Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Proses


komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran
atau media tertentu ke penerima pesan. Dalam proses penyampaian pesan
tersebut tidak selamanya sukses, karena terdapat beberapa hambatan baik yang
ditimbulkan dari pemberi pesan ataupun dari penerima pesan. Hambatan atau
gangguan dalam peristiwa komunikasi itu bisa bermacam-macam. Dalam proses
pengajaran hambatan tersebut dapat di akibatkan karena keterbatasan peserta
didiksecara fisik maupun psikologis,cultural maupun lingkungan. Gangguan
ADHD merupakan salah satu yang menghambat konsentrasi anak untuk belajar.
Dimana penderita ADHD akan mengalami gangguan dalam pemusatan
perhatian dan terjadi juga hiperaktivitas dan impulsivitas. Gangguan ini banyak
diderita oleh anak-anak usia sekolah, remaja bahkan beberapa kasus ditemukan
pada orang dewasa.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi, kriteria,


etiologi, diagnosis dan penatalaksanaan ADHD.

Teman yang usil Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

LBM III
“ TEMAN YANG USIL “
Skenario
Seorang anak berusia 7 tahun dibawa oleh ibunya ke Klinik FK UNIZAR
karena guru sekolah mengeluh pasien sering mengganggu teman sekelasnya saat jam
pelajaran berlangsung. Selain itu pasien juga sering terlihat tidak memperhatikan
pelajaran, sering tidak menyelesaikan tugas yang diberikan. Teman-temannya juga
sering mengeluh karena sikap pasien yang usil dan sering mengganggu saat belajar
maupun saat bermain. Dirumah pasien sering menolak untuk belajar dan lebih
tertarik untuk menjalani aktivitas yang menarik perhatiannya.

2.1 Terminologi : -

2.2 Permasalahan :

1. Jelaskan interprestasi keluhan yang ada pada pasien di skenario ?


2. Adakah hubungan umur pasien di skenario dengan keluhan yang dialami ?
3. Apa yang dialami pada pasien di skenario ?

2.3 Pembahasan :

1. Jelaskan interprestasi keluhan yang ada pada pasien di skenario ?


Anak berusia 7 tahun yang ada diskenario mengeluhkan beberapa gejala,
seperti hiperaktivitas yaitu sering menggangu teman sekelasnya, Inatensi
yaitu sering terlihat tidak memperhatikan pelajaran, tidak menyelesaikan

Teman yang usil Page 2


tugas yang diberikan dan Impulsive yaitu menolak untuk belajar dan lebih
terarik untuk menjalani aktivitas yang menarik perhatiannya.
Adanya gejala hiperaktif, inatensia dan impulsive menandakan pada kasus
diskenario mengarah ke ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder )
dimana mekanisme terjadinya ADHD adalah :
a. Adanya gangguan neurologis secara anatomis dan neurotransmitter,
dimana adanya gangguan perkembangan dan kerusakan pada lobus
frontalis biasanya pada kasus trauma bayi pada saat persalinan, bayi
prematur dan BBLR yang dimana fungsi dari lobus frontalis meliputi
penalaran, perencanaan, pengorganisasian pikiran, perilaku, dorongan
seksual, emosi, pemecahan masalah, menilai, bagian pengorganisasian
berbicara, dan keterampilan motorik (gerakan). Akibat gangguan lobus
frontalis sehingga terjadi gangguan inatensia dan hiperaktivitas pada
kasus di skenario.
b. Gangguan pada neurottransmiter katekolamin yaitu penurunan fungsi
dopamine yang dimana peran dopamine dalam otak yaitu untuk
mengatur pergerakan, pembelajaran, daya ingat, emosi, rasa senang, tidur,
dan kognisi. Selain itu juga terjadi penurunan noreprineprin, fungsi dari
norepineprin mengendalikan siklus istirahat, kewaspadaan dan memori
pada saraf pusat sehingga menimbulkan gejala diksenrio yaitu penurunan
dopamine mengakibatkan hiperaktivitas dan penurunan norepineprin
mengakibatkan inatensia.
c. Gangguan psikososial, biasanya pada anak-anak panti asuhan, kekerasan
pada anak dan kriminalitas ayah yang mengakibatkan terjadinya deprivasi
emosional yang berlangsung lama, yang dimana deprivasi adalah suatu
keadaan tidak diperolehnya kebutuhan social oleh individu sehingga
dapat mengganggu perkembangan social dan emosional yang berakibat
terjadinya gangguan mental dan fisik pada anak sehingga dapat

Teman yang usil Page 3


mengakibatkan timbulnya gejala pada kasus diskenario, namun factor
lingkungan pemicu non spesifik yang mempengaruhi jalur atau perjalanan
penyakit.

2. Adakah hubungan umur pasien di skenario dengan keluhan yang dialami ?


Terdapat hubungan, gangguan perkembangan anak dapat dilihat dari masa
kecil anak ( gejala muncul usia 6 bulan – 7 tahun ) anak usia 7 tahun
seharusnya sudah dapat mengerti tentang lingkungan sosial dan keluarga.

3. Apa yang dialami pada pasien di skenario ?

1. ADHD

1.1 Definisi ADHD


ADHD (Attention – Deficit / Hyperactivity Disorder) adalah suatu
keadaan yang menetap dari inatensi dan/atau hiperaktifitas-impulsivitas
yang lebih sering frekuensinya dan lebih berat dibandingkan dengan
individu lain yang secara tipikal diamati pada tingkat perkembangan yang
sebanding dan merupakan gangguan yang dapat dideteksi sebelum anak
usia 7 tahun.

1.2 Epidemiologi
DSM IV memperkirakan prevalensi ADHD sebesar 3-5% di
antara anak-anak usia sekolah. Namun dari sampel anak-anak usia
sekolah yang berasal dari komunitas, diperkirakan bahwa prevalensi
ADHD sebesar 4-12%. Di USA prevalensi ADHD pada anak sebesar 3-
7%, sedangkan angka prevalensi pada anak-anak di Negara lain, seperti
Jerman, New Zealand dan Kanada dilaporkan rata-rata 5 – 10%.

Teman yang usil Page 4


Prevalensi menurut Health Maintenance Organization berkisar antara 7-9
%.

Penderita ADHD lebih sering dijumpai pada anak laki-laki, rasio


perkiraan anak laki-laki dan anak perempuan adalah 3 : 1 dan 4 : 1 pada
populasi klinis. Tipe inatensi lebih banyak ditemukan pada wanita. Data
pada komunitas lain menunjukkan rasio 2 : 1. Seiring perkembangan
jaman rasio laki-laki berbanding perempuan mengalami penurunan akibat
meningkatnya deteksi dini pada kasus ADHD.

1.3 Etiologi

a. Faktor genetik (Keturunan)


Dari penelitian faktor keturunan pada anak kembar dan anak
adopsi, tampak bahwa faktor keturunan membawa peran sekitar 80%.
Dengan kata lain bahwa sekitar 80% dari perbedaan antara anak-anak
yang mempunyai gejala ADHD di kehidupan bermasyarakat akan
ditentukan oleh faktor genetik. Anak dengan orang tua yang
menyandang ADHD mempunyai delapan kali kemungkinan
mempunyai resiko mendapatkan anak ADHD. Namun, belum
diketahui gen mana yang menyebabkan ADHD.

b. Faktor Fungsi otak


Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara biologis ada dua
mekanisme di dalam otak yaitu pengaktifan sel-sel saraf (Eksitasi)
dan penghambat sel-sel saraf (Inhibisi). Pada reaksi eksitasi sel-sel
saraf terhadap adanya rangsangan dari luar adalah melalui panca
indra. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur bila terlalu

Teman yang usil Page 5


banyak eksitasi. Pada perkembangan seorang anak pada dasarnya
mengaktifkan sistem-sistem ini adalah perkembangan terbanyak. Pada
anak kecil, sistem pengereman atau sistem hambatan belumlah cukup
berkembang: setiap anak balita bereaksi impulsif, sulit menahan diri,
dan menganggap dirinya pusat dari dunia. Umumnya sistem inhibisi
akan mulai pada usia 2 tahun, dan pada usia 4 tahun akan berkembang
secara kuat. Tampaknya pada anak ADHD perkembangan sistem ini
lebih lambat, dan juga dengan kapasitas yang lebih kecil. Sistem
penghambat atau pengereman di otak bekerja kurang kuat atau kurang
mencukupi. Dari penelitian juga disebutkan bahwa adanya neuro-
anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda antara anak yang
menyandang ADHD dan tidak.

c. Faktor Lingkungan
Saat ini tidak lagi diperdebatkan apakan ADHD disebabkan oleh
lingkungan ataukah gen, namun sekarang lebih mengarah pada
bagaimana hubungan atau interaksi yang terjadi antara faktor genetik
dan lingkungan. Dengan kata lain, ADHD juga bergantung pada
kondisi gen tersebut dan efek negatiflingkungan, bila hal ini terjadi
secara bersamaan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan penuh
resiko. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan secara luas,
termasuk lingungan psikologis (relasi dengan orang lain, berbagai
kejadian dan penanganan yang telah diberikan), lingkungan fisik
(makanan, obat-obatan, menyinaran), lingkungan biologis ( cedera
otak, radang otak, komplikasi saat melahirkan).

Teman yang usil Page 6


1.4 Patofisiologi

Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa


area kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal
kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung
jawab terhadap patofisiologi ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek,
sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD
dapat mempengaruhi satu, dua, tiga, atau seluruh area ini sehingga
muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD.
Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk
mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus,
membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah kita pelajari, serta dapat menyesuaikan diri
dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek befungsi untuk
mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak
terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan
bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain.

Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi


sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan
”dis-inhibitor disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat
keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lainlain. Sedangkan sistem limbik
mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik
teraktivasi secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil,
temperamen yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu
menyentuh apapun yang ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan
berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur perubahan emosional
yang normal, level energi normal, rutinitas tidur normal, dan level stress

Teman yang usil Page 7


yang normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya
masalah pada hal tersebut.
Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek
prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan
aktivasi. Selama pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang
berasal dari isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga
menunjukkan aktivitas yang melemah pada korteks prefrontal inferior
kanan dan kaudatum kiri. Neurotransmiter utama yang teridentifikasi
lewat fungsi lobus frontal adalah katekolamin. Neurotranmisi
dopaminergik dan noradrenergik terlihat sebagai fokus utama aktifitas
pengobatan yang digunakan untuk penanganan ADHD. Dopamin
merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan
sosial, serta mengontrol aktivitas fisik. Norepinefrin berkaitan dengan
konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Dukungan terhadap
peranan norepinefrin dalam menimbulkan ADHD juga ditunjukkan dari
hasil penelitian yang menyatakan adanya peningkatan kadar norepinefrin
dengan penggunaan stimulan dan obat lain seperti desipramine efektif
dalam memperbaiki gejala dari ADHD. Pengurangan gejala juga terlihat
setelah penggunaan monoamine oxidase inhibitor, yang mengurangi
pemecahan terhadap norepinefrin sehingga kadar norepinefrin tetap tinggi
dan menyebabkan gejala ADHD berkurang

Teman yang usil Page 8


1.5 Kriteria Diagnosis

Menurut DSM IV, kriteria ADHD adalah sebagai berikut :

A. Kurang Perhatian

Pada kriteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami


enam atau lebih dari gejala gejala berikutnya, dan berlangsung selama
paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan
tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.

1) Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang


detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan
sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.

2) Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian


terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.

3) Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung

4) Seringkali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam


menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas ditempat
kerja (bukan disebabkan karena perilaku melawan atau gagal untuk
mengerti intruksi).

5) Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan


kegiatan

6) Sering kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan


kegiatan, misalnya kehilangan permainan, kehilangan tugas
sekolah, kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lainnya.

7) Seringkali menghindar, tidak menyukai atau enggan untuk


melaksanakan tugas-tugas yang menyentuh usaha mental yang

Teman yang usil Page 9


didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan
rumah.

8) Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan

9) Sering lekas lupa dan menyelesaikan kegiatan sehari-hari.

B. Hiperaktivitas Impulsifitas

Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas


impulsifitas berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 samapai
dengan tingkat yang maladaptif dan tidak dengan tingkat
perkembangan.

1) Hiperaktivitas

a) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering


menggeliat di kursi
b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam
situasi lainnya dimana diharapkan anak tetap duduk
c) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi
dimana hal ini tidak tepat (pada masa remaja atau dewasa terbatas
pada perasaan gelisah yang subjektif)
d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
kegiatan senggang secara tenang
e) Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh
motor
f) Sering berbicara berlebihan

Teman yang usil Page 10


2) Impulsifitas

a) Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai


b) Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran
c) Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain,
misalnya memotong pembicaraan atau permainan

C. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang


menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun
D. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/situasi
E. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi
sosial, akademik, atau pekerjaan
F. Gejala - gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau
gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik
oleh gangguan mental lainnya

2. AUTISME
2.1 Definisi
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun.

2.2 Epidemiologi
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa laki-laki 3-4 kali berisiko
lebih tinggi dari wanita. Sementara risiko autisme jika memiliki saudara
kandung yang juga autisme sekitar 3%. Studi lain menunjukkan, saudara

Teman yang usil Page 11


kembar dengan jenis kelamin yang sama tapi merupakan monozigotik,
mempunyai risiko 300 kali lebih besar dari pada dizigotik.

2.3 Etiologi
Autisme disebabkan karena kondisi otak yang secara struktural
tidak lengkap, atau sebagian sel otaknya tidak berkembang sempurna,
ataupun sel-sel otak mengalami kerusakan pada masa perkembangannya.
Penyebab sampai terjadinya kelainan atau kerusakan pada otak belum
dapat dipastikan, namun ada beberapa faktor yang diduga sebagai
penyebab kelainan tersebut, antara lain faktor keturunan (genetika),
infeksi virus dan jamur, kekurangan nutrisi dan oksigenasi, obat-obatan
serta akibat polusi udara, air, dan makanan banyak mengandung
Monosodium Glutamate (MSG), pengawet atau pewarna.
Gangguan atau kelainan otak tersebut terjadi sejak janin dalam
kandungann, yaitu saat fase pembentukan organ-organ (organogenesis)
pada usia kehamilan trimester pertama (0-4 bulan). Hal ini
mengakibatkan neuro-anatomis pada bagian otak berikut ini:
1) Lobus parietalis, menyebabkan anak autisme tidak peduli dengan
lingkungan sekitar
2) Serebelum (otak kecil) terutama pada lobus VI dan VII menimbulkan
gangguan proses sensoris, daya ingat, berpikir, berbahasa dan
perhatian;
3) Sistem limbik yang disebut hipokampus dan amigdala. Kelainan pada
hipokampus mengakibatkan gangguan fungsi kontrol terhadap agresi
dan emosi serta fungsi belajar dan daya ingat, sehingga anak autisme
kurang dapat mengendalikan emosi, terlalu agresif atau sangat pasif,
timbulnya perilaku atau gerakan yang diulang-ulang, aneh, dan
hiperaktif serta kesulitan menyimpan informasi baru. Kelainan pada

Teman yang usil Page 12


amigdala mengakibatkan gangguan berbagai rangsang sensoris
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan rasa takut).

2.4 Patofisiologi

Autisme merupakan gejala kelainan perkembangan pada anak


yang disebabkan karena kerusakan otak, sehingga menimbulkan
gangguan dalam interaksi sosial, gangguan bicara dan berbahasa,
komunikasi nonverbal, kognisi, dan gangguan perilaku yang
cenderung stereotip. Gangguan ini sudah tampak pada anak di bawah
usia 3 tahun.
Perilaku autistik digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Perilaku yang eksesif (berlebihan) adalah perilaku yang
hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit,
menyepak, menggigit, mencakar dan memukul, dan juga
sering menyakiti diri sendiri.
2. Perilaku yang defisit (berkekurangan) ditandai dengan
gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai (naik ke
pangkuan ibu bukan untuk kasih sayang tapi untuk meraih
kue), bermain tidak benar, dan emosi tanpa sebab (misalnya
tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab).

2.5 Manifestasi Klinis

Secara umum karakteristik klinik yang ditemukan pada anak


autisme meliputi:
1. Sangat lambat dalam perkembangan bahasa, kurang menggunakan
bahasa, pola berbicara yang khas atau penggunaan kata-kata tidak
disertai arti yang normal.

Teman yang usil Page 13


2. Sangat lambat dalam mengerti hubungan sosial, sering menghindari
kontak mata, sering menyendiri, dan kurang berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya.

3. Ditandai dengan pembatasan aktivitas dan minat, anak autisme sering


memperlihatkan gerakan tubuh berulang, seperti bertepuk-tepuk tangan,
berputar-putar, memelintir atau memandang suatu objek secara terus
menerus.

4. Pola yang tidak seimbang pada fungsi mental dan intelektual, anak
autisme sangat peka terhadap perubahan lingkungan, dan bereaksi
secara emosional. Kemampuan intelektual sebagian besar mengalami
kemunduran atau inteligensia yang rendah dan sekitar 20 persen
mempunyai inteligensia di atas rata-rata.

5. Sebagian kecil anak autisme menunjukan masalah perilaku yang sangat


menyimpang seperti melukai diri sendiri atau menyerang orang lain.

3. GANGGUAN CEMAS

3.1 Definisi
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realistis (reality testing Ability),
masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
pribadi (spilliting personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal.

Teman yang usil Page 14


3.2 Epidemiologi

Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan ini


baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan
perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1. Tidak semua orang
yang mengalami stressor psikososial akan menderita gangguan cemas, hal
ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang yang kepribadian
pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang
yang tidak berkepribadian pencemas.

3.3 Etiologi

Perkembangan kepribadian (personality development) seseorang


dimulai dari sejak usia bayi sampai usia 18 tahun dan tergantung dari
pendidikan disekolah dan pengaruh lingkungan dan pergaulan sosialnya
serta pengalaman - pengalaman kehidupan nya. Seseorang menjadi cemas
terutama akibat proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap orang
tuanya, dari pada pengaruh keturunan (genetika).

3.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi utama dari kecemasan adalah psikologik (perasaan


tertekan, kekhawatiran, kesulitan berkonsentrasi, ketakutan) dan somatik
(takikardi, hiperventilasi, palpitasi, tremor dan berkeringat). Keluhan juga
dapat meliputi sistim organ lain, contohnya gangguan traktus
gastrointestinal sedangkan keluhan lain yang umumnya ditemukan adalah
lelah dan gangguan tidur.

Teman yang usil Page 15


Adapun manifestasi perifer yang dapat ditemukan pada kecemasan
meliputi diare, pusing, hiperhidrosis, hiperefleksi, hipertensi, palpitasi,
pupil, midriasis, gelisah, keadaan tidak sadar, takikardia, kesemutan di
kaki, tremor, serta frekuensi, keraguan, urgensi miksi. Gejala-gejala yang
timbul bervariasi pada setiap individu.

Diagnosis Kerja

Definisi ADHD

ADHD (Attention – Deficit / Hyperactivity Disorder) adalah suatu


keadaan yang menetap dari inatensi dan/atau hiperaktifitas-impulsivitas
yang lebih sering frekuensinya dan lebih berat dibandingkan dengan
individu lain yang secara tipikal diamati pada tingkat perkembangan yang
sebanding dan merupakan gangguan yang dapat dideteksi sebelum anak
usia 7 tahun.

Epidemiologi
DSM IV memperkirakan prevalensi ADHD sebesar 3-5% di
antara anak-anak usia sekolah. Namun dari sampel anak-anak usia
sekolah yang berasal dari komunitas, diperkirakan bahwa prevalensi
ADHD sebesar 4-12%. Di USA prevalensi ADHD pada anak sebesar 3-
7%, sedangkan angka prevalensi pada anak-anak di Negara lain, seperti
Jerman, New Zealand dan Kanada dilaporkan rata-rata 5 – 10%.
Prevalensi menurut Health Maintenance Organization berkisar antara 7-9
%.

Teman yang usil Page 16


Penderita ADHD lebih sering dijumpai pada anak laki-laki, rasio
perkiraan anak laki-laki dan anak perempuan adalah 3 : 1 dan 4 : 1 pada
populasi klinis. Tipe inatensi lebih banyak ditemukan pada wanita. Data
pada komunitas lain menunjukkan rasio 2 : 1. Seiring perkembangan
jaman rasio laki-laki berbanding perempuan mengalami penurunan akibat
meningkatnya deteksi dini pada kasus ADHD.

Etiologi
a. Faktor genetik (Keturunan)
Dari penelitian faktor keturunan pada anak kembar dan anak
adopsi, tampak bahwa faktor keturunan membawa peran sekitar 80%.
Dengan kata lain bahwa sekitar 80% dari perbedaan antara anak-anak
yang mempunyai gejala ADHD di kehidupan bermasyarakat akan
ditentukan oleh faktor genetik. Anak dengan orang tua yang
menyandang ADHD mempunyai delapan kali kemungkinan
mempunyai resiko mendapatkan anak ADHD. Namun, belum
diketahui gen mana yang menyebabkan ADHD.

b. Faktor Fungsi otak


Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara biologis ada dua
mekanisme di dalam otak yaitu pengaktifan sel-sel saraf (Eksitasi)
dan penghambat sel-sel saraf (Inhibisi). Pada reaksi eksitasi sel-sel
saraf terhadap adanya rangsangan dari luar adalah melalui panca
indra. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur bila terlalu
banyak eksitasi. Pada perkembangan seorang anak pada dasarnya
mengaktifkan sistem-sistem ini adalah perkembangan terbanyak. Pada
anak kecil, sistem pengereman atau sistem hambatan belumlah cukup
berkembang: setiap anak balita bereaksi impulsif, sulit menahan diri,

Teman yang usil Page 17


dan menganggap dirinya pusat dari dunia. Umumnya sistem inhibisi
akan mulai pada usia 2 tahun, dan pada usia 4 tahun akan berkembang
secara kuat. Tampaknya pada anak ADHD perkembangan sistem ini
lebih lambat, dan juga dengan kapasitas yang lebih kecil. Sistem
penghambat atau pengereman di otak bekerja kurang kuat atau kurang
mencukupi. Dari penelitian juga disebutkan bahwa adanya neuro-
anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda antara anak yang
menyandang ADHD dan tidak.

c. Faktor Lingkungan
Saat ini tidak lagi diperdebatkan apakan ADHD disebabkan oleh
lingkungan ataukah gen, namun sekarang lebih mengarah pada
bagaimana hubungan atau interaksi yang terjadi antara faktor genetik
dan lingkungan. Dengan kata lain, ADHD juga bergantung pada
kondisi gen tersebut dan efek negatiflingkungan, bila hal ini terjadi
secara bersamaan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan penuh
resiko. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan secara luas,
termasuk lingungan psikologis (relasi dengan orang lain, berbagai
kejadian dan penanganan yang telah diberikan), lingkungan fisik
(makanan, obat-obatan, menyinaran), lingkungan biologis ( cedera
otak, radang otak, komplikasi saat melahirkan).

Patofisiologi

Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa


area kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal
kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung
jawab terhadap patofisiologi ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek,
sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD

Teman yang usil Page 18


dapat mempengaruhi satu, dua, tiga, atau seluruh area ini sehingga
muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD.
Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk
mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus,
membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah kita pelajari, serta dapat menyesuaikan diri
dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek befungsi untuk
mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak
terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan
bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain.

Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi


sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan
”dis-inhibitor disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat
keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lainlain. Sedangkan sistem limbik
mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik
teraktivasi secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil,
temperamen yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu
menyentuh apapun yang ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan
berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur perubahan emosional
yang normal, level energi normal, rutinitas tidur normal, dan level stress
yang normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya
masalah pada hal tersebut.
Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek
prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan
aktivasi. Selama pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang
berasal dari isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga
menunjukkan aktivitas yang melemah pada korteks prefrontal inferior

Teman yang usil Page 19


kanan dan kaudatum kiri. Neurotransmiter utama yang teridentifikasi
lewat fungsi lobus frontal adalah katekolamin. Neurotranmisi
dopaminergik dan noradrenergik terlihat sebagai fokus utama aktifitas
pengobatan yang digunakan untuk penanganan ADHD. Dopamin
merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan
sosial, serta mengontrol aktivitas fisik. Norepinefrin berkaitan dengan
konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Dukungan terhadap
peranan norepinefrin dalam menimbulkan ADHD juga ditunjukkan dari
hasil penelitian yang menyatakan adanya peningkatan kadar norepinefrin
dengan penggunaan stimulan dan obat lain seperti desipramine efektif
dalam memperbaiki gejala dari ADHD. Pengurangan gejala juga terlihat
setelah penggunaan monoamine oxidase inhibitor, yang mengurangi
pemecahan terhadap norepinefrin sehingga kadar norepinefrin tetap tinggi
dan menyebabkan gejala ADHD berkurang

Kriteria Diagnosis

Menurut DSM IV, kriteria ADHD adalah sebagai berikut :

A. Kurang Perhatian

Pada kriteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami


enam atau lebih dari gejala gejala berikutnya, dan berlangsung selama
paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan
tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.

1) Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang


detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan
sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Teman yang usil Page 20


2) Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.

3) Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung

4) Seringkali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam


menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas ditempat
kerja (bukan disebabkan karena perilaku melawan atau gagal untuk
mengerti intruksi).

5) Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan


kegiatan

6) Sering kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan


kegiatan, misalnya kehilangan permainan, kehilangan tugas
sekolah, kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lainnya.

7) Seringkali menghindar, tidak menyukai atau enggan untuk


melaksanakan tugas-tugas yang menyentuh usaha mental yang
didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan
rumah.

8) Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan

9) Sering lekas lupa dan menyelesaikan kegiatan sehari-hari.

B. Hiperaktivitas Impulsifitas

Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas


impulsifitas berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 samapai
dengan tingkat yang maladaptif dan tidak dengan tingkat
perkembangan.

Teman yang usil Page 21


1) Hiperaktivitas

g) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering


menggeliat di kursi
h) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam
situasi lainnya dimana diharapkan anak tetap duduk
i) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi
dimana hal ini tidak tepat (pada masa remaja atau dewasa terbatas
pada perasaan gelisah yang subjektif)
j) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
kegiatan senggang secara tenang
k) Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh
motor
l) Sering berbicara berlebihan

2) Impulsifitas

d) Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai


e) Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran
f) Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain,
misalnya memotong pembicaraan atau permainan

G. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang


menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun
H. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/situasi
I. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi
sosial, akademik, atau pekerjaan
J. Gejala - gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau
gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik
oleh gangguan mental lainnya.

Teman yang usil Page 22


Pemeriksaan
A. Anamnesis

1. Riwayat penyakit sekarang

Sesuai dengan kriteria ADHD berdasarkan DSM IV.

2. Riwayat penyakit dahulu

Temukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki


interaksi negatif dengan ADHD atau pengobatannya seperti:
antikonvulsan, antihipertensi, obat yang mengandung kafein,
pseudoefedrin, monoamin oxidase inhibitors (MAOIs). Temukan pula
adanya penyakit yang memiliki interaksi negatif dengan ADHD atau
pengobatannya seperti: penyakit arterial (mayor), glaukoma sudut
sempit, trauma kepala, penyakit jantung, palpitasi, penyakit hati,
hipertensi, kehamilan, dan penyakit ginjal.

Temukan pula adanya kelainan psikiatrik karena 30-50%


penderita ADHD disertai dengan kelainan psikiatrik. Adapun kelainan
psikiatrik yang dimaksud antara lain: gangguan cemas, gangguan
bipolar, gangguan perilaku, depresi, gangguan disosiasi, gangguan
makan, gangguan cemas menyeluruh, gangguan mood, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan panik atau tanpa agorafobia, gangguan
perkembangan perfasif, Posttraumatic stress disorder (PTSD), psikotik,
fobia sosial, gangguan tidur, penyalahgunaan zat, sindrom Tourette’s
atau gangguan Tic, dan komorbiditas somatik (tidak ada komorbiditas
somatik yang berhubungan dengan ADHD).

Teman yang usil Page 23


3. Riwayat keluarga

Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD


atau mengalami gejala seperti yang tercantum dalam criteria DSM IV.

4. Riwayat sosial

Meliputi: interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan hukum,


keadaan di sekolah, dan disfungsi keluarga.

B. Pemeriksaan fisik

Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD


karena pada penderita ADHD menunjukkan gejala yang sedikit pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda
vital, tinggi badan, berat badan, tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan
fisik umum termasuk penglihatan, pendengaran dan neurologis. Tidak
ada pemeriksaan fisik dan laboratorium yang spesifik untuk ADHD.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara seksama, mungkin dapat
membantu dalam menegakkan diagnosa, dan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain.

C. Pemeriksaan Psikologis (mental)

Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi


menghisap, kontrol impuls, dan state of arousal. Pemeriksaan mental
seperti: tes intelegensia, tes visuomotorik, tes kemampuan bahasa, dan
lain-lain.

D. Pemeriksaan Laboratorium

 Tes fungsi hati


 Pemeriksaan sel darah lengkap

Teman yang usil Page 24


E. Pemeriksaan Imaging

 MRI
 PET (Positron Emision Tomography)

Tatalaksana
1. Farmakoterapi (Medikamentosa)
2. Terapi perilaku
3. Kombinasi pengobatan medikamentosa dengan terapi perilaku
4. Edukasi pasien dan keluarga mengenai anak ADHD.

1) Terapi Medikamentosa
Penggunaan obat-obatan dalam terapi ADHD berperan
sebagai CNS stimulant, meliputi sediaan short dan sustained-release
seperti methylphenidate, dextroamphetamine, kombinasi
dextroamphetamine dan amphetamine salt. Salah satu keuntungan
sediaan sustained-release untuk anak-anak adalah satu dosis di pagi
hari akan bertahan efeknya sepanjang hari sehingga anak-anak tidak
perlu minum dosis kedua maupun ketiga saat kegiatan di sekolah
berlangsung. Keuntungan lain adalah dipertahankannya obat ini pada
level tertentu dalam tubuh sepanjang hari sehingga fenomena rebound
dan munculnya iritabilitas dapat dihindari. FDA (The Food and Drug
Administration) menyarankan penggunaan dextroamphetamine pada
anak-anak berusia 3 tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak-
anak berusia 6 tahun atau lebih. Kedua obat inilah yang paling sering
dipakai untuk terapi ADHD.
Terapi second line meliputi antidepresan seperti bupropion,
venlafaxine dan juga terdiri dari Agonis reseptor α-Adrenergik seperti
clonidine dan guanfacine. Obat antidepresan sebaiknya diberikan bila
Teman yang usil Page 25
pemberian obat psikostimulan tidak efektif hasilnya untuk anak
ADHD. Psikostimulan menstimuli area yang mengalami penurunan
aktivasi hingga dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi. Ternyata
efek methylphenidate sangat baik terhadap anak ADHD dimana anak
ADHD terjadi hipofungsi dopamin dan adrenalin di sinaps,
sedangkan methylphenidate bekerja untuk menghambat reuptake
dopamin dan noradrenalin kembali ke sel syaraf. Efek
methylphenidate menstimulasi korteks serebral dan struktur sub
kortikal.
Efek samping psikostimulan yang tersering adalah insomnia,
berkurangnya nafsu makan sampai berat badan menurun, kadang-
kadang sakit kepala. Bila sebelum dan saat pengobatan anak ADHD
menunjukkan gejala sukar makan, maka perlu diberikan vitamin
untuk nafsu makan. Bila timbul efek samping sukar tidur, sebaiknya
pemberian malam hari tak dilakukan, dilakukan membaca terlebih
dahulu sebelum tidur (bedtime reading), dapat diberikan obat tidur
bila sangat diperlukan.
2) Terapi Perilaku
1. Intervensi pendidikan dan sekolah
Hal ini penting untuk membangun kemampuan belajar anak.
2. Psikoterapi
Pelatihan ADHD, suport group, atau penggunaan keduanya
pada orang dewasa dapat membantu menormalisasi gangguan dan
membantu penderita agar fokus pada informasi umum. Konselor
terapi perilaku ini dapat melibatkan psikolog, dokter spesialis
tumbuh kembang anak, pekerja sosial dan perawat yang
berpengalaman. Modifikasi prilaku dan terapi keluarga juga
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Teman yang usil Page 26


Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi konflik orang tua
dan anak serta mengurangi ketidakpatuhan anak. Terapi perilaku
ini terdiri dari beberapa langkah, yakni:
a. Fase pemberian informasi (Information phase)
Memberikan informasi pada orang tua mengenai keadaan anak
sebenarnya termasuk kesukaran tingkah laku anak.
b. Fase penilaian (Assessment phase)
Menilai seberapa berat gangguan interaksi anak dengan
saudara atau orang tua.
c. Fase pelatihan (Training phase)
Menawarkan pelatihan keterampilan sosial pada anak, orang
tua, bila memungkinkan gurunya.
d. Fase evaluasi (Review progress)
Menilai kemajuan/perbaikan tingkah laku anak ADHD.
Pendekatan pada anak untuk memperbaiki tingkah lakunya
di rumah dan hubungan interpersonal anak-orang tua dilakukan
dengan cara :
a) Mengidentifikasi situasi permasalahan yang spesifik dan
peristiwa yang menimbulkan tingkah laku yang tidak
diinginkan misalnya sikap menentang bila disuruh belajar,
sikap tidak bisa diam, dan sebagainya.
b) Dilakukan monitor kemajuan anak dengan menggunakan skala
penilaian yang sudah baku.
c) Ditingkatkan hubungan/interaksi yang positif antara orang tua
dan anak serta dibatasi interaksi negatif antara orang tua
dengan anak.
d) Berusaha untuk berkomunikasi secara efektif dan menetapkan
peraturan.

Teman yang usil Page 27


e) Digunakan sistem hadiah (rewards) segera bila anak mencapai
target tingkah laku yang dikehendaki.
f) Digunakan “negative reinforcement” (time out) sebagai
hukuman pada anak pada masalah tingkah laku yang serius.
Pendekatan yang hampir sama dapat dilakukan oleh guru di sekolah
pada anak ADHD yang mengganggu teman-temannya di sekolah.
Dalam terapi perilaku sebaiknya orangtua menunjukkan perilaku yang
baik yang dapat ditiru anak (menunda kemarahan/lebih sabar,
memberikan disiplin yang konsisten dan sesuai dengan usia anak).
Mengajarkan pada anak bermain olahraga yang banyak mempergunakan
gerakan adalah lebih baik daripada permainan yang tenang (catur),
misalnya sepakbola dan tenis.

Prognosis
Prognosis pasien ADHD umumnya baik bila:
1. Tidak ada faktor komorbid utama
2. Pasien dan yang merawatnya memperoleh cukup edukasi mengenai
ADHD dan manajemen penanganannya
3. Taat dalam melaksanakan terapi
4. Learning disabilities yang menyertai didiagnosa dan ditinjau ulang dan
ditangani.
5. Beberapa dan semua masalah emosional diinvestigasi dan ditangani
dengan baik oleh dokter umum atau pasien dirujuk ke pusat kesehatan
jiwa yang profesional.

Sedikitnya 80% dari anak-anak yang menderita ADHD, gejalanya


menetap sampai remaja bahkan dewasa. Dengan peningkatan usia, maka

Teman yang usil Page 28


gejala hiperaktif akan berkurang tetapi gejala inatensi, impulsivitas,
disorganisasi, dan kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang
lain biasanya menetap dan semakin menonjol.

Teman yang usil Page 29


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, pasien di skenario


menderita ADHD. Dimana ADHD merupakan ganggua pemusatan perhatian
(inatensi) dan/atau hiperaktifitas-impulsivitas yang dapat disebabkan oleh
gangguan neurobiologis berupa gangguan pada anatomi otak dan
neurotransmiter serta psikososial. Tatalaksana dari pasien dengan ADHD
adalah dengan terapi farmakologi dan terapi perilaku.

Teman yang usil Page 30


DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington,
VA: American Psychiatric Association.

Maramis, WF. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa : Gangguan Perilaku Anak.
Cetakan ketujuh. Surabaya: Airlangga University

Maslim, R. 2004. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III : Gangguan


Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Anak dan Remaja.
Jakarta: PT Nuh Jaya.

Wiguna T. 2010. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH),


dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Teman yang usil Page 31

Anda mungkin juga menyukai