untuk memberikan identitas yang berupa nama produk, isi dan
kekuatan, nomor batch, nama pabrik pembuat, nomor registrasi, tanggal
kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemasan juga dapat melindungi
produk dari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya khasiat obat,
melindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi.
Proses pengemasan dilakukan di ruang kelas E dan F. Pengemasan primer
dan pengkodean yang meliputi HET, waktu kadaluarsa dan nomor batch dengan
cara emboss (cetak timbul langsung pada kemasan primer) dilakukan pada ruang
kelas E. Sedangkan pengemasan sekunder dan tersier dilakukan di ruang kelas F.
Ruang kelas F di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 2 ruang, yaitu ruang
secondary packaging preparation dan ruang packaging. Ruang secondary
packaging preparation digunakan untuk melakukan coding pada label untuk
kemasan botol, pada bagian belakang kemasan primer serta pada kemasan
sekunder/doos. Coding yang dilakukan pada ruang ini menggunakan sistem ink
jet. Ruang packaging digunakan untuk penempelan label pada botol atau labeling,
pengemasan sekunder, pengemasan tersier serta penimbangan hasil pengemasan.
IPC pada proses pengemasan dilakukan oleh QC. Pemeriksaan pada saat
pengemasan primer meliputi uji kebocoran kemasan dan estetika. Pada
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3.9.1 Mechanic
Mekanik memiliki tanggung jawab terhadap perbaikan, instalasi, setup dan
perawatan mesin-mesin yang terdapat di PT. Guardian Pharmatama. perawatan
mesin merupakan preventif dari masalah yang dapat mengganggu mesin. Jadwal
perawatan mesin bergantung pada jadwal produksi. Semakin sering suatu mesin
digunakan, semakin sering pula pengecekan yang dilakukan terhadap mesin
tersebut. Perawatan terhadap mesin yang dilakukan meliputi kegiatan inspeksi
seperti oiling, greasing dan cleaning serta kegiatan small repair dan medium
repair.
Universitas Indonesia
3.3.9.2 Electrician
Bagian electrician bertanggung jawab pada sistem listrik baik pada mesin-
mesin produksi maupun sistem penerangannya. Selain itu electrician juga
bertanggung jawab terhadap pengoperasian purified water dan kalibrasi terhadap
mesin dan peralatan (kalibrasi dilakukan dengan mengundang pihak luar yang
memiliki sertifikat kalibrasi).
3.3.9.3.Utility
Bagian Utility bertugas menangani mesin-mesin pendukung (seperti
Genset, dust collector, compressor) dan juga bertanggung jawab terhadap
pengolahan limbah pabrik yang bekerja sama dengan departemen QC, kelancaran
sarana penunjang, perawatan bangunan pabrik termasuk HVAC (operator).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Activated Carbon Filter adalah karbon aktif dan silica gravel sebagai
media pendukung. Mekanisme kerja dari filter ini adalah air akan
mengalir dari bagian atas filter, melewati media filter dan pori filter,
keluar dari bagian bawah filter, sehingga menyebabkan partikel-
partikel dalam air akan tertahan pada filter bagian atas. Hingga
nantinya air yang keluar melalui filter tersebut akan jernih dan pada
saat yang sama media carbon active menyerap sisa klorin yang
masih terdapat pada air. Namun, adanya kotoran yang tertahan pada
pori tersebut akan menyebabkan naiknya tekanan masuk dan
menyebabkan naiknya tekanan masuk dan menghambat penyerapan
klorin, sehingga proses penyaringan dan pengabsorbsian tidak
berlangsung dengan tidak baik.
Pada saat ini lah perlu dilakukan pencucian terbalik atau backwash
terhadap filter. Aliran yang seharusnya berjalan dari atas kebawah
diubah menjadi dari bawah ke atas. Sehingga partikel yang melekat
pada filter dapat dilepaskan dan pada saat yang sama klorin yang
terkandung didalam air dapat membunuh bakteri yang mulai tumbuh
pada bagian bawah filter. Kemudian filter dibilas dengan tujuan
untuk membuang sisa kotoran dan sisa klorin yang terdapat didalam
tabung filter. Proses ini dilakukan secara berkala untuk menghindari
kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme pada media filter.
d) Water softener
Pada water softener proses yang terjadi adalah pertukaran ion.
Kandungan hardness (kesadahan) yang terdapat dalam air sumur (Ca
hardness dan Mg hardness) ini akan diikat oleh resin kation.
Sedangkan resin kation akan melepaskan Na+ ke dalam air. Proses
pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan Na+ akan berlangsung terus
menerus selama proses sehingga muatan Na+ akan berlangsung terus
menerus selama proses, sehingga muatan Na+ dalam resin habis.
Pada saat inilah softener memerlukan proses pengaktifan kembali
(regenerasi). Pada waktu regenerasi, ion kalsium dan magnesium
yang terikat di dalam resin akan dilepas dan ditukar kembali dengan
Universitas Indonesia
ion Na+ dan NaCl sebagai regeneran, sehingga resin aktif kembali
dan siap untuk mengikat ion kalsium dan magnesium.
2) Reverse osmosis
Setelah proses pretreatment dilakukan, air telah diolah sudah memenuhi
standar sebagai air baku untuk sistem R/O.
a) Antiscalant Dosing System
Pendosisan anti scalant dilakukan untuk membantu menjaga agar
membrane tidak mudah rusak oleh adanya oksidator yang masuk
kedalam membran dan mengurangi kecenderungan terjadinya
pengendapan pada permukaan membran.
b) Cartridge filter
Berfungsi untuk menyaring sisa partikel yang berukuran diatas 5
mikron yang masih terdapat di dalam air sehingga tidak
mengakibatkan penyumbatan pada membran R/O.
c) Reverse osmosis membrane
Sistem penyaringan air dengan menggunakan membran
semipermeabel dengan tekanan tinggi (sesuai spesifikasi). Membran
semipermeabel ini mempunyai pori yang sangat kecil (sekitar 0,0001
mikron) sehingga dapat memisahkan zat-zat yang terlarut, logam
berat, organic, pirogen, koloidal dan bakteri. Pencemaran ini akan
terkonsentrasi dan harus disalurkan sebagai concentrate atau reject.
Proses ini akan menghasilkan air dengan kandungan mineral yang
rendah. Concentrate outlet harus disambungkan ke saluran
pembuangan atau ditampung dalam tangki penampung untuk
digunakan bagi keperluan lain yang tidak memerlukan kualitas air
yang tinggi. Saluran concentrate ini tidak boleh tertutup rapat
sehingga air dapat megalir dengan lancer tanpa adanya penghambat
aliran.
d) Reverse osmosis circulation system
Sistem sirkulasi digunakan untuk mencegah tumbuhnya biofilm di
dalam membran R/O karena tidak terjadinya aliran air pada saat
reverse osmosis tidak bekerja. Tangki penampungan dan pompa
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bagian bawah dan resin anion akan berada pada bagian atas
karena adanya perbedaan berat jenis. Saat pemisahan ini akan
terbentuk rongga antara resin menjadi lebih besar sehingga proses
regenerasi dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap ini, air
mengalir dari bawah ke atas lalu keluar menuju saluran buangan
umum.
Settle
Pada tahap ini tidak ada aliran dalam kolom, sehingga resin
kation akan turun keagian bawah dan resin anion akan berada
pada bagian atas.
Regenerasi resin anion
Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari atas ke
bawah (concurrent) melewati resi anion dan keluar melalui
kolektor tengah menuju bak penampungan limbah.
Pembilasan resin anion
Proses ini berlangsung dengan aliran air dari atas ke bawah dan
keluar dari kolektor tengah menuju tangki penampung limbah
tanpa adaya regeneran yang masuk.
Regenerasi resin kation
Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari bawah ke
atas (counter current) melewati resin kation lalu keluar dari
kolektor tengah menuju bak penampungan lumbah untuk
dinetralkan tanpa adanya regeneran yang masuk.
Fast rinse
Proses pembilasan ini berlangsung dengan aliran air dari atas dan
dari bawah bersamaan melewati resin anion dan kation lalu keluar
melalui kolektor tengah menuju tangki penampungan limbah
tanpa adanya regeneran yang masuk.
Drain down
Tahap ini merupakan persiapan pencampuran resin kation dan
resin anion dengan membuang sebagian air yang ada pada tabung
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Proses yang terdapat dalam pengolahan limbah adalah proses fisika dan
kimia.
1) Proses penyaringan (screening)
Air limbah yang berasal dari limbah pencucian alat-alat produksi masuk
ke penyaringan I, sedangkan air limbah domestik masuk ke penyaringan
II. Penyaringan ini berfungsi untuk memisahkan air limbah dengan benda
padat terapung seperti daun, plastik, tutup botol, dan lainnya. Dengan
tersaringnya benda-benda padat yang mengapung ini dapat menjaga
keawetan peralatan seperti pompa, mixer dan lain-lain.
Fasilitas Desain
Bak saringan terdiri atas 2 bak yang dilengkapi dengan saringan stainless
steel. Ukuran bak 1,5 m, 1,4 m, dan 2 m (panjang x lebar x kedalaman).
Masing-masing bak disekat.
2) Proses Equalisasi
Proses equalisasi yaitu proses penyeragaman karakteristik parameter air
limbah seperti COD, BOD, TSS, pH dan parameter lainnya. Biasanya air
limbah yang masuk ke bak equalisasi ini fluktuatif kandungan
parameternya dari setiap pencucian. Pencucian pertama kali akan lebih
tinggi dibanding pencucian kedua (pembilasan). Air limbah ini berasal
dari bak screening atau bak penyaringan sebagai alat penyalur dengan
menggunakan pompa penyalur.
3) Proses Kimia (Koagulasi, Flokulasi dan Netralisasi)
Air yang berasal dari bak equalisai pertama (penampungan hasil cucian
alat produksi) masuk ke bak pengolahan kimia. Pada proses ini disertai
penambahan kapur hingga pH mencapai 9-11 kemudian ditambahkan
PAC (Poly Alumunium Chloride) dengan kecepatan 100-140 rpm atau
reducer kontrol berada di angka nol. Setelah 5-10 menit baru
ditambahkan dengan bahan kimia polimer (flokulen) dengan kekentalan
seperti minyak, Kecepatan pengaduk pada proses flokulasi ini yaitu 40-
70 rpm, kebutuhan PAC 400-600 ml/m3 sedangkan flokulan 300-700
mL/m3, dan pH pada proses ini dijaga pada angka 7-8.
Universitas Indonesia
4) Bak netralisasi
Air limbah yang sudah diolah dengan proses kimia akan terbentuk
agregat-agregat yang lebih besar, sehingga apabila diendapkan akan lebih
mudah mengendap. Proses pengendapan ini juga terjadi pada koagulasi,
flokulasi yang didiamkan kira-kira 15-30 menit. Lumpurnya dialirkan ke
drying bed, sedangkan air yang beningnya dialirkan ke bak sedimentasi,
di bak sedimentasi inilah terjadi pengendapan yang lebih sempurna.
Sistem pengalirannya dengan cara gravitasi yaitu dengan cara membuka
valve di drying bed pertama atau kedua. Setelah lumpurnya dialirkan ke
drying bed seluruhnya kemudian katup ditutup dan dibuka valve ke bak
sedimentasi untuk mengalirkan air limbah yang beningnya.
Untuk mengatur supaya pH mencapai netral 7 (tujuh),maka dilakukan
penambahan kapur. Pada dasarnya air limbah yang dioleh pHnya sudah
mendekati 7. Namun karena terjadi proses koagulasi (terjadi penurunan
pH bersifat asam), sehingga pH bisa turun sampai 2-3 digit. Oleh sebab
itu terlebih dahulu pH dinaikkan menjadi 9-11 (dengan kapur), kemudian
dengan penambahan PAC pH akan kembali normal 7-8. Penanmbahan
kapur ini juga akan mempermudah proses sedimentasi (pengendapan).
5) Proses Aerasi
Air limbah yang berasal dari equalisasi dua (limbah domestik), langsung
mengalir ke bak aerasi I, kemudian masuk ke bak aerasi II. Pada tahap ini
terjadi penambahan oksigen ke dalam air dengan menggunakan blower.
Bak ini dilengkapi dengan difuser sehingga oksigen yang dimasukkan ke
dalam limbah dapat merata. Pada proses ini juga dimanfaatkan bakteri /
lumpur aktif untuk mengurai bahan organik limbah, sehingga dapat
menurunkan BOD5 dan COD hingga mencapai 90%.
6) Proses Clarifier (Pengendapan Biologi)
Air limbah yang sudah melalui proses aerasi kemudian lumpur aktifnya
diendapkan di clarifier. Dari clarifier ini lumpur aktif ini ada yang di
recycle dan ada juga yang akan dibuang melalui drying bed. Secondary
clarifier berfungsi untuk menjaga tersedianya konsentrasi lumpur aktif
dalam jumlah yang cukup pada bak aerasi, sehingga derajat pengolahan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
80 Universitas Indonesia
e. Dokumentasi
Semua kegiatan yang dilakukan dalam penerapan CPOB tersebut, harus
selalu dicatat atau didokumentasikan sebagai bukti bahwa hal tersebut
memang benar dilakukan.
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT.
Guardian Pharmatama dan mengikuti penerapan kelima pilar CPOB, ternyata
kelima pilar CPOB tersebut telah dipenuhi oleh PT. Guardian Pharmatama dalam
setiap tahapan yang berhubungan dengan proses pembuatan obat. Untuk
meyakinkan hali ini maka dapat dilihat secara garis besar melalui aspek hardware,
software dan humanware yang tervalidasi dan terkualifikasi. Hardware terdiri atas
equipment (peralatan), facility (bangunan), dan utiliy (air, listrik). Hardware ini
tidak bisa berjalan bila tidak ada software sehingga diperlukan adanya software
seperti prosedur tetap, manual instruction, dan lain-lain. Selain itu terdapat
humanware yaitu personel atau manusia yang juga harus dikendalikan agar dapat
menjamin kualitas produk tetap dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, industri
farmasi harus menyediakan personel yang memenuhi kualifikasi tertentu serta
terlatih melalui program pelatihan berkesinambungan dan seluruh prosedur tetap
yang berlaku harus dilatihkan terlebih dahulu kepada karyawan.
PT. Guadian Pharmatama merupakan industri farmasi yang didirikan pada
September 1992 menggantikan Industri Farmasi Hasto Husodo. PT. Guardian
Pharmatama telah mendapatkan sertifikat CPOB dari Badan POM dan juga
sertifikat ISO 9001:2008. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Guardian Pharmatama
telah menerapkan seluruh aspek CPOB sehingga dapat dipastikan bahwa obat-
obat yang dihasilkan terjamin kualitasnya.
PT. Guardian Pharmatama memproduksi obat-obat ethical dan Over The
Counter (OTC). PT. Guardian Pharmatama memproduksi obat dalam bentuk
sediaan antara lain shampoo, salep, tablet, krim, sirup, dan lain-lain. Untuk produk
steril, antibiotik dan sirup kering, PT. Guardian Pharmatama melakukan
kerjasama/ makloon dengan perusahaan farmasi lainnya. Produk yang diproduksi
oleh PT. Guardian Pharmatama diklasifikasikan berdasarkan efektifitas
farmakologinya antara lain golongan obat antialergi, antipiretik dan analgetik,
antibiotik, obat kulit, obat saluran pencernaan, obat cerebrovaskularr, suplemen,
Universitas Indonesia
vitamin, dan lain-lain. Kualitas obat yang diproduksi suatu perusahaan farmasi
dapat terjamin dan ditingkatkan kualitasnya melalui penerapan CPOB, ini telah
dibuktikan dan diterapkan oleh PT. Guardian Pharmatama yang sesuai dengan
visi dan misi perusahaan ini.
4.2. Personalia
Struktur organisasi PT. Guardian Pharmatama disusun dan dirancang
sesuai dengan kebutuhan yang menjamin pelaksanaan kegiatan serta pengawasan
yang baik, didukung oleh personil-personil yang kompeten dibidangnya. PT.
Guardian Pharmatama memiliki personalia yang tersebar pada kantor Head Office
dan pabrik. Karyawan tersebut berasal dari berbagai tingkat pendidikan,
keterampilan dan kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Pembagian bidang karyawan didasarkan pada lokasi tempat dibutuhkannya bidang
tersebut. Sebagai contoh adalah bagian pemastian mutu, bagian tersebut terdapat
di pabrik di Tangerang agar lebih mudah untuk memastikan produk yang
dihasilkan memang sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kokoh, sisi sudut setiap ruangan melengkung (coving) sehingga debu tidak mudah
menempel dan mudah untuk dibersihkan. PT. Guardian Pharmatama hanya
memiliki dua ruang produksi, yaitu ruang kelas E dan ruang kelas F sehingga PT.
Guardian Pharmatama hanya dapat memproduksi sediaan non steril. Sedangkan
sediaan steril dan antibiotika β-laktam diproduksi dengan cara bekerja sama dengan
perusahaan lain (Toll Manufacturing).
Gedung produksi dan gudang dibuat terpisah tetapi terdapat beberapa
akses keluar masuk yang ketat dari gudang ke ruang produksi dan sebaliknya.
Area penyimpanan barang di gudang dikelompokan berdasarkan status material
yang bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), suhu penyimpanan, dan
tipe material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Ruang gudang terdiri
dari area penerimaan, pengeluaran, karantina, penyimpanan material (raw
material, packaging material dan finished product) dan ruang administrasi.
4.4. Peralatan
Peralatan di PT. Guardian Pharmatama telah didesain dan dikonstruksikan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Ukuran yang memadai serta ditempatkan
dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mutu obat terjamin seragam dari batch ke
batch. Peralatan telah dikualifikasi, baik kualifikasi instalasi, kualifikasi
operasional, kualifikasi kinerja serta dikalibrasi. Validasi dan kalibrasi peralatan
dilakukan untuk menjamin keseragaman produk yang dihasilkan. Validasi
dilakukan hanya satu kali, jika perlu dilakukan revalidasi, sedangkan kalibrasi
dilakukan secara berkala sesuai jadwal/ terprogram.
Peralatan yang digunakan PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi
persyaratan CPOB yaitu terbuat dari stainless steel, kaca atau bahan inert untuk
mencegah terjadinya reaksi kimia. Peralatan produksi ditempatkan dalam ruang
produksi yang sesuai dan dalam satu ruangan hanya digunakan untuk
pengolahan satu macam produksi pada satu waktu, sehingga resiko tercampur
antara komponen obat ataupun terjadi kontaminasi silang dapat dihindarkan.
Setiap peralatan mempunyai prosedur tetap pengoperasian, pembersihan dan
kalibrasi sebagai pedoman untuk menghasilkan produk obat yang terjamin dari
batch ke batch.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.6. Produksi
Departemen produksi di PT. Guardian Pharmatama melaksanakan
produksi sesuai dengan jadwal produksi yang dibuat oleh PPIC berdasarkan
forecast bagian marketing dan stok produk jadi yang tersedia. Produk obat yang
dihasilkan oleh PT. Guardian Pharmatama antara lain seperti sediaan tablet/kaplet,
tablet/kaplet salut selaput, kapsul, krim, sirup, suspensi dan shampo; serta sediaan
injeksi, produk beta-laktam dan sefalosporin dikerjakan di tempat toller.
Pelaksanaan produksi di PT. Guardian Pharmatama ini mengikuti prosedur
yang tercantum dalam manufacturing direction dan packaging direction yang
memuat semua catatan yang berhubungan dengan produksi seperti penimbangan,
prosedur pengolahan sampai dengan pengemasan. Proses produksi dilakukan
dalam ruang dan kondisi yang telah sesuai dengan persyaratan CPOB dan sistem
serta peralatan yang senantiasa divalidasi. Validasi metode analisa bahan baku
dan validasi proses produksi senantiasa dilakukan untuk pembuktian dan
memastikan bahwa proses produksi senantiasa dilaksanakan dengan konsisten
sehingga menghasilkan produk yang bermutu yang sesuai dengan ketentuan.
Universitas Indonesia
Di PT. Guardian Pharmatama semua bahan awal dan bahan kemas yang
digunakan dalam kegiatan produksi telah dinyatakan lulus oleh Departemen QC
Bahan Awal dan IPC serta Departemen QC Bahan Kemas. Pemindahan bahan
dari gudang ke ruang produksi melewati ruang transit material menggunakan
sistem airlock untuk menghindari pencemaran ke area produksi. Sebelum proses
pengolahan, dilakukan pemeriksaan terhadap suhu, kelembaban dan tekanan udara
dan semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat. Semua peralatan yang digunakan
dalam proses produksi harus diperiksa sebelum digunakan.
Sesuai dengan konsep CPOB bahwa mutu produk obat jadi tidak hanya
ditentukan oleh hasil akhirnya saja tetapi dibangun dari keseluruhan tahap proses
produksi, maka selama proses produksi maupun pengemasan selalu dilakukan In
Process Control (IPC) sebagai bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilakukan
oleh QC bahan awal dan IPC. Selama proses IPC dilakukan evaluasi parameter-
parameter kritis, diantaranya adalah keseragaman bobot, kekerasan, keregasan,
waktu hancur, dan lain-lain. Apabila pada suatu proses ditemukan adanya
kelainan atau kegagalan maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan.
Proses pengemasan dilakukan didua kelas, yaitu pengemasan primer
dilakukan di ruang kelas E dan pengemasan sekunder dilakukan di ruang kelas F.
Proses pengemasan dilakukan dengan pengawasan yang ketat untuk menjamin
identitas, keutuhan, kelengkapan, dan kualitas produk yang telah dikemas.
Sebelum pengemasan dimulai, dipastikan bahwa peralatan dan ruangan atau jalur
pengemasan dalam keadaan bersih dan bebas dari produk lain yang tidak
diperlukan dalam pengemasan. Penandaan pada label, doos ataupun komponen
lain dengan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi secara
ketat pada tiap tahap pengemasan
Sisa produk atau produk yang rusak selama pengemasan, dihitung, dicatat,
kemudian dihancurkan. Selanjutnya produk jadi dikirim ke gudang untuk
dikarantina. Keputusan bahwa produk bersangkutan dapat dipasarkan atau tidak
tergantung dari departemen QA.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kadaluwarsanya, maka produk akan diganti dengan yang baru. Obat kembalian
yang masih memenuhi spesifikasi dapat dimanfaatkan atau dikembalikan sebagai
stok. Jika yang rusak hanya kemasannya saja, maka akan dilakukan proses
pengemasan ulang. Prosedur pemusnahan harus dapat mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dan kemungkinan dimanfaatkan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab.
4.10. Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian penting dari sistem
informasi untuk menunjukkan bahwa seluruh prosedur, metode, spesifikasi,
instruksi, perencanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan
pembuatan obat telah dilaksanakan dengan baik. Sistem dokumentasi
menggambarkan riwayat lengkap dan terperinci dari setiap batch sehingga
memungkinkan untuk penyelidikan serta penelusuran terhadap batch
yang bersangkutan.
Setiap proses dan kegiatan yang dilakukan di PT. Guardian Pharmatama
memiliki prosedur yang tetap (Standard Operating Procedure) yang harus
dilaksanakan dengan baik dan benar oleh setiap karyawan. Seluruh tahap dalam
rangkaian produksi baik manufacturing document maupun laboratorium
document dikumpulkan dalam batch file yang disimpan oleh depatemen QA.
Batch file merupakan dokumen yang berisikan semua hal yang berhubungan
dengan proses produksi, mulai dari bahan baku dan bahan kemas, penimbangan,
proses produksi dan hasil laboratorium serta semua pihak yang melaksanakan
proses tersebut dan hal-hal yang menyimpang. Seluruh kegiatan kalibrasi alat dan
validasi yang dilakukan selalu didokumentasikan. Penanganan semua dokumen
tersebut dilakukan oleh departemen QA.
Universitas Indonesia
harus disetujui status GMP dan standar mutunya sebelum kontak untuk
memproduksi obat tersebut disetujui bersama. Produk toll manufacturing untuk
PT. Guardian Pharmatama yang dibuat oleh industri farmasi lain antara lain
produk sediaan steril dan antibiotik betalaktam. PT. Guardian Pharmatam
menjalin kontrak kerjasama dengan PT. Sydna Farma, PT. Praja Pharin, PT.
Galenium, PT. Fahrenheit dan PT. Landson
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
a. PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan aspek-aspek CPOB dalam
rangka menghasilkan produk yang berkualitas, meliputi aspek manajemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan
keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk
kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
kualifikasi dan validasi. Semua proses dan prosedur telah dilaksanakan
berdasarkan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Aspek-
aspek CPOB telah diimplementasikan serta terdokumentasi dengan baik
dan teratur.
b. Profesi Apoteker memiliki peranan yang penting dalam suatu industri farmasi
yaitu menduduki posisi kunci sebagai tenaga profesional farmasi khususnya
dalam bidang produksi, pengawasan mutu serta pemastian mutu. Hal ini
bertujuan untuk menjamin kualitas produk obat yang dihasilkan.
5.2. Saran
a. Meningkatkan produksi obat baik secara kualitas maupun kuantitas dengan
mengikuti perkembangan teknologi farmasi yang semakin berkembang.
b. PT. Guardian Pharmatama diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan pelaksanaan CPOB untuk masa yang akan datang.
c. Membuat sarana produksi steril sehingga tidak perlu lagi melakukan toll
manufacturing ke perusahaan lain.
d. Peningkatan disiplin personil khususnya dibagian produksi dalam rangka
menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja serta menjaga kualitas
obat yang dihasilkan.
93 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun
2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Jakarta.
PT. Guardian Pharmatama. (2011). Company in Brief, Vision & Mission. 15 Maret
2013. http://guardianpharmatama.com.
94 Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………… i
HALAMAN JUDUL ………………………….............................................. ii
DAFTAR ISI ……………………………………...…………….....…..…... iii
DAFTAR LAMPIRAN …………….....…..………………………………. iv
Halaman
Lampiran 1. Protokol Validasi (Proses Pengolahan) …………….……... 14
Lampiran 2. Protokol Validasi (Proses Blistering) ……………….…….. 19
iv Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Universitas Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Validasi
Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
Didalam buku Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2012,
terdapat tiga pendekatan validasi, yaitu validasi prospektif, validasi retrospektif
dan validasi konkruen. Validasi proses (VP) adalah bukti terdokumentasi yang
menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan
dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara
atau bahan aktif obat (BAO) yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Validasi prospektif adalah pendekatan yang
diutamakan, tetapi ada pengecualian jika pendekatan lain dapat digunakan.
Validasi prospektif dilaksanakan pada proses pembuatan BAO, sebelum
pelaksanaan produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan. Validasi
retrospektif adalah validasi dari seuatu proses untuk suatu produk yang telah
dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets.
Pendekatan validasi retrospektif dapat digunakan untuk atribut mutu dan
parameter proses kritis telah diidentifikasi; kriteria penerimaan dan pengawasan
selama proses telah ditetapkan dengan tepat; tidak ada kegagalan proses/ produk
bermakna yang bukan disebabkan olek kesalahan operator atau kegagalan
peralatan yang tidak berhubungan dengan kesesuaian peralatan dan profil
impuritis BAO telah ditetapkan. Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif
merupakan representasi untuk semua bets yang diproduksi selama periode
pengkajian, termasuk bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan jumlahnya cukup
untuk menunjukkan konsistensi proses. Sampel pertinggal dapat diuji untuk
memperoleh data untuk memvalidasi proses secara retrospektif. Validasi konkruen
4 Universitas Indonesia
adalah validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual.
Validasi konkruen dapat diterapkan jika data dari replikasi produksi yang sudah
dibuat tidak tersedia karena jumlah bets BAO yang telah diproduksi terbatas, bets
BAO yang jarang diproduksi atau bets BAO yang diproduksi dengan proses
tervalidasi yang telah dimodifikasi.
Sebelum melakukan validasi,, terlebih dahulu melakukan perencanaan
kegiatan validasi dengan terperinci serta mendokumentasikan rencana kegiatan
validasi ke dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen sementara. RIV
merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas, yaitu mencakup kebijakan
validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan
dan proses yang akan divalidasi; format dokumen, format protokol dan laporan
validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan
acuan dokumen yang digunakan.
Laporan validasi mengacu kepada protokol validasi yang merangkum hasil
yang diperoleh, memberikan komentar terhadap penyimpangan yang ditemukan
dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi
perubahan untuk memperbaiki kekurangan.
2.2. Kualifikasi
Sebelum dilakukan validasi proses, kualifikasi yang tepat terhadap
peralatan kritis dan sistem penunjang harus dilaksanakan. Kualifikasi biasanya
dilaksanakan dengan melakukan beberapa kualifikasi, yaitu Kualifikasi Desain
(KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi
Kinerja (KK).
Kualifikasi Desain (KD) merupakan dokumen yang memverifikasikan
bahwa dari fasilitas, sistem dan peralatan yang sesuai untuk tujuan yang
diinginkan, yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Kualifikasi Instalasi (KI)
adalah dokumentasi yang memverifikasikan bahwa seluruh aspek kunci dari
instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan tujuan desainnya dan mengikuti
rekomendasi yang diberikan oleh industri pembuat. Yang termasuk kedalam KI
adalah instalasi peralataan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi yang
sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain; pengumpulan dan
Universitas Indonesia
2.3. Protokol
Protokol merupakan suatu panduan untuk melakukan validasi proses
pengolahan sediaan farmasi, meliputi pengawasan parameter kritis pada proses
pembuatan, pengambilan sampel yang tepat, kriteria penerimaan sampel,
pengujian selama pengolahan serta rincian kualifikasi dan validasi yang akan
dilakukan. Protokol validasi ini selanjutnya dikaji dan disetujui oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Protokol validasi merinci langkah proses kritis dan kriteria penerimaan
serta tipe validasi yang akan dilaksanakan (misal retrospektif, prospektif,
konkruen) dan jumlah proses produksi.
Universitas Indonesia
METODOLOGI PENGKAJIAN
7 Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang. PT. Guardian Pharmatama
melakukan validasi proses pada produk baru dengan pendekatan validasi
konkuren pada tiga batch berurutan. Pada protokol validasi proses tercantum
tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, deskripsi produk dan proses, komposisi,
jadwal validasi, kriteria penerimaan, kegagalan pengujian, validasi ulang dan
laporan validasi.
Isi protokol validasi proses setiap bentuk sediaan berbeda dalam beberapa
bagian dan urutannya seperti parameter kritis dalam proses pembuatan antara
tablet non salut, krim dan cair (sirup). Pada proses pembuatan tablet non salut,
sirup dan krim parameter kritis hampir sama, yaitu meliputi tahap pencampuran
pada saat pencampuran awal (lolos mesh dan kecepatan pengadukan dan waktu
pengadukan), serta tahap pencampuran pada saat lubrikasi, serta pemerian granul
dan pemerian tablet. Pada proses pembuatan tablet salut, selain parameter kritis
yang telah disebutkan diatas, juga terdapat parameter kritis lain seperti pemerian
larutan penyalut, viskositas larutan penyalut, pemerian penyalut, temperatur yang
digunakan untuk coating, suhu aliran udara masuk, suhu aliran udara keluar,
tekanan kompresor, kecepatan putar “coating pan”, lubang pipa semprot (nozzle),
jarak sprayer dengan tablet, kecepatan pompa.
Pengambilan sampel untuk ketiga bentuk sediaan berbeda. Pada tablet non
salut, protokol untuk pengambilan sampel dilakukan di setiap tahap proses
pembuatan mulai dari tahap pencampuran, lubrikasi, pencetakan, proses stripping
dan codding. Hal ini dilakukan karena setiap tahapan pembuatan tablet ditentukan
kandungan kadar zat aktifnya sehingga pengambilan sampel untuk memastikan
bahwa kadar zat aktif masih dalam batas kadar yang ditentukan.
Pengambilan sampel untuk sediaan krim dan sirup hanya dilakukan saat
pencampuran akhir dan proses pengisian. Saat pengisian krim ke dalam tube,
jumlah sampel yang diambil mengacu pada jumlah tube yang direncanakan untuk
dibuat dalam satu batch, kemudian akan ditentukan tingkat inspeksi berdasarkan
jumlah tube tersebut dan akan diketahui jumlah unit sampel yang akan diambil.
Misalnya rencana jumlah tube yang akan dibuat sebanyak 7.843 tube.
Berdasarkan CPOB, tingkat inspeksi untuk jumlah tersebut adalah tingkat II
dengan kode L, maka dapat dilihat dengan kode L total jumlah unit sampel yang
Universitas Indonesia
harus diambil adalah 200 tube selama proses pengisian. Perlakuan tersebut hampir
sama untuk sediaan sirup. Hanya saja pada protokol untuk pengambilan sampel
pada sirup ditambah dengan pengambilan sampel label pada botol sirup saat
proses codding. Sampel yang akan diambil ditentukan sama seperti pengambilan
sampel sirup pada proses pengisian, berbeda hanya pada lama proses tersebut
berjalan dan interval pengambilan sampel selama proses berjalan.
Kriteria penerimaan proses pembuatan pada protokol validasi proses
ketiga sediaan berbeda berdasarkan pada rencana pengambilan sampel. Sediaan
tablet non salut dan krim, kriteria penerimaan ditentukan mulai dari proses
pencampuran setiap bahan. Pada tablet kriteria penerimaan di mulai dari yaitu
tahap pencampuran, tahap lubrikasi dan tahap pencetakan tablet non salut,
sedangkan untuk krim mulai dari tahap pembuatan fase minyak, pembuatan fase
air, pembuatan basis krim, pembuatan suspensi bahan aktif sampai tahap
pencampuran akhir dan homogenisasi. Berbeda dengan sediaan sirup di mana
kriteria penerimaannya dilihat setelah bahan tercampur semua dalam satu wadah.
Kriteria penerimaan untuk validasi proses pengemasan primer untuk ketiga
sediaan berbeda berdasarkan jumlah unit sampel yang diambil dalam satu batch
dan mengacu pada ketentuan CPOB.
Protokol validasi untuk proses pengemasan untuk ketiga sediaan berbeda.
Pada sediaan tablet non salut dan salut, protokol pengemasan tercantum proses
stripping dengan spesifikasi mesin, suhu dan lama proses penyetripan, bahan,
jumlah dan ukuran stripping yang digunakan dan proses codding dengan
spesifikasi mesin, tipe tinta, dan lama proses codding, sedangkan untuk
pengemasan krim, protokol proses pengemasannya hanya tercantum proses
pengisian yang meliputi spesifikasi mesin, bahan pengemas, lama proses
pengisian dan berat krim per tube. Proses pengisian krim dilakukan setelah tube di
emboss sehingga pada validasi proses pengemasan krim, spesifikasi yang
divalidasi hanya pada proses pengisian. Berbeda dengan krim, protokol validasi
proses pengemasan sirup meliputi pengisian, capping dan codding. Spesifikasi
yang akan divalidasi untuk proses pengisian, capping dan codding meliputi nama
mesin, lama proses pengisian/ capping/ codding sirup namun pada proses
Universitas Indonesia
pengisian sirup spesifikasi ditambah dengan bahan pengemas yang digunakan dan
volume sirup per botol.
Pada protokol validasi proses pengemasan, pola untuk pengambilan
sampel untuk validasi pada proses pengisian dari ketiga bentuk sediaan tersebut
juga berbeda. Pada sediaan tablet yang dikemas dengan strip, pola yang dilakukan
adalah dengan mengambil sampel pada bagian luar, tengah dan dalam stripping
tergantung dari panjang stripper yang dipakai. Pola pengambilan sampel untuk
krim diambil dari setiap holder pada mesin pengisian yang dilakukan pada setiap
menit yang ditentukan, sedangkan untuk pengisian sirup, pola pengambilan
sampel dilakukan saat sirup masuk ke botol dan diambil setiap menit yang
ditentukan. Contoh protokol validasi dari salah satu sediaan dapat dilihat pada
lampiran 1.
Validasi proses tablet non salut, salut, krim, dan sirup akan dilakukan
revalidasi kembali apabila terjadi perubahan yang berkaitan dengan perubahan
supplier/ manufacture bahan baku, perubahan proses, perubahan mesin yang
digunakan serta perubahan bahan kemas. Berdasarkan hal diatas PT. Guardian
Pharmatama telah melakukan validasi proses produksi sesuai ketentuan dari
CPOB.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Protokol validasi proses tablet non salut, salut, krim dan sirup disusun
sebagai pedoman pelaksanaan validasi proses pengolahan dan validasi
proses pengemasan primer yang akan direvalidasi kembali setiap 5 tahun.
5.1.2 PT. Guardian Pharmatama melakukan validasi proses pengolahan dan
proses pengemasan primer dilakukan untuk produk existing terutama yang
jika dapat mempengaruhi mutu produk.
5.1.3 Pihak yang telibat dalam pelaksanaan validasi proses produk tablet non
salut, krim dan sirup adalah Departemen Produksi, Departemen R&D,
Warehouse, Departemen QC, Departemen QA dan Departemen
Engineering.
5.2 Saran
Sebaiknya peserta PKPA diikutsertakan dalam pengamatan dan penilaian
validasi proses pengolahan dan pengemasan untuk setiap produksi produk di
dalam pabrik ataupun produk maklon.
12 Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia